Banyak orang buta tidak bisa melihat kemuliaan Tuhan, sudah lihat kemuliaan tapi matanya buta. Sudah dengar Injil tapi telinganya tuli. Sudah melihat kesaksian hidup orang Kristen tapi hatinya keras seperti batu. Banyak orang terus tunda-tunda jadi Kristen. Mengapa tunda-tunda? Masih sombong, masih jahat, masih tidak peka, masih buta, masih tuli, masih keras hatinya, sampai berapa lama lagi engkau keras? Mau cari apa di dunia ini? Mau cari Tuhan di mana? Engkau tidak mungkin cari Tuhan, Tuhan yang cari engkau. Kalau engkau mengatakan “saya punya agama”, saya mau tanya agamamu tidak mencari engkaukan? Mengapa engkau begitu keras di dalam agama yang tidak mencari engkau? Tapi di dalam Kekristenan dikatakan Allah mencari manusia.
Paulus adalah orang berdosa, matanya buta. Tapi dia juga sekaligus kaget, “saya buta karena melihat kemuliaan Tuhan, tapi Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya kepadaku. Apakah saya dicintai atau ditolak? Disatu sisi saya buta berarti saya jahat, tapi di sisi lain saya tidak ditolak karena Dia menyatakan diri kepadaku.” Lalu Tuhan menyatakan diri dengan pertanyaan yang sangat menggugah, Tuhan tanya “mengapa engkau menganiaya Aku?” Paulus heran “yang saya aniaya akan bidat-bidat Yahudi yang menjadi Kristen, mengapa Tuhan merasa teraniaya?” Karena Tuhan yang sejati adalah Tuhan yang menyatukan diri dengan umat. Ini pekerjaan seorang anak atau seorang mulia yang rela memperhamba diri. Allah rela memperhamba diri maka Dia adalah kasih. Mengapa Tuhan rela memperhamba diri? Karena kasih.
Lalu apa yang terjadi waktu Dia memperhamba diri? Kasih yang mengikat Dia dengan siapa pun yang dia layani. Kasih membuat dia satu dengan yang dilayani. “Maka kalau engkau menganiaya orang yang Aku kasihi, Aku disakiti.” Tapi kalau Tuhan sakit karena aku menganiaya orang yang engkau cintai, mengapa Engkau tidak musnahkan aku? Bukankah aku seteru-Mu? Aku adalah musuh, mengapa Engkau tidak hancurkan aku?” Tuhan tanya “mengapa engkau menganiaya Aku?”, Paulus tanya balik “siapakah Engkau Tuhan?”, “Akulah Yesus yang engkau aniaya”, jawaban singkat. Lalu Tuhan lanjutkan dengan mengatakan “sekarang pergi, kamu adalah salah satu dari kami”, kira-kira begitu kesimpulannya. Tuhan tidak mengatakan itu secara literal, tapi itulah yang Tuhan nyatakan secara kesimpulan. “Pergilah ke Damsyik, temui orang bernama Ananias, dia akan mengatakan kepadamu apa yang harus kamu katakan.” Paulus, kamu orang Kristen, kamu milikku, kamu dimiliki oleh Tuhan dan sekarang Tuhan mau kamu jadi hamba Tuhan.
Saudara kalau dengar cara Tuhan bicara sama Paulus, Tuhan tidak memberi banyak pengertian teologis, Tuhan tidak berikan khotbah yang panjang, karena sebenarnya Paulus sudah tahu banyak hal, tapi Paulus tidak tahu hal-hal banyak yang dia sudah tahu ini disatukan ke mana? Seluruh teologi yang dia tahu dari baca Kitab Suci yang mengikat itu siapa? Saya mengerti teologi Kejadian, saya mengerti teologi Taurat, saya mengerti teologi nabi-nabi. Tapi semua pengertian ini pengertian yang masih terpecah-pecah, bagaimana saya tahu keutuhan dari semua pengertian ini? Tuhan menyatakan diri dan Paulus langsung koneksikan semua kepada Kristus.
Di dalam Surat Galatia Paulus mengatakan “setelah aku kenal Kristus, aku tidak tunggu waktu. Aku pergi memberitakan Injil ketika waktunya sudah tiba pergi ke tanah Arab, di sana aku beritakan Injil setelah itu aku balik kembali dan mendapatkan kesulitan dari orang-orang yang aku Injili.” Paulus seorang yang sudah tahu banyak, tapi dia tidak tahu apa yang menyatukan semua yang dia tahu. Begitu dia bertemu Kristus, baru dia tahu “semua yang saya tahu kalau disatukan ke Kristus baru jadi sempurna.” Banyak hal yang kita sudah tahu cuma terpecah-pecah dalam hidup, begitu kita bertemu Kristus baru kita tahu “semua sangat indah disatukan oleh Kristus”, ini yang Paulus alami waktu bertemu Kristus.