Arti hidup berpadanan dengan Injil di dalam konteks Filipi harus ada pengertian bandingan. Kalau dikatakan hidup berpadanan dengan Injil maksudnya apa? Banyak. Tapi di dalam Filipi 1 Paulus sedang mengatakan, “Hidupmu harus menjadi warga, mempunyai conduct, mempunyai tindakan sebagai warga negara yang levelnya itu Injil.” Di sini orang mulai berpikir level Injil di mana? Pasti bukan level budak, pasti bukan level federati, pasti bukan level second-class citizen, pasti bukan level first class Roman citizen, lalu level apa? Level Kerajaan-Nya Tuhan! Siapa di level Kerajaan Tuhan yang kita teladani? Kristus! Maka pasal 2 menceritakan tentang Kristus, “Hendaklah kamu mempunyai pikiran yang sama seperti Kristus, yang walaupun dalam rupa Allah rela meninggalkan kemuliaan-Nya itu untuk menjadi sama dengan manusia.” Jadi sepadan dengan Injil adalah Saudara mempunyai level hidup melampaui level hidup paling tinggi di kota itu. Level paling tinggi dalam hal apa? Bukan dalam kekayaan, bukan dalam gelar, bukan di dalam kemampuan menghasilkan uang, tetapi di dalam kemiripan dengan Kristus yang demi komunitas rela mengorbankan diri. Maka, Paulus sedang mengatakan, “Kalau kamu mau jadi warga utama yang hidupnya sepadan dengan Injil, maka kamu pasti akan satu roh satu dengan lainnya.” Ini pengertian yang berkait dengan hidup bagi Injil. Apa hidup berpadanan dengan Injil? Kamu jadi warga negara lebih tinggi dari warga negara lain. Warga negara lain kalah sama saya dalam hal apa? Dalam hal rela berkorban. Rela berkorban itu ditunjukkan dalam hal apa? Di dalam hal persekutuan Kristen dulu. Maka Paulus mengajarkan orang Kristen untuk teguh. Di ayat yang 27, “Teguh berdiri dalam satu roh, sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari berita Injil.” Sehati sejiwa untuk bertumbuh berarti warga utama yang Paulus katakan seperti di sini. Tindakan sebagai warga negara yang baik adalah tindakan yang dicerminkan oleh orang Kristen di dalam persekutuan gereja. Berarti penekanan kepada gereja ini ditekankan dan dinyatakan di sini. Saudara harus menjadi orang Kristen yang kehidupan bergerejanya beres. Kehidupan bergereja beras maksudnya apa? Maksudnya Saudara belajar melatih diri untuk menjadi warga yang sesuai Injil di dalam komunitas Kristen dulu. Mempraktikkan kerelaan melayani. Ini penting.

Maka, saling melayani yang dipraktekkan di gereja, ini yang dibawa keluar. Ini pengertian penting di dalam Surat Paulus. Apa yang Saudara kerjakan di dalam gereja, ini akan membuat Saudara bawa itu keluar. Kebiasaan untuk mengasihi satu sama lain, Saudara mulai bawa keluar. Kebiasaan untuk terima satu sama lain, Saudara mulai bawa keluar. Kebiasaan untuk mendisiplin satu sama lain, Saudara mulai bawa keluar. Kebiasaan untuk peka terhadap aturan, tetap mau tunduk kepada Tuhan dan rela menjadi orang yang berbelas kasihan kepada orang lain, ini yang dibawa keluar. Maka kehidupan bergereja adalah kehidupan yang harus dibangun supaya Saudara bisa menjadi warga yang efektif keluar. Dengan kata lain kalau Saudara punya level Injil, maka Saudara harus punya komunitas dulu. Karena kalau ditanya, “Apa warga paling tinggi di Roma? “Namanya warga Roman citizenship,” “Di mana komunitas mereka?” “Komunitas mereka ada di Roma atau di dalam kumpulan-kumpulan orang penting di tempat-tempat lain.” Roman citizenship saling kumpul, terkadang mereka kumpul, makan bersama, pesta bersama, sesama warga kelas itu. Yang di bawah, tidak mau kumpul, untuk apa berkumpul? Para budak kumpul, lalu saling curhat, “Kamu dicambuk berapa kali?” “8.” ”Kamu?” “9.” “Masih untung saya!” Tidak ada kumpulan budak! Tapi orang yang senang dengan warganya dia, level warga negara akan kumpul. Maka Paulus mengatakan, “Kumpulanmu itu gereja.” Di situ kamu saling menguatkan, di situ kamu saling menegur, di situ kamu saling mendoakan, di situ kamu saling memberikan semangat, di situ kamu saling belajar, di situ kamu saling menerima. Kamu sadar bahwa orang-orang di gereja adalah orang-orang berdosa yang masih perlu bertumbuh di dalam Tuhan. Maka, kamu siap jadi pelayan. Kalau di gereja orang sudah sempurna semua, tidak ada pelayanan lagi, “Tidak perlu ada khotbah, kan sudah sempurna.” Begitu saya baru mau khotbah, saya mengatakan, “Saudara-Saudara surat Filipi adalah…” Saudara langsung mengatakan, “Sudah tahu.” Tema pertama kita adalah “sudah tahu” tapi apakah sudah jalankan? “Sudah.” Apakah sudah mirip surga?” “Sudah, surga sudah dibawa ke bumi lewat saya,” Ya sudah, gereja tidak perlu saling melayani, untuk apa lagi saling melayani?

