Orang yang agung tidak isi hatinya dengan kerumitan-kerumitan yang tidak perlu. Orang yang agung mengisi hatinya dengan only to please God. Tapi orang yang agung penuhi pikiran dia dengan pikiran-pikiran rumit. Maka kalau ditanya “mau melakukan apa?”, mau Menyenangkan Tuhan. Bagaimana caranya? Saudara mesti berpikir, tidak bisa mengatakan “polo-polos saja pokoknya menyenangkan Tuhan”. “Mau melakukan apa?”, “mau membuat KKR”, “bagaimana cara membuat KKR?”, “tidak tahu, pokoknya maju saja”, tidak bisa. Hatimu mesti polos tapi pikiranmu penuh. Hatimu setulus cuma tahu satu hal, tapi pikiranmu mesti tahu banyak hal. Kalau ada orang tanya “bagaimana cara membangun gereja?”, Saudara, saya beritahu satu hal yang yang jadi panitia pembangunan hidupnya dan pekerjaannya sudah sangat padat. Saya bicara dengan Pak Tjoeng, saya bicara dengan Pak Elfan, mereka bukan orang-orang yang masih bisa squeeze something in their life, ini bukan orang-orang yang masih bisa tambah pekerjaan, dan saya mengerti itu. Tapi saya cukup lama share dengan mereka, saya katakan “jika bukan bapak-bapak, siapa bisa kerjakan?”. Setelah mereka pikir, mereka mengatakan “oke kami akan kerjakan”, jawaban itu membuat saya lega sekaligus mendoakan mereka setiap hari. Jawaban itu membuat saya tahu mereka akan masuk dengan motivasi tulus, pokoknya cuma mau menyenangkan Tuhan. Tapi begitu mereka masuk, pikiran rumit, bagaimana menangani warga, bagaimana menangani orang supaya tidak masalahkan gedung, bagaimana desain, bagaimana atur tukang, bagaimana kerjasama dengan kontraktor, semua pikiran ini dipikirkan sampai tuntas. Dan saya bersyukur karena mereka masih mempunyai hati dan kekuatan tambahan dari Tuhan untuk kerjakan ini. Maka kalau saya melihat orang-orang yang aktif ini, saya tidak mungkin boleh santai di dalam hidup. Apa hak saya bisa lebih santai dari pengurus saya? Apa hak saya senang hidupnya sedangkan orang-orang yang ada di bawah saya mati-matian pikul beban berat? Tidak adil, Tuhan akan hukum saya jika saya tidak kerja lebih berat dari mereka di dalam level yang saya bisa kerjakan dan di dalam bidang yang saya kerjakan. Itulah sebabnya, mari punya niat taruh pekerjaan paling penting dalam hati. Apa yang membuat Saudara digerakkan hidupnya, hati Saudara dipenuhi dengan apa? Hati Saudara harus dipenuhi dengan keinginan untuk menyenangkan Tuhan. Tapi menyenangkan Tuhan perlu konteks, dimana menyenangkan Tuhan? Di sini, di negara ini, lebih spesifik di kota ini. Saudara melayani di GRII Bandung mulai pikirkan bagaimana Bandung dapat berkat lewat gereja Tuhan, bagaimana Bandung dapat berkat lewat pekerjaan kita? Dua ini mesti jalan. Gereja Tuhan, saya berbagian. Pekerjaanku, saya juga berbagian. Inilah yang membuat Saudara mempunyai hati yang agung. Orang agung pikirkan lingkungan besar, orang agung pikirkan banyak orang. Mungkin dia belum ada jabatan, tapi dia mulai pikirkan orang lain. Siapa yang dari muda sudah mulai pikirkan orang lain, ini akan menjadi orang yang baik. Saya diskusi dengan Pak Elfan waktu mendengar jawaban dari seorang anak muda. Anak muda itu mengatakan “saya ingin mempengaruhi Indonesia”, lalu Pak Elfan mengingatkan “jangan punya cita-cita yang besar tapi tidak punya pikiran