Inilah pentingnya kehadiran Sang Mediator yaitu Kristus. Dia harus hadir di dalam tubuh, Dia harus jadi manusia supaya kita bisa ambil hidup Dia ke dalam hidup kita. Dan hidup yang Kristus jalankan adalah hidup yang sama dengan Allah. Allah kalau jadi manusia ya Yesus ini hidupNya. Mungkin Saudara tanya “kalau Tuhan jadi manusia Dia melakukan apa?”, lihat Yesus, Dialah Tuhan jadi manusia. Saya ingat ada lagu waktu saya masih SMA, “Tuhan apa yang terjadi kalau Engkau ada di tengah-tengah kita, kalau Tuhan itu salah satu dari kita, apa yang akan dilakukan?”, kita tidak perlu bertanya, lihat saja Yesus, karena Dialah Allah yang berinkarnasi. Kalau saya mau hidup baik, apa yang harus saya lakukan? Masukkan sebagian atau bagian demi bagian dari hidup Kristus ke dalam hidup kita. Bagaimana memasukkannya? Apakah kita bisa meniru teladan Kristus? Bisa, bagaimana meniru? Ini prinsip dari Martin Luther, meniru dengan siap menjalankan theologia salib, ini yang penting. Menjalankan salib, teologia salib, the theology of the cross. Apa the theology of the cross? Luther mengatakan teologi salib adalah Saudara melihat secara riil siapa Allah lewat Kristus. Waktu Saudara lihat Allah secara riil di dalam Kristus, Saudara langsung punya perasaan di dalam hati “saya tidak mau seperti itu”, itu perasaan umum yang akan kita miliki lebih dulu. “Saya tidak mau seperti Kristus, karena itu sulit”, ini teologia salib. Tapi teologia kemuliaan, theologia of glory, ini yang dikritik oleh Luther, membuat Kristus tidak seperti aslinya. Kristus dihias untuk sesuai dengan kita supaya kita suka menjadi seperti Dia. “Maukah engkau menjadi seperti Kristus?”, “mengapa mau”, “kan enak bisa berjalan di atas air, kan enak bisa mengusir setan cuma dengan mengatakan pergilah ke babi”, seru kalau kita bisa lakukan itu. Bertemu orang kerasukan, cari dulu dia kerasukan dekat peternakan babi atau tidak, kalau dekat, jadi lumayan berani. Lalu Saudara mengatakan “hei kamu, namamu siapa?”, “nama kami kesebelasan karena kami banyak”, “silakan pergi ke babi”, lalu roh itu pindah ke babi dan babinya terjun, lalu kita mengatakan “itu namanya mirip Yesus”. Bukan, karena kita sedang memasukkan keinginan untuk mulia kita, kita masukkan ke dalam Kristus. Kita ingin mulia, kita ingin hebat, kita ingin populer, kita ingin terkenal, kita ingin dianggap manusia paling hebat atau level paling atas, ada di dalam top layer dari struktur sosial yang ada, kita ingin di atas. Lalu kita mengatakan Yesus juga di atas. Kalau Saudara dengar khotbah mengatakan “Yesus itu orang kaya, buktinya jubahNya diperebutkan orang. Kalau orang miskin, mana ada orang mau jubahnya”, Saudara tahu ini teologi pendeta siapa, saya sudah lupa. Tapi kalimat itu populer sekali, “Yesus itu adalah kelompok tertinggi dari struktur sosial manusia. Dia paling hebat, karena Dia ditafsirkan oleh saya yang ingin hebat. Karena saya mau hebat, saya tafsir Yesus hebat. Yesus hebat lalu saya mengatakan saya ingin seperti Yesus”, bukan, engkau ingin seperti dirimu, hawa nafsu untuk jadi mulia, hawa nafsu untuk jadi terkenal, hawa nafsu untuk jadi lebih hebat dari orang lain, itu yang kita kenakan ke Kristus. Apakah Kristus ingin jadi lebih hebat dari orang lain? Tidak, Dia ingin melayani yang lain. Waktu Dia tunjukkan Dia adalah Tuhan dan Guru, Dia cuci kaki murid-muridNya, ini Yesus yang riil, bukan yang ditafsirkan lewat segala hawa nafsu berkuasa, segala hawa nafsu mau mulia yang kita miliki. Maka Luther mengkritik semua penafsiran tentang Kristus yang membuat diri Kristus hilang dan keserakahan kita masuk ke Kristus. Sekarang berapa banyak orang mau percaya Yesus demi harapan bebas dari penderitaan? Ini tidak benar, karena itu teologia kemuliaan. Maka Luther mengatakan teologia salib berarti saya tafsir Yesus dengan benar, yaitu Dia adalah yang rela kosongkan diri, Dia adalah yang rela direndahkan, Dia adalah orang yang rela jadi hamba, Dia adalah yang mati dengan cara yang terhina sekali. Sudah tahu Yesus seperti ini, langsung ada perasaan dalam diri saya “saya tidak mau seperti itu, Tuhan. Saya tidak mau ambil hidup mirip Yesus”, dan waktu kita tidak mau, baru kita disegarkan oleh Roh Kudus yang mengatakan “tapi itulah kemuliaan Allah, di situlah Tuhan menyatakan pekerjaan yang paling sempurna. Tidakkah kamu mau seperti Tuhan? Mau, itulah Tuhan. Tuhan adalah Allah yang rela kosongkan diri, Tuhan adalah Allah yang rela menderita, Tuhan adalah Allah yang rela melayani yang lain, Tuhan adalah Allah yang rela datang menjadi yang paling rendah. Di dalam kumpulan orang di keluarga di Paskah sebelum keluar dari Mesir, waktu Israel makan Paskah bersama, yang