Mengapa Tuhan perintahkan orang Kristen saling melayani satu sama lain? Karena kadang-kadang kita masih mirip setan. Kita ini orang Kristen yang kadang-kadang mirip setan, untungnya tidak sering kali, kalau seringkali kebangetan. Tapi kalau kita masih belum sempurna terus bagaimana? Perlu pelayanan sesama orang Kristen, perlu saling melayani, perlu saling tegur perlu, saling menguatkan, perlu rela dianggap rendah bahkan siap dianggap rendah, demi menjadi pelayan bagi yang lain. Menjadi humble, punya jiwa hamba, ini dipraktikkan di gereja. Tuhan juga mencintai keadilan. Maka, di dalam gereja pun akan mempraktekkan keadilan. Kalau begitu waktu orang Kristen terbiasa di dalam saling melayani, mereka bahwa sifat ini keluar, baru dunia tahu yang kurang dari tradisi kota kami, yang kurang dari warga negara kami adalah jiwa pelayanan. Tidak ada jiwa pelayanan di dalam publik, di publik yang ada adalah jiwa saingan, yang ada di publik adalah jiwa menyerap, menghimpit, atau memeras, atau memanfaatkan. Tapi, orang Kristen masuk ke dalam tempat yang pernah saling memanfaatkan dengan kekuatan mental sebagai hamba Kristus. Ini luar biasa, mereka pergi ke dalam dunia dan mereka mulai memperjuangkan jiwa menjadi hamba. Pemimpin perusahaan merasa dirinya hamba bagi orang-orang yang kerja padanya. “Saya jadi tahu saya tidak boleh hidup sembarangan, saya tidak boleh atur pekerjaan sembarangan, saya tidak boleh gagal, saya tidak boleh sembarangan bekerja. Kalau saya kacaukan pekerjaan saya, mereka yang akan sulit dapat makan. Jadi, saya pertanggungjawabkan pekerjaan saya dan mereka.” Engkau bekerja bertanggung jawab membuat dirimu dan pekerjaanmu sukses demi orang lain, sukses demi yang lain. Kalau Saudara mengatakan, “Ah, masa sih sukses demi yang lain? Itu tidak benar! Kita harus berjuang bagi diri.” Kalau semua orang berjuang bagi diri, tidak perlu ada komunitas, tidak perlu ada persekutuan, bahkan tidak perlu ada negara. Yang ada manusia menjadi serigala bagi sesamanya. Waktu kita tidak lagi perlu komunitas, kita tidak perlu saling melayani. Komunitas tidak perlu ada. Tapi kalau Saudara pikir yakin, apakah engkau yakin masyarakat kita bisa tanpa pelayanan, bisa tanpa persekutuan? Tidak bisa. Perusahaan harus menghargai manusianya, bukan keuntungan. Orangnya yang dihargai, orangnya diberikan tempat. Yang rajin dapat tempat baik, yang malas ya sudah mau diapakan. Jadi, ada penghargaan kepada kemanusiaan dan etos kerja, ini penting, kalau tidak, tidak ada persekutuan.

Manusia perlu bersekutu, ini yang kurang di dalam dunia. Dunia tidak mengerti bahwa dia butuh orang lain dan dia membutuhkannya untuk menjadikan dia pelayan bagi yang lain. Sistem ini tidak ada di dunia, sistem ini diajarkan di gereja. Mari belajar saling melayani. Waktu Saudara melayani, Saudara tidak harapkan bayaran apapun. Dunia perlu contoh, dunia tidak bisa bekerja dengan baik kecuali ada Kristus. Dan kalau Saudara lihat prinsip Kristen kadang-kadang muncul di dalam dunia sebagai bentuk dari anugerah umum Tuhan. Misalnya, prinsip melayani, ini prinsip dari Kristen. Tapi, mengapa juga bisa ada di dunia? Karena Tuhan izinkan ada anugrah-Nya. Sebab jika tidak, dunia ini akan hancur kacau, orang saling serang satu sama lain, orang akan jadi serigala, orang akan jadi lebih parah dari serigala untuk sesamanya. Orang saling cakar, saling telan, saling bunuh demi keuntungan diri sendiri. Orang menghancurkan orang lain demi diri senang. Mana bisa masyarakat bertumbuh dengan cara seperti ini?

« 7 of 8 »