Lalu maju lagi, message apa yang Tuhan mau kita sebagai umat Tuhan, yaitu di dalam Maleakhi 2: 10-15. Message ketiga yang perlu kita sampaikan adalah Allah adalah Allah yang setia kepada perjanjian. Bagaimana message Allah yang setia kepada perjanjian ini disampaikan kepada dunia ini? Salah satunya adalah dengan memelihara pernikahan. Memelihara pernikahan bukan karena supaya tidak malu kalau cerai. Message yang mesti kita tangkap adalah “saya beribadah kepada Allah yang setia kepada perjanjian, maka saya tidak boleh, hidup saya kontra dengan itu”. Kalau saya mau mengatakan “Allah itu setia”, bagaimana caranya? Setialah pada pernikahan. Karena di situ menggambarkan cerminan Allah yang setia, Saudara dan saya setia. Kalau kita mengatakan “Allah itu setia”, hidup kita kontradiksi dengan itu maka sebenarnya kita sedang menyampaikan message yang lain. Yang ditekankan di sini adalah Allah adalah Allah yang setia kepada perjanjianNya. Ini tidak berarti Saudara tidak boleh menikah antar suku, yang dimaksud kawin campur dalam Perjanjian Lama adalah memang tidak boleh dengan bangsa lain, karena bangsa lain identik dengan allah lain. Saudara bisa lihat Ruth, orang Moab itu masuk ke dalam Israel. Rahab orang Yerikho masuk ke dalam Israel. Berarti ide utamanya bukan beda sukunya, tapi ide utamanya adalah beda imannya. Saudara mesti perhatikan Saudara jangan termakan dengan label “pacarku orang Kristen juga”, Kristen macam apa? Iman kepada Allah yang sama atau tidak? Mengerti Allah perjanjian? Kalau tidak, Saudara sama KTP saja, tapi imannya tidak sama, mungkin sama agama, tapi imannya tidak sama, karena pengertian tentang Allahnya beda. Ini sesuatu yang mencerminkan. Maka di sini Saudara mulai melihat bukan hanya urusan beribadah, memberikan persembahan, tapi urusan hidup kita sehari-hari ada message yang Tuhan mau kita sampaikan. Saudara dan saya menyampaikan message apa kalau pernikahan kita tidak beres?
Maleakhi 3: 6 dan seterusnya, ini biasanya suka dikutip-kutip dalam hal memberikan perpuluhan supaya Tuhan membukakan tingkap-tingkap langit, mencurahkan berkat dan lain-lain. Hanya hari ini saya ingin memberikan konteks kepada Saudara. Maleakhi 3: 6 “Bahwasanya Aku, Tuhan, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap”. Ini adalah satu message yang sama, Allah itu tidak berubah, Bani Yakub tidak akan lenyap. Maksudnya “kamu dalam kesulitan ekonomi sesulit apa pun, ingatlah bahwa Aku setia kepadamu. Aku akan memelihara engkau”. Tapi reaksi mereka “perpuluhan, persembahan, Tuhan seperti tidak tahu saja sekarang 2019 sedang krisis ekonomi, semua drop. Saya tidak mungkin survive seperti ini, Tuhan tahu kesulitan saya”. Maka kemudian kita secara pragmatis idealis tidak memberikan perpuluhan, tidak memberikan persembahan, dan semua banyak iman apatis minimalis yang kita berikan kepada Tuhan. Lalu kemudian apa yang kita sampaikan dari message itu? Kita mengatakan “Tuhan tidak bisa memelihara saya. Tuhan tidak setia sama perjanjianNya. Dulu ketika makmur, saya dapat banyak. Tapi kalau seperti ini saya mesti bijaksana, tidak bisa semuanya kita kasikan kepada Tuhan. Maka bagian Tuhan kali ini kita kurangi, kita pakai untuk situasi darurat seperti ini”. Policy itu, Saudara sedang menyampaikan satu message bahwa Tuhan tidak bisa diandalkan. Tuhan tidak tahu kesulitan manusia, Tuhan itu di sorga tidak tahu apa-apa. Ini yang ditegur Tuhan kepada orang-orang di zaman Maleakhi “Aku tahu kesulitanmu dan Aku tahu bagaimana memelihara kamu”. Maka apa yang menjadi dedikasi bagi Tuhan bukankah seharusnya itu bagi Tuhan? Tapi mereka mengatakan “dengan cara bagaimana kami menipu Engkau? Kami tidak menipu siapa-siapa, kami cuma berbijaksana, sekarang terjadi krisis ekonomi”. Tapi Tuhan mengatakan “kamu sudah menipu Aku. Bagian yang seharusnya untuk Aku, kamu ambil”.
Maleakhi 3: 18 “maka kamu akan melihat kembali perbedaan antara orang benar dan orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah kepada-Nya”. Kita hidup ini mesti ada satu message yang keempat, Allah itu adil dan tahu berhitung dengan benar. Dia akan memperhitungkan segalanya dengan tepat. Tapi orang zaman Maleakhi mengatakan “sama saja, setia juga tidak naik-naik ekonomi, hidup begini-begini saja. Yang tidak setia malah lebih bagus. Semua sama saja, tidak terlalu penting”, berarti Saudara sedang lupa menyampaikan message bahwa Tuhan itu tahu berhitung, Tuhan itu bukan pribadi yang bodoh yang tidak tahu berhitung, tidak tahu membedakan. Dia tahu berhitung, maka Tuhan mengatakan “nanti ada waktunya akan ada perbedaan antara orang benar dan orang fasik. Mungkin bukan sesuai timing-mu, tapi Aku akan mengetahui dan Aku sudah mengetahui”.