Waktu kita memikirkan tentang keunggulan kita, pernahkah kita pikir mengapa Tuhan memberikan kehidupan yang beragam kepada manusia? Kalau Tuhan itu adil, mengapa ada orang lebih pintar dari kita, lebih cantik dari kita, lebih ganteng dari kita, lebih kaya dari kita, lebih sukses dari kita? Karena Tuhan tidak pernah menilai kemuliaan dari sisi itu. Kalau Tuhan tidak lihat kemuliaan dari sisi itu, mengapa kita mesti lihat dari sisi itu? Karena diajar oleh dunia dan keberdosaan kita sendiri. Kalau kita lihat dari sisi itu, tapi Tuhan tidak lihat dari sisi itu, mengapa kita paksa Tuhan harus lihat dari sisi kita? Mengapa engkau merasa Tuhan memperlakukan tidak adil? Karena orang lain lebih sukses. Apakah bagi Tuhan orang yang lebih sukses lebih penting dari yang tidak sukses? Apakah bagi Tuhan orang yang pintar lebih penting dari orang bodoh? Apakah bagi Tuhan orang kaya lebih penting dari orang miskin? Tidak. Kalau tidak mengapa engkau menganggap penting, lalu suruh Tuhan harus anggap penting juga? Ini sesuatu yang tidak adil lalu kita lemparkan ke Tuhan. Sudah lemparkan ke Tuhan hal yang tidak adil, menilai Dia dengan tidak adil, mempersalahkan Dia untuk hal yang tidak adil, masih berani ambil kesimpulan bahwa kalau Tuhan mau benar-benar ada, seharusnya begini dan begini. Mengapa kita yang atur Tuhan harus bagaimana? Maka konsep mulia dari dunia bukan konsep yang Tuhan mau diajarkan oleh Dia. Konsep mulia dari dunia berpusat ke diri. Apa itu kemuliaan versi dunia? Kemuliaan versi dunia adalah tentang saya. Tetapi Allah tidak pernah tentang Allah, karena Allah kita Allah Tritunggal. Karena Allah adalah Allah Tritunggal maka setiap pribadi mempunyai fokus dan arah hidup kepada pribadi yang lain. Untuk siapa Sang Bapa hidup? Untuk Sang Anak. Untuk siapa Sang Anak hidup? Untuk Sang Bapa. Untuk siapa Sang Roh Kudus hidup? Untuk menjadi Penyatu antara Sang Bapa dan Sang Anak. Untuk siapa sang Roh Kudus hidup? Untuk Sang Anak melayani Sang Bapa, untuk Sang Bapa mencintai Sang Anak. Lalu siapa di antara tiga pribadi Tritunggal yang arah hidupnya kembali kepada dirinya sendiri? Tidak satu pun. Tidak satu pun dari pribadi Tritunggal yang hidup untuk diri-Nya sendiri. Allah Bapa, Yesus Kristus Anak Allah, dan Roh Kudus Roh Allah, tiga pribadi Tritunggal, semua hidup bagi pribadi yang lain. Dari sinilah dasar kemuliaan mulai dipahami.  Kemuliaan tidak pernah bisa lepas dari kekudusan. Di dalam pengertian dari Perjanjian Lama, “kemuliaan” itu bisa dikaitkan dengan kata “berat, heavy, bobot, kavot”. Tapi kata kemuliaan bukan cuma dikaitkan dengan “bobot” atau “berat”, kata “kemuliaan” juga bisa dikaitkan dengan pancaran yang mencerminkan keindahan kalau itu disoroti dari estetika, pancaran yang mencerminkan keagungan karakter kalau ini disoroti dari sisi moral, pancaran yang menyatakan keagungan hidup kalau ini dicerminkan di dalam sisi relasi. Jadi Allah adalah yang paling indah, ini artinya mulia. Allah adalah yang paling agung karakter-Nya. Dan Allah adalah yang menggunakan keindahan diri dan keagungan karakter untuk arah ke luar bagi pribadi yang