Maka di dalam Perjamuan Kudus, Tuhan mau kita memahami tentang realita kehadiran Dia. Apakah dengan mengingat yang dulu? Tuhan dulu hadir, bukan yang dulu tapi realita kehadiran Dia yang membawa ciptaan yang baru. Saudara ikut Perjamuan Kudus, Saudara sedang ingat ciptaan yang baru bukan ingat dulu. Mengingat bahwa Tuhan akan merubah dan membawa hal yang baru. Ini yang membuat kita merubah cara berpikir kita tentang realitas, segala sesuatu di dalam realita hidup kita adalah realita yang akan disempurnakan karena Yesus bangkit. Seluruh realita ini milik Tuhan, lalu Tuhan yang akan bawa ke dalam keadaan sempurna. Jika seluruh realita itu milik Tuhan dan Tuhan akan bawa dalam dalam keadaan sempurna maka mari berbagian, mari ikut, mari ikut sama-sama. Seringkali kita mengetahui iman Kristen hanya sebagai iman untuk menguatkan kita di jalan yang salah. Sudah jalan salah jalur, tapi meminta Tuhan menguatkan di jalan yang salah? Tuhan tidak akan melakukan itu. Jika hidupmu salah arah, Tuhan akan balikan no matter how hurtful it is, tidak peduli berapa menyakitkannya bagimu Tuhan ubah jalan. Tuhan akan merubah jalanmu. “Kejam”, bukan kejam, justru itu baik karena jalanmu jalan yang salah. Jalan salah menuju kebinasaan, ada jalan yang disangka orang lurus tetapi ujungnya menuju maut. Ada jalan yang dilihat besar, megah dan hebat tapi itu menuju maut. Ada jalan ke kerajaan Allah tapi sempit. Saudara jalan sempit dan jalan besar itu apa? Jalan besar itu menuju kota megah, jalan sempit itu menuju tempat tidak jelas. Tapi Tuhan mengatakan, kadang-kadang kita melihat kerajaan Allah seperti jalan sempit. Lalu kita melihat kerajaan dunia seperti jalan besar, kita selalu bandingkan kerajaan Allah dan kerajaan dunia. Tapi kita tidak sadar sambil mengatakan, “aku mau kerajaan Allah, bukan kerajaan dunia” sambil tangan kita menggenggam kerajaan dunia. Yang kita mau dunia tapi kita koar-koar yang kita mau Allah. Itu sebabnya Tuhan mau ubah kita, jangan ikut jalur yang salah. Lalu jalur apa yang harus saya jalani? Jalur kebangkitan, jalur kebangkitan tidak ditawarkan oleh agama manapun. Saudara lihat agama apa yang menawarkan kebangkitan, kalau ada yang menawarkan kebangkitan itu cuma teori karena tidak ada fakta. Apakah Islam menawarkan kebangkitan? Adakah kisah kebangkitan yang menunjukkan ini ciptaan baru di dalam teologi Islam? Tidak ada. Tidak ada tokoh utama yang bangkit, lalu seluruh agama itu memberikan kebangkitan itu sebagai fondasi, “karena orang ini bangkit, maka kita bisa berharap ada ciptaan baru”, tidak ada. Itu tidak ada di dalam teologi agama manapun. Itu sebabnya ketika kita beriman kepada Kristus, kita menyadari seluruh pemahaman kita akan dunia didasarkan pada kebangkitan Kristus. Seluruh pemahaman kita akan cita-cita didasarkan pada kebangkitan Kristus, seluruh pemahaman kita akan keinginan gairah pengharapan didasarkan pada kebangkitan Kristus. Ada realita baru yang Tuhan sedang kerjakan dan realita itu dimulai dari Kristus. Tapi kita mengerti ini hanya di dalam teori sajakah? Karena Yesus bangkit bukan cuma teori, Yesus bangkit itu realita. Yesus bangkit itu sesuatu yang ada di dalam keadaan real. Bisa dilihat para murid, ini bukan pengalaman kolektif, seperti teorinya Carl Jung, ini bukan semacam kesadaran bersama. Ini adalah realita, Yesus benar-benar bangkit. Makanya ketika Dia bangkit, Tomas mengatakan “saya tidak percaya sebelum saya meletakkan tanganku di bekas lukaNya”, dan Yesus menawarkan “silakan taruh tanganmu di bekas lukaKu”. Realita ciptaan baru bukan realita yang total beda dengan sekarang, tapi penyempurnaan dari yang sekarang. Ini menyenangkan, apa yang kita sudah alami akan disempurnakan, bukan dihilangkan. Yesus makan ikan goreng itu membuktikan Dia adalah realita nyata. Realita nyata tidak bisa cuma dipahami dengan teori di pikiran, harus dialami. Tapi bagaimana mengalami Yesus bangkit yang sekarang ada di surga? Lewat Perjamuan Kudus.