paling rendah di dalam kelompok itu adalah kambing atau domba yang disembelih. Papa jadi kepala keluarga, mama jadi wakil dari papa, lalu papa dan mama jadi otoritas bagi anak. Anak-anak tunduk kepada papa mama. Tapi yang paling rendah dari semua adalah daging kambing yang mereka makan. Daging kambing atau daging domba yang mereka makan itu ada di struktur paling rendah. Dan waktu Kristus ada di dalam dunia, Dia mengatakan “Aku adalah Anak Domba Allah, Akulah Domba Paskah yang disembelih”, Dia taruh diriNya di tempat paling rendah, termasuk dalam Perjamuan Kudus. Di dalam Perjamuan Kudus bukankah Kristus menyatakan bahwa diriNya diwakilkan oleh roti dan anggur? Yang makanan, di dalam kumpulan perjamuan, ini makanannya. Dan Yesus mengidentikkan diri dengan makanannya. Dengan demikian waktu kita mau mengatakan “aku mau masukan hidup Kristus”, maka yang kita harus rela masukan adalah kesiapan untuk dikosongkan demi yang lain. Inilah yang Paulus sedang tekankan, “saya ingin jadi manusia yang baik”. Bagaimana jadi manusia yang baik? “Saya ingin presentasikan Allah di dalam tubuh saya”. Bagaimana presentasikan Dia? Kamu kan orang berdosa yang cemar. Dengan cara meneladani Kristus, “aku ingin apa yang orang dapat dari Kristus secara fisik, mereka juga dapat dari saya”. Mengapa ini penting? Mengapa Tuhan Yesus harus dinyatakan lewat orang-orang yang masih hidup di dunia? Karena Tuhan Yesus sekarang ada di surga. Dia tidak menyatakan diriNya secara fisik kepada kita. Dia tidak presentasikan diriNya secara fisik, tetapi Dia ingin kita yang melakukan itu untuk Dia. Sehingga kalau dikatakan “dimana Yesus?”, Saudara mengatakan “lihatlah hidup orang Kristen di dalam tubuh kami. Lihat bagaimana kami hidup di dalam tubuh kami. Inilah pernyataan Kristus”. Dan Saudara akan kaget bahwa ternyata cinta kasih, kerelaan berkorban, kerelaan melayani, semua tidak mungkin dilakukan di dalam gesture dan penampilan tubuh yang pantas. Saudara tidak bisa tidak pakai badanmu untuk bersaksi. Jangan tafsirkan dengan remeh, “tidak bisa pakai badan untuk bersaksi, berarti tidak boleh ada penyakit kulit. Atau berarti bagaimana? Apakah mesti berotot, sixpack baru menampilkan Kristus?”, itu penampilan teologia kemuliaan lagi. Saya tidak mengatakan kalau begitu lebih baik perutnya family pack saja, lebih mudah, tidak seperti itu. Yang saya maksudkan adalah presentasi Saudara waktu mengasihi tidak mungkin tanpa tubuh. Yang Saudara lakukan untuk orang lain tidak mungkin tanpa ekspresi fisik Saudara. Ekspresi fisik sebenarnya berkait dengan mode hidup yang Saudara pilih untuk jalankan. Ini yang saya harap Saudara bisa setuju juga karena apa yang Saudara pilih untuk kerjakan itulah yang paling sering tubuhmu akan lakukan. Misalnya Saudara adalah seorang dokter, maka kehadiran fisik Saudara paling banyak di dalam waktu Saudara adalah berinteraksi dengan pasien, di situlah tubuhmu terbiasa mengekspresikan dirinya. Kalau Saudara adalah misalnya seorang supir, maka di belakang kemudilah dimana tubuh Saudara paling banyak berada. Atau paling tidak untuk berada di belakang kemudilah tubuh Saudara akan dibentuk. Ini berkait juga dengan prinsip Paulus tentang tubuh dan latihan. Paulus mengatakan contoh yang penting bahwa atlet melatih tubuhnya untuk apa yang mereka akan lakukan di pertandingan. Waktu seorang bertinju, mungkin dia hanya lakukan satu atau satu setengah jam bertinju kalau full round. Tapi sebelum dia bertinju, dia habiskan dirinya untuk waktu bertinju itu. Maka dia akan habiskan hari-harinya berlatih, dia akan pergi ke gym, dia akan tinju punching bag, lalu dia akan sparing, dia akan latihan, dia akan olahraga, dia akan melakukan segalanya untuk hal yang menunjang dia bertinju nanti. Apapun yang Saudara kerjakan, Saudara akan dedikasikan tubuhmu untuk itu. Bahkan misalnya kalau yang Saudara kerjakan itu adalah hal intelektual. Hal intelektual berarti Saudara melatih tubuh Saudara ada di dalam kondisi yang siap untuk menerima pelajaran. Orang yang kerjanya di dalam dunia akademik, baca buku, membuat tulisan, dia bukan tidak pakai tubuh. Dia sedang melatih tubuhnya untuk mempunyai kestabilan, tidak ingin keluyuran ke mana-mana, konsentrasi, dia latih telinganya, tidak banyak distraksi dari mana-mana. Dia latih matanya, baca baik-baik. Jadi apa yang Saudara pilih untuk lakukan di dalam hidup, Saudara akan melatih tubuh Saudara untuk ada di situ. Tidak ada yang tanpa tubuh, bahkan meskipun yang Saudara kerjakan adalah hal yang menuntut aspek intelektual lebih besar. Maka ketika Saudara jalankan hidup Saudara akan pilih untuk presentasikan tubuh Saudara dengan bentukan seperti panggilan Saudara.