lain. Inilah tiga hal utama tentang kemuliaan. Mengapa Allah disebut mulia? Karena Dia yang paling indah. Apalagi yang membuat Dia mulia? Karena Dia yang paling agung karakter-Nya. Apalagi yang paling membuat Dia mulia? Karena Dia menggunakan keindahan dan keagungan karakter-Nya bagi pribadi yang lain. Kalau orang cantik atau ganteng, apakah dia cantik atau ganteng untuk dirinya sendiri? Dia lihat cermin lalu kagum. Seperti dalam cerita, “Cermin-cermin di tembok, siapakah yang paling cantik dari semua?” Lalu cerminnya mengatakan, “Yang pasti bukan kamu, saya muak melihat kamu tiap pagi.” Orang lihat dirinya tercermin dari cermin dan mengatakan, “Alangkah tampannya engkau.” Itu orang gila. Saudara tahu cerita ini tentang Narcissus, dia adalah seorang manusia paling tampan di dalam dunia, yang banyak dikejar perempuan, dia tidak suka dikejar perempuan. Karena baginya perempuan mengganggu dan cerewet, ini kata Narcissus. Narcissus tidak suka dikejar-kejar perempuan, tapi ke mana pun dia pergi selalu dikejar-kejar perempuan. Akhirnya dia trauma tinggal di kota karena dia mau dibunuh oleh banyak pemimpin. Mengapa pemimpin mau bunuh dia? Karena istri pemimpin kejar dia juga. Semua perempuan di kota kejar dia, akhirnya dia capek. Maka dia pergi ke hutan, lebih baik pergi ke hutan daripada dikejar-kejar perempuan di kota. Banyak pemuda mengatakan, “Saya justru inginnya dikejar-kejar perempuan di kota.” Nanti Narcissus mengatakan, “Kamu belum pernah dikejar perempuan tipe yang mengejar saya, kalau sudah, kamu kapok.” Akhirnya, Narcissus pergi ke hutan, di tengah hutan dia lihat ada satu rusa yang bagus, dia mau berburu, lapar. Dia lihat rusa yang bagus, dia kejar. Waktu dia mau kejar, ternyata dia kurang pintar berburu, orang tampan kadang-kadang cuma punya tampang dan tidak punya apa pun yang lain. Kadang-kadang, bukan selalu. Cuma mengandalkan tampang ternyata tidak bisa berburu rusa. Orang pikir dengan ketampanan atau kalau perempuan dengan kecantikan yang lain tidak perlu, salah. Banyak orang pikir cantik itu cukup, tampan itu cukup, tidak. Narcissus mau berburu rusa tapi tidak bisa. Mengapa saya kurang ahli? Karena kamu cuma pintar ditampang, kurang pintar yang lain. Dia coba kejar, masih tidak bisa, akhirnya dia lari terus kejar-kejar rusa di tengah hutan, dia berpapasan dengan seorang perempuan namanya Echo yang tinggal di tengah hutan. Mengapa perempuan ini tinggal di tengah hutan? Karena perempuan ini tidak bisa bicara. Dia mau bicara tapi tidak bisa, dia cuma bisa mengulangi suku kata terakhir dari orang yang bicara sama dia. Jadi kalau ditanya, “Siapa namamu?” Dia cuma ulangi suku kata “mu”. “Saya tanya siapa namamu?” “Mu.” “Namamu siapa?” “Pa.” “Kok ‘pa’? Kamu ini bisa bicara atau tidak?” “Dak” “Oh tidak bisa, dasar perempuan aneh, sudah cantik tapi bodoh, tidak bisa bicara.” Dia sakit hati. Dia sangat cantik tapi tidak bisa bicara, akhirnya daripada disakiti orang terus, dia pindah ke hutan. Di hutan dia berpapasan dengan Narcissus, dan sama seperti perempuan normal lainnya dia jatuh cinta sama Narcisssus. Maka dia kejar Narcissus. Jadi ada pemandangan lucu, rusa lari dikejar Narcissus, Narcissus lari dikejar Echo, bertiga kejar-kejaran. Akhirnya rusanya lari karena Narcissus ditangkap oleh Echo, Narcissus marah sekali, “Apa yang kamu mau dari saya, Perempuan?” “Puan.” “Maksudmu apa puan-puan?” “Puan.” Maksudnya, aku cinta kamu, tapi dia tidak bisa bicara. “Kamu perempuan gila.” “La la la.” “Kamu mau apa sama saya?” “Ya ya.” “Jangan mengatakan iya iya, kamu.” “Mu mu.” “Kamu mau apa sih?” “Sih sih.” Akhirnya Narcissus benci sekali, dia tinggalkan Echo. Echo sedih sekali, “Saya tidak akan bisa punya pasangan, yang ganteng seperti itu menghina saya. Saya tidak mau hidup lagi.” Akhirnya dia masuk ke gua, dan karena sedihnya dia mati, tubuhnya hilang tapi suaranya tetap ada. Jadi hal paling menyebalkan dari dia tetap ada. Maka kalau orang masuk gua lalu mengatakan “halo” langsung ada “lo lo”, itu Echo. Ini cerita Yunani. Sementara Narcissus marah sekali, “Saya mau kejar rusa tidak bisa gara-gara dikejar perempuan, mengapa perempuan kejar-kejar saya?” Akhirnya dia sudah capek merenung tentang ini. Dia duduk di pinggir danau, dia lihat bayangan di danau, dia kaget ada laki-laki tampan di danau. Dia lihat bayangannya sendiri dan dia kaget, dia jatuh cinta sama tampangnya sendiri. Dia kaget, “Siapa itu? Orang di danau ini. Hei, kamu siapa? Mengapa tidak bicara?” Dia mau sentuh, begitu disentuh airnya bergolak bayangannya hilang. Maka dia tarik lagi tangannya. Waktu air jadi tenang, dia lihat lagi bayangannya sendiri. Akhirnya dia tahu jangan goncangkan air supaya bisa lihat orang tampan ini. Maka dia terus lihat bayangannya sendiri, “Tampan sekali engkau, siapa engkau? Aku penasaran.” Dia tidak berani sentuh dan dia tidak berani pergi. Karena begitu tampannya dia, dia pun terpikat, narsis itu seperti ini. “Begitu tampannya saya, saya pun terpikat.” Atau mungkin lebih tepat begini, “Saya terpikat sama saya, meskipun saya tidak tampan.” Ini kalau zaman sekarang. Zaman sekarang orang narsis justru kebanyakan yang tampangnya separuh ke bawah begitu kira-kira. Tapi entah mengapa dia pikir dia paling atas, ini orang narsis luar biasa, lebih narsis daripada Narcissus. Jadi Narcissus cuma lihat tampangnya, terus akhirnya dia mati di situ. Lalu setelah mati, tumbuh bunga yang melambangkan Narcissus. Ini kira-kira cerita Yunani, Yunani itu banyak cerita tragedi, tapi tragedi karena kebodohan sendiri. Mengapa ditolak laki-laki, lalu minta mati di gua? Itu kebodohan sendiri. Mengapa jatuh cintanya sama diri sendiri? Itu kebodohan. Ini adalah cerita Narcissus lihat wajah sendiri lalu langsung merasa puas. Tapi tidak ada orang punya kecantikan atau ketampanan untuk dinikmati sendiri. Orang mempunyai kecantikan atau ketampanan untuk dinikmati pasangannya, sehingga orang lainlah yang menikmati. “Mengapa kamu pintar?” “Supaya orang lain bisa menikmati pintarku.” “Mengapa kamu baik?” “Supaya orang lain bisa menikmati baikku.” “Mengapa kamu punya banyak bakat?” “Supaya orang lain bisa menikmati bakatku.” “Siapa kamu?” “Saya pelayan untuk orang lain menikmati apa yang saya miliki.”

« 6 of 8 »