Lalu Paulus mengatakan “supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan sesat ini”. Mari berjuang untuk kesempurnaan. Saya tidak mengatakan kita sanggup karena kita selalu akan punya dosa, tapi justru keinginan untuk mematikan dosa adalah kesempurnaan itu. Bagi pengertian teologi Paulus kesempurnaan itu bukan kesempurnaan bebas dari dosa, kesempurnaan itu adalah kesempurnaan berjuang melawan dosa. Kalau engkau punya lima hal harus dimatikan, apakah engkau berjuang mematikan 5 hal ini? Engkau berjuang mematikan 5 hal ini berarti engkau sempurna, ini pengertian Paulus. Jadi Keinginan kita mematikan dosa, keinginan kita mengalahkan hal-hal yang membuat kita tidak suci, itulah yang Paulus perhitungkan atau Paulus perintahkan sebagai kesempurnaan. Paulus mengatakan “saya mau mencapai garis akhir menyempurnakan, menuntaskan yang Tuhan percayakan”. Tapi Paulus juga mengatakan “disaat akhir saya tahu saya orang paling berdosa”. Jadi kamu sudah berhasil mengatasi dosa? “Saya sedang berjuang”. Sudah berhasil mengatasi? “Belum, sedang berjuang”. Kamu berharap sempurna? “Sempurna”, berarti kamu bisa mematikan semua dosamu? “Bukan, saya berjuang mengatasi semuanya”. Niat Saudara mengalahkan dosa ini yang Paulus anggap sebagai niat untuk menunjukkan kesempurnaan di tengah dunia yang penuh dengan cacat. Mari berjuang untuk kesempurnaan. Mari berjuang mengatakan “Tuhan, saya benci dosa saya, saya tidak mau seperti ini lagi. Dan saya mau tangani dengan serius dan dengan sungguh-sungguh”.
Lalu ayat yang ke-15 “sehingga kamu menjadi anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini. Sehingga kamu bercahaya diantara mereka seperti bintang-bintang di dunia”, maksudnya apa? Maksudnya Saudara harus beda dengan orang dunia. Saudara mesti bercahaya tidak seperti mereka. Apa yang ada pada orang dunia yang tidak boleh ada pada kita? Apa yang harus kita miliki yang orang dunia belum miliki? Yang ada pada dunia dan tidak boleh ada pada kita adalah keangkuhan. Yang ada pada kita dan tidak ada pada dunia adalah niat bertobat, tindakan bertobat. Maka Paulus tidak sedang mengatakan “harap kamu sempurna, jangan seperti orang dunia”, berarti mesti sempurna? Sempurna dalam hal apa? “Berarti saya harus ranking satu terus”, tidak mungkin. Mustahil jadi ranking satu, orang Kristen mustahil semua jadi ranking 1, karena di dalam satu kelas ada berapa orang Kristen? Kalau satu orang jadi ranking 1, yang lain harus ranking 2, “berarti saya tidak sempurna”. Saya punya teman yang kritik diri berlebihan, tiap kali dia ranking 2, dia selalu mengatakan “hidup tidak ada gunanya”. Orang yang terlalu kritik diri berlebihan itu juga salah. Kerja baik, kerja keras, improve yourself, tapi bukan dengan standar kesempurnaan lalu kalau gagal mencapai jadi putus asa, itu bodoh. Jangan putus asa karena gagal mencapai kesempurnaan. Saudara berhak untuk menegur diri dengan keras jika tidak ada perkembangan. Kalau hari ini masih sama dengan kemarin atau besok tidak beda dengan hari ini, maka kita perlu tegur diri dengan keras. Mengapa tidak ada pertumbuhan, mengapa tidak ada perkembangan? Tapi kalau mengatakan “saya mesti kritik diri dengan keras-keras, saya tidak sempurna”, siapa yang bisa sempurna? Kalau begitu apa maksud Paulus, “hendaklah kamu bercahaya, beda dengan dunia”, karena dunia penuh dengan perasaan self-righteous, “saya sudah benar, saya sudah oke, saya tidak perlu berubah”, itulah dunia. Sedangkan orang Kristen penuh dengan tepuk dada mengatakan “Tuhan, ampunilah saya orang berdosa ini”. Waktu orang dunia lihat orang Kristen baru sadar “ini orang-orang baik, tapi mengapa merasa dirinya kurang?”. Orang baik merasa dirinya kurang tapi tetap sukacita, “karena saya tahu saya orang berdosa, namun saya bersukacita karena saya tahu Tuhan mengampuni saya”. Akhirnya dari tindakan orang Kristen yang menyadari dosa membuat orang mengagumi Tuhan Yesus. Saudara tidak boleh hidup dengan mengambil alih peran Kristus untuk menjadi tokoh yang mengagumkan, itu namanya mencuri kemuliaan Allah. Tanpa sadar kita mencuri kemuliaan Allah kalau kita menyebarkan kekristenan dengan kesuksesan diri. “Ayo jadi Kristen seperti saya, biar sukses seperti saya”, orang pikir inilah cara bersaksi, salah. “Ayo jadi kesaksian” artinya apa? Artinya “saya mesti excel, perusahaanku harus paling hebat, rankingku harus paling tinggi, IQ ku harus paling tinggi, nilaiku harus paling tinggi, baru aku memuliakan Tuhan”, bukan. Itu namanya Saudara sedang Menjadikan dirimu pusat kemuliaan tapi pakai istilah memuliakan Tuhan. Lalu bagaimana cara saya menjadi terang, menjadi bintang-bintang di dunia seperti kata Paulus? Caranya adalah dengan Saudara hidup berjuang untuk hidup suci, berjuang untuk membuat komunitas yang baik sambil merasa diri masih perlu bertobat, itulah yang Paulus mau ada pada gereja Tuhan. Mau berdamai satu dengan lain sambil merasa diri masih perlu bertobat, Saudara akan jadi contoh bagi dunia ini. Karena dunia ini penuh dengan kesombongan dan keengganan untuk berubah. Tapi Saudara lain, Saudara mau mengakui dosa, Saudara mau mengakui kekurangan, Saudara mau menyatakan ke dunia kalau sudah dicintai oleh Tuhan, dan ini yang membedakan Saudara dengan orang dunia. Orang dunia tidak punya Juruselamat, Saudara punya. Orang dunia tidak sadar mereka berdosa, Saudara sadar. Orang dunia tidak rasa perlu penebusan, Saudara sadar Saudara perlu penebusan, dan ini yang membedakan engkau dengan orang lain. Maka mari belajar jadi komunitas Kristen yang saling terima satu dengan lain, yang saling merendahkan diri dan yang saling meninggikan Juruselamat yang membuat saya bisa diselamatkan. Ini bagian yang kita pelajari untuk hari ini, kiranya Tuhan memberkati kita.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)