yang serius memikirkan. Jangan hati murni tapi pikiran tidak jalan”. Bagaimana cara memberkati bangsa ini, bagaimana memberikan pengaruh? Mesti ada strategi. Dan jangan membuat strategi yang tidak realistis, tampung negara ini dalam hatimu, tapi kerjakan yang sifatnya lokal. “Saya ingin memberkati bangsa ini”, itu bagus, bagaimana caranya? Berkati orang lokalmu, berkati sekitarmu, berkati orang-orang yang bersentuhan langsung dengan engkau. Maka miliki hati yang luas. Orang seperti Maria adalah seorang remaja yang hatinya sangat luas. Waktu dia dapat berita “kamu akan melahirkan seorang anak”, Tuhan percayakan dia bukan Anak biasa. Banyak orang mau anak berbakat, orang tua senang kalau anaknya berbakat, baru bisa main piano sedikit langsung difoto masukkan ke Youtube. Yang lebih mengerikan di videonya di Youtube bersebelahan dengan video pianis profesional, mengerikan. Saya pernah lihat ada video Horowitz berdampingan dengan video anak 5 tahun dari Tiongkok, yang bisa main lagu Mozart. Ini levelnya terlalu jauh, jadi Youtube membuat orang berbakat dan tidak berbakat dalam satu platform, ini yang sayangnya. Maka Saudara jangan terlalu banyak upload video tidak penting, makan bakso saja masukkan ke Youtube. Nanti mau cari apapun jadi sulit, mau search memberi makan bagi orang miskin, keluar video Saudara makan bakso. Maka mari kita pikirkan bangsa ini, mari pikir bagaimana jadi berkat, mari pikir bagaimana Tuhan menaruh dalam hati saya seluruh bangsa, seluruh lingkungan untuk saya pikirkan. Ketika anak muda ini mengatakan “saya ingin berkati bangsa ini”, Pak Elfan ingatkan dia, “iya, tapi kamu pikir baik-baik bagaimana caranya, langkahnya apa. Dan jangan lupa, jangan loncat. Kalau kamu tidak bisa jadi berkat bagi lingkunganmu bagaimana mau meloncat? Maria seorang muda, masih remaja, tapi Tuhan percayakan dia anak yang berbakat, bukan cuma berbakat Tuhan percayakan kepada dia Raja segala raja “yang akan kamu lahirkan adalah Raja diatas segala raja. Dialah yang akan duduk di tahta Daud selama-lamanya dan Dia akan memerintah umat Tuhan selama-lamanya”. Maria mengatakan “siapa saya? Saya orang miskin dan tidak bersuami. Saya masih begitu muda”. Tapi Tuhan mengatakan “Roh Kudus akan turun atas kamu dan Anak yang dilahirkan itu akan disebut Anak Allah yang Maha Tinggi”. Maka Maria memuji Tuhan dan pujiannya tidak tentang dirinya “aku memuji Tuhan karena Tuhan memperhatikan sengsaraku”, selesai di situ? Tidak, dia lanjut dengan mengingat berkat Tuhan bagi Israel. Ini yang membedakan orang agung dan orang kerdil. Jadilah orang agung. Saya pernah lihat status dari seorang rekan yang mengajar di SKC, di dalam status ada penjelasan tentang who are you? siapa dirimu, di salah satu platform media sosial. Dia menulis dirinya adalah orang kerdil yang sedang berjuang jadi orang agung, ini saya pikir penting untuk kita miliki. Siapa kita sekarang? Orang kerdil, orang yang tadinya terlalu egois, orang yang cuma pikir diri. Tapi siapa kita ke depan itu yang jadi proyeksi yang kita mau kejar. Siapa Saudara 5 tahun lagi, siapa Saudara 10 tahun lagi, ini mesti ada. Jangan cuma pikir hari ini, “saya mau jadi seperti apa”, pikirkan cara yang paling penting untuk jadi orang agung. Jadilah