Hari ini kita dapat belajar apa yang Paulus katakan, “Saya mau mengingatkan kamu hai orang Filipi, jangan lagi lupa tentang berita Injil. Hati-hati terhadap orang yang lupa berita Injil.” Siapa orang yang lupa berita Injil? Orang-orang Yahudi yang mau kamu jadi orang Kristen tapi Kristen gaya Yahudi. Mereka disebut “anjing” oleh Paulus, ini sesuatu yang akhirnya dipakai orang Jerman untuk menindas orang Israel. Mereka mengatakan, “Siapa orang Israel?” “Judogs.” “Mengapa orang Israel dibilang anjing?” Paulus yang mengatakan di Filipi pasal ketiga. Tapi yang Paulus maksud dengan “anjing” ini bukan makian. Kalau kata orang Sunda, ini kata kasar untuk memaki. Sepertinya kata ini keluar ketika orang emosinya sampai pada level tertentu. Tapi yang dimaksudkan Paulus bukan seperti orang-orang di Bandung waktu mengatakan kata binatang ini, waktu mengatakan “anjing”, yang Paulus maksud adalah binatang yang suka mengeksploitasi luka dari orang lain, luka dari binatang lain. Salah satu yang ditakuti oleh orang yang habis dirampok, biasanya orang dirampok itu dilukai. Mungkin dia sedang naik keledainya atau sedang jalan kaki, lalu dipukul orang, lalu hartanya diambil. Biasanya kalau orang dipukul atau ditebas dengan pedang jadi ada luka terbuka yang berdarah, darah ini bisa tercium oleh anjing liar. Dan anjing liar akan cari orang yang sudah terluka, begitu lihat, mereka akan coba dekati, diendus-endus dulu, ketika orang itu melawan dia mundur lagi sedikit. Lama-lama dia mulai berani mendekat, ternyata orang ini sudah lemah tidak bisa melawan, dia mulai gigit lalu mundur, gigit lalu mundur, akhirnya orang ini mati dicabik-cabik oleh anjing liar. Dan dicabik anjing liar lebih mengerikan daripada dimakan singa, karena singa punya insting untuk gigit leher. Kucing itu punya insting untuk gigit leher, setiap kali mau berburu binatang dia akan gigit lehernya, dia akan cengkeram dan dia tidak lepas sampai binatang itu kehabisan darah karena nadi utamanya hancur atau karena pernafasannya terjepit oleh cengkeraman dari rahang kucing. Ini cara kucing atau singa berburu. Semua jenis kucing baik yang bentuk v-line yang mengeong maupun yang pantera yang mengaum. Semua akan menjepit leher dari lawannya. Kalau anjing tidak, anjing akan mengeksploitasi luka, lukai pelan-pelan sampai tidak kuat lagi kehabisan darah, baru dimakan, sadisnya bukan main. Jadi anjing di rumah Saudara punya kemungkinan kesadisan seperti ini, cuma bedanya sudah didomestifikasi. Ada satu orang menulis artikel cukup lucu dia mengatakan domestifikasi anjing ini adalah sebuah pelemahan ras anjing, pelemahan spesies anjing, karena anjing tidak seharusnya selemah yang di rumah Saudara. Sekarang Saudara pelihara anjing yang kakinya lucu kecil-kecil, coba lepas yang seperti ini di hutan, dua hari dia bisa mati. Karena dia tidak bisa bertahan dengan kaki sependek itu, anjing harusnya kakinya panjang supaya bisa lari dengan cepat dan punya kekuatan berburu. Tapi manusia sudah kawin silangkan satu sama yang lain, anaknya seperti ini, kawin silang lagi, akhirnya anaknya seperti ini. Akhirnya sekarang kita menemukan anjing kecil kakinya pendek-pendek, gemuk-gemuk, seperti ini di hutan, lari sedikit, sakit jantung, mati. Jadi anjing domestik itu tidak mungkin bisa bertahan kecuali kalau manusia rawat. Kalau dibiarkan di hutan, dia punah. Anjing yang dimaksud Paulus yang seperti ini, yang mengeksploitasi luka orang yang terluka. Orang Yahudi suka melakukan itu mengeksploitasi orang Kristen saat mereka lihat ada kelemahan orang Kristen. Hati-hati Saudara jangan jadi orang seperti ini. Karena Paulus mengatakan, “Hati-hati terhadap anjing-anjing.” Lagi-lagi ini bukan makian, tapi ini berbicara tentang orang yang suka mengeksploitasi luka orang lain. Kalau lihat kelemahan langsung mengatakan, “Tuh ‘kan, Kristen memang seperti ini.” Ini namanya anjing-anjing. Jadi sekarang kita arahkanlah kata “anjing” ini ke orang yang tepat, bukan dengan makian dan marah, tapi dengan pengertian ini adalah hal yang bersifat simbolik. Jangan eksploitasi luka orang lain, jika Saudara melihat ada kelemahan orang lain, mari bimbing supaya orang itu kembali kuat. Bukan malah