Apakah ada kegigihan mencari? Waktu Saudara membaca Alkitab, Saudara expect apa? Ketika kita membaca setiap bagian dari bacaan harian kita, hal apa yang Saudara harap temukan? Kadang-kadang kita tidak mengharap apapun dan karena tidak ada harapan maka kita tidak kejar, dan karena kita tidak kejar maka kita tidak mendapatkan. Kitab Suci mengatakan “carilah, kamu akan dapat. Ketoklah, pintu akan dibukakan”, tapi kita tidak cari hal paling bagus yang Tuhan janjikan. Itu sebabnya ketika Saudara dan saya mempelajari Kitab Suci dan menemukan janji-janji yang indah di dalamnya, Saudara dan saya akan mempunyai kekuatan bahkan di tengah keadaan hancur sekalipun. Ini yang harusnya dimiliki oleh Israel, mereka dibuang karena dosa mereka sendiri. Tetapi di dalam pembuangan mereka seharusnya ada harapan, seharusnya mereka mempunyai kekuatan untuk bersukacita, seharusnya mereka bisa mengatakan ke jiwa mereka “pujilah Tuhan hai jiwaku, nyatakanlah keagungan Tuhan hai mulutku”, ini dinyatakan di daerah pembuangan? Iya. Mengapa di daerah pembuangan orang Israel bisa berseru kepada Tuhan? Bukankah di daerah pembuangan adalah keadaan yang sangat buruk? Di daerah pembuangan orang Israel kalah dari peperangan lawan Babel, di daerah pembuangan banyak orang Israel kehilangan keluarganya, banyak orang tua kehilangan anak, banyak anak kehilangan orangtua, banyak anak menjadi yatim karena orang tua mati dibunuh oleh serangan Babel. Banyak orang kehilangan suami karena mereka pergi berperang dan tidak kembali. Banyak orang kehilangan rumah dan yang pasti semua orang kehilangan kerajaan Israel, kehilangan tahta kerajaan dari dinasti Daud dan kehilangan Bait Suci yang dihancurkan oleh Nebukadnezar, jadi terlalu banyak kehilangan. Di dalam hidup yang terlalu banyak kehilangan, kesenangan apa yang masih bisa dicari? Kita akan mengalami kehilangan demi kehilangan, dan salah satu penyebab kehilangan paling kuat adalah maut. Kematian akan membuat orang-orang yang terkasih hilang dari Saudara karena mereka akan mati. Semua orang gentar kepada kematian dalam aspek ini. “Kalau kematian sudah tiba kepada orang yang kukasihi, kekuatan apa yang aku miliki untuk bertahan?”, maka dukacita, kesengsaraan dan keadaan gelap senantiasa menanti kita dan senantiasa menghancurkan kita. Lalu di dalam kondisi kacau ini bagaimana bisa berharap? Saudara tidak mungkin berharap kecuali situasi kacau Saudara paralelkan dengan situasi yang sama yang digambarkan oleh Kitab Suci. Kitab Suci senantiasa menjadi cermin, kata John Calvin. Cermin yang membuat kondisi hati kita di dalam dunia diparalelkan dengan kondisi hati dari orang-orang di dalam Kitab Suci, dari situ baru kita bisa berharap di dalam kondisi hati hancur seperti ini. Bagaimana bisa punya pengharapan? Ini salah satu alasan mengapa ibadah itu penting, karena ibadah akan kembali mengorientasikan akan orientasi kondisi hati kita. Hati kita bisa kacau dan remuk, tapi kita tidak menemukan konteks penghiburan untuk memperbaiki hati. Tetapi kalau kita baca di dalam Kitab Suci, kita akan menemukan remuknya hati dari tokoh-tokoh di dalam Kitab Suci ternyata sama dengan remuknya hati kita. Dan kondisi yang sama yang dimiliki oleh orang-orang ini adalah kondisi yang aku mau pelajari. Mereka bisa punya pengharapan karena apa, di dalam situasi seperti apa mereka bisa berharap kepada Tuhan, aku juga mau punya pengharapan seperti itu. Saudara bisa melihat kegigihan Abraham yang berjalan mengikuti Tuhan meskipun banyak hal tidak jelas ada di depannya. Saudara bisa mempelajari dari Yakub bagaimana dia bertahan dan akhirnya jiwanya dibangkitkan. Alkitab mengatakan roh Yakub mengalami kebangunan setelah dengar Yusuf masih hidup. Bagaimana bisa punya pengharapan? Ini sesuatu yang penting, pengharapan adalah hal yang sangat penting karena tanpanya Saudara tidak akan kuat menjalani hidup. Atau Saudara akan menjadi orang yang mematikan hati dan mengabaikan pergumulan atau Saudara menjadi orang yang terjerat di dalam kesenangan palsu yang ditawarkan oleh dunia ini. Itu sebabnya kita perlu belajar apa yang dialami Israel, di dalam kondisi buruk, di dalam kondisi rusak, di dalam kondisi hancur, apakah iman yang mereka miliki itu hancur? Iya. Apakah iman yang hancur ini Tuhan biarkan? Tidak. Tuhan lihat Israel dan Tuhan mengatakan “Aku masih menyisakan sisa. Aku masih memberikan pengharapan karena dari keadaan yang hancur Aku akan bangkitkan sekelompok orang sisa yang akan kembali kepadaKu”. Itu sebabnya tema kembali, tema keluar, tema keluar dari Babel menjadi tema besar yang menggantikan Kitab Keluaran. Saya maksud menggantikan bukan berarti Kitab Keluaran tidak penting, tetapi ada peristiwa yang jauh lebih penting di dalam sejarah Israel yaitu peristiwa keluarnya mereka dari Babel. Mereka kembali ke Israel, mereka kembali ke Yerusalem, mereka kembali membangun kota, mereka kembali membangun kerajaan setelah mereka dibuang. Ini pengharapan besar. Kalau di dalam Kitab Keluaran mereka dikeluarkan dari penjajah yang yang jahat, dari penindas yang kejam. Maka waktu mereka keluar dari Babel mereka keluar dari kondisi yang mereka buat sendiri. Mengapa mereka dibuang ke Babel? Karena dosa mereka. Mengapa mereka dihancurkan? Karena mereka tidak adil, karena mereka menjalankan kerajaan dengan jahat, karena mereka menyembah berhala. Lalu Tuhan buang dan di dalam pembuangan, Tuhan mengatakan “Aku akan pulihkan engkau”, berarti Israel diselamatkan dari kondisi jahat yang mereka sendiri ciptakan. Mereka jahat maka mereka sudah seharusnya mendapatkan penderitaan itu. Tetapi di dalam kondisi menderita, Tuhan panggil, Tuhan bangkitkan, Tuhan tarik mereka kembali, Tuhan berikan kepada mereka pengampunan. Maka ini tema yang sangat indah, Tuhan mengampuni umat.
Dan apa yang dimaksud dengan mengampuni? Mengampuni bukan hanya Tuhan tidak lagi mengingat kesalahan Israel, tapi Tuhan kembali mengingat janjiNya. Bukan saja Tuhan tidak lagi ingat dosa yang dikerjakan oleh umatNya, tapi Tuhan kembali ingat apa yang Dia sudah janjikan kepada Abraham, kepada Ishak, kepada Yakub. Janji yang begitu besar, karena Tuhan berjanji Dia akan melimpahkan kepada Israel segala berkat, bukan saja cukup bagi Israel tapi melimpah keluar bagi bangsa-bangsa lain. Bayangkan berkat begitu besar bagi seluruh bangsa Tuhan percayakan ke satu bangsa. Di dalam Israel seluruh kekayaan hikmat, seluruh kekayaan mengelola kerajaan, seluruh kekayaan mengelola masyarakat yang damai, Tuhan beri. Tuhan mengatakan “berkat yang Aku berikan kepada keturunanmu hai Abraham akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Oleh keturunanmu seluruh bangsa di dunia akan mendapat berkat”. Bayangkan berapa kayanya Israel di dalam gambaran dan rencana Tuhan. Seluruh bangsa mendapat kekayaan dari mana? Dari Israel. Inilah gambaran yang Tuhan janjikan kepada Abraham. “Dari keturunanmu seluruh bangsa di bumi akan mendapat berkat”. Dengan demikian tidak ada orang yang luput dari berkat, jika Israel setia kepada Tuhan. Tuhan lihat Israel setia? Tidak, Tuhan tidak lihat mereka setia, maka mereka dibuang. Tapi di pembuangan, Tuhan ingat lagi janjiNya. Inilah hal penting yang harus kita ketahui tentang Tuhan. Waktu Saudara datang mengakui dosa, memohon ampun dari Tuhan, pada waktu yang sama Saudara mendapat janji dari Tuhan. Tuhan akan menyatakan “Aku tidak akan mengingat lagi kesalahanmu, tapi Aku akan selalu ingat perjanjianKu dengan engkau. Aku akan ingat momen paling indah ketika Aku mengikat janji dengan nenek moyangmu, sehingga engkau mendapat bagian”. Dan di dalam hal Kekristenan, Tuhan mengingat janji yang diberikan kepada bapa-bapa Israel. Tuhan mengingat janji yang Ia berikan melalui nabi-nabi. Dan terakhir, Tuhan mengingat janji yang Dia berikan karena Kristus adalah AnakNya. Oleh sebab Dia setia kepada Kristus maka kita akan mendapatkan berkat. Jadi Saudara sekalian mari belajar melihat bagaimana berpengharapan. Jika orang Kristen kekurangan kemampuan berpengharapan maka orang Kristen akan menjadi orang paling kasihan, karena pengharapan adalah satu-satunya pembeda antara Saudara dengan umat yang lain. Saudara bisa mengatakan Kristuslah pembeda antara aku dengan bangsa-bangsa lain. Kristuslah pembeda antara umat dan yang bukan umat. Tetapi saya akan mengatakan, jika engkau beriman kepada Kristus tanpa pengharapan, maka imanmu akan menjadi iman yang sia-sia. Inilah Iman dari tradisi liberal di dalam sejarah Kekristenan dari abad yang ke-19. Mereka beriman kepada Kristus dengan iman palsu yang tidak ada harapan. Mereka cuma tahu Kristus adalah orang penting yang seluruh kehidupanNya bisa menjadi guru, memberi inspirasi besar bagi kita, yang seluruh pengajaranNya memberikan contoh ajaran moral terindah sepanjang zaman, tetapi yang tidak bangkit. Kristus yang tidak naik ke surga, Kristus yang tidak bertahta disebelah kanan Allah, Kristus yang tidak turun kembali untuk mendirikan kerajaanNya yang sempurna di bumi, tanpa pengharapan seperti ini hal apa yang kita bisa miliki?