Ini juga yang saya harap kita mengerti, Tuhan mau gereja ini bangkit. Mau atau tidak? “Tidak tahu, belum tahu. Kalau Tuhan mau kita bangkit, kalau tidak, kita tidak bangkit”. Saudara mulai belajar bangkit maka kita tahu Tuhan sedang bekerja membangkitkan gereja ini. Adakah kebangunan di GRII Bandung? “Sepertinya tidak ada pak. Saya lesu-lesu saja”, “kalau begitu mari kita mengharapkan kebangunan terjadi”, bagaimana caranya? Dengan bangkitkanlah jiwamu yang lesu. Bangkitkan hidupmu, jangan mau hidup lesu, jangan dikuasai dosa, matikan dosa. Kalimat yang penting dari buku John Owen, dia mengatakan bahwa kematian Kristus adalah kematian yang mematikan kematian. Tapi dia yang menuliskan bahwa kematian Kristus mematikan kematian, dia juga menuliskan nasehat untuk kita belajar setiap hari mematikan dosa. Matikan dosamu atau dosamu akan matikan kamu, tidak ada pilihan. Kalau engkau punya kebencian, matikan kebencianmu. Kalau engkau punya iri hati, matikan iri hatimu. Kalau engkau punya kemalasan, matikan kemalasanmu. Kalau engkau punya kesombongan, matikan kesombonganmu. Kalau engkau punya kemarahan, matikan kemarahanmu yang tidak pada tempatnya. Saya tidak mengatakan tidak boleh marah. Kalau engkau punya keadaan yang suka menggosip, mencemarkan nama orang lain, matikan keinginan itu. Maka Tuhan menyatakan “Aku sedang kerja untuk engkau mematikan dosa”, ini kunci yang sangat penting. Paulus menasehatkan kepada Jemaat Filipi “mari kerjakan keselamatan dengan takut dan gentar”, karena ini tandanya Allah yang mengerjakan di dalam kamu, baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya. Mari tidak jadi orang Kristen pasif. Mari jadi orang Kristen yang bangkit dan yang mau mengerjakan apa yang Saudara tahu Tuhan sedang kerjakan di dalam diri kita. Harap cara berpikir ini diubah supaya kita bisa mengerti apa yang harus diperjuangkan.

Sekarang kita masuk ke dalam bagian kedua dari khotbah ini. “Saya sudah mengerti, saya mesti berjuang untuk hidup kudus, saya mesti berjuang untuk diperkenan oleh Tuhan. Tapi hal apa yang harus saya perjuangkan di dalam konteks hidup bergereja kalau saya berjemaat? Kalau saya berjemaat kira-kira apa yang harus saya kerjakan supaya jemaat bertumbuh?”. Kadang-kadang kita berharap jemaat bertumbuh dengan adanya khotbah yang menarik sehingga orang dari mana-mana akan datang dan tertarik datang ke Tuhan, dan ini tidak salah. Adalah tanggung jawab pengkhotbah untuk memaksimalkan apa yang dia punya dan untuk belajar segala teknik untuk dia bisa menarik orang datang kepada Tuhan. Kadang-kadang ada orang mengatakan “pak mengenai khotbah itu kan adalah urusan bakat, ada orang berbakat, ada orang tidak berbakat, jadi tergantung bakat”. Bakat itu adalah modal awal, ada orang berbakat modal awalnya sudah besar, ada orang kurang berbakat modal awalnya kecil. Tapi modal awal cuma modal awal, ada orang diberi modal cuma satu juta akhirnya bisa kembangkan jadi besar. Tapi Saudara harus sampai ke batas kemampuan, mati-matian sampai level yang harus bisa dicapai. 

