Di dalam kritiknya Barth dia mengatakan Schleiermacher membiasakan orang untuk menerima Tuhan berdasarkan kebutuhan yang kita pikir ada di dalam diri, tetapi Tuhan mau memperkenalkan diri dengan cara yang merombak segala pemikiran di dalam kita. Tuhan memperkenalkan diri dengan cara yang sangat membuat kita terganggu. Kita akhirnya mengalami gangguan karena Tuhan menyatakan diri dengan cara yang mengagetkan kita. Tuhan menyatakan diri dan kita terkejut. Kita terkejut mengapa Tuhan seperti ini dan kita belajar mengubah kebutuhan kita dengan sesuatu yang real yaitu yang Tuhan nyatakan tentang diriNya. Karl Barth mendapatkan pengertian ini waktu dia masih muda dan pengalaman ini yang membuat dia mencetuskan tema tadi, Tuhan menyatakan diri dan kita semua terkejut karenanya. Dia menyatakan diri dengan cara yang beda dengan yang kita antisipasi tentang Dia. Barth punya pengalaman ketika dia masih kecil dia panjat lonceng gereja, dia mau lihat pemandangan dari atas menara itu. Dia panjat dan dia terpeleset, kalau dia jatuh dan mati maka tidak ada Karl Barth, kita tidak akan tahu tema-tema tadi, lalu Schleiermacher masih berkuasa. Ketika terpeleset, dia pegang tali dari lonceng dan dia berayun-ayun di situ untuk bertahan. Karena dia pegang dan berayun, loncengnya langsung berbunyi dengan sangat keras. Saudara jangan pikirkan lonceng kecil yang ada di gereja-gereja kecil, ini lonceng yang harus digerakan oleh banyak orang untuk dibunyikan, luar biasa besar. Maka ketika dia memegang tali, itu membuat lonceng berbunyi keras sekali, seluruh kampung mendengar suara lonceng ini. Bayangkan apa yang didengar oleh Barth kecil ketika persis ada di bawah lonceng itu, dia benar-benar merasa bising, dia mengatakan telinga dan kepalanya seperti mau hancur. Dan dia berpikir “kalau lonceng saja membuat saya seperti ini, apalagi kalau Tuhan berbicara?”. Pengalaman seperti ini membuat dia merenungkan tentang Tuhan. Karl Barth mulai berpikir kalau Tuhan menyatakan diri kepada kita, kita akan dikagetkan karena Tuhan melampaui dari apa yang kita pikirkan. Tuhan mengejutkan kita dengan pernyataan diriNya. Itu sebabnya Karl Barth mengatakan setiap Tuhan menyatakan diri, zaman akan dikoreksi. Tuhan menyatakan diri, manusia akan dikoreksi. Tuhan menyatakan diri, ide kita tentang Tuhan dikoreksi. Dan pernyataan Tuhan yang paling agung dan sempurna adalah firman. Ini mirip dengan apa yang dikatakan dalam Ibrani 1. Di dalam Ibrani 1 dikatakan bahwa Allah berbicara dalam berbagai cara lewat bapa-bapa dan nabi-nabi, lewat para nenek moyang kita, dan juga melalui para nabi. Tapi pada akhir zaman ini Dia berbicara melalui Sang Anak. Apa bedanya pernyataan yang Tuhan berikan lewat nabi dengan pernyataan yang Tuhan berikan lewat Sang Anak? Di dalam Yohanes 1 yang sudah kita baca tadi, perbedaannya adalah pernyataan lewat Kristus memperkenalkan Allah Tritunggal, ini salah satu perbedaan yang sangat signifikan. Sebelum Kristus datang, tidak ada orang bisa mengerti dengan tuntas siapa Allah Tritunggal. Allah Tritunggal menyatakan diri dari awal, tapi tidak pernah sejelas ketika Kristus datang ke dunia. Maka kelahiran Sang Bayi itu, kelahiran Kristus menjadi bayi di tengah-tengah Betlehem adalah wahyu yang sangat penting untuk membuat orang celik bahwa ternyata selama ini Allah yang disembah oleh Abraham, Ishak dan Yakub adalah Allah Tritunggal. Banyak orang menganggap tema Tritunggal adalah tema batu sandungan di dalam penginjilan. Lalu mulailah perdebatan teologis yang tidak perlu karena yang pertama Saudara sendiri tidak menguasai bagaimana menjelaskan Tritunggal, Saudara terlalu tergerak menjelaskan Tritunggal dengan cara yang dimengerti, bukan dengan istilah. Ini penting untuk kita pahami, terkadang Saudara memerlukan bantuan istilah, bukan bantuan ilustrasi. Istilah itu penting, karena satu istilah bisa menjelaskan begitu banyak hal tanpa membuat orang salah mengerti. Ini dikatakan oleh John Calvin dalam buku Institutio yang kedua. Waktu John Calvin menjelaskan tentang Kristus, dia mengatakan “coba selidiki pengakuan iman Kalsedon dengan mengatakan bahwa Kristus punya satu pribadi, maka kita sudah membungkam banyak bidat. Dengan mengatakan bahwa Kristus memunyai dua natur, maka kita juga membungkam beberapa jenis bidat. Maka istilah lebih penting dari pada ilustrasi. Dan orang Indonesia perlu memakai istilah yang tepat dan yang mampu dipertanggung-jawabkan. Salah satu kelemahan bahasa pergaulan adalah bahasa ini cenderung nikmat untuk dipakai sehari-hari, tapi cenderung membuat kita enggan untuk mempelajari bahasa yang formal. Kalau Saudara menjelaskan Tritunggal terus pakai contoh, pakai gambaran ini dan itu, Saudara kesulitan sendiri. Lalu kita sok pintar cari ilustrasi “Allah Tritunggal itu mirip air, es dan uap”, kita tidak tahu ilustrasi seperti itu adalah bidat, ilustrasi seperti itu ternyata tidak cocok untuk konsep Tritunggal. Lalu jelaskan bagaimana? “pakai saja istilah pengakuan iman, satu substansi, tiga pribadi. Mengapa mesti memikirkan tentang filsafat? Karena filsafat menolong kita untuk hidup dengan pengertian sehari-hari yang tepat, ini guna filsafat. Banyak orang tidak tahu guna filsafat, orang selalu pikir filsafat adalah ilmu tak berguna untuk orang kurang kerjaan dan kebanyakan mikir, itu salah. Filsafat bukan membuat rumit sesuatu, filsafat itu untuk menyadarkan bahwa ada hal rumit yang kita over-simplify. Kita terlalu menyederhanakan sesuatu padahal itu rumit. Maka filsafat menolong kita untuk berpikir kembali “apakah kamu yakin ini sesederhana itu?”. Maka substansi dan person/ pribadi harus dibedakan, Allah itu satu substansi tapi ada 3 person, jangan bilang 1 pribadi, jangan bilang 1 person, itu bidat. Jangan bilang 3 allah, itu pun salah. Tuhan cuma 1 substansi, tapi ada 3 pribadi. Jadi masing-masing pribadi itu bukan substansi yang berbeda? Bukan. Jadi 1 substansi itu 3 pribadi yang berbeda? Iya. Kok bisa? Karena Alkitab mengajarkan demikian.