Pohon pengetahuan baik dan jahat menentukan etika yang benar berprinsip dan bersumber dari Tuhan, bukan dari manusia. Maka manusia tidak boleh makan. Mengapa tidak boleh makan? Karena yang menentukan baik dan jahat bukan engkau melainkan Tuhan. Berarti Tuhan yang menentukan? Iya. Maka kita tidak bisa cari tahu mana baik mana jahat, kecuali kita kembali ke Tuhan. Dan waktu Tuhan menyatakan Firman, Dia bukan cuma menyatakan tujuan dari penciptaan, Dia juga menyatakan bahwa Dialah yang akan kerjakan tujuan itu. Maka baik jahat tidak bisa pisah dari karakter Tuhan, baik sesuai dengan karakter Tuhan, jahat bentur dengan karakter Tuhan. Baik sesuai dengan keindahan yang Tuhan mau buat di dunia ini. Jahat bentur dengan kondisi yang sama dengan Tuhan mau. Jadi baik adalah sesuatu yang utuh, berkait dengan Tuhan, berkait dengan rencanaNya, berkait dengan kehadiranNya, berkait dengan etika yang sesuai dengan karakter Dia. Di dalam penciptaan, Tuhanlah yang menentukan baik, ketika Dia melihat seluruh ciptaan Dia mengatakan tov, baik. Waktu Dia melihat seluruh ciptaan, ketika sudah menciptakan manusia, Dia mengatakan meod tov artinya sungguh amat baik. Baik dinilai oleh Tuhan, baik bersumber dari Tuhan. Maka manusia tidak mungkin jadi baik kecuali dia kembali kepada Tuhan.

Tuhan Yesus pernah disebut sebagai orang baik, “Guru yang baik”, lalu Yesus menjawab “mengapa engkau sebut Aku baik?”, lalu Yesus mengatakan “tidak ada yang baik selain Allah saja”, ini juga harus kita pahami berdasarkan konteks pemberian salam. Di dalam tradisi Yahudi abad pertama, salam itu harus dibalas dengan setara. Kalau saya mengatakan Saudara orang baik, Saudara harus reply hal yang sama kepada saya, “bapak juga orang baik”, itu cara salamnya. Jadi kalau ada murid, ada orang ketemu Yesus kemudian dia mengatakan “Guru yang baik”, berarti Yesus harus membalas dengan mengatakan “ya guru yang baik”, itu namanya sopan santun. Tapi orang ini mengatakan “Guru yang baik”, Yesus tidak membalas dengan “ya guru yang baik”, Yesus membalas dengan mengatakan “Allah baik”. Mengapa Dia tidak reply dengan “kamu orang baik”, karena Yesus tidak ingin masuk ke dalam permainan palsu salam munafik. Mengatakan baik supaya dirinya dikatakan baik, “saya mengatakan kamu baik, supaya kamu balik mengatakan saya baik”. Kalau begitu baik yang saya katakan ke kamu itu baik yang pura-pura, waktu orang mengatakan kepada Yesus, “Guru yang baik”, dia berharap Yesus mengatakan ke dia juga guru yang baik. Yesus tidak mengatakan Dia bukan Allah, Yesus mengatakan baik itu ada pada Allah, itu salamnya Yesus “Allah baik, bukan kamu baik, hai guru”. Jadi Yesus tidak pernah mengatakan diriNya tidak baik, Yesus mengatakan Allah baik dan tentu Yesus adalah Anak Allah yang baik. Baik berasal dari Tuhan. Lalu kita ini baik atau tidak? Tidak, kita tidak baik karena kita sudah menyimpang dari tujuan penciptaan yang Tuhan beri. Kita tidak baik, maka segala yang kita kerjakan waktu kita hadir bentur dengan kebaikan yang Tuhan rancang. Kita maunya baik, tapi motivasi baik kita tidak cukup membuat keadaan baik. Karena motivasi baik kita paling tidak kurang 3 hal, yang pertama kurang hikmat dari Tuhan, yang kedua kurang motivasi yang berpusat ke Tuhan, yang ketiga kurang berharap pengharapan dari Tuhan. Motivasi baik kita tidak pernah benar. Maka kalau Saudara ketemu orang mengatakan “saya maksudnya baik”, banyak hal yang rusak terjadi dari motivasi baik. Motivasi baik selalu beragam, Saudara mungkin akan kaget kalau mendengar Hitler mengatakan “motivasi saya baik”, “motivasimu baik? Membuat partai Nazi, membuat pemerintahan yang kejam, yang membunuh begitu banyak orang. Bagaimana bisa kamu katakan baik?”. Hitler akan mengatakan “saya punya motivasi baik karena saya berusaha untuk membuat tempat hidup bagi orang Jerman yaitu kelompok manusia paling unggul. Saya mau membuat tempat hidup bagi orang Jerman, apakah tidak boleh?”, ini konsep baik yang rusak. Jadi baik bukan ditentukan oleh manusia. Saudara tidak bisa cuma menjalankan yang Saudara pikir baik. Kalau ditanya “apa yang kamu suka?”, “ini saya suka”, “mengapa suka?”, “karena bagi saya baik. Saya mau nikah dengan orang itu, bagi saya dia baik”, bagi engkau dia baik, apakah bagi Tuhan dia baik juga? “Saya suka hobi ini karena bagi saya baik”, bagimu baik, apakah bagi Tuhan baik? Itu sebabnya orang yang belum kenal Tuhan, sulit untuk memahami mana yang baik. Lalu, ini yang berikut, yang juga menakutkan, orang yang baru awal kenal Tuhan juga sulit memahami baik. Karena orang yang baru kenal Tuhan mengatakan “satu hal baik, yang lain semua buruk”, sulit menikmati Tuhan di dalam segala aspek.