Setelah mimbar kuat apakah otomatis gereja akan bertumbuh? Tidak tentu. Mimbar sudah kuat masa gereja tidak bertumbuh? Karena gereja bukan cuma mimbar, gereja juga adalah kehidupan berjemaat. Itu yang Paulus katakan di dalam nasehat ini, “mari bangkit, mari kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar. Karena Tuhan yang kerjakan di dalam dirimu”. Apa yang harus dikerjakan? Ayat yang ke-14 “lakukan segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan tidak berbantah-bantahan”, jangan gampang bertengkar. Ini yang Paulus minta dikerjakan dengan keras. Saudara gampang bertengkar, sudah kerja keras tidak bertengkar? “Pak, saya ini dikelilingi orang menyebalkan, sulit tidak bertengkar”, coba lagi. Orang menyebalkan memang membuat kita mau bertengkar. Saudara bisa rasa ada tipe orang yang mau tidak mau membuat kita marah, sepertinya dia senyum pun membuat kita mau marah. Saya pernah ketemu orang ini sampai saya berdoa sama Tuhan “Tuhan, ampuni saya mengapa lihat dia rasanya sebal sekali”, dia cuma ngomong “apa kabar?”, saya sudah mau marah ke dia. “Jim, apa kabar?”, “apa sih nanya-nanya?”, padahal dia cuma tanya apa kabar. Tapi cara ngomongnya menyebalkan, cara bicaranya menyebalkan. Salah satu tipe orang menyebalkan itu adalah tipe pasif agresif, sepertinya pasif tapi nyolot. Hati-hati, orang seperti ini memang bisa memancing amarah. Kalau Saudara tipe pasif agresif, bertobatlah. Jangan terus minta orang lain bertobat “temanku marah-marah sama saya”, karena kamu tipe yang menyebalkan. Jadi jangan cuma menyalahkan orang yang marah-marah karena orang marah-marah harus bertobat. Tapi orang yang membuat orang gampang marah-marah juga mesti bertobat. Tipe pasif agresif ini yang paling menyebalkan tapi dia tidak sadar. Pokoknya seperti pasif “ya sudahlah tidak apa-apa, kamu kerjakan apa saja yang kamu mau, tidak apa-apa. Saya tidak apa-apa”, “benar tidak apa-apa?”, “kamunya memang seperti itu, ya sudah kerjakan saja”, pasif, tapi agresif. Mari belajar kenali karakter kita, apakah karakter kita karakter gampang pancing orang marah? Kalau karaktermu gampang pancing orang marah, mari bertobat. Paulus memerintahkan “lakukan segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan tidak berbantah-bantahan. Jangan suka bertengkar”, berarti jangan gampang marah itu satu hal, tapi juga jangan gampang menyulut orang untuk marah. Jangan gampang membuat orang emosi lalu cuci tangan mengatakan “aku hidup di tengah pendosa. Aku orang yang begitu baik dan lembut, tapi di tengahku banyak orang galak yang marah-marah”. Coba selidiki diri, mereka marah-marah karena apa. Ada orang gampang memancing amarah orang karena terlalu lamban. Reaksi lamban, kerja ini lamban, kerja itu lamban, bagaimana orang tidak marah? Lalu orang mengatakan “mesti sabar”, sabar sih sabar tapi kita yang lamban juga mesti bertobat. Kita yang terlalu menghambat kemajuan orang, juga masih bertobat. Kita yang terlalu santai mesti bertobat. Kita yang kerja apapun terlalu lamban musik bertobat. Mari toleransi dengan cara menyadari “bagianku membuat kacau itu ada. Lingkunganku penuh pertengkaran, aku bertengkar dengan orang, aku juga ada bagian”. Mari selidiki bagianmu apa. Dan Paulus katakan “kerjakanlah itu dengan takut dan gentar”, bertobatlah dengan sekuat hatimu. Bertobatlah sungguh-sungguh, jangan pasif, karena jika engkau sungguh-sungguh mau bertobat itu tandanya Tuhan sedang bekerja untuk mempertobatkan Saudara. Mari berbalik dari keinginan kita untuk membuat pecah, membuat ribut, membuat hancur. Orang yang pasif tapi agresif, orang yang memang tidak mau berubah di dalam hal-hal yang memancing emosi orang, mesti bertobat. Orang yang gampang marah mesti bertobat. Saudara gampang marah, Saudara paling rugi. Orang marah itu secara fisik banyak sekali yang termakan, tekanan darah makin tinggi atau katanya bisa drop, kemudian aktivitas otak terganggu. Saudara sudah emosi, cara Saudara berpikir pun terganggu. Makin sering marah makin cara berpikir berkurang. Kalau begitu marah mempengaruhi kemampuan berpikir? Iya, marah mempengaruhi kognisimu. Makin sering marah makin menghancurkan kemampuan kognitif. Saya tidak mengatakan marah yang biasa, marah yang lepas kontrol itu membuat pikiran kita tidak jalan normal lagi, mari bertobat. Lalu apa yang membuat pertengkaran? Mungkin engkau pemarah, nari bertobat. Mungkin engkau lamban, mari bertobat. Orang pasif agresif bertobat, Saudara harus sadar Saudara sebenarnya jahat tapi Saudara ingin memancing emosi orang dengan seolah-olah menjadi pihak yang pasif dan menjadi korban, ini jahat, mari bertobat.

Lalu apalagi yang bisa membuat pertengkaran? Gosip bisa membuat pertengkaran. Berhenti gosip, berhenti cerita keburukan orang, berhenti membuat orang marah sama orang lain, ini penyebab pertengkaran paling bahaya di dalam gereja. Lalu apalagi yang bisa membuat pertengkaran? Yang bisa membuat pertengkaran adalah perasaan self-righteous “cuma saya yang benar, orang lain itu pendengar. Saya mulut dan kamu telinga”. Saudara yakin orang lain cuma telinga? Ada mulutnya juga. Kalau dia bicara dengar, kalau Saudara bicara Saudara harap didengar, kalau orang bicara harap Saudara juga dengar dia. Ada orang kalau bicara, langsung bicara tentang dirinya sepanjang pembicaraan, apapun tentang dirinya. Saudara jangan terlalu tinggikan diri, jangan terlalu anggap diri penting. Harap ini kita ingat supaya kita bisa berkehidupan gereja yang baik.

« 3 of 4 »