Calvin mengatakan image of God itu ada di dalam moral, ada di dalam intelektual, ada di dalam worship, ada di dalam kepintaran, dan segala hal yang inward, yang di dalam, bukan di luar. Tapi di commentary Yesaya dan commentary Mazmur, dia mempunyai pikiran yang tidak ada di Institut of Christian Religion. Apa yang dia katakan? Secara panggilan, secara ciptaan kita adalah gambar Allah dan itu termasuk presentasi kita keluar. Bagi Calvin sama seperti semua orang di dalam hatinya itu punya sense of God, ada sense bahwa Allah itu ada. Demikian di dalam setiap diri manusia, ada sense bahwa saya ini gambar Allah. Dan saya mesti presentasikan diri dengan cara yang pantas. Tapi pertanyaannya, pantas itu apa? Apakah pantas hanya mengenai rambut harus panjang berapa senti, apakah pantas hanya mengenai badan tidak tatoan, apakah pantas hanya mengenai bahan baju atau model baju, apakah pantas hanya mengenai tata make up, jangan kelebihan jangan ketipisan, jangan terlalu tebal sampai nanti malam-malam perlu pakai pasak untuk dibongkar? Terus mengapa itu penting? Ada yang lebih esensial, mengapa penting bagi kita untuk presentasikan diri? Karena kita gambar Allah. Kalau kita gambar Allah, siapa yang harus kita tiru waktu kita presentasikan diri? Calvin mengatakan bahwa kita sudah kehilangan contoh untuk presentasikan diri. Di dalam diri kita selalu ada sense, “saya mesti hidup dengan cara demikian, tubuhku harus memberikan pesan sesuatu”, tapi apa pesannya kita sudah tidak tahu. Jadi kita punya perasaan, tubuhku ini adalah media informasi. Jadi media informasi bukan cuma TV atau stasiun berita atau channel berita atau website berita, tapi diri kita adalah channel adalah sarana pernyataan. Pernyataan siapa? Pernyataan Tuhan, Tuhan mau kita menjadi sarana pernyataan dari Tuhan bagi sesama. Maka Calvin mengatakan, ini poin kedua jeniusnya Calvin, yang pertama kita ingin presentasikan diri karena kita adalah gambar Allah. Dan itu dilakukan secara lahiriah, fisik. Yang kedua kita presentasikan diri kepada sesama. Maka bagi Calvin manusia adalah gambar bagi sesamanya. Ini menarik, Saudara belajar jadi manusia dengan berkaca pada sesama. Seringkali kita lihat orang dan kita jadikan orang itu cermin untuk melihat diri kita. Kalau orang itu bagus kita langsung mengatakan “saya ingin belajar dari dia”. Kalau orang itu buruk, kita langsung mengatakan “saya tidak mau sama dengan dia. Jangan sampai saya sama dengan dia, amit-amit kalau sama dengan dia”, kalau orang itu buruk. Jadi kita menjadikan sesama kita cermin bagi diri kita. Kita lihat sesama lalu kita mengatakan “saya mesti seperti itu”. Waktu Saudara lihat orang yang bagus baik di dalam tampilan atau di dalam moral atau di dalam perjuangan hidup atau apapun, Saudara melihatnya di dalam tubuh dia, bagaimana dia hidup didalam tubuhnya itu penting. Maka yang Saudara akan bentuk ke dalam diri adalah yang Saudara lihat dari orang lain. Ini akhirnya bisa berkait kemana-mana termasuk pornografi. Mengapa pornografi merusak? Karena Saudara melihat orang lain di dalam kondisi yang Saudara sepatutnya tidak lihat, Saudara tidak seharusnya lihat orang lain di dalam kondisi itu, di dalam kondisi telanjang, di dalam kondisi hubungan seks, itu tidak seharusnya kita lihat. Karena kita lihat, pembentukan diri kita menjadi kacau. Sebab kita ini dibentuk dengan lihat yang lain. Inilah yang jadi perkembangan teologi yang dikerjakan oleh misalnya Zachman, ahli Calvin, dia pelajari Calvin lalu dia kaitkan dengan banyak pemikir termasuk Soren Kierkegaard, bahwa ternyata manusia perlu lihat orang lain untuk dirinya dibentuk. Kita tidak bisa hidup sendiri, dan kita perlu Allah dinyatakan lewat gambarNya yaitu sesama kita, maka kita senantiasa akan lihat orang dan jadikan dia cermin. Lihat orang dan lihat diri kita, lihat orang dan improve diri kita, lihat orang dan membuat diri kita mendapatkan peringatan, “hati-hati jangan seperti ini”. Ini yang Calvin lakukan waktu membaca Mazmur, dia menjadikan Daud contoh untuk dia lihat sebagai image, gambar. Menarik, dia tidak langsung ke Kristus, karena banyak bagian di mazmur yang tafsiran lain mengatakan ini tentang Kristus, tapi Calvin mengatakan “tidak, ini tetang Daud”. Mengapa tentang Daud? Mazmur 2, semua penafsir mengatakan anak yang diangkat oleh Allah itu adalah Kristus, tapi Calvin mengatakan Daud. Daud