Dosa datang dari mana ini misteri, tetapi sangat mudah untuk kita pahami meskipun tidak ada analogi yang pas, yaitu dosa muncul dari segala kecintaan Tuhan yang membuat manusia bisa memilih, ini bentuk cinta kasih Tuhan. Tapi di saat manusia menjadi makhluk yang bisa pilih, yang bisa menetapkan tujuan, maka Tuhan mengharapkan tujuan yang ditetapkan manusia adalah tujuan yang sinkron dengan Tuhan, sehingga manusia bisa menikmati sinkron dengan Tuhan dengan rela. Manusia sinkron dengan rela bukan dengan paksaan, manusia satu jalur dengan Tuhan dengan kerelaan dari Tuhan. Tuhan rela dan Tuhan menyenangi semua yang dicapai manusia di dalam kebebasannya. Tapi di dalam kebebasan yang sama pun manusia bisa berpotensi jatuh dalam dosa. Maka dosa bukan ciptaan, dosa adalah kesalahan arah dari seluruh kebaikan dan keindahan dari kebebasan berpikir yang Tuhan berikan kepada kita dan juga kebebasan memilih yang Tuhan berikan kepada kita sebagai pribadi, as a person. Itu sebabnya dosa tidak dijadikan oleh Tuhan, dosa bukan dari Tuhan. Meskipun Tuhan menetapkan kemungkinan manusia jatuh dalam dosa dan Tuhan menetapkan ada kejatuhan, bukan menciptakan kejatuhan. Jadi Tuhan menetapkan kemungkinan itu dan mengizinkan ada dosa. Tuhan menetapkan mengizinkan ada dosa, ini lain dengan menetapkan yang lain. Tuhan menetapkan untuk mencipta secara positif. Tuhan sendiri bertindak mencipta, tapi Tuhan tidak dengan positif dari inisiatif dan dari kegiatanNya menyebabkan dosa. Jadi kita tidak percaya dengan apa yang diajarkan dari banyak ajaran yang sifatnya dualis, seperti Manikeisme yang mempercayai bahwa baik dan jahat ini dari satu sumber yang sama, sama-sama satu sumber utama yang besar, yang menyatakan kebaikan, yang menyatakan kejahatan, itu sama. Tuhan yang sama yang menjadikan baik adalah Tuhan yang sama yang menjadikan jahat, ini menurut ajaran Manikeisme. Tetapi Kekristenan tidak begitu, Kekristenan percaya ada Tuhan yang menciptakan yang baik, dan yang baik ini jadi kacau dan Tuhan adalah Tuhan yang akan menebus. Jadi seluruh ciptaan Tuhan sayang, seluruh ciptaan Tuhan senang. Tapi begitu jatuh dalam dosa, ada hal yang sangat merusak, merusak segala hal, merusak seluruh relasi, merusak segala yang mungkin menjadikan keindahan dan menyatakan kemuliaan di dalam Tuhan, ini membuat kita sadar satu hal bahwa setiap dosa efeknya begitu besar. Tidak ada dosa yang cuma berhenti pada si pembuat dosa, setiap dosa akan menjalar. Ketika seorang laki-laki jatuh dalam dosa, istrinya terpengaruh, anaknya terpengaruh, keluarganya terpengaruh, semuanya dirusak. Ketika pemimpin jatuh dalam dosa, seluruh negara terimplikasi. Ketika seorang jatuh dalam dosa, seluruh relasi dan komunitasnya terpengaruhi, dosa tidak pernah berhenti pada diri si pembuat dosa. Dosa akan menyebar, dosa akan menular, dosa akan merusak semua struktur yang baik, relasi yang baik dan kaitan yang baik yang Tuhan sudah jadikan di dalam alam ciptaan. Maka dosa membuat ciptaan ini tidak bisa lagi mencerminkan kemuliaan Tuhan di dalam desainNya Tuhan. Tetapi Tuhan merancangkan untuk menebus, dan kita lihat panjangnya proses penebusan, kemudian pemilihan kaum pilihan yang nanti akan menggenapkan penebusan Tuhan, ini proses yang sangat panjang. Bukan sesuatu yang dengan remeh, Tuhan mengatakan “Aku akan hilangkan dosa”, lalu dia tinggal jentikkan jari dan tiba-tiba dosa hilang, tidak begitu caranya. Dosa adalah sesuatu yang luar biasa merusak sehingga Tuhan melakukan sebuah rancangan yang sangat besar, yang sangat panjang dan yang memerlukan pengorbanan dari pihak Tuhan. Ini merupakan sesuatu yang membuat seorang teolog dan juga tokoh Reformator penting menjadi bingung “kalau Tuhan itu Maha Kuasa, mengapa Dia tidak langsung bereskan dosa dengan sekaligus? Mengapa Dia memilih untuk membereskan dosa dengan cara