Saya berbicara dengan Pdt. Ivan Rahardjo, dia mengatakan “sejak saya menjadi orang Reformed, saya semakin menikmati hidup”, saya kaget “memang dulu kurang menikmati?”, “dulu kurang, karena dulu banyak yang dianggap dosa, apapun dosa. Lalu dulu lagi sebelum bertobat, apapun boleh”, ini semua ekstrem-ekstrem. Sebelum bertobat, semua boleh termasuk berdosa. Waktu baru bertobat, semua tidak boleh karena takut dosa. Tapi setelah lama bertobat, semua boleh asal diarahkan untuk Tuhan. Jadi ada pertumbuhan baik. “Baik” tadinya adalah segalanya, apapun saya anggap baik meskipun dosa. Waktu saya kenal Tuhan, saya khawatir semuanya jadi haram, pokoknya ini tidak boleh, itu tidak boleh”, lama-lama baru tahu Tuhan itu baik dan Tuhan bisa dinikmati di dalam segala hal yang memuliakan Dia. dan segala yang memuliakan Dia itu tidak sempit. Seluruh ciptaan memuliakan Tuhan dan menikmatinya adalah cara untuk menikmati kemuliaan Tuhan. Itu sebabnya waktu kita mengatakan “baik” ini berkaitan dengan pekerjaan Tuhan menyempurnakan ciptaan dan kita cocok dengan programnya Tuhan, cocok dengan rancanganNya Tuhan. Tuhan sedang mengerjakan apa yang saya cocok di situ. Saudara yang pernah pergi ke proyek di Mohammad Toha, Saudara merasa cocok di situ atau tidak? Saudara mengatakan “tidak pak, kurang cocok”, mengapa? Ribut, bangunan belum jadi, segalanya masih kacau, belum terjadi apapun dengan baik. Mengapa Saudara tidak rasa cocok? Karena Saudara tidak terlibat langsung untuk membangun. Tapi kalau tanya sama tukang atau tanya sama panitia yang terlibat langsung, mereka cocok dengan keadaan di situ. Karena mereka melihat progres, mereka melihat semen diaduk, mereka melihat tiang-tiang didirikan, mereka melihat semua mulai jadi di dalam bayangan mereka ini sesuai dengan rancangan. Mereka tahu desainnya dan mereka tahu progres yang sedang terjadi, maka mereka menikmati berada di proyek itu. Mereka merasa nyaman bukan karena ini gedung sudah jadi, tapi karena orang yang tahu rancangannya mengerti progresnya baik. Mereka baru stress kalau progresnya terhambat, mereka senang kalau sesuai progres. Tahu dari mana sesuai progres? Karena tahu rancangan besar. Maka tidak ada orang bisa menikmati Tuhan di dunia ini kecuali dia tahu rancangan Tuhan mau apa di dunia ini, kalau tidak kita stress. Mengapa menikah? “Karena saya tahu rancangan Tuhan untuk pernikahan”. Mengapa kerja? “Karena saya tahu rancangan Tuhan di dunia kerja”. Mengapa terjun ke politik? “Karena saya tahu rancangan Tuhan di dalam bidang politik”. Mengapa mendalami sains? “Karena saya tahu rancangan Tuhan di dalam ilmu pengetahuan”. Mengapa kerjakan ini, mengapa kerjakan itu? “Karena saya tahu rancangan Tuhan di dalam setiap bidang”.

« 4 of 8 »