dulu baru ada hal-hal yang baru digenapi Kristus. Tapi jangan langsung loncat ke Kristus, Daud dulu dilihat. Lihat Daud. Mengapa mesti lihat Daud? Karena bagi Calvin, Daud itu seperti cermin untuk Calvin melihat dirinya. Maka Calvin mengatakan Daud itu penting untuk kita lihat, karena Daud berusaha untuk menjadi gambar dari Sang Mesias. Apakah dia Berhasil? Tidak, tapi dia berusaha kesana. Maka semua orang sedang berusaha mewujudkan Sang Mesias di dalam kehidupan dia. Mesias atau Sang Juruselamat Yesus Kristus melakukan apa, itu yang kita coba wujudkan di dalam diri kita. Perjuangan kita di dalam hidup adalah untuk membuat presentasi kita, hidup kita di dalam tubuh yang kita tampilkan keluar adalah presentasi yang menyerupai Kristus. Makin mirip Kristus makin saya berhasil menjadi gambar Allah. Makin mirip Kristus di dalam tubuh makin saya berhasil hidup sebagaimana seharusnya. Itu sebabnya Paulus mengatakan “saya ingin kamu bersaksi, beritakan Injil, ayo kabarkan”, “Paulus, kamu sedang dipenjara, bagaimana kalau kamu diberikan hukuman mati?”, Paulus mengatakan “berarti saya mendapatkan kesempatan untuk presentasikan Kristus di dalam kematian saya. Kalau saya hidup adalah Kristus, kalau saya mati adalah keuntungan”, ini yang dimaksudkan. Jadi cara saya memilih untuk menunjukkan hidup di dalam tubuh, itu adalah cara yang saya mau lakukan supaya Kristus dinyatakan lewat saya. Itu sebabnya tidak ada orang Kristen bisa hidup di dalam tubuh, hidup di dalam dunia dengan cara yang lepas, tidak bisa. Lepas maksudnya tidak ada contoh yang Saudara mau tiru, tidak bisa. Kita tidak bisa hidup sesuai kemauan sendiri. Kita tidak bisa menjadi individualis. Individualis akan merusak karena kita tidak didesain untuk menjadi diri kita sendiri. Saudara sering mendengar kata “be yourself”, tidak tahu apakah sekarang masih populer, tapi dulu populer sekali, mungkin 20 tahun lalu. Sepertinya semua orang berbicara “be yourself” termasuk dosen-dosen saya di kelas, “kalian be yourself”, ya sudah dapat F. Apa maksudnya be yourself? Who am I? jadi bagaimana menjadi diri sendiri kalau saya bahkan tidak tahu siapa diri saya? Dan kita tidak didesain untuk jadi diri sendiri. Kalau kita di desain untuk jadi diri sendiri, dari bayi kita sudah jadi diri sendiri. Tapi waktu bayi lahir, dia tidak tahu mau meniru siapa, berbicara pun melihat mama papanya. Cara bicara lihat orang sekelilingnya, cara jalan pun tiru orang lain, cara menggunakan barang pun tiru orang sekeliling. Anak saya lihat ada orang putar-putar piring di atas tongkat, dia pikir piring itu untuk diputar di atas tongkat. Apakah ini dia miliki sejak dalam kandungan? Tidak. Hamba Tuhan biasanya mengatakan “satu-satunya hal yang kita miliki dari kandungan itu cuma dosa, itu original dari kita”. Kita tidak bisa hidup sendiri, tidak ada diri kita tanpa kita coba konformasikan diri ke orang lain. Kita coba masukkan hidup orang lain ke diri kita, itulah kita. Manusia bertumbuh dengan memasukkan hidup orang lain ke dalam dirinya. Masalahnya adalah hidup siapa yang Saudara coba masukkan ke dalam diri Saudara? Saudara berusaha untuk jadi siapa, itu penting. “Saya tidak mau jadi siapa-siapa, I want to be myself, saya mau jadi diri saya sendiri”, tidak bisa. Mengapa tidak bisa? Karena dirimu siapa juga tidak jelas. Dari kecil engkau memasukkan hidup orang tuamu ke dalam dirimu. Waktu engkau tumbuh besar, engkau lihat gurumu lalu mengatakan “keren, guru saya itu hebat”, anak-anak kan punya pahlawan adalah papa mamanya, sudah makin besar pahlawannya adalah guru sekolah, lebih besar lagi pahlawannya adalah avengers. Makin besar lagi pahlawannya adalah sastrawan negatif yang sudah muak akan hidup, makin lama makin negatif. Jadi kita semua selalu ingin memasukkan bagian dari hidup orang lain ke dalam diri kita. Tapi ada problem dengan lakukan ini karena kita tidak di desain untuk lakukan itu. Maksudnya kita tidak didesain untuk cuma masukkan hidup secara random ke dalam diri kita. Kita harus memasukkan hidup orang lain yang Tuhan pakai untuk menyatakan diri. Jadi komunikasi diri Tuhan, cara Tuhan menyatakan diri, itu ada di dalam kehidupan manusia, di dalam tubuhnya, dan ini yang harus kita ambil. Maka tidak ada kemungkinan bagi kita untuk hidup secara limpah sebagai manusia, kecuali kita dipimpin oleh Sang Juruselamat Mesias.

« 4 of 6 »