Di dalam Perjamuan Kudus, ada lambang tubuh Kristus yang Saudara bisa pegang dan bisa makan. Ada lambang darah yang bisa Saudara minum yaitu anggur. Jadi Yesus hadir dalam simbol roti dan anggur. Yesus tidak sedang berdiri memimpin perjamuan, nanti Dia akan lakukan itu, tapi saat itu Dia sedang menjadi makanannya. Ini yang dijelaskan di dalam Injil Yohanes “Akulah roti yang turun dari sorga terpecah bagi kamu. Aku makanan yang benar-benar makanan”. Jadi kita makan Yesus dan minum darahNya? Iya, lewat perjamuan tentunya. Artinya kita berbagian di dalam Dia. Lalu kalau Saudara tanya di dalam persekutuan ini Yesus sebagai apa? Bayangkan, jawaban ini sangat kontroversial dan sangat menghancurkan hati Yesus sebagai makanannya. Yesus makanannya? Perjamuan memang begitu. Yesus mengatakan “inilah tubuhNya, inilah darahNya”. Jadi Yesus menginisiasikan Perjamuan Kudus dengan meletakkan diriNya sebagai yang dimakan. Yang memakan dan yang dimakan tentu lebih rendah yang dimakan. Kalau singa makan rusa, rusanya kasihan, singanya yang untung. Tapi Yesus memberi diriNya ini simbol pemberian diri Yesus, engkau dan saya ditebus oleh Tuhan karena Dia memberi diri. Dan simbol pemberian diri yang paling agung adalah dengan menyamakan diriNya dengan makanan, “Aku benar-benar makanan dan darahKu benar-benar minuman. Siapa yang berbagian di dalam Aku, dia berbagian di dalam hidup kekal”. Jadi Perjamuan Kudus ini bukan cuma sekedar membuat kita kumpul-kumpul makan roti minum anggur, tapi memberikan kita pelajaran tentang ciptaan baru melalui pengalaman makan dan minum. Mengapa pengalaman makan dan minum begitu penting? Karena pengalaman makan dan minum adalah pengalaman persekutuan, pengalaman menerima berkat pemeliharaan Tuhan. Makanan itu sangat dasar. Di dalam perjamuan, Saudara melihat Tuhan yang memimpin rela menjadi makanan. Makanan sesuatu yang sangat penting karena di dalam kekacauan Rusia, salah satu yang membakar orang adalah karena “kami tidak bisa makan gara-gara kamu”, ini sesuatu yang sangat membakar kebencian. Jadi ketika kita melihat Kristus menjadi roti dan menmenjadi anggur, menjadi dalam artian bukan Dia benar-benar menjadi tentunya, kita mengerti itu dari apa yang tradisi kita pahami. Tapi dengan simbol roti dan simbol anggur menyatakan bahwa Yesus hadir memberi tubuhNya bagi kita, Dia mati bagi kita supaya kita hidup, supaya engkau tidak kelaparan, Dia rela memecahkan diri. Dia tidak mengatakan “supaya kamu kenyang kita sama-sama kenyang. Aku kenyang dulu baru kamu kenyang”, tidak. Dia mengatakan “supaya kamu kenyang, Aku mati, supaya engkau selamat menjadi anak Allah, Aku rela menjadi yang dikutuk Bapa”. Ini mengerikan, tetapi ini yang dialami oleh Kristus. Maka inilah yang kita nikmati di dalam sebuah perjamuan, ada keindahan berelasi di dalam cinta Tuhan dan kita memberikan fokus. Kita belajar untuk fokus kepada Kristus yang sudah pecahkan diriNya untuk kita. Inilah sebabnya doktrin Perjamuan Kudus menjadi doktrin utama, salah satu yang utama di dalam tradisi Reformasi. Harap kita yang menganut teologi Reformed juga mengerti betapa pentingnya doktrin ini. Perjamuan adalah ketika Tuhan dan kita satu, kehadiran Tuhan itu sangat penting.