orang yang tampung seluruh bangsa di dalam hatimu. Ini yang dilakukan Maria, maka Maria mengatakan di dalam ayat yang ke-48 “Ia telah memperhatikan hambaNya, sesungguhnya mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Maha Kuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan namanya adalah Kudus”, yang Maria dapat adalah apa yang Israel akan dapat. Yang Maria miliki adalah hal yang akan dimiliki oleh seluruh Israel. Yang Maria terima yaitu bayi di dalam kandungannya adalah berkat bagi seluruh Israel. Maka yang Maria katakan adalah “saya berbahagia karena Tuhan telah memperhatikan kerendahan hambaNya, Tuhan perhatikan Israel dan Tuhan mau angkat Israel lewat Maria. Di dalam buku Tujuh Perkataan Salib ada perkataan Yesus mengatakan kepada Yohanes dan Maria, “inilah ibumu”, lalu kepada Maria, Yesus mengatakan “inilah anakmu”. Ibi kalimat dikhotbahkan oleh Pdt. Stephen Tong di dalam seri tujuh perkataan Salib. Perkataan Yesus kepada Maria dan kepada Yohanes, ini saya pakai untuk khotbah di remaja, di KKR regional kita kemarin. Dan khotbahnya sangat mengharukan, tentang perasaan hati Maria melihat Yesus yang bertumbuh sebagai anaknya sekaligus sebagai yang tidak bisa dia pegang. “Ini anakku, tapi aku harus lepas. Dari Dia umur 12 Dia sudah bukan milikku. Ketika Yesus berumur 12 tahun, dia ada di Bait Suci, dia bertanya jawab dengan orang-orang di Bait Suci. Lalu Maria dan Yusuf mencari-cari di mana anak ini. Sudah keliling kemana-mana, mereka tidak temukan. Akhirnya mereka balik ke Yerusalem dan menemukan Yesus ada di Bait Suci. “Mengapa Engkau menyusahkan kami nak? Kami orang tuamu panik, kami bingung, berhari-hari kami mencari Engkau, akhirnya dapat Engkau di sini”. Lalu Yesus mengatakan kepada Maria, Dia tidak mengatakan “mama”, dia mengatakan “hei perempuan”. Dia pakai kata gine, artinya hai ibu, hai perempuan, di dalam Alkitab kita diterjemahkan hai ibu. Tapi Yesus tidak pakai kata ibu, Dia pakai kata “hai perempuan”. Seperti Allah berbicara kepada Israel, demikian Yesus bicara kepada Maria. Dia tidak bicara dari anak kepada mama, Dia bicara seperti Allah kepada Israel, “hei perempuan, tidakkah engkau tahu Aku harus berada di dalam rumah BapaKu?”. Yesus sudah mendeklarasikan “Aku memang anakmu, tapi Aku bukan anakmu sekaligus”. Maria harus lepaskan anak. Banyak orang tua tidak mau lepas anak. “Pokoknya anak sama saya terus, sampai keturunan yang ke-7 sama-sama papa mama. Nanti kami biarkan kamu tinggal di sini, nanti rumah kita akan renovasi semakin besar, pokoknya kerajaan kecil, kerajaan papa” ini tidak benar. Orang tua menikahkan anak, sambil menikahkan anak sambil komitmen “sekarang saya lepas anak saya”, orang tua kalau tidak lepas anak, jangan suruh anak menikah. Tapi orang tua tidak menyuruh anak menikah, akan berdosa di hadapan Tuhan. Waktu anak menikah, Saudara mengatakan “sekarang saya lepas kamu”. Bahkan mungkin bukan menikah, tapi setelah anak itu selesai kuliah, “kamu on your own, ayo berjuang”. Miliki niat berjuang yang baik. Salah satu dari pengurus kita punya niat seperti itu, dia bicara kepada orang tuanya yang punya banyak uang, “berikan aku uang untuk memulai usaha dan berikan itu sebagai pinjaman. Perlakukan saya sebagai seorang