Di dalam penyelidikan dan pengaruh dari para Bapa Kapadokia, ditekankan bahwa perbedaan antara Allah dan manusia dalam hal pribadi. Ini pengertian yang sangat penting untuk kita pahami, Saudara dan saya adalah pribadi yang beragam, ada saya, ada Pak Tono dan ada Pak Arief. Ini adalah 3 pribadi yaitu Pak Jimmy, Pak Tono, Pak Arief, ini adalah ketiganya yang tidak esa. Tidak esa karena Saudara akan mengatakan ada 3 pribadi Pak Jimmy, Pak Tono, Pak Arief, tapi saya tidak mengatakan hanya 1 manusia, ini 3 manusia. Mengapa 3 manusia dan 3 pribadi? Karena kemanusiaan, pengertian manusia mendahului Pak Jimmy, Pak Tono dan Pak Arief. Apakah kemanusiaan baru ada setelah Pak Jimmy, Pak Tono dan Pak Arief baru lahir? Sebelumnya belum ada manusia, tapi akhirnya sang manusia itu lahir yaitu Pak Jimmy, Pak Tono dan Pak Arief. Ketika kami bertiga mati, kemanusiaan pun mati bersama kami, apakah begitu? Tidak, sebelum kami lahir sudah ada yang namanya manusia. Sebelum kami lahir sudah ada pengertian tentang manusia. Tapi Allah tidak begitu, Bapa, Anak dan Roh Kudus bukan ada setelah konsep Allah atau substansi Allah ada. Ini pengertian yang harus kita pahami, baik pribadi Allah maupun substansi Allah tidak boleh terpisah. Ini berbeda dengan manusia, pribadi manusia dan substansi manusia mau tidak mau tidak bisa identik. Saya, Pak Tono dan Pak Arief tidak bisa identik dengan substansi manusia, sehingga Saudara tidak bisa bilang “Pak Jimmy, Pak Tono dan Pak Arief itu adalah 1 manusia adanya, jika engkau mengatakan mereka adalah 3 manusia, itu bidat. Tapi kalau engkau mengatakan Pak Jimmy, Pak Tono dan Pak Arief adalah 1 pribadi, itu namanya bidat modalisme”, Pak Jimmy sama dengan Pak Tono sama dengan Pak Arief. Saudara pasti bisa bedakan kami bertiga, Saudara juga bisa membedakan bahwa kami 3 pribadi yang beda. Tapi Saudara juga mengatakan ini 3 manusia, bukan 1 manusia. Kalau Allah bagaimana, 3 pribadi berarti 3 Allah? Bukan, kalau Saudara mengatakan itu 3 pribadi dan 3 Allah berarti Allah sama dengan kita dalam level ciptaan, dimana substansi dan pribadinya tidak identik. Substansi lebih dulu baru kemudian pribadi, ke-Allah-an lebih dulu baru muncul 3 pribadi ini. Dan itu yang membuat orang sulit menerima Allah Tritunggal. Mengapa doktrin Allah Tritunggal sulit dipahami? Karena kita selalu berpikir dalam level ciptaan. Dan kita tidak sadar bahwa dalam level ciptaan, pribadi dan konsep itu berbeda. Konsep ada lebih dulu, pengertian konsep manusia ada lebih dulu baru ada pribadi manusia. Tapi Allah tidak begitu, antara pribadi dan substansi itu tidak bisa pecah. Namun para Bapa Kapadokia mengatakan tindakan yang dikerjakan oleh para pribadi Allah ini adalah tindakan person bukan tindakan substansi, tindakan pribadi. Namun karena Allah pribadi dan substansi tidak bisa lepas, maka Allah tidak pernah bertindak sebagai individu. Ini pengertian indah yang harus kita pahami, Allah tidak pernah individual. Saudara tidak bisa mengatakan ada 1 substansi Allah dan ada 3 individu Allah, ada Bapa, individu pertama, Anak, individu kedua, Roh Kudus, individu ketiga, tidak bisa. Maka dalam diri Allah tidak ada pekerjaan individual, tidak ada individu yang kumpul, yang ada adalah persekutuan. Yang ada adalah communion sejati karena ada 3 pribadi namun 1 substansi. Waktu Bapa bertindak, Bapa bertindak sebagai person, dan sebagai person dia tidak mungkin bertindak terlepas dari person yang lain. Maka contoh untuk komunitas ada pada Allah Tritungga. Hanya Allah yang membuat individu manusia tidak relevan menjalankan hidupnya sebagai individu. Saudara menyembah Allah yang satu, dia individu, dan Saudara berhak menjalani hidup sebagai individu. Tapi karena kita menyembah Allah Tritunggal, maka Saudara tidak mungkin bisa menjalani hidup sebagai individu. Saudara hanya mungkin menjalani hidup sebagai person dan itulah kelimpahannya. Saudara menjalani hidup sebagai pribadi bukan individu. Apa bedanya individu dan pribadi? Bedanya adalah pribadi tidak pernah tanpa relasi dengan pribadi yang lain. Individu adalah individu yang kebetulan bersama dengan individu yang lain. Ini yang Kierkegaard sebut sebagai crowd, crowd adalah banyak individu yang kumpul tapi tidak ada komunitas di situ, tidak ada communion. Kalau Saudara menunggu dipanggil boarding ke pesawat, Saudara tunggu di ruang tunggu, apakah ada communion? Tidak ada, itu namanya ada individu demi individu yang kebetulan ada di ruangan yang sama. Di dalam Allah Tritunggal tidak ada individu, yang ada person, dan person selalu ada person yang lain, ada relasi. Waktu Saudara datang, Saudara datang bukan sebagai individu, Saudara datang sebagai person yang ada person yang lain. Tentu kita tidak mungkin sama seperti Allah Tritungga, dimana kita bisa menjadi satu kemudiaan tidak ada perbedaan antara banyak pribadi lalu kita menjadi satu substansi, tentu tidak. Tapi karena kita menyembah Allah, maka kita diharuskan untuk bergerak ke arah situ tanpa harus menjadi sempurna ke arah situ. Ini pengertian Jonathan Edwards, ketika Jonathan Edwards ditanya “apa itu pertumbuhan rohani?”, “pertumbuhan rohani adalah menjadi seperti Tuhan tanpa pernah identik seperti Tuhan”. Tuhan akan menjadi Christ-like tanpa pernah menjadi pribadi kedua dari Tritunggal. Ada orang pernah ke saya “pak, kalau kita terlibat dalam relasi Tritunggal, berarti nanti jadi empat tunggal? Bapa, Anak, Roh Kudus, dan kita?”, ini pertanyaan tulus dan saya mesti jawab dengan sopan “tidak, Saudara dan saya tidak pernah akan menjadi personnya Allah. Tapi kita harus menjadi mirip Allah”. Maka Jonathan Edwards memberikan kesimpulan yang indah, pertumbuhan rohani adalah terus mirip Tuhan tanpa pernah menjadi identik dengan Tuhan sampai selamanya. Sampai kekal Saudara tidak akan pernah identik dengan Tuhan, namun Saudara akan terus bertumbuh menuju ke arah Dia. Sampai kapan kita bertumbuh? Sampai selamanya tidak habis-habis, karena Saudara tidak mungkin sampai levelnya Allah. Jadi kita terus bertumbuh, sampai kapan? Tidak ada sampai kapan. Jadi pekerjaan kita adalah bertumbuh di dalam iman, bertumbuh di dalam keserupaan dengan Tuhan, bertumbuh dalam makin mirip Tuhan. Maka meskipun kita tidak mungkin menjadi banyak sekaligus satu, tapi Saudara akan bertumbuh ke arah itu tanpa pernah menjadi identik dengan Allah Tritunggal. Itu sebabnya individu manusia harus semakin terkikis, kemudian person yang datang, yang perlu person lain, yang tidak mungkin self salvation dalam dirinya sendiri adalah orang-orang yang akan datang ke dalam gereja Tuhan. Saudara dan saya tidak perlu menjadi superman yang bisa segalanya. Tidak superman, tidak ada orang yang cukup pada dirinya sendiri, semua perlu komunitas, semua perlu datang ke gereja untuk bertumbuh. Semua perlu ibadah di dalam aspek komunal ini. Maka kalau kita datang ibadah, harap ingat ini, ibadah adalah untuk adanya kumpulan orang-orang yang diselamatkan oleh Allah Tritunggal, datang menyembah kepada Allah Tritunggal. “Saya datang untuk menyembah Allah Tritunggal, saudara-saudara saya datang untuk menyembah Allah Tritunggal. Kami datang sebagai persekutuan yang diselamatkan oleh Tuhan yang menyembah kepada Allah, yang juga communion sifatnya”. Allah yang juga adalah person yang berelasi dengan person yang lain. Harap Saudara ingat pengertian tadi. Kadang-kadang kalau kita berapologetik tentang Allah Tritunggal, kita berusaha berapologetik pakai hal yang praktis, padahal itu sangat sulit dan cenderung menjadi bidat. Tapi ketika Saudara berapologetik dengan mengajarkan orang istilah-istilah filosofis atau teologis maka Saudara bukan hanya mengajar iman Kristen, Saudara juga memberi berkat bagi mereka untuk bertambah pengertian. Saudara bisa mengatakan “apa beda person dan substansi?”, substansi ada dulu baru person, itu kalau manusia. Tapi Allah substansi dan person adalah sama. Saudara bisa menyebut substansi Allah dan pribadi Allah dalam satu nafas. Kalau pakai kata-kata dari John Zizioulas, Saudara ngomong kalimat ini tanpa ada perbedaan, sebab Allah secara sempurna satu substansi, tapi juga adalah 3 pribadi. Ini mungkin ada perbedaan istilah dari Barat dan Timur, orang di dalam tradisi Timur lebih suka pakai hipostasis dari pada pakai person, karena person di dalam bahasa latin bisa dikatakan sebagai topeng. Saudara jalau cuma topeng, akhirnya modalisme yang masuk. Modalisme itu Bapa jadi Anak jadi Roh Kudus, dan ini menjadi problem dalam gereja sampai sekarang. Banyak orang mengatakan “dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus yaitu Yesus Kristus”, maksudnya adalah Yesus adalah Bapa, Yesus adalah Anak dan Yesus adalah Roh Kudus. Jadi Yesus cuma pakai topeng Bapa, lalu Dia buka topengNya dan menunjukan diriNya, lalu kemudian Dia pakai topeng Roh Kudus. Itu bukan Allah Tritunggal. Tritunggal itu benar-benar 3, 3 pribadi yang beda, Bapa bukan Anak, Anak bukan Roh Kudus, Roh Kudus bukan Anak, Roh Kudus bukan Bapa, dan Bapa bukan Roh Kudus. Jadi ini 3 pribadi yang benar-benar 3. Tapi Saudara tidak bisa mengatakan ini 3 Allah, seperti kita 3 manusia, karena substansi dan pribadi tidak saling mendahului, karena Dia Allah, lain dengan kita dimana kemanusiaan mendahului kita sebagai person. Harap ini kita pahami. Kita datang kepada Allah Tritunggal sebagai komunitas orang percaya yang mau belajar berkomunitas karena hanya dengan cara itu Saudara dan saya bisa belajar bertumbuh. Berkomunitas itu tidak selalu menyenangkan, Saudara akan bertemu dengan orang yang menyebalkan dan Saudara menjadi orang yang menyebalkan bagi orang lain. Kalau Saudara ditanya “bagaimana pendapatmu tentang si A”, kalau Saudara tidak jujur mengungkapkan aspek tertentu dari si A, Saudara belum benar-benar berelasi. Berelasi harus dilakukan sampai Saudara bisa mengatakan “saya kurang sifat ini dari orang ini, tapi saya tetap mencintai dia”, itu relasi. Kamu harap orang lain baik, tapi orang lain juga boleh harap kamu jadi lebih baik. Persekutuan menyembah Tuhan itu persekutuan yang indah, engkau datang tidak sendiri. Dan engkau tidak menyembah Allah yang satu, tapi Allah yang Esa di dalam 3 pribadi. Allah yang 1 substansi tapi 3 secara person.