Tapi kehadiran Tuhan itu kehadiran apa ya? Kehadiran cuma Roh? Tidak, Dia mesti hadir secara fisik. Karena kebangkitan itu adalah awal dari ciptaan baru, maka kehadiran Dia secara fisik itu penting sekali di dalam perjamuan. Tapi bagaimana, Dia tidak hadir secara fisik? Karena Dia ada di surga. Calvin mengatakan Dia hadir secara fisik bukan karena Dia turun lagi ke bumi, tapi karena Roh Kudus menyatukan kita. Mengapa Roh menyatukan kita itu penting untuk kita pahami? Karena Roh membuat realita ciptaan baru itu bisa diakses oleh kita. Bagaimana bisa diakses? Lewat roti dan anggur. “Jadi roti dan anggur ini ciptaan baru?”, simbol ciptaan baru. Ciptaan barunya adalah tubuh Kristus. Tubuh Kristus adalah titik awal dari seluruh ciptaan baru. Terus bagaimana kita menikmati itu? Saya tidak mengerti bagaimana makan roti dan minum anggur bisa membuat kita menikmati itu. Saudara tidak mengertinya, tapi Saudara mengalaminya. Saudara punya pengertian Tuhan akan memberikan ciptaan baru dan Saudara dikuatkan dengan kesadaran sejelas roti di tangan dan anggur di tangan, sejelas inilah ciptaan baru Tuhan. Maka, kita lihat ada titik awal Tuhan mengatakan seperti ada ragi diberikan, lalu seluruh adonan menjadi ada raginya di dalam satu malam, demikian juga Kerajaan Allah. Maka Saudara melihat roti yang dimakan sebagai titik awal, anggur yang diminum sebagai titik awal, tubuh Kristus yang bangkit adalah titik awal dari kebangkitan Tuhan. Maka di dalam perjamuan, Saudara bisa bawa segala pengharapan. Saudara mengatakan, “saya mau ada keadaan lebih baik, tapi cara Tuhan bukan cara saya. Saya mau ada damai sejahtera, tapi cara Tuhan bukan cara saya. Saya mau belajar beriman kepada cara Tuhan”. Mau belajar beriman? Iya. “Iman kita tidak kuat”, “tahu iman kita tidak kuat. Saya perlu dikuatkan”, bagaimana dikuatkan? Dengan makan roti perjamuan dan minum anggur. Mengapa makan roti dan minum anggur bisa menguatkan? Karena realita dari ciptaan baru, kesatuan kita dengan ciptaan baru yaitu Kristus yang bangkit, Dialah sumber dari ciptaan baru. Kesatuan kita dengan dia menjadi sejelas roti dan anggur yang kita makan dan minum. Jadi ingat ini baik-baik, apa yang Saudara harapkan di dalam Tuhan itu sepasti Saudara bisa makan roti dan anggur ini. Ini menjadi sesuatu yang menguatkan Saudara. Carl Trueman mengatakan suami bisa mengatakan I love you dengan kata-kata, tapi di dalam pemberkatan nikah kata-kata janji “aku akan mencintai engkau sampai kematian memisahkan” disertai juga dengan cincin, cincin diberikan. Mengapa mesti ada cincin diberikan? Karena ada wujud fisik dari kata-kata. Ada kata-kata, ada wujud fisik. Sekarang injil menjanjikan ciptaan baru, ada kata-kata. Mana wujud fisiknya? Roti dan anggur itu wujud fisiknya.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)