Dalam tradisi Katolik sangat ditekankan mengenai moral. Biasanya di dalam pemikiran yang tersistem, misalnya dari Thomas Aquinas yang paling terkenal, ada tiga bagian dari teologi. Bagian pertama adalah memahami bahwa Allah pencipta tidak memasukan kita untuk jadi bagian dari ciptaan tapi bagian dari Dia, inilah teologi penciptaan dari tradisi Katolik. Saya menikmati hidup di dalam ciptaan dengan cara yang bijak, jangan salah saya ada di dalam dunia untuk menyadari saya bukan milik dunia, tapi milik Allah. Sehingga kehidupan saya di dunia adalah kehidupan yang harusnya mencerminkan kerinduan kepada Allah, bukan ciptaan ini. Adakah hal baik dalam ciptaan? Banyak, di dalam pengertian dari Thomas Aquinas, misalnya kutipan yang sangat terkenal adalah bahwa alam tidak meniadakan anugerah Tuhan, melainkan anugerah Tuhan menyempurnakan pemahaman kita akan alam ciptaan dan alam disempurnakan oleh anugerah. Jadi gratia (anugerah) tidak meniadakan natur, tapi gratia membuat natur, membuat alam dapat kita nikmati dengan sempurna, yaitu membuat saya menjadi sadar ada keindahan di dalam alam yang dapat saya nikmati untuk mengembalikan saya kepada Tuhan. Dan juga ada kesulitan di dalam alam yang membuat saya tidak bisa bertahan di sini dan menginginkan Tuhan lebih lagi. Ini merupakan gambaran teologi yang penting karena Calvin pun mengadopsi dari buku tiga dari Institute of Christian Religion. Di dalam buku tiga, Calvin mengingatkan bahwa kesenangan dari dunia membuat kita menginginkan sumbernya, yaitu Tuhan. Dan kesulitan di dalam dunia membuat saya menginginkan Tuhan lebih lagi, saya mau meninggalkan dunia ini dan berdiam bersama dengan Tuhan, inilah pemahaman akan dunia ciptaan. Setelah itu bagian kedua dari teologi adalah mengenai kehidupan moral, yakni bagaimana kehidupan moralmu harusnya dijalankan. Bagaimana menjadi virtues, bagaimana menjadi bajik, bagaimana mempunyai semua kebajikan Kristen, bagaimana bisa mempunyai kasih, bagaimana bisa mempunyai iman, bagaimana bisa mempunyai kebenaran, bagaimana bisa mempunyai ketekunan, bagaimana bisa mempunyai kesalehan. Iman, kebenaran, dan kasih, kemudian segala hal yang digambarkan menjadi kebajikan Kristen, seperti kesabaran, kemurahan, kebajikan, kelemahlembutan dan lain-lain, ini semua saya perjuangkan untuk saya miliki. Baru akhirnya saya tahu bahwa saya tidak mungkin hidup dengan terus mengandalkan kebajikan saya tanpa mengharapkan saya kembali ke Tuhan, maka ada Kristus yang menjadi pengantara antara alam dan Tuhan, di mana di dalam Dia saya dikembalikan untuk kembali ke Tuhan. Dengan segala kebaikan yang saya perjuangkan, saya tidak dapat menikmati Tuhan. Tapi di dalam pengantaraan Kristus maka saya bisa kembali ke Tuhan. Dan ini nanti jadi bagian dari eskatologi bahwa ketika Kristus membawa saya kembali ke Tuhan, saya dapat menikmati kesatuan dengan Tuhan yang indah. Ini di dalam tradisi dari Katolik, dan semua manusia mempunyai perjalanan hidup yang seperti ini. Namun satu hal yang kurang adalah di dalamnya tidak ada satu perasaan individu atau personal yang meyakini bahwa Tuhan memiliki saya sampai selama-lamanya. Kepastian saya dimiliki Tuhan merupakan sesuatu yang sangat ditekankan di dalam konsep pembenaran dari Martin Luther. Ini bukan berarti Katolik tidak mempunyai kepastian untuk pembenaran, karena di dalam beberapa pikiran dari para teolog abad pertengahan tinggi ada pengertian tentang hal ini. Di dalam pikiran dari Thomas Aquinas misalnya, dia mengingatkan pembacanya di dalam membaca Summa Theologica bahwa setiap orang yang ada di dalam dunia mempunyai satu kesenangan diterima oleh Tuhan, oleh karena Tuhan tidak membiarkan kita tersesat di dalam dunia. Melainkan Tuhan mengirimkan Kristus sehingga kita tidak memikirkan Tuhan dengan kategori dari dunia ini, melainkan mulai memikirkan Tuhan melalui pembersihan kategori yang diberikan oleh Kristus. Tadinya kita melihat Tuhan dengan cara kita miliki akibat pengaruh dari dunia. Tapi Kristus membersihkan itu dan kita mulai melihat Allah dari kategori dan pengertian yang kita peroleh dari melihat Kristus. Dari melihat Kristus saya menjadi sadar ada Allah yang mencintai saya dan cinta kasih ini cinta kasih yang jauh lebih indah dari cinta kasih manapun di dalam dunia. Sehingga saya bisa memastikan bahwa sekali aku dicintai oleh Tuhan selamanya aku tidak akan dilepas oleh Dia. Ini sebenarnya pengaruh besar dari Agustinus, karena Agustinus pun menekankan keindahan diterima oleh Tuhan dan dicintai oleh Dia. Cinta yang Tuhan berikan dengan limpah, benar-benar membuat saya tenang dan aman.