mengeksploitasinya, orang Yahudi ingin lihat Paulus hancur. Mereka menunggu Paulus di penjara, “Supaya orang tahu, lihat ini pemimpin Kristen yang katanya bangsa Yahudi dan bangsa kafir sama, orang ini menghina orang Yahudi. Lihat dia sudah dipenjara.” Ini namanya mengeksploitasi luka. Maka Paulus mengatakan, “Saya baru tahu banyak orang Kristen Yahudi yang ternyata mirip seekor anjing karena suka mengeksploitasi kelemahan orang lain. Kelemahan orang lain menjadi bukti bahwa agamanya salah, bahwa alirannya salah.” Kita jangan jadi seperti itu. Lihat orang dari gereja lain, lalu mengatakan, “Ada yang berdosa,” langsung eksploitasi. “Lihat, gereja karismatik parah, lihat pemimpinnya seperti ini. Lihat gereja Katolik parah, lihat pemimpinnya seperti ini.” Ini namanya mengeksploitasi luka. Jangan, Saudara tidak perlu harus membandingkan kelebihan kita dengan kekurangan orang lain, mari saling membandingkan kelebihan. Dalam tradisi Katolik pernah ada orang agung namanya Anselm, misalnya. Mari kita bandingkan ajaran Anselm dengan Luther di dalam kekuatan mereka, ini yang lebih agung, ini namanya bukan “anjing”. Kalau anjing mengeksploitasi kelemahan. Ini namanya manusia, yaitu membandingkan dengan adil antara saya dan orang lain. Paulus mengatakan, “Hati-hati terhadap anjing-anjing, hati-hati terhadap pekerja-pekerja yang jahat,” yaitu orang yang kelihatan saleh, tapi saleh demi hal yang bersifat semu, bersifat dangkal. Orang-orang Judaizers yang ingin orang Kristen disunat supaya ikut cara Yahudi, ini sangat sombong. Mereka ingin menunjukkan bahwa Kekristenan yang sudah menyebar di Eropa adalah bagian dari Bangsa Yahudi. Maka mereka minta semua orang Kristen mengaku diri sebagai orang Yahudi. Kalau bukan Yahudi, mereka mesti disunat, mesti menyatakan kesetiaan, mesti diadopsi menjadi bagian dari suku Israel, sehingga Bangsa Israel menjadi besar. Jadi tujuan mereka bukan membuat Kristus menjadi besar, tujuan mereka membuat Israel menjadi besar. Mirip dengan Romawi, Romawi kadang-kadang berperang dengan orang-orang Fisigot. Lalu suatu saat ada kebijakan yang berubah, jangan berperang melawan Fisigot, rekrut mereka menjadi tentara. Ini yang membuat Roma jadi besar kembali di abad yang kedua, sebelum akhirnya lemah lagi karena tentara yang direkrut ternyata memberontak. Mereka merekrut tentara dan akhirnya orang-orang Fisigot menjadi orang Roma. Ini yang orang-orang Yahudi pikir. Kalau orang Kristen kita rekrut jadi orang Yahudi Kristen, maka Yudaisme menjadi besar. Jadi mereka bukan mau membesarkan Kristus, mereka mau membesarkan golongan sendiri. Dan Paulus mengatakan, “Ini pekerja palsu, ini penyunat palsu, pekerja jahat.” Tapi kita tidak, kita orang yang beribadah oleh Roh Allah. Dan Roh Allah membuat kita bermegah dalam Kristus yaitu yang menyatakan kemuliaan dengan memberi diri bagi yang lain. Paulus mengatakan, “Kalau soal kemuliaan diri, saya mulia.” Karena dia dari suku Benyamin. Suku Benyamin itu dikenal sebagai suku yang gigihnya bukan main. Mereka suku kecil yang tidak bisa dimatikan, tidak ada matinya. Jadi kalau mau bicara soal ketekunan, rajin, atau zeal, suku Benyamin itu lambang zealesness, kegigihan, lambang zeal. Lalu di dalam bagian selanjutnya, Paulus mengatakan, “Saya orang Yahudi, suku Benyamin. Saya disunat pada hari ke-8, orang Ibrani asli, saya orang Farisi.” Salah satu kelompok yang paling giat dan paling banyak pengikut. Jadi Paulus mengatakan, “Kalau mengenai kemuliaan diri, saya tidak perlu menjadi Kristen. Saya tinggal perkuat ini saja, tapi kalau itu yang saya cari, saya tidak mendapatkan Kristus, sekarang saya mengerti kemuliaan itu dibagikan. Maka saya lihat kemuliaan bagi diri itu sampah, sekarang saya mau melihat kemuliaan yang dibagikan bagi yang lain,” kira-kira itu yang Paulus nyatakan. Inilah yang kita pelajari di dalam bagian pertama dari bagian ini. Di pertemuan berikut, kita akan lihat bagian kedua yaitu mengenai mengadopsi pembenaran dan menjadi berkat karenanya. Kiranya Tuhan memberkati kita menjadi orang-orang yang menyalurkan kemuliaan, bukan menjadikan kemuliaan berpusat ke diri.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

« 8 of 8