Di sini kita lihat ada 4 message yang perlu kita pikirkan dalam hidup ini. Pertama adalah Allah mengasihi umatNya. Kalau kita mengatakan “dengan cara apa Tuhan mengasihi kita?”, karena kita tidak tahu bahwa ini adalah message yang Tuhan sudah berikan kepada kita dan Tuhan ingin kita hidupi. Kedua, nama Tuhan itu patut dihormati, apakah hidup kita menyampaikan message itu atau tidak? Atau kita menyampaikan message yang lain? “Tuhan itu tidak masalah, Dia tidak terlalu perduli”. Message ketiga, Allah adalah Allah perjanjian yang setia, maka mana mungkin kita hidup tidak menyampaikan pesan itu kepada orang lain. Keempat, Allah adalah Allah yang adil dan bisa berhitung dengan benar. Kalau kita tidak menyadari serangkaian message utama yang Tuhan mau kita sampaikan di dalam hidup ini maka kita akan menjadi orang yang tidak jauh beda potretnya dengan hidup yang dipotret oleh Maleakhi. Ini adalah potret kritik sosial, kalau ada pameran foto tentang kritik sosial, inilah yang dipotret oleh Maleakhi, Allah adalah Allah yang mengasihi umatNya tapi responnya seperti ini. Kita adalah orang-orang yang membawa pesan. Di dalam konteks Maleakhi, mereka hidup menantika kedatangan Mesias yang pertama. Maka di pasal 4, Tuhan sudah disalah-mengerti seperti itu, Saudara kalau membacanya, Saudara akan mengerti betapa luar biasanya Tuhan kita. Ayat 6, “sesungguhnya Aku akan mengutus Nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari Tuhan yang besar dan dahsyat itu. Maka Ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya, dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi hingga musnah”. Tuhan masih memberikan kesempatan bagi orang-orang yang apatis minimalis ini untuk bertobat selama ada waktu. Karena hari Tuhan itu akan datang “sebelum Aku memukul bumi dengan musnah, baiknya engkau berbalik kepadaKu”. Dan ini yang disampaikan Tuhan kepada orang-orang di zaman Maleakhi, mereka sedang menantikan kedatangan Tuhan Yesus yang pertama. Saudara dan saya ada dalam konteks yang sama, menantikan kedatangan Tuhan Yesus, bukan yang pertama tapi yang kedua. Tapi potretnya tidak jauh beda, potret zaman sekarang dengan potret yang dipotret oleh Maleakhi kira-kira mirip bagaimana kita tidak hidup seperti yang Tuhan mau kita hidup, sehingga kita hidup sesuka kita, akhirnya kita tidak sadar bahwa kita sedang menyampaikan message yang jauh berbeda dengan apa yang Tuhan mau. Dan ini yang terjadi. Maka ini yang perlu kita pikirkan, kalau kita tahu apalagi menantikan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua. Tuhan Yesus sudah datang, katanya menebus, katanya mengalahkan kuasa maut, katanya mengalahkan dosa, lalu kita menyampaikan message apa? “Tuhan tidak bisa apa-apa, dosa tetap menang”, karena kita hidup sembarangan berarti tidak kelihatan kalau Tuhan itu menang. Lalu kita hidup acak-acakan, tidak kelihatan Tuhan mengatur dari yang chaos menjadi teratur. Karena kita hidup seperti itu, kita menyampaikan message yang jauh berbeda dengan apa yang Tuhan mau. Kita kadang-kadang bisa sampai pada kesimpulan, Saudara suka mendengarkan peribahasa “we have something to say, not we have to say something”. Artinya biasanya kalau orang-orang yang mau berkhotbah “aduh, sudah jadwalnya nih, mau ngomong apa ya?”, itu berarti we have something to say. Tapi berbeda sekali dengan pikiran orang yang we have to say something, “ada message yang mau saya sampaikan”, beda sekali. Maka idiom ini saya harap Saudara maju lagi yaitu “God has something to say” bukan we have to say something. Karena ini bukan tentang kita, memang kita mau statement apa? Yang kita mau statement adalah Tuhan itu seperti apa. Maka God has something to say melalui hidup kita. Dan ini yang harap kita tangkap benar-benar, Tuhan mau apa yang kita sampaikan. Bukan masalah kita kalau kita mau mendeklarasikan diri kita sendiri itu mudah, Saudara punya etos kerja yang baik maka Saudara akan puji, itu adalah we have something to say. Tapi saya pikir kita mesti naik sedikit kelasnya yaitu menggumulkan apa yang Tuhan mau sampaikan. God has something to say melalui kehidupan Saudara dan saya. Apa yang Saudara akan sampaikan message-nya? Karena ini adalah hal yang penting.
God has something to say lewat apa yang kita kerjakan. Ini membuat kita mengerti beban yang lebih besar, karena Tuhan mau menyampaikan sesuatu dan itu memakai kita. We have something to say, tapi bukan kita, karena God has something to say. Maka kita seperti nabi-nabi di dalam Perjanjian Lama, kalau Saudara perhatikan seperti Yehezkiel, mengapa Yehezkiel hidupnya seperti itu? Karena God has something to say. Mengapa Hosea hidupnya seperti itu? Karena God has something to say. Mengapa Yesaya hidupnya begitu? Karena God has something to say. Mengapa Maleakhi hidupnya seperti itu? Karena God has something to say. Mengapa Saudara hidupnya begitu? Kerja mati-matian, banting tulang, karena God has something to say. Hari ini saya mengajak Saudara untuk sama-sama mengerti melihat cara kita hidup, cara kita melayani di gereja, bukan menunggu “kapan berhentinya, habis ini ada ini”, tapi karena Tuhan mendesak kita untuk melakukan sesuatu, karena itu kita mengatakan sesuatu lewat pelayanan, khotbah, acara, pembinaan, PA, KKR, lewat apa pun. Lewat Saudara memberikan perpuluhan, lewat Saudara hidup berkeluarga, cara hidup di kantor, bergaul dan lain-lain, God has something to say. Dan Tuhan bukan bicara dari atas. Tuhan bicara lewat speaker kecil, Saudara dan saya, mini speaker yang ditaruh di seluruh kota. Saudara jangan menjadi speaker yang rusak, sember suaranya, tidak terdengar. God has something to say.