pengorbanan Kristus, dengan cara yang panjang, dengan cara yang lama? Dari Kejadian 3, Tuhan sudah menubuatkan kehancuran ular, tetapi baru di dalam Wahyu pasal yang ke-19 dan 20, baru Tuhan menyatakan kemenangan final itu. Di dalam jangka waktu yang panjang dosa seperti dibiarkan berkuasa, Tuhan seperti tidak mampu mengalahkannya. Mengapa prosesnya begitu panjang? Ada dua jawaban yang Luther temukan, salah satu dari Agustinus dan satu lagi adalah dari perkembangan pikiran dia ketika membaca Kitab Suci. Luther menyadari yang membuat Tuhan merancang keselamatan begitu lama adalah karena Tuhan menginginkan jiwa-jiwa orang yang akan diselamatkan menyebar di bumi, di dalam pemeliharaanNya meskipun dosa masih ada. Tuhan membiarkan kekacauan terjadi karena meskipun kacau tapi struktur penciptaan yang masih ditopang oleh Tuhan, itu masih berjalan. Manusia masih akan berkeluarga, beranak cucu, bertambah banyak dan penuhi bumi. Sehingga rencana Tuhan untuk seluruh manusia penuhi bumi ini menjadi rencana yang Tuhan teruskan, yang Tuhan teruskan jalan sampai seluruh bumi penuh dengan manusia dan Tuhan memulai keselamatanNya di dalam diri Sang Anak Allah. Itu sebabnya pengertian dari Paulus ketika tiba waktunya atau ketika genap waktunya, ini merupakan sesuatu yang sangat penting. Tuhan sudah menetapkan kapan Sang Juruselamat membereskan seluruh pekerjaan yang akan menghancurkan dosa. Jadi kehadiran Juruselamat adalah kehadiran yang akan menghancurkan kuasa dosa di dalam waktu yang Tuhan tetapkan. Panjangnya waktu dari kejatuhan manusia sampai kedatangan Kristus, panjangnya waktu dari kedatangan Kristus yang pertama sampai kedatangan Kristus yang kedua ini adalah di dalam rancangan Tuhan. Jadi mengapa Tuhan merancang seperti ini? Karena Dia sangat ingin seluruh manusia yang bertambah banyak dan penuhi bumi berbagian di dalam keselamatan yang Dia mau berikan. Lalu hal yang kedua, hal yang membuat keselamatan begitu lama, begitu rumit, begitu sulit adalah karena Tuhan mau menyatakan betapa besar kuasa dosa merusak, tapi juga Tuhan mau menyatakan berapa besar cinta kasih Dia menebus. Dosa bukan hal sepele yang bisa disingkirkan begitu saja. Tuhan tidak mau menyingkirkan dosa dengan gampang seperti orang membersihkan meja. Mengapa tidak? Karena dosa tidak mungkin disingkirkan dengan cara demikian, dosa hanya mungkin dibereskan dengan Tuhan berkorban. Mengapa Tuhan mesti berkorban untuk menghancurkan dosa, bukankah ini menunjukkan kelemahan Tuhan? Kalau Tuhan kuat mengapa Dia tidak hancurkan dosa? Ini yang jadi pikiran Martin Luther, kalau Tuhan sanggup mengapa tidak bereskan dosa? Tetapi jawaban yang ditemukan Martin Luther adalah bahwa kesanggupan Tuhan itu tidak menjadi titik utama kemuliaan Tuhan. Tuhan sanggup kerjakan apa, itu tidak menjadi alasan utama Dia menjadi Tuhan yang Mahakuasa. Ini lain dengan pikiran dunia, pikiran dunia selalu melihat kehebatan kemampuan kekuatan. Mana yang hebat? “Rajaku hebat, rajaku bisa taklukan rajamu berarti rajaku yang lebih hebat”. Mana lebih hebat, saya atau kamu? “Saya bisa kalahkan kamu berarti saya lebih hebat”. Maka kita akan mengatakan kalau Tuhan bisa selesaikan dosa di dalam sekejap maka Tuhan hebat, kalau Tuhan perlu ribuan tahun untuk bereskan dosa maka kekuatan Dia kurang terlihat. Mengapa Dia tidak langsung bereskan di Taman Eden, mengapa Dia tidak langsung hancurkan ular di Taman Eden, mengapa Dia tidak langsung tebus Adam di Taman Eden? Jawabannya adalah karena dosa tidak bisa dibereskan dengan demikian, tetapi dosa justru akan mengungkapkan belas kasihan Tuhan, Dia harus berkorban dulu. Anak Allah harus datang sebagai manusia, Anak Allah harus mati di kayu salib supaya dosa hancur. “Ini menunjukkan Tuhan kurang hebat”, terserah, tapi ini menunjukkan Tuhan sangat mencintai. Maka bagi Martin Luther pameran kekuatan itu bukan cara Tuhan menunjukkan diriNya adalah Allah. Pameran kasih adalah cara Tuhan untuk menyatakan Dia adalah Allah. Jadi kalau ditanya “tahu dari mana Allah itu Allah?”, bukan karena Dia kuat, meskipun Dia kuat, tapi karena Dia mengasihi. Itu sebabnya pengertian Allah itu kasih lebih dominan daripada Allah itu kuat. Apakah Tuhan kuat? Iya. Bisakah Dia melakukan ini melakukan itu? Bisa melakukan itu tidak relevan pertanyaannya. Seorang bernama William dari Ockham mengingatkan bahwa mengatakan Tuhan sanggup melakukan hal yang tidak terjadi itu berarti kita kurang mengerti apa itu kuasa. Kuasa itu berarti ada pilihan yang dipilih, dan karena ada pilihan maka pilihan itu dipilih sehingga seluruh jalur lain adalah pilihan yang lebih minor, pilihan yang lebih inferior, pilihan yang kurang baik. Maka kalau kita menawarkan jalan “Tuhan kalau menebus mengapa memakai cara ini? Ada cara lain, misalnya Engkau bisa saja menebus langsung di Taman Eden”, tidak bisa begitu. Mengapa tidak bisa? Karena kalau engkau mengerti Tuhan Maha Kuasa maka Tuhan menjalankan satu realita yaitu realita yang Dia rancang, tidak ada realita lain di luar realita yang Dia rancang. Maka orang tidak bisa mengatakan ada jalan lain, adakah other universe, adakah alam paralel yang lain dimana ada Tuhan yang berkeputusan lain sehingga hasil output dari keputusan itu beda dengan alam ini? Tidak ada. Hanya ada satu Tuhan, hanya ada satu rancangan dan hanya ada satu kemungkinan. Maka kita tidak bisa menasehati Tuhan, “Tuhan, bisakah ada kemungkinan lain?”, karena ide ada kemungkinan lain itu menunjukkan kita tidak mengerti kuasa Tuhan. Kalau Tuhan berkuasa maka hanya ada satu kemungkinan jalan yaitu kemungkinan yang Dia rancang dan Dia perkatakan. Itu sebabnya William Ockham mengatakan satu-satunya realita adalah perkataanNya Tuhan. Dan perkataan Dia jadi itulah realita satu-satunya, tidak ada kemungkinan cara lain. Maka kita tidak bisa mengatakan Tuhan akan lebih menunjukkan ke-Mahakuasaan-Nya jika Dia menangani hal dengan cara yang lain, dengan cara yang beda dengan yang Dia lakukan sekarang. Kalau cara sekarang kurang menunjukkan Tuhan hebat, kalau ada cara lain baru bisa menunjukkan Tuhan hebat, ini berarti kita salah mengerti apa itu Maha Kuasa. Maka Luther belajar baik dari Ockham, pengaruh dari William Ockham itu masuk ke Gabriel Bill, seorang teolog penting di zaman sebelum Luther. Lalu pikiran dari Gabriel Bill juga mempengaruhi Martin Luther. Di dalam pemikirannya dia mengatakan Tuhan itu hebat dan kuat bukan karena Dia sanggup melakukan ini itu, Tuhan itu hebat dan kuat karena Dia mengasihi dan Dia menunjukkannya dengan mengorbankan diri. Maka kekuatan Tuhan paling final itu bukan ketika Dia menghancurkan 185.000 tentara dari Asyur. Kekuatan Tuhan bukan ketika Yosua menghancurkan Yerikho. Kekuatan Tuhan paling besar itu bukan ketika orang Israel menaklukkan Kanaan. Kekuatan Tuhan paling besar itu di atas kayu salib, di mana Dia menyatakan cinta kasih yang sempurna, menyatakan pengorbanan yang sempurna, sehingga semua orang mendapatkan keselamatan oleh karena pengorbananNya. Inilah cinta terbesar dan inilah kemuliaan terbesar. Inilah kuasa terbesar, tidak ada cara lain yang akan menunjukkan Allah itu mulia daripada cara ini. Cara ini lain dengan cara dunia. Maka bisakah Tuhan menghancurkan dosa dengan segera? Mungkin jawaban ini kontroversial, tetapi tidak bisa. Mengapa tidak bisa? Apakah Tuhan kurang sanggup? Bukan Tuhan kurang sanggup, tetapi cara yang sekarang kita lihat terjadi adalah cara yang menunjukkan cinta kasih Tuhan dan merupakan satu-satunya kemungkinan cara. Inilah sebabnya mengapa tidak ada cara lain untuk penebusan. Berarti dosa itu begitu merusak dan menghancurkan dan Tuhan itu begitu penuh cinta kasih maka jalan salib adalah jalan yang Dia tempuh.