Maria mengatakan “Tuhan memperhatikan hambaNya, maka Tuhan membuat saya berbagian. Saya berbahagia karena saya berbagian di dalam pekerjaan Tuhan”. Dan kalau Saudara lihat semua orang yang tercatat di dalam Kitab Suci yang jadi berkat, tidak satu dari mereka yang menikmati itu di dalam hidup mereka. Hidup mereka sepertinya begitu singkat, begitu simple, begitu tidak berarti, dan kadang-kadang begitu berat. Tetapi kita lihat sejarah mempertahankan orang-orang yang suci dan yang tulus melayani Tuhan, sejarah tidak membuang mereka. Di dalam klip untuk KKR Natal, Pendeta Stephen Tong mengatakan orang-orang seperti Napoleon, orang-orang seperti Charlemagne, orang-orang seperti Hannibal Barca, semua orang-orang ini adalah orang-orang agung yang sudah dilupakan oleh sejarah. Karena apa yang mereka lakukan tidak signifikan untuk hidup orang lain sesudahnya. Tapi orang-orang yang setia kepada Tuhan, orang-orang yang izinkan hidupnya dipakai Tuhan meskipun berat, ini orang-orang yang terus diingat oleh sejarah. Maria mengatakan “mulai sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia”. Di dalam Kitab Suci ada satu norma melawan norma umum, ada satu kebiasaan melawan kebiasaan publik di dalam kebudayaan manapun. Di dalam setiap kebudayaan, laki-laki akan menjadi orang penting yang namanya akan dikenang. Nama turun-temurun itu datang dari laki-laki, setidaknya ini di dalam kebudayaan Timur dekat kuno dan di dalam kebudayaan mayor. Hanya sedikit kebudayaan yang bersifat matrilineal, yang pakai perempuan untuk menjadi tonggak meneruskan ke yang lain. Sama dengan asal-usul marga di dalam kebudayaan lain, selalu berasal dari papa, papa marga apa diturunkan ke anak. Demikian kebudayaan umum di dalam dunia. Tapi Kitab Suci mencatat ada beberapa peristiwa di mana nama turun-temurun justru nama dari seorang perempuan. Ini tidak berarti anak dinamai pakai nama perempuan, tapi ada peringatan kepada perempuan. Orang pertama yang diingat adalah seorang anak dari Yefta. Yefta membuat janji “Tuhan, kalau aku menang perang maka waktu aku pulang ke rumah, orang pertama yang menyambut aku akan aku persembahkan sebagai korban kepadaMu”. Ternyata yang menyambut dia adalah anak perempuannya sendiri. Dia sedih hati, dia sangat takut, dan dia dengan gentar mengatakan “Tuhan, sekarang anakku membuat aku hancur hati karena dia harus jadi korban”. Ada yang mengatakan ini tidak dikorbankan, ini cuma dibuat tidak menikah, itu tafsiran terlalu kacau. Karena dari bahasanya sudah jelas dikatakan mau dipersembahkan sebagai korban. Lalu anak perempuan ini pergi ke gunung bersama dengan teman-temannya menangisi kegadisannya. Menangisi kegadisan bukan berarti dia tidak boleh menikah. Menangisi kegadisan berarti dia akan mati sebagai seorang yang tidak menikah. Mengapa mesti ditangisi? Karena dia tidak pernah berbagian untuk punya keturunan, dia tidak akan diingat oleh sejarah sebagai istri atau ibu seseorang. Dia tidak bisa jadi nyonyanya seseorang, dia tidak bisa jadi mamanya seseorang, karena dia tidak menikah dan dia akan mati. Tetapi Alkitab mencatat karena perempuan itu melakukan dengan setia janji papanya, dia rela korbankan dirinya, maka orang Israel membuat perayaan demi nama perempuan ini. Sekarang kita tidak lagi rayakan, tapi turun-temurun selama berapa ratus tahun, orang Israel merayakan hari raya anak perempuan Yefta ini. Jadi satu kali dalam sejarah, nama seorang perempuan jadi alasan orang membuat hari raya, ini adalah anak Yefta. Lalu yang kedua adalah Maria, Maria menjadi orang pertama yang punya tradisi diingat oleh orang Kristen. Meskipun tradisi Katolik berlebihan memperlakukannya, tapi tradisi Protestan kadang-kadang mengabaikan peran yang diberikan Alkitab kepada Maria di dalam hal kesalehan. Maria tidak agung karena dia menjadi ibuNya Yesus, Maria agung karena kesalehannya di hadapan Tuhan. Maka Tuhan menjadikan dia sebagai ibu dari Juruselamat. Dan dia memuji Tuhan mengatakan “Tuhan, mulai sekarang orang akan menyebut aku berbahagia”. Mengapa engkau disebut bahagia? “Karena aku berbagian didalam perhatianMu kepada umat”. Kalau Tuhan perhatikan bangsa ini, apakah Tuhan akan kerja pakai saya atau tidak? Harap Saudara janji tahun depan mau kerja lebih giat untuk Tuhan karena Saudara ingin dipakai Tuhan. “Jika Tuhan mau perbaiki bangsa ini, pakai saya juga. Saya mau belajar punya hati yang luas, saya tidak mau tampung cuma diriku, saya mau tampung bangsa ini, saya mau tampung banyak orang di dalam diri saya. Saya mau berdoa bagi bangsa ini, saya mau berdoa bagi gereja Tuhan”, baru Saudara akan dipakai Tuhan, inilah Maria. Hati yang agung yang menyatakan ucapan syukur karena Tuhan memakai.

Lalu berikutnya dikatakan “sesungguhnya mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia karena yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku”. Maria tidak mengatakan “aku berbahagia karena dikasih anak”, bukan, tapi “aku berbahagia karena Tuhan memakai saya untuk pekerjaan-pekerjaan besarNya dan namaNya adalah Kudus”. Kudus itu berarti dedicated to, ingat prinsip ini, kudus itu bukan cuma apart from, tapi juga dedicated to. Jadi kudus kalau Saudara memisahkan diri dari dunia, tetapi bukan cuma itu, itu baru separuh jalan. Saudara memisahkan diri dari dunia dan mengkhususkan diri untuk Tuhan, itu namanya kudus. Sama seperti seorang perempuan yang akan menikah dengan seorang laki-laki atau sebaliknya. Seorang laki-laki yang akan menikah dengan seorang perempuan, keduanya harus menguduskan hidupnya. Apa artinya menguduskan? Artinya “saya tidak akan dengan laki-laki atau dengan perempuan lain, saya akan pisahkan diri saya dari laki-laki”, kalau dia perempuan atau “saya akan pisahkan diri saya dari perempuan” kalau dia laki-laki. Mengapa pisahkan? “Karena saya mau khususkan diriku untuk pasanganku”, itu namanya menguduskan. Jadi menguduskan bukan cuma tindakan pasif, menarik diri dari dunia. Kadang-kadang orang cuma mengerti ini sehingga waktu ditanya “apakah Saudara hidup kudus?”, Saudara menjawab “iya, saya hidup kudus”. Apa itu hidup kudus? “Saya tidak berdosa”, tidak cukup, Saudara juga harus mendedikasikan hidup bagi Tuhan. Maria tahu Allah itu kudus, kalau kudus Allah mendedikasikan diri kepada siapa? Allah mendedikasikan diri kepada diriNya. Maka kalau di Perjanjian Lama dikatakan Allah itu kudus berarti Allah mendedikasikan diri kepada diriNya. Tapi mengapa diri Allah didedikasikan kepada diriNya? Diri Allah ada berapa? Ini yang penting, diri Allah ada tiga. Pribadi pertama, Pribadi kedua, Pribadi ketiga, dan Allah satu substansi. Tapi karena tiga Pribadi, maka Allah mungkin untuk jadi kudus karena tiap Pribadi mendedikasikan diri kepada Pribadi yang lain. Maka ketika Maria mengatakan Allah itu Kudus, berarti Allah mendedikasikan diri kepada janji yang Dia buat, janji untuk memberkati Israel, janji untuk meninggikan Sang Anak, janji untuk menebus Israel. Tuhan berfokus ke diriNya dengan memberi berkat bagi Israel. Maka Maria sedang mengatakan “Allah melakukan perbuatan besar kepadaku dan namaNya adalah kudus. Berarti perbuatan besar kepadaku akan berdampak ke bangsa ini”, ini namanya perbuatan besar. Jangan salah mengerti karena tradisi Karismatik mengerti perbuatan besar Tuhan ke diriku. Coba lihat kesaksian orang yang disembuhkan di dalam kebaktian dari kebaktian kesembuhan Ilahi misalnya. Ada yang tanya kepada saya “pak, orang yang sembuh di kebaktian kesembuhan Ilahi itu benar semua atau tidak?”, saya mengatakan “mungkin iya mungkin tidak”, “jangan mungkin iya pak, apakah orang benar-benar sembuh di situ? Berarti kebaktiannya benar?”, saya mengatakan “meskipun benar-benar sembuh, saya tetap tidak terima itu kebaktian yang benar, karena tidak ada khotbah yang baik. Kalau tidak ada khotbah yang baik, bukan kebaktian yang baik. Lalu ada janji-janji palsu menyelewengkan Injil kepada keselamatan hanya di dalam kesembuhan penyakit, ini tidak benar”. Kalau ada orang disembuhkan lalu dia bersaksi “Tuhan baik kepadaku, Dia sembuhkan aku”, lalu what is next? Apa berikutnya? Kamu sudah sembuh lalu apa? Tuhan kerjanya apa? Mengapa cuma berhenti di kamu? Ini bukan kesaksian yang baik. Setiap kesaksian yang hanya berakhir ke diri, bukan kesaksian yang baik. Setiap kesaksian yang membuat Tuhan ditinggikan dan pekerjaan Tuhan disadari, ini baru kesaksian yang baik. Maka siapa mau bersaksi, jangan bersaksi hanya untuk menunjukkan dirimu spesial di hadapan Tuhan. Kesaksian dari Karismatik selalu berfokus ke sini, “lihat betapa baiknya Tuhan kepada aku”, sehingga pendengar langsung mengatakan “orang ini lebih dekat Tuhan daripada saya”, itu bukan kesaksian yang baik. Di dalam KPIN saya bersaksi, lalu setelah itu Pdt. Stephen Tong mengatakan “hari ini kita dengar kesaksian Jimmy Pardede diubahkan Tuhan, hari ini juga saya mau lihat engkau mengalami hal yang sama dengan dia”, ini baru benar. Tapi kalau orang bersaksi menunjukkan Tuhan bekerja luar biasa kepada dia dan Saudara mulai lihat mulai lihat, mulai merasa ada jarak “orang ini lebih dicintai Tuhan dari pada saya, karena saya minta sembuh tapi tidak sembuh. Sedangkan orang ini minta sembuh, dan dia sembuh”. Saudara mulai merasa ada gap, orang ini memamerkan kedekatan dengan Tuhan. Kalau ada orang bersaksi “saudara, beberapa waktu yang lalu saya didiagnosa kanker. Saya tanya ke dokter beberapa hari setelah saya doa kepada Tuhan, ternyata kanker itu hilang. Sampai dokternya mengatakan kamu mengapa mengeluh? Mau tanya, kanker saya bagaimana? Lalu dicoba lagi, dites di lab, tidak ada kanker. Puji Tuhan, Tuhan angkat kanker saya”, lalu semua orang tepuk tangan memuji Tuhan. Tapi saya mau tanya, setelah orang ini diangkat dari penyakit kankernya, lalu apa yang terjadi? sepertinya tidak ada. Ini bukan berkat Tuhan. Maria mengatakan “Tuhan memperhatikan kerendahan hambaNya. Mulai sekarang orang menyebut aku bahagia, karena apa yang Tuhan kerjakan padaku berpengaruh untuk seluruh bangsa”. Kalau orang yang disembuhkan dari kanker itu mengatakan “saya memang disembuhkan dari kanker, tapi saya sekarang mau Tuhan bekerja lewat saya kepada seluruh bangsa ini. Saya mau mati-matian bekerja untuk bangsa ini”, itu baru benar. Lama-lama orang tidak mengingat dia sebagai orang yang pernah disembuhkan dari kanker. Lama-lama orang mengingat dia sebagai orang yang pernah bertindak untuk bangsa ini, itu lebih baik. Satu orang hamba Tuhan kita, Pdt. Amin Tjung sudah meninggal karena kanker, tapi sempat mengalami keadaan lebih baik. Pernah sakit, lalu menjadi baik, kemudian kambuh lagi. Waktu dia jadi baik, dia berjanji kepada Tuhan akan Injili lebih banyak orang, akan bagi buku kepada lebih banyak orang, akan panggil lebih banyak orang menjadi orang Kristen. Ini momen dia dipakai Tuhan dengan sangat, sehingga orang tidak ingat dia sebagai orang yang pernah sembuh dari kanker untuk sementara waktu. Orang ingat dia sebagai orang yang rajin sekali bagikan buku untuk orang lain, rajin sekali aja orang ke gereja, rajin sekali penginjilan kepada orang lain, ini yang diingat, bukan sembuhnya dia. Maria diingat karena dia menjadi berkat, dia membesarkan Anak yang akan jadi berkat bagi negaranya, bahkan jadi berkat bagi seluruh dunia. Martin Luther pernah mengatakan “jika Maria diberi penghargaan tinggi sebagai ibu Yesus, maka perempuan-perempuan Kristen jangan lupa, engkau juga akan diberikan posisi yang sama mulianya dengan menjadi ibu dari anak-anak yang akan ditebus oleh Kristus”. Sebab Kristus hadir di dalam dunia untuk menebus, dan anak yang engkau lahirkan akan menjadi anak yang ditebus oleh Dia. Maka engkau membesarkan anak yang sama pentingnya dengan Kristus. Bukan karena dia sama dengan Kristus, tapi karena dia dicintai oleh Kristus. Itu sebabnya mari kita pikirkan aspek ini, jika Tuhan mau pakai saya, biar Tuhan pakai saya untuk kemuliaan namaNya. Apa yang Dia mau kerjakan untuk bangsa ini, biar Dia rela kerjakan melalui saya. Saya beri diriku, saya persembahkan diriku untuk dipakai Tuhan”. Saya sangat rindu di tahun yang akan datang, GRII Bandung dipakai Tuhan lebih lagi. Mari belajar jadi berkat, mari mulai pikir jika Tuhan mau pakai GRII Bandung, apa yang harus kami lakukan, saya berbagian apa? Kalau Tuhan mau pakai saya di bidang pekerjaan saya, saya mau berbagian apa? Mulai hari ini doa sama Tuhan, “pakai saya, apa yang saya mau berikan kepada Tuhan kiranya Tuhan mau ubah dan Tuhan pakai untuk bangsa ini”. Saya tidak mau Saudara berpikir kecil terus, “saya sudah kerja untuk Tuhan, saya sudah memberkati 1-2 orang”, jangan, minta Tuhan pakai Saudara untuk bangsa ini, minta Tuhan pakai Saudara untuk berkati seluruh negara ini. Jangan anggap diri Saudara tidak penting, kita memang tidak penting. Tapi kalau Tuhan mau pakai kita, pasti bisa pakai kita. Jangan remehkan Tuhan, kita harus remehkan diri, “saya bukan siapa-siapa. Jangan tidak mau dipakai Tuhan, katakan kepada Tuhan “Tuhan pakai saya”. Apa harga yang harus dibayar? Harga yang harus dibayar adalah kehidupan Saudara akan makin sulit, makin diperas untuk Tuhan. Tapi ini 1 fakta, kalau tidak diperas untuk Tuhan, mungkin setan yang akan peras hidupmu. Dia akan membuat engkau kerja keras untuk keserakahanmu, membuat engkau kerja keras untuk egomu, membuat engkau kerja keras untuk hawa nafsumu. Satu orang teman saya pernah nangis minta saya doakan, waktu itu saya baru bertobat dan saya mau jadi hamba Tuhan. Waktu itu setelah KKR 2003, saya mau putuskan masuk sekolah teologi. Lalu orang ini pikir karena saya mau masuk sekolah teologi, pasti bisa doakan orang. Dia datang dan mengatakan “tolong doakan saya, saya sudah kena penyakit kelamin, kalau saya buang air, darah keluar”, saya doakan dia dan mengatakan “bertobat, jangan lagi melakukan ini”. Tidak berapa lama dia menghubungi saya “Puji Tuhan, sudah lebih baik. Saya bersyukur kamu doakan saya, saya mau bertobat”. Setengah tahun kemudian dia minta didoakan lagi, penyakit yang lama lebih parah. Saya bertanya “mengapa kamu jatuh ke dalam dosa yang sama lagi?”, dia mengatakan “saya tidak bisa lepas, saya ditekan. Hawa nafsu saya begitu besar, saya tidak bisa lepas cari pelacur”, kasihan. Orang kerja keras karena didesak dosa. Hati-hati, jika engkau tidak berikan dirimu kerja keras untuk Tuhan, setan yang akan pakai kerja kerasmu untuk hal yang sia-sia.

Maka biar kita mengatakan Tuhan, saya mau belajar dari Maria. Saya ingin dipakai Tuhan, biarlah jadi kepadaku seperti yang Engkau mau karena aku hanya hambaMu. Dan jika Engkau memberkati, aku akan disebut bahagia. Jika Engkau memberkati kami, berkatilah kami untuk bangsa ini, kami siap sedia dipakai Tuhan, kami siap sedia melayani Tuhan kami. Kiranya Tuhan menggerakkan kita melalui seruan pujian dari seorang anak muda perempuan yang begitu remeh, tapi yang imannya begitu kuat. Kiranya Tuhan memberkati kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

« 3 of 3