Lalu yang terakhir ayat 4, “Lalu Yesus berkata kepadanya, ‘Ingatlah jangan engkau memberitakan hal ini kepada siapa pun tapi pergilah perlihatkan dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa sebagai bukti bagi mereka.’” Kita menyebutnya secret theory, jadi tidak boleh diberitakan. Mengapa? Langsung di dalam penafsiran yang bertanggung jawab saja. Yang pertama adalah supaya orang tersebut tidak terganggu fokusnya karena sebelum Kristus mati dan bangkit, dia tetap harus menjalankan Hukum Taurat yaitu memberikan persembahan, seperti yang dinyatakan oleh Musa di dalam Kitab Taurat. Jadi dia harus memperlihatkan dirinya kepada imam. Dan penafsiran yang kedua adalah, tentu di dalam konteks satu perikop ini, pasal 8-11, kita melihat bahwa Kristus belum menyatakan siapa diri-Nya, Dia baru menyatakan satu mujizat yang besar, tapi dia belum menyatakan bahwa Dia adalah Allah yang menderita dan mati. Jadi diam dulu, karena kalau kamu hanya memberitakan Kristus yang menyembuhkan, banyak orang yang akan berpikir bahwa ikut Kristus itu akan dapat kemuliaan. Oleh sebab itu di dalam pasal 8:18 inilah bagian yang tadi kita sudah bicarakan menjadi inti yang memberikan satu pandangan yang komplit bahwa orang yang ikut Kristus bahkan lebih menderita daripada binatang liar. Ini kita sudah bahas di minggu-minggu sebelumnya. Dan inilah bagian yang kita perlu renungkan saat mengikut Kristus itu betul-betul menyangkal diri, pikul salib dan ikut Dia. Dan dengan memberitahukan kepada orang kusta untuk tidak memberitahukan dulu, itu mencegah supaya orang mengenal Kristus yang tidak utuh. Sekarang pertanyaannya, apa yang kita hidupi hari ini? Yang kita hidupi adalah Kristus yang mulia atau Kristus yang mati yang menderita mati dan masuk dalam kemuliaan. Ini sesuatu hal yang perlu kita renungkan. Kalau kita hanya mengamini Kristus yang mulia, kita bukan mengikuti Kristus, kita mengikuti dunia pakai nama Tuhan. Sama seperti Gehazi, “Demi Tuhan, aku akan pergi ke Naaman dan mengatakan ada dua orang yang butuh uang dan seterusnya.” Dia pergi pakai nama Tuhan. Lihat juga Saul, waktu dia bernazar, “Demi Tuhan kalau ada orang yang makan apa pun sebelum kita mengalahkan musuh, dia akan dimatikan.” Saul memakai nama Tuhan. Seolah-olah sepertinya rohani padahal tidak.
Bagian yang terakhir, kata “bukti” bagi mereka itu marturia, saksi, testimoni. Dan apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus itu menjadi satu saksi atau marturia bagi orang-orang Farisi, ahli Taurat dan imam-imam yang menjadi satu saksi. Dan frase ini cuma muncul tiga kali di dalam Matius, satu kali di sini, satu kali lagi kita lihat Matius 10:18. Dalam LAI, “Penganiaya yang akan datang dan pengakuan akan Yesus.” Di dalam konteks ini sedang berbicara mengenai orang yang mengikuti Kristus itu akan mengalami tantangan dan penderitaan karena iman. Kita lihat lagi di dalam pasal 10:18, “San karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak kenal Allah.” Ini menyatakan marturia akan apa? Menjadi saksi apa, menjadi testimoni apa? Testimoni akan kehidupan Kristus yang sudah menebus kita, itu namanya testimoni. Dan testimoni ini baru bekerja kalau tidak kompromi. Kalau kompromi, kamu kompromi, saya juga. Kamu menggelapkan pajak, saya juga. Kamu membuat nota ganda, saya juga. Kamu suap-suap izin, saya juga. Semuanya sama, tidak perlu bicara lagi, kita sohib kalau dalam hal itu. Kita sama-sama tahu salah satu kontroversi Epstein, yang baru meninggal beberapa lama itu. Dia punya pulau dan di situ ada child prostitute dan banyak sekali pembesar-pembesar US yang ke sana pulau pribadinya. Epstein itu tidak kerja apa-apa, tapi mengapa bisa kaya luar biasa dan mengapa beritanya itu ditutup? Jawabannya karena sama-sama tahu dan sama-sama pelanggan setia, tidak perlu saling menyakiti, sederhana. Kalau memang sama-sama kompromi, tidak mungkin bisa menjadi saksi. Orang yang menjadi saksi itu hanya orang yang dalam. Saya mengatakan dalam anugerah Tuhan itu boleh menjadi saksi Kristus dengan tidak kompromi, mengikuti dan mengalami penderitaan, baru ini namanya menjadi saksi. Bukankah panggilan kita sebagai saksi Kristus? Sekarang yang terakhir Matius 24:14 mengenai khotbah tentang akhir zaman. Ayat 3-14 ini berbicara mengenai permulaan penderitaan, dan ayat 14 bicara Injil Kerajaan itu berbicara mengenai khotbah di Bukit. Injil Kerajaan ini akan diberitahukan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa. Sesudah itu barulah tiba kesudahannya. Jadi kita melihat kita inilah warga kerajaan surga, kita orangnya dan bukan orang lain. Kita inilah yang dipanggil Tuhan untuk menjadi saksi kerajaan surga kita ini orangnya, menyatakan siapa Allah sejati. Jadi di dalam konteks ini kita harusnya mengikuti Tuhan dan bukan mengikuti dunia. Kalau dunia ini mengejar semua orang-orang yang dari sudut pandang dunia itu ternama, kita mencari jiwa-jiwa yang terhilang. Kita tidak membedakan muka, kita mencari mereka yang hilang. Karena kita juga dulu hilang, kita juga dulu berpenyakit kusta, kita juga dulu menjual Tuhan seperti Yudas. Yudas itu menjual Tuhan Yesus dengan harga 30 keping uang teras, itu harga budak. Dan sama seperti Esau, yang menjual hak kesulungan demi semangkuk kacang merah. Itu adalah sesuatu yang tidak bisa dibayangkan, menjual anugerah yang begitu besar dengan yang remeh-temeh. Remeh-temeh itu suatu hal yang kita pikir penting padahal itu kompromi, remeh-temeh dan itu tindakan yang menjual Tuhan.
Mari kita sama-sama bergumul di hadapan Tuhan, minta belas kasihan Tuhan, supaya hidup kita ini sungguh-sungguh menjadi saksi Kristus di mana pun Tuhan menempatkan kita. Ini adalah panggilan kita sebagai umat Tuhan. Dan saya percaya Tuhan yang beri kita kekuatan. Mulai dari mana? Mulai dari kita melