Tapi kalau Saudara baca Kejadian pasal pertama, Saudara menemukan bahwa Kitab Suci tidak memberikan penjelasan tentang adanya ilah. Ini sesuatu yang sangat unik beberapa penafsir bahkan mengatakan Kitab Kejadian 1 adalah demitologisasi pertama. Ini merupakan bagian pertama yang tidak membahas ada dewa apa pun. Saudara kalau membaca Kejadian 1, langsung membaca tulisan “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi, bumi belum berbentuk dan kosong, kacau-balau”, belum berbentuk itu sebenarnya kacau-balau. Belum berbentuk dan kacau-balau. Ada kuasa kacau-balau? Siapa dewa yang bertanggung jawab tidak pernah dibahas, tidak ada dewa lain. Yang membuat kacau-balau siapa? Tidak diberi tahu. Berarti siapa ilah? Tidak ada ilah-ilah cuma satu Allah. Allah yang sejati adalah Allah yang Esa. Tuhan adalah Allahmu, Tuhan itu Esa. Siapa yang membuat teratur? Tuhan. Siapa yang izinkan kekacauan? Juga Tuhan. Siapa yang membuat kekacauan disingkirkan demi keteraturan? Tuhan. Siapa yang bekerja di dalam keteraturan? Tuhan. Tapi pertanyaan yang berikut yang juga akan sedikit membuat kita sulit adalah perkataan, yang bekerja dalam kekacauan siapa? Juga Tuhan. Inilah tema yang kadang-kadang masuk di dalam literatur Perjanjian Lama yang membuat orang bergumul sekali. Kalau keadaan kacau dari dewa jahat, lalu Tuhan yang membuat keadaan baik, gampang. Kalau kamu sakit, itu dari setan. Tapi kalau kita baca di Kitab Suci, Kitab Suci tidak memberi tempat bahwa keadaan kacau itupun adalah hasil dari ilah lain, tidak ada. Kalau begitu siapa yang membuat kacau? Alkitab mengatakan kekacauan ada di dalam perancangan Tuhan. “Kalau rancangan Tuhan membuat kacau saya sulit menerima, lebih enak menerima kalau Tuhan penyebab baik setan penyebab jahat”, pandangan dualis seperti ini lebih gampang. Kalau Saudara pakai pandangan seperti ini, menjelaskan ke orang pun gampang. Kalau begini caranya, Kitab Ayub lebih gampang dibaca. “Ayub, mengapa kamu penuh penyakit di kulit?”, setan sakit. “Ayub, mengapa anak-anakmu mati?”, setan pengambil anak-anak. “Ayub, mengapa kamu habis?”, setan miskin. “Ayub, mengapa kamu begitu menderita?”, setan derita. Lalu dia tinggal doa kepada Tuhan, “Tuhan, kami menantikan Engkau hadir menyingkirkan segala setan-setan ini”, itu kan doa yang benar. Tapi cara pandangnya lain, kalau kita lihat Ayub, Ayub mengatakan “Tuhan, mengapa Engkau datangkan malapetaka ini? Apakah ini hukuman? Karena kalau malapetaka ini datang dari Tuhan berarti ini hukuman bagi saya. Kalau ini hukuman bagi saya, beri tahu salahku di mana, saya salah apa, Tuhan beri tahu. Kalau saya bilang: iya Tuhan, memang saya salah, hukumlah. Ya sudah tidak apa-apa. Tapi kalau saya tidak tahu salahnya dimana, lalu Tuhan tetap hukum, saya jadi bingung mengapa Tuhan hukum saya. Apakah yang mengadili sudah tidak adil lagi? Apakah Hakim semesta alam salah menghakimi?”, ini pertanyaan penting. Kalau Ayub tidak salah, dia tidak lakukan apa yang jahat, apakah adil bagi Tuhan untuk menimpakan sengsara kepada dia? Atau di dalam sebuah Mazmur “Tuhan saya lihat orang fasik mengapa sehat? Sedangkan kami orang benar dimakan sama orang fasik. Kami dibuat miskin, kami disingkirkan, kami menderita, Tuhan dimana keadilanMu?”. Itu sebabnya teodisi artinya adalah menjelaskan tentang keadilan di tengah-tengah penderitaan. Tuhan bekerja memberikan apa yang terjadi di bumi dan kita bergumul apakah ini adil, apakah ini tepat, apakah ini benar.

Di dalam konsep Alkitab, Tuhan adalah yang memberikan kondisi buruk, tapi Tuhan adalah yang akan singkirkan kondisi buruk. Kondisi buruk akan menyingkir dan keadaan damai akan Tuhan berikan, ini yang dipercaya. Maka pekerjaan Roh Kudus adalah memberikan kelimpahan. Roh bekerja lewat Yusuf supaya kelaparan diubah, supaya segala yang kacau Tuhan singkirkan. Mengapa, apakah karena yang kacau itu ada unsur ilah palsu? Bukan, tapi karena kekacauan merupakan sesuatu yang dari dalamnya Tuhan akan kerja. Tuhan pakai yang kacau, tapi dari dalam kekacauan Tuhan akan munculkan hal yang benar, hal yang baik, hal yang penuh dengan bijaksana dan penuh dengan kelimpahan. Maka Roh Kudus bekerja memakai Yusuf, lalu dengan pintarnya dia atur administrasi, dia atur pengelolaan makanan di seluruh Mesir, dia pakai dana yang ada untuk bangun tempat-tempat penyimpanan gandum, supaya gandum tidak busuk dan tidak diambil oleh binatang atau orang, dia membuat tempat-tempat yang banyak sekali. Lalu dia ambil dari seluruh rakyat, waktu rakyat berlimpah dipungut pajak tinggi, rakyat tidak terlalu masalah. Roh Kudus memakai Yusuf, lalu dengan segala kepintarannya, dia atur baik-baik bagaimana pengaturan seluruh negeri bisa dilakukan. Maka kalau sudah penuh dengan roh, tapi Saudara tidak suka belajar, itu roh palsu. Roh yang sejati adalah roh hikmat, roh yang membuat Saudara suka belajar, yang membuat Saudara suka mencari pengetahuan, roh yang membuat Saudara rendah hati. Rendah hati, cari pengetahuan, hargai bijaksana, hargai pengetahuan masa lalu, belajar dari orang-orang, belajar dari ilmu, itulah Roh Kudus yang sejati. Maka ketika Yusuf sudah mengatur semua, Tuhan berkati. Kelaparan tidak menimpa Mesir, kelaparan tidak membuat Kanaan mati, karena Kanaan bisa pergi ke Mesir, ambil makanan dari Mesir. Dan karena Kanaan bisa dapat makanan dari Mesir, Yakub dan keluarganya terpelihara. Inilah Tuhan kerjakan lewat Yusuf, roh bekerja memberikan kelimpahan. Lalu kalau roh itu memberikan kelimpahan, memberikan subur, memberikan kebaikan, waktu Yesus yang penuh dengan roh melayani, mengapa Dia membuat pohon ara justru menjadi kering? Ini pertanyaannya. Mengapa Dia datang ke pohon ara dan mengatakan “keringlah kamu, kamu tidak bisa berbuah selama-lamanya lagi”, ini kok aneh? Saudara harap tangkap anehnya Alkitab, aneh karena kita belum mengerti, bijaksana setelah kita mengerti. Kalau Yesus penuh dengan roh, seharusnya Dia membuat pohon ara ini limpah.  Hal seperti ini membuat kita bertanya sebenarnya bagian ini mau mengatakan apa? Apakah Yesus ingin membuat kering? Tidak bisa, Tanah Kanaan itu tanah yang subur, Tuhan berikan untuk Israel. “Tapi ini Israel ada di padang gurun”, padang gurun penuh air karena Tuhan beranugerah. Israel diberikan tempat yang banyak oasisnya, banyak tempat yang menghasilkan pohon, menghasilkan buah dari pohon-pohon korma yang begitu limpah. Sehingga meskipun mereka tinggal di padang gurun, mereka selalu menemukan jalan ke tempat di mana mereka bisa dipelihara, ini yang Tuhan lakukan. Tapi mengapa Tuhan buat menjadi kering? Dan yang membuat murid-murid tercengang “mengapa bisa kering?”. Banyak orang kaitankan ini dengan kuasa doa, saya mau tanya kuasa apa yang negatif seperti ini? Saudara mendoakan orang sehat jadi sakit, apakah itu ada kuasa? Tapi Tuhan membuat kering, tidak wajar, ini yang mereka pertanyakan. Kemudian Yesus justru menjawab “Sesungguhnya jika kamu percaya dan tidak bimbang, kamu bukan cuma bisa buat apa yang Aku buat, tapi kamu akan dapat berkata kepada gunung beranjaklah dan tercampakkanlah”, tercampaklah ke laut. Saudara tahu di dalam konteks dari orang pada waktu itu dan juga di dalam konteks Perjanjian Lama, bahkan di dalam budaya kebanyakan budaya suku-suku yang ada di pedalaman sampai saat ini, percaya bahwa kekuatan jahat itu ada di laut. Kalau kekuatan jahat ada di laut, dewa baik tinggal di mana? Dewa baik tinggal di gunung. Saudara mau mencari kekuatan yang memberkati, perginya ke gunung. Saudara mau membuat supaya laut tidak marah, perginya ke laut. Laut adalah tempat kacau balau, gunung adalah tempat keteraturan. Sekarang Yesus mengatakan “kamu dapat berkata kepada gunung (sumber keteraturan dalam pengertian orang kuno) tercampaklah ke laut”, berarti kekuasaan dari penguasa yang teratur sekarang ditelan oleh kekacauan. Mengapa yang teratur dikalahkan oleh kekacauan? “Mengapa Tuhan memberikan kami kuasa untuk berdoa seperti ini?”, ini yang akan membuat pembaca menjadi bertanya-tanya, Mengapa Yesus melakukan hal ini lalu mengapa Yesus mengatakan kepada murid-murid “kamu juga bisa”. Waktu itu murid-murid akan mengatakan “kami bisa? Kami tidak ingin seperti itu”. Mengapa Tuhan mengadakan sesuatu yang sifatnya kontroversial seperti ini? Mengapa tidak membuat pohon kering menjadi limpah, mengapa tidak membuat laut hancur dan gunung yang bertahta, mengapa tidak membuat raja yang berkuasa di gunung menyatakan tahtanya di atas gunung? Kalau Saudara dapat pesan dari Kitab Suci yang sangat kontroversial, sangat mungkin hal yang akan dinyatakan selanjutnya adalah pesan yang sangat indah.

« 2 of 4 »