profesional. Saya akan bangun usaha dan saya akan bayar hutang ini. Jadi engkau adalah pemodal secara profesional dan saya dalam pembangun bisnis secara profesional”, ini saya pikir sangat baik. Orang tidak mau lepas anak, akhirnya anak mati, tidak bisa apa-apa, tidak mampu berdiri, tidak bisa berjuang karena terlalu dikendalikan oleh orang tua yang bodoh. Orang tua bodoh tidak layak punya anak, sudah berani punya anak tidak pernah jadi pintar. Saudara yang punya anak jangan bodoh terus, pelihara anak dengan hikmat Tuhan, jangan sembarangan, ini anak Tuhan. Anakmu milik Tuhan, jika engkau kacaukan anak Tuhan, engkau akan dihukum oleh Tuhan. Jadi orang tua itu berat, tapi banyak orang pikir ini pekerjaan ringan. Yang penting sudah punya pasangan dan bisa ada uang, selesai. Orang tua tidak jadi teladan, orang tua tidak takut akan Tuhan akhirnya merusak anak. Maria, sejak Yesus umur 12, sudah tahu dia sudah kehilangan anaknya di dalam tahap sangat awal, “Engkau bukan Anakku, Engkau miliknya Israel”. Dan kita tidak tahu kapan, tapi sejak Yesus melayani, Maria mengikuti Yesus. Mengapa Maria mengikuti Yesus? Dicatat Maria ikut Yesus tapi tidak ada Yusuf, Yusuf di mana? Sudah meninggal, tahu dari mana? Karena kalau Yusuf belum meninggal, tidak mungkin Maria ikut Yesus. Mengapa Maria ikut Yesus? karena Yesus pelihara dia. MamaNya tidak lagi bisa dipelihara oleh suaminya, suaminya sudah tidak ada, sekarang anaknya yang pelihara Maria. Yesus yang pelihara Maria dengan keuangan yang Tuhan percayakan kepada Dia lewat persembahan yang sedikit dari orang-orang. Ini Anak Allah yang harus memelihara mamanya di dunia dan uang yang diterima begitu sedikit. Sudah dapat uang begitu sedikit harus pisahkan, ini untuk pelayanan, ini untuk gerakan, ini untuk murid-muridNya makan, ini untuk mamaNya, Dia tidak spesialkan mamaNya. Dia tidak mengatakan “karena ini mamaKu, dia harus dapat uang lebih banyak”. Yesus punya keuangan sedikit, bendahara yang mengatur uang juga licik, sering mencuri uang dari kas bendahara, yaitu Yudas. Dan Yesus pelihara Maria, keliling kemana-mana. Dan Maria sadar meskipun Yesus memelihara dia, Yesus adalah milik seluruh Israel. Jadi dari awal Maria sudah tahu, “ini berkat bagi Israel bukan bagi saya. Sayahanyalah hamba, hamba mengerjakan apa yang Tuannya mau. Hamba tidak mencari hiburan dari tuannya”. Saudara pernah lihat ada budak yang mengatakan ke tuannya, “tuan saya mau liburan, ke Disney World atau minimal Ancol. Tuan tolong biayai”, tidak ada. Hamba cuma tahu melayani Tuan. Maka Maria tidak lihat Anak ini sebagai hadiah istimewa buat dia, “puji Tuhan akhirnya punya anak. Puji Tuhan ada bayi, akhirnya aku punya anak, anaknya Raja lagi. Aku senang, aku bisa eksploitasi anak ini demi diriku sendiri”, tidak. Maria mengatakan “jadilah padaku sesuai dengan yang Tuhan mau”, dan ini adalah berkat Tuhan bagi hambaNya, yaitu Israel. Maria tidak pikir diri, Maria tidak mengatakan “Tuhan kasihani aku yang rendah, puji Tuhan Tuhan memberikan aku anak”, tidak. Dia mengatakan “oh Tuhan, Engkau perhatikan Israel yang rendah dan Engkau memberikan aku anak bagi mereka”, orang tua mesti belajar ini. Saudara punya anak, anakmu adalah berkat bagi Indonesia. Anakmu adalah berkat bagi komunitasmu, didik dia baik-baik. Jika Saudara dari dia kecil mempertahankan sifat egois, anak itu jadi belajar egois. Jika Saudara mengatakan “nak, belajar baik-baik supaya besok kamu kaya, kalau kamu kaya kamu bisa topang hidup papa mama. Nanti papa mama diajak jalan-jalan ke Eropa, karena papa mama belum pernah jalan-jalan ke Eropa. Kamu yang nanti topang papa mama jalan-jalan ke Eropa”. Saudara biasakan anak pikirannya sempit, yang dia pikir cuma dirinya dan orang tuanya. Kalau sempit seperti ini bagaimana dia jadi orang yang agung? Anak sulit jadi orang agung Karena orang tuanya pun tidak mau belajar jadi orang yang agung. Tapi tidak demikian dengan Maria, Maria mengatakan “jadilah kepadaku sesuai dengan yang Tuhan mau. Tuhan, Engkau sudah memperhatikan kerendahan hambaMu”, Tuhan perhatikan Israel. Maka ini Anak bagi Israel dan Maria konsisten melepas Yesus demi Israel. Pernahkah Maria mengganggu pelayanan Yesus? “Jangan pergi ke kota ini, aku kurang nyaman di situ. Dengar-dengar di sana airnya kurang bagus. Di sini tempat dingin, mama tidak tahan, tulang-tulang sakit, ayo kita ke tempat hangat saja”, tidak. Maria tidak membuat pelayanan Yesus terbatas. Orang-orang yang menikah dengan hamba Tuhan, lalu mengurung hamba Tuhan, dosanya besar sekali di hadapan Tuhan. “Engkau mau melayani di mana, aku kurang cocok melayani di situ. Engkau mau melayani di sana, tapi aku tidak cocok tempatnya kurang bagus, nanti anak-anak kita mau didikkan seperti apa?”, jadi hamba Tuhan pelayanan di mana tergantung istri, ini tidak bisa. Maka yang punya suami, jika engkau istri Kristen yang baik, dukung suamimu kerjakan panggilan Tuhan, entah itu di dunia bisnis entah itu di dalam pekerjaan dia mengajar atau dimanapun, dukung dia dan jangan ganggu dia. Berikan support-mu supaya dia merasa diberkati dengan kehadiranmu. Jangan membuat dia merasa ada kutukan namanya istri yang membuat sulit hidupnya. Memang Maria bukan istri Yesus, tetapi Maria bersifat seperti seorang perempuan yang tidak mengganggu pelayanan Anaknya. Mirip dengan Saudara juga yang jadi orang tua, jangan ganggu panggilan anakmu. Kalau anakmu satu hari, mengatakan “Pa, saya mau jadi hamba Tuhan”, jangan tanya “nanti makan apa?”. Salah satu pemuda kita mau jadi hamba Tuhan, lalu saya tanya “bagaimana tanggapan orang tuamu?”. Saya senang sekali karena dia mengatakan “orang tua saya mengatakan terpujilah Tuhan yang mau pakai kamu. Tapi sayang khawatir kalau nanti tidak cukup uang untuk pelihara mereka di hari tua. Mereka sama sekali tidak khawatir, mereka penuh sukacita saya dipanggil Tuhan menjadi hamba Tuhan”. Maka saya latih dia dengan mengatakan “jangan takut, masa depanmu di tangan Tuhan. Konsentrasi pikirkan pekerjaan Tuhan, nanti Tuhan konsentrasi pikirkan hidupmu”. Waktu Maria mengetahui Tuhan akan memberikan anak, dia tidak pikir dirinya “Tuhan kasihan sama aku, maka memberikan aku anak”, tapi yang dia pikirkan Israel, “Tuhan memperhatikan kerendahan hambaNya”. HambaNya adalah seluruh Israel. Nanti terbukti bagian akhir pujian ini Magnificat ini, Maria mengatakan Tuhan memberkati Israel turun-temurun, dari janji kepada Abraham Tuhan memberkati. Itu yang kita bisa lihat di dalam bagian ini.

« 2 of 3 »