Momen Yesus lahir, pada waktu itu dunia berkenalan dengan Allah Tritunggal. “Allah baru Tritunggal di Perjanjian Baru?”, jelas tidak. Ini juga ajara bidat, dulu Allah cuma satu tapi kemudian Dia kesepian maka Dia menciptakan allah yang lain, ini ajaran Arius. Allah Bapa menciptakan allah yang lebih kecil. Allah yang lebih kecil itu namanya anak. Jadi anak diciptakan oleh bapa, setelah itu anak disuruh menjadi manusia. Jadinya Allah tadinya cuma 1 sampai Dia berubah pikiran dan menjadi 3, ini ajaran ngawur. Allah tidak berubah dalam hal bahwa Dia adalah 1 substansi dan 3 Pribadi, dari kekal sampai kekal sedemikian. Mengapa Dia baru menyatakan diri ketika Kristus lahir? Kalau Dia menyatakan diri sebelum Kristus lahir, maka orang akan salah memahami Dia, seperti bangsa-bangsa kafir memahami ilah yang banyak. “Oh, Allah Israel ada 3, kalau kami ada 300”, orang Hindu mengatakan “kami ada 300 juta”, Hinduisme itu paling banyak ilah, kalau mau beradu mereka paling banyak. Tapi kalau Saudara tanya “nama ilahmu siapa saja?”, mereka bilang “pokoknya ada”. Waktu Tuhan menyatakan diri lewat kelahiran Kristus, pada waktu itu Tuhan memperkenalkan suatu revolusi dalam cara berpikir tentang Tuhan, belum pernah terjadi sebelumnya pengertian tentang Tritunggal itu di-develop oleh siapa pun, tapi setelah Kristus lahir mulai ada pengertian yang dibagikan kepada manusia bahwa Allah itu Tritunggal adanya. Tema seperti ini tidak dilihat pentingnya oleh manusia, sampai banyak orang kembali gali pemikiran-pemikiran dari baa-bapa gereja di abad ke-3 dan 4 bahkan dari abad ke-2. Di zaman modern orang menghina doktrin Tritunggal, tapi masuk abad 20 kembali orang cari dan menemukan ternyata doktrin menjadi fondasi penting bagi banyak hal. Saudara bisa bayangkan, kalau Saudara ingin mengenal apa itu relasi, Saudara tidak punya contoh untuk dipelajari kecuali Saudara mengenal Allah yang Tritunggal. Kalau Allah tidak Tritunggal, contoh relasional tidak mungkin didapat dari Allah. Contoh relasional yang setara, karena Allah 3 Pribadi yang setara, saling mengasihi,s aling memberi ruang bagi yang lain, maka kita bisa belajar tentang keindahan kasih antar personal yang sifatnya setara. Saudara bisa mencintai hewan peliharaan sebagai manusia yang mencintai yang lebih rendah dari Saudara. Ini fakta, binatang peliharaan lebih rendah dari kita. Kalau Saudara mencintai binatang peliharaan Saudara, Saudara memunyai cinta dari yang tinggi ke yang rendah, top-down. Yang tinggi mencintai yang lebih rendah. Tapi antar manusia tidak boleh memperlakukan relasi top-down. Bolehkah suami memperlakukan istri secara top-down? Tentu tidak. Suami dan istri setara, orang tua dan anak setara, pemerintah dan rakyat teap setara karena ini tetap sesama manusia. Maka relasi antar manusia tidak boleh top-down seperti relasi antara manusia dan binatang.

Relasi setara ini bisa ditemukan dimana? Allah cuma 1 maka Allah cuma tahu relasi top-down, karena tidak ada yang setara dengan Dia. Allah 1 pribadi, 1 pribadi ini tidak bisa mengasihi yang setara, tidak ada yang setara, Dia hanya bisa mengasihi yang lebih rendah. Maka bahasa Allah adalah bahasa top-down. Pernyataan kasihNya adalah pernyataan kasih top-down, Dia tidak mengasihi yang setara karena tidak ada  yang setara. Namun di dalam iman Kristen tidak begitu, karena Allah Tritunggal adalah 3 Pribadi yang setara dan saling mengasihi. Sehingga yang Allah nyatakan kepada manusia adalah kasih yang setara. Mengapa Allah memperlakukan kita sebagai anak? Mengapa kita bisa diangkat setara dengan Dia? Karena Dia terbiasa memiliki kasih yang setara. Dari mana kasih yang setara dimiliki? Dari masing-masing Pribadi dari Tritunggal. Ini rahasia yang agung sekali yang diselidiki oleh para bapa gereja waktu mereka baca Alkitab, mereka menemukan teologi  yang sedalam ini. Kadang-kadang saya bingung kok mereka bisa menemukan ini, saya baca Alkitab kok tidak ketemu seperti mereka. Kalau saya tidak baca mereka, saya baca Alkitab, saya ketemu yang remeh-remeh. Saya tanya kepada Pak Tong mengapa orang-orang dulu lebih jenius dari pada kita? Pak Tong mengatakan “kita sudah dibuat bodoh oleh TV, kita sudah dibuat bodoh oleh masyarakat sekitar”, mungkin benar juga. Saudara coba temukan masyarakat sekitar kita itu masyarakat yang anti berpikir, makin rumit makin anti, “ayo dong jangan rumit-rumit, yang simple saja”, yang boleh rumit itu hanya kuliah dan sekolah karena ada tawaran yang menggiurkan yaitu lulus dengan nilai bagus dan ada pekerjaan yang menjamin kekayaanmu. Jadi untuk kuliah Saudara akan dedikasikan pikiran sekeras mungkin, tapi untuk yang lain Saudara shut down pikiran karena pikiran perlu istirahat. Kalau kita menolak untuk berpikir keras tentang Tuhan, karena zaman kita menawarkan demikian, maka kita tidak pernah menjadi berkat untuk zaman ini. Saudara tidak bisa menjadi garam untuk dunia ini. Pernahkah Saudara makan garam yang rasanya mirip dengan apa yang harus dia garami? Kalau Saudara melebur dan menjadi sama dengan dunia, itu tidak ada gunanya. Dunia perlu orang Kristen yang bisa beda dari mereka dan itu yang sebenarnya harus kita miliki. Saudara harus punya kekuatan dari Tuhan untuk berbeda dari sekeliling. Ketika sekeliling shut down, mematikan otak mereka untuk hal-hal yang bersifat Tuhan, Saudara tidak. Ini yang terjadi pada bapa-bapa gereja, mereka tidak tutup otak mereka, mereka pikir sedalam mungkin. Dan mereka menemukan rahasia tentang Tritunggal bahwa relasi kasih antar Allah Tritunggal, antar pribadi pertama, pribadi kedua dan ketiga itu indah bukan main. Kalau Saudara menikmati hidup di dunia, Saudara akan menikmati satu hal yang paling penting dibandingkan hal lain yaitu penerimaan, kasih dan ketulusan dari orang lain. Saudara bisa punya banyak uang, tapi tanpa ada orang yang baik mengasihi Saudara ada di sebelah Saudara, Saudara akan merasa hidup percuma. Banyak orang yang stres dalam hidup karena tidak menemukan orang yang baik untuk mendampingi dia. Kalau ditanya “apa problem utama yang kamu miliki?”, “saya kesepian”, mengapa bisa kesepian? “Tidak ada orang yang peduli kepada saya, yang mengasihi saya, yang mau menyatakan hidup untuk mendampingi saya dan lain-lain”, jadi banyak orang merasa kesepian. Itu sebabnya orang Kristen mesti berjuang memperkenalkan tentang Tuhan dan komunitas hidup yang tidak membuat orang kesepian. Orang perlu orang lain, orang perlu belajar apa itu kasih, orang perlu belajar apa itu komitmen. Ada yang mengatakan “sekarang kita ada di zaman modern, tidak perlu melihat serius komitmen pernikahan. Lembaga pernikahan adalah lembaga yang ingin membuat gereja berotoritas”. Saya tanya ke satu orang yang saya injili, dia tanya “kamu dari mana?”, saya jawab “saya orang Kristen, saya pendeta”, dia langsung mengatakan “oh ini toh orangnya”, saya bingung, apa maksudnya. Dia mengatakan “saya ini free-thinker, ini toh yang menipu masyarakat demi power”, saya kaget “demi power?”, saya tidak punya power apa-apa. Dia bilang “gereja itu punya power salah satunya menikahkan orang”, mengapa menikahkan orang itu power gereja? “Karena gereja menyatakan persetujuan dulu baru boleh menikah, akhirnya orang mati-matian menjilat gereja supaya boleh menikah”. Apakah seperti ini mengapa ada lembaga pernikahan? Bukan. Mengapa harus ada lembaga pernikahan? Supaya ada keamanan, supaya ada orang yang berjanji sehidup semati dengan Saudara dan ada pihak yang mengkonfirmasi janji itu. Ketika orang berjanji maka gereja mengatakan “kami adalah saksi dan kami yang memberkati, tidak boleh yang satu macam-macam dengan yang lain”, ini yang harus dilakukan, ini yang sebenarnya diperlukan dalam relasi pernikahan. Mengapa relasi pernikahan penting? Karena orang perlu keamanan dan stabilitas di dalam kasih dan perjanjian. Saya harus tahu ada cinta yang sejajar dengan saya dan ada komitmen yang membuat saya aman di dalam jalinan relasi yang baik ini. Manusia perlu relasi yang baik, manusia perlu teman, manusia perlu pendamping, manusia perlu komunitas yang saling mengasihi dan saling menunjukan diri untuk menjadi berkat bagi yang lain, hadir demi menjadi berkat bagi yang lain. Maka ketika para bapa gereja seperti para bapa Kapadokia menyelidiki tentang Tritunggal, mereka menemukan bahwa Allah Tritunggal adalah Allah yang ada 3 pribadi dimana masing-masing pribadi saling mencintai, saling memberi ruang bagi yang lain, saling memuliakan pribadi yang lain. Tidak ada pribadi dalam Tritunggal yang memanipulasi pribadi yang lain demi dirinya. Meskipun saya tidak bisa membahas tentang Tritunggal hari ini dengan tuntas, namun sisi relasional dari doktrin Tritunggal itu yang sangat mengagumkan bagi para bapa gereja. Allah ternyata adalah Allah yang berkomunitas, yang ada pribadi yang lain, yang tahu bagaimana memperlakukan pribadi yang lain, sehingga ada istilah yang mereka kemukakan yaitu perikoresis, ada di dalam yang lain, perichoretic relation. Saudara dan saya tidak mungkin memunyai relasi perikoretik, Saudara tidak mungkin berada bersama-sama dengan pribadi yang lain. Namun Allah adalah Pemberi ruang bagi yang lain, Allah menyediakan ruang bagi pribadi yang lain. Dan itu sebenarnya adalah tindakan kasih. Tindakan kasih adalah memberi ruang bagi yang lain. Saudara tidak bisa mengatakan mengasihi kalau Saudara bahkan tidak memberikan ruang bagi orang lain, orang lain untuk ada, orang lain untuk berekspresi, orang lain untuk share. Saudara memberi waktu dan ruang bagi yang lain, ini namanya kasih. Tidak ada kasih yang hanya berpusat ke diri. Kalau Saudara mengasihi pasangan Saudara, Saudara pindah rumah, Saudara tetapkan ada 3 kamar di rumah itu, satu kamar untuk Saudara dan satu kamar kecil di belakang untuk istri Saudara, tidak bisa begitu. Suami akan memberi ruang bagi istrinya di dalam hidupnya, bahkan ruang yang penting. Itu sebabnya pernikahan atau relasi sosial itu perlu contoh dari Allah Tritunggal. Ketika Tuhan mengirim Kristus, ada revelasi, ada wahyu yang penting sekali yaitu bahwa Allah Tritunggal.

« 3 of 5 »