Lalu apa pentingnya relasi ini? Injil Yohanes mengatakan relasi ini yang mau dibagikan kepada kita. Saudara ingin dijadikan anak sama seperti Kristus menjadi Anak, ini pentingnya Natal. Waktu hari Natal Saudara melihat pribadi kedua menjadi Anak. Dan kalau Saudara melihat bayi, Saudara lihat bayi yang sangat vulnerable, waktu Saudara lihat bayi yang seperti ini Saudara sadar “kamu tidak mungkin bertahan kecuali ada yang pelihara kamu”. Dan Yesus yang bayi itu dipelihara oleh Sang Bapa, dan Sang Bapa mengatakan “lihat tanggung jawabKu sebagai Bapa, Aku pelihara AnakKu sampai genap tugasNya masuk ke kayu salib. Dan semua yang Dia kerjakan Aku yang pelihara dan topang”. Dan ketika Saudara melihat Yesus yang lahir, Saudara tahu BapaNya Dia bukan Yusuf. Yusuf bapaNya yang ada di bumi, tapi ada BapaNya yang di sorga yang akan pelihara Dia. Dan inilah pengertian Natal, Natal membagikan kepada kita satu relasi yang indah, yang dinyatakan bukan dengan pengajaran tapi dengan contoh. Pribadi kedua datang ke dalam dunia, lalu pribadi kedua mengatakan “mari datang kepadaKu, supaya engkau Aku jadikan anak-anak dari Bapa yang di sorga. Engkau punya Bapa yang di sorga”. Dan ini yang membuat manusia terhibur. Saudara tidak mungkin terhibur kecuali Saudara berpengharapan kepada person yaitu Allah. Kalau pengharapan kita bukan Allah, tidak ada yang menghibur. Saudara andalkan manusia, tidak bisa. Manusia bisa mengecewakan atau kita bisa mengecewakan manusia lain. Saudara mau mengandalkan kondisi politik juga percuma, kondisi politik tidak bisa menjadi andalan paling utama. Saudara mau andalkan uang, itu andalan yang paling busuk untuk diandalkan. Tidak ada orang bisa mengandalkan uang lalu sukses, uang dari Tuhan bukan Tuhan untuk uang. Maka yang mungkin jadi pengharapan Israel itu Tuhan. Tuhan melatih mereka berharap hanya kepada Tuhan. Di tengah pembuangan, mereka menantikan Tuhan, di tengah kesulitan mereka bisa mengatakan “aku akan beria-ria karena nama Tuhan”. Di tengah-tengah penderitaan Ayub mengatakan “sekarang saya melihat Engkau dan saya berpuas karenanya, saya akan duduk dan saya akan menikmati pernyataan Tuhan. Dulu saya cuma dengar orang berbicara tentang Engkau dan sekarang mataku sendiri sudah melihat Engkau”. Bagitu banyak contoh di Perjanjian Lama yang menikmati kehadiran Allah. Allah adalah sumber sukacita mereka, Allah adalah sumber pengharapan mereka, Allah adalah satu-satunya yang bisa membuat mereka hidup di tengah-tengah keadaan sulit, pembuangan dan penderitaan. Mereka dibuanga dan tetap berpengharapan. Yerusalem dihancurkan, mereka tetap berpengharapan karena mereka mengarahkan pengharapan kepada Allah. Dan di dalam kisah Natal Allah mau menyatakan “Aku bukan hanya Bapa dari Pribadi Kedua, Aku bukan hanya Bapa dari Kristus, Aku juga Bapamu”, itu sebabnya Yesus datang ke dalam dunia. Maka Wahyu tentang Tritunggal menjadi indah di dalam kelahiran Kristus. Mengapa Kristus bisa lahir? Karena Roh Kudus, Maria mengandung. Mengapa Kristus bisa lahir? Karena Bapa yang kirim. Ada pemandangan Tritunggal yang langsung nampak di situ. Kalau Yesus belum lahir, Saudara tidak bisa lihat. Bagaimana bisa tahu ada Bapa? Karena Yesus. Yesus yang lahir ini mengatakan “AllahKu itu BapaKu”. Yesus yang lahir ini bisa lahir karena pekerjaan Roh Kudus. Itu sebabnya Natal sangat erat dengan konsep Tritunggal. Jurgen Moltmann pernah mengatakan bahwa Natal dan salib itu adalah peristiwanya Tritunggal. Di hari Natal Saudara memahami ada Allah Tritunggal, di penyaliban Kristus Saudara juga memahami ada Allah Tritunggal di situ. Mengapa kita tahu ada Allah Tritunggal waktu kelahiran Tuhan Yesus? Karena Pribadi Kedua bisa kita lihat. Jika Dia Pribadi Kedua maka Dia adalah anak dari Sang Bapa. Jika Dia Anak dari Sang Bapa maka ada Pribadi Ketiga yang membawa Dia menjadi manusia. Dan inilah keindahan wahyu tentang Tritunggal. Wahyu yang menarik kita untuk berbagian. Saudara kalau melihat orang berelasi dengan baik, Saudara ingin sekali berbagian. Ini yang pernah dialami oleh George Whitefield, waktu itu dia diundang oleh Jonathan Edwards. Jonathan Edwards mungkin sudah berusia 36 tahun, George Whitefield masih berumur 20an. Dia melihat keluarganya Jonathan Edwards, bagaimana dia dan istrinya saling berkomunikasi, saling menyatakan kasih. Whitefield saat itu berkhotbah di gerejanya Jonathan Edwards dan terjadi kebangunan. Whitefield punya kuasa demikian besar dan Jonathan Edwards menangis melihat apa yang dikerjakan Tuhan lewat Whitefield di gerejanya, banyak orang dibangunkan dan menjadi beriman kepada Kristus. Setelah kebaktian dia mengundangnya untuk menginap di rumahnya, dia sangat bersyukur untuk kehadiran Whitefield. Dan Whitefield mengatakan “saya juga mengalami kebangunan mau menikah”. Sebelum bertemu keluarga Jonathan Edwards, George Whitefield punya pendirian “saya tidak akan menikah karena istri itu merepotkan. Saya mau pergi pelayanan, penginjilan tanpa dipusingkan dengan rumah. Saya mau perang di ladangNya Tuhan tanpa mau memikirkan nanti istri bagaimana, anak bagaimana. Jadi saya ingin pelayanan, saya tidak ingin menikah”. Begitu melihat Jonathan Edwards, “saya mau pelayanan dan menikah”. Mengapa dia bisa punya dorongan seperti itu? Karena melihat relasi yang indah antara Jonathan dan Sarah, istrinya. Setelah itu tidak lama kemudian George Whitefield menikah dengan perempuan baik dan mereka hidup bahagia sampai kematian memisahkan mereka. Relasi yang indah itu membuat kita tertarik, kita ingin berbagian. Relasi yang indah itu sangat menarik dan Saudara tidak akan menemukan relasi yang super indah, yang sempurna, yang tanpa cacat selain relasi Allah Tritunggal. Dan kalau relasi yang demikian indah ini adalah milik Bapa, Anak dan Roh Kudus maka kita hanya bisa memandang dari jauh, kecuali Yesus dikirim ke dunia menjadi salah satu diantara kita sehingga Dia berelasi dengan kita juga. Relasi Kristus dengan kita menyatukan kita dengan Bapa karena relasi Kristus dengan Bapa. Dia berelasi dengan Bapa dan Dia berelasi dengan kita, kehadiran Dia membuat kita dan Bapa menjadi satu. Maka mengapa Allah datang menjadi manusia? Supaya kita punya Bapa di sorga. Apakah kita semua punya bapa di bumi? Ada yang iya ada yang tidak. Apakah yang punya bapa di bumi punya bapa yang baik? Ada yang bapanya baik ada yang bapanya kurang baik. Tapi sekarang itu semua menjadi relatif, tidak lagi menjadi mutlak. Bisakah seorang tidak punya bapa tetap hidup baik? Bisa. Bisakah seorang yang punya bapa pemabuk, tukang pukul orang tapi tetap bisa bertumbuh dengan baik? Tetap bisa, karena Bapa yang sejati ada di sorga. Bapa yang sejati ada di sorga dan Dia boleh menjadi Bapa kita karena Kristus datang menjadi manusia. Kiranya Tuhan menggerakan kita untuk menikmati berkat indah ini di hari Natal. Natal adalah hari undangan, dimana Saudara boleh berbagian di dalam relasi Bapa dan Anak. Natal adalah undangan untuk berkomunitas, bukan untuk berkomunitas dengan orang-orang di dunia, tapi untuk berkomunitas di dalam relasi kasih dari Allah Tritunggal. Undangan yang demikian besar diberikan itu sebabnya malaikat memuji Tuhan dengan sangat megah mengatakan “mulia bagi Allah di tempat yang maha tinggi dan damai sejahtera bagi manusia yang diperkenan kepadaNya di bumi ini”. Biarlah bumi memperoleh sukacita karena Allah adalah Bapanya. Biarlah orang-orang percaya memperoleh sukacita karena Sang Anak sudah membawa kita kepada Sang Bapa, sehingga kita boleh menyebut Dia Bapa. Kiranya Tuhan memberkati dan menguatkan kita dengan pesan Natal yang indah ini.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)