Yesaya 50: 4-11, kita akan lihat tiga bagian, bagian pertama akan kita bahas saat ini, bagian kedua di kebaktian 2, dan kebaktian ketiga akan bahas bagian yang ketiga. Ini satu bagian yang sangat penting. Tadi kita sudah membaca sebagai bacaan bertanggapan bagian pertama sampai bagian kedua. Saya minta kita membaca kembali dan saya akan membacakan bagi Saudara Yesaya 50: 4-6, “Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid. Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. Aku membri punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi”.
Di dalam kehidupan manusia kita perlu pola, jadi kita perlu ada pattern yang kita ikuti. Dan pola yang diikuti biasanya pola yang tidak kompatibel, tidak nyambung dengan kita. Kalau Pendeta Eko sering mengatakan, contohnya bahwa ada program yang tidak cocok dengan hardware, ada software yang tidak nyambung dengan hardware, ini sesuatu yang Saudara bisa alami di dalam dunia teknologi. Saudara punya handphone yang ternyata tidak bisa memuat aplikasi baru karena kebutuhan hardware yang lebih tinggi. Sehingga apa yang Saudara install tidak berguna. Demikian apa yang Saudara install ke dalam iman Saudara, itu seringkali menjadi satu program yang tidak kompatibel, tidak nyambung dengan kehidupan kita sehari-hari. Dan ini yang kita lihat berkali-kali terjadi, ketika kita pakai pola sukses dari dunia misalnya, itu pola jadi software yang tidak nyambung dengan kehidupan Saudara, tidak bisa kita menghidupi pola sukses. Karena pengertian sukses seringkali terlalu ambigu dan juga muluk. Ambigu karena tidak pernah ada kejelasan apa itu sukses. Dunia ini tidak memberikan kepada kita pengertian yang menyeluruh, tidak seperti di dalam Kitab Suci, ketika Kitab Suci sedang berbicara tentang kebahagiaan, tentang kepenuhan menjadi manusia atau dengan tema etika yang disebut human flourishing. Kelimpahan menjadi manusia itu dinyatakan di dalam Kitab Suci, maka Kitab Suci menyentuh banyak sekali aspek dari manusia, bukan cuma aspek fisik tapi juga aspek rohani. Bukan cuma aspek sekarang, tapi juga aspek identitas dan masa lalu, serta aspek pengharapan dan masa depan. Bukan hanya aspek yang bersifat horizontal tapi juga vertikal dengan surga, bukan cuma aspek ketika baik tapi juga ketika buruk. Maka kita melihat apa yang ditawarkan oleh Tuhan sebenarnya adalah pola yang paling cocok untuk hidup Saudara. Tetapi dunia membombardir kita dengan pengertian bahwa yang paling cocok adalah apa yang aku tawarkan. Tapi bukan itu pola yang kompatibel, bukan itu pola yang cocok dengan hidup kita. Kalau Tuhan yang merancang hardware-nya, Tuhan yang merancang fisikalitas kita, Tuhan yang merancang hidup kita sehari-hari, Tuhan juga yang akan mengisinya dengan program atau software yang tepat. Jadi jangan download software yang salah. Saudara download software yang salah yaitu pengertian pola hidup dari dunia ini, dunia ini tidak mengerti bagaimana manusia harusnya hidup. Maka dunia menawarkan cara hidup instan, cara hidup senang, cara hidup anti susah, cara hidup yang mempunyai nilai utility, memberikan nilai kepada kesenangan, yang memberikan nilai negatif kepada kesulitan, ini semua tidak cocok untuk manusia. Lalu kita mesti lihat siapa, kita mesti download pola apa, kita mesti dapatkan pengertian dari mana? Kitab Suci mengatakan dari firman dan dari Kristus. Itu sebabnya pola tentang Mesias itu berulang kali dinyatakan di dalam Kitab Suci supaya kita mulai terbiasa dengan pola itu. Ini yang saya sebut dengan pola mesianik, pola mesianik bukan cuma ada di Matius, Markus, Lukas, Yohanes. Pola mesianik ada dari Kitab Kejadian, pola mesianik sudah ada ketika Tuhan mengatakan “keturunan perempuan akan menghancurkan kepala ular dan waktu dia menghancurkan kepala ular, tumitnya hancur”. Jadi dia akan injak kepala ular dengan keras sampai tumitnya luka, ini pola mesianik, karena ada luka tapi luka itu efektif menghancurkan si jahat. Kalau kita cuma luka tapi si jahat makin kuat itu bukan mesianik, itu namanya kebodohan. Kalau Saudara lihat pola dari Mesias ini mulai berulang, pola ini akan memuncak, memuncak memuncak mendekati hari yang Tuhan janjikan itu. Hari apa? The day that The Lord has made, hari yang Tuhan sudah jadikan yaitu hari dimana Sang Mesias benar-benar datang. Jadi sebenarnya kedatangan Sang Mesias ini harus menjadi puncak dari pola-pola kecil yang Tuhan sudah mulai perkenalkan kepada kita. Di dalam dunia musik ini sangat dikenal, memperkenalkan pola. Beethoven salah satu orang yang sering melakukan ini, dia berikan pola-pola kecil untuk kemudian memberikan pola utuhnya di dalam puncak dari satu bagian musiknya. Maka kita mulai belajar dari Kitab Suci bahwa ada pola-pola Mesias yang dibentukan kepada kita dan kita mulai pikir “ini yang lebih cocok untuk hidup saya”. Saudara mungkin tidak pernah sadar bahwa misalnya kisah sukses dari Warren Buffet, ini kita pikir jadi pola yang cocok untuk kita. Tapi saya beri tahu kepada Saudara, pola Ayub itu lebih manusiawi dari pada pola Warren Buffet. Pola Ayub lebih manusiawi karena pola Ayub lebih realistis dari pada kisah yang dipoles dari kehidupan Warren Buffet. Saudara kalau membaca kisah sukses dari seorang kaya di dunia ini, Saudara tidak akan menemukan apa pun yang dapat membuat kita bertanya tentang kemanusiaan. Saudara akan menemukan di dalam cara untuk menjadi kaya seperti dia. Ini perbedaan antara apa yang ditawarkan dunia dengan apa yang ditawarkan Kitab Suci. Maka pola Mesianik mulai terbentuk dan kita mau tangkap bagaimana mengerti pola ini. Dan salah satu bagian yang paling jelas mengajarkan kita tentang menangkap pola Mesianik adalah Yesaya 50 ini. Ini adalah nubuat sekaligus pengalaman sang nabi. Yesaya mengatakan “sayalah hamba Tuhan itu”, sambil dia mengatakan “saya” sambil dia melukiskan Kristus yang akan datang. Ini seperti Daud, Daud sedang bergumul dalam kesulitannya. Di tengah-tengah pergumulannya, dia mengekspresikan teologinya. Dan tanpa dia sadari, teologinya sangat tepat untuk menggambarkan Mesias yang akan datang nanti. Jadi ini seperti foreshadowing, seperti memberikan gambaran awal tentang tokoh utama yang akan datang. Baik Ayub mempunyai pola ini, Ayub punya kalimat yang sangat bagus yang mengatakan “saya tahu Penebusku hidup dan bahwa di dalam daging, saya akan melihat Allah”, ini kalimat yang indah meskipun ada variasi terjemahan di mana variasi itu membuat makna yang kita dapatkan sepertinya beda. Tapi tetap makna ini bisa kita terima. Ketika Ayub mengatakan “saya tahu Penebusku hidup dan saya tahu di dalam tubuhku saya akan melihat Allah”, ini pola mesianik yang indah tapi baru diberikan di dalam penggalan, belum diberikan di dalam cerita utuhnya.