Demikian juga dengan teologi, apa yang ada dalam teologi Kristen? Mengapa semua begitu banyak tema? Mengapa begitu banyak pengajaran diberikan? Saya tidak tahu tekanannya di mana. Luther menawarkan tekanannya adalah mengerti salib. Apa akibat dari mengerti salib? Akibat dari mengerti salib adalah saya mengalami perombakan besar tentang siapa Tuhan. Ini hal pertama yang akan didapatkan kalau orang mengenal Allah melalui Kristus yang tersalib. Martin Luther mempunyai sumbangsih besar di dalam teologi dalam hal ini, karena dia menekankan mengenal Tuhan melalui Kristus yang tersalib akan mengubah manusia. Ini akan mengubah para rasul, ini juga sudah mengubah Paulus. Paulus mengatakan, “Sebelumnya saya bangga terhadap ke-Yahudi-an saya, tapi sekarang saya bangga terhadap Tuhan saya yang baru saya temukan mempunyai pengertian atau mempunyai sifat yang beda dengan pengertian yang saya pahami tentang Tuhan.” Perombakan ini merupakan revolusi di dalam teologi. Ada seorang sejarawan mengatakan bahwa Eropa tidak pernah mengalami perombakan demikian besar selain yang dikerjakan oleh Martin Luther secara damai. Bukan dengan perang, bukan dengan senjata, tetapi dengan firman. Ini seolah-olah mencerminkan Kitab Zakharia, “Aku akan melaksanakannya oleh karena rohku bukan oleh senjata, bukan oleh kekuatan militer.” Demikian Martin Luther mengubah Eropa. Dia tidak pernah tembakan satu pun senjata, dia tidak pernah bacok orang atau menggunakan pedangnya untuk membunuh musuh, dia tidak pernah meniup sangkakala perang, dia tidak pernah perintahkan orang maju menyerang kubu yang lain, tapi pengaruh dia terhadap Eropa begitu besar. Dan ini terjadi karena dia menawarkan perspektif ini, mari kenal Tuhan melalui Kristus yang tersalib. Apa yang engkau temui di atas kayu salib? Orang Yahudi lihat kayu salib, mereka melihat hal yang membuat mereka marah karena di atas kayu salib itu ditulis, “Inilah Yesus dari Nazaret, Raja dari orang Yahudi.” Ini membuat orang Yahudi marah, “Masa ini Mesias kami?” Maka mereka lihat salib, mereka tersandung, mereka mau terima apapun tentang Yesus kecuali fakta Dia dipakukan di atas kayu salib. Padahal di dalam Injil dikatakan, “Engkau harus terima Yesus yang disalib sebagai permulaan untuk mengenal semua hal tentang Dia.” Tetapi orang Yahudi salah mengerti, mereka melihat salib dan mereka mengatakan, “Kami tidak mau aspek ini dari Yesus, kami mau aspek pengajaran Dia, kami mau aspek mujizat Dia, kami mau aspek cinta kasih Dia, kami mau aspek belas kasihan Dia, kami mau aspek ajaran dan hikmah Dia, tapi kami menolak salib.” Maka salib menjadi batu sandungan. Lalu kalau orang non-Yahudi melihat, “Apa ini penyaliban? Siapa yang disalib?” “Yesus dari Nazaret” “Siapa Dia?” “Raja orang Yahudi” “Raja orang Yahudi seperti ini, ini kebodohan. Mengapa mau percaya Raja yang disalib?” Hanya orang bodoh yang percaya ada Raja, lalu Raja ini membohongi semua orang, akhirnya fakta Dia disalib pun diabaikan oleh orang. “Dia Rajaku” “Bukankah Dia sudah disalib?” “Aku tidak peduli Dia disalib, yang penting Dia Rajaku.” Ini kebodohan. Jadi bagi orang luar Yahudi, penyaliban Kristus adalah kebodohan. Bagi orang Yahudi, penyaliban Kristus adalah batu sandungan. Tapi bagi orang percaya inilah pengenalan akan Allah, tanpa mengenal Allah yang disalib lewat Kristus yang disalib, kita tidak mungkin mencapai pengenalan akan siapa Tuhan. Maka apa yang harus saya pahami waktu lihat kayu salib? Yang saya pahami waktu lihat kayu salib adalah adanya Allah yang tidak menganggap kemuliaan-Nya sebagai sesuatu yang harus dipertahankan, ini yang kita sudah pelajari di dalam bagian awal dari Surat Filipi pasal pertama dan kedua. Apa yang dilihat disalib? Yang dilihat di atas kayu salib adalah Allah yang menekankan something else. Hal apa paling penting dalam diri Allah? Ternyata bukan kemuliaan-Nya, atau ternyata kemuliaan yang dinyatakan dengan cara yang berbeda dengan yang kita tahu. Ini yang jadi kontroversi di dalam pemikiran Martin Luther, apakah Allah sangat menekankan kemuliaan-Nya? Harusnya iya, karena di dalam Yesaya misalnya, Dia mengatakan “Aku akan mengerjakannya oleh karena Aku sendiri.” Ini di dalam Yesaya 45 & 48, juga Mazmur 45, “Aku melakukannya oleh karena Aku sendiri. Sebab Aku tidak memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain.” Tuhan tidak mau kemuliaan-Nya diberikan kepada berhala. Kemuliaan milik Tuhan dan hanya milik Tuhan saja. Kalau begitu kemuliaan itu hal penting, kemuliaan sangat ditekankan oleh Tuhan. Tapi di atas kayu salib ada kemuliaan apa? Ini membingungkan, saya tidak mengerti kemuliaan apa di atas kayu salib, karena yang di atas kayu salib saya lihat penghinaan, saya lihat kekosongan, saya lihat kematian, saya lihat ketiadaan pengharapan, saya tidak lihat ada yang mulia dari Tuhan di sini. Tapi mungkinkah saya yang salah mengerti? Selama ini konsep saya tentang Tuhan penuh dengan hal-hal yang diisi oleh gairah saya akan kemuliaan. Apa itu kemuliaan? Kemuliaan saya mengerti lewat apa yang saya pelajari dari dunia, bukan dari salib. Jadi kita sebenarnya sudah mempunyai konsep, lalu kita lihat salib, kemudian kita berusaha memasukkan konsep kita disalib, ternyata bentur, tidak bisa sama. Yang saya pahami dengan konsep yang sudah dilatih oleh dunia ini, yang sudah saya lakukan sebagai pengalaman saya, bentur dengan salib. Mengapa beda waktu saya memasukkan pengertian saya tentang mulia di atas kayu salib tidak nyambung, tidak ada apa pun yang saya pahami di awal bisa nyambung dengan salib. Dan ini yang menjadi pergumulan Martin Luther, dan dia menjadi sadar Tuhan sedang menantang kita untuk menunjukkan mana konsepmu tentang kemuliaan, lalu dibenturkan dengan pengertian salib, dan kita sadar kalau yang tidak bisa masuk ke dalam konsep salib ternyata adalah pengertian kemuliaan yang salah. Hal apa yang kita pahami sebagai kemuliaan? Kalau kita merumuskan, kita mau simpulkan di dalam satu atau beberapa kalimat, kita bisa mengatakan kemuliaan dari dunia adalah tentang saya, ini kesimpulannya. Nanti saya jelaskan mengapa kesimpulan ini bisa dijabarkan. Tapi kesimpulan tentang kemuliaan menurut versi dunia, kemuliaan itu berkaitan dengan aku. Apa itu mulia? Mulia itu berarti hebat. Siapa yang hebat? Yang dimuliakan. Yang dimuliakan hebat, itulah kaitan antara kemuliaan dan penjelasannya. Jadi siapa yang mulia? “Saya.” “Apa buktinya kamu mulia?” “Saya dianggap hebat itu mulia.” Kemudian apalagi? Kemuliaan itu berarti saya mengungguli yang lain, ini berarti saya mulia. Kalau ditanya, “Mana yang lebih hebat kamu atau orang lain?” “Saya.” “Tahu dari mana?” “Prestasi?” Berarti mulia berkait dengan keunggulan saya dengan orang lain. Jadi kemuliaan berkaitan dengan aku, kemuliaan berkait dengan keunggulanku dari yang lain, kemuliaan juga berkait dengan pengakuan akan kehebatanku dari yang lain. Ketika orang mendapatkan piala saat dia berlomba di Olimpiade, misalnya, piala entah itu dalam bentuk rangkaian bunga di kepala atau dalam bentuk penghargaan atau apa pun. Dia akan mengatakan, “Sayalah pemenang, kamilah sang juara.” Dan ini menandakan dia mendapatkan kemuliaan. Kemuliaan yang tidak bisa ditandingi oleh apa pun yang lain. Inikah kemuliaan yang dimaksud? Tapi kalau kita coba memahami kemuliaan seperti ini lalu masukkan ke dalam konsep salib, tidak nyambung. Karena di kayu salib yang Tuhan nyatakan justru bukan tentang Tuhan, tapi tentang manusia. Tuhan memberikan penekanan kepada manusia dan karena itu dia dimuliakan, nanti kita lihat pengertian ini pada bagian kedua dari penjelasan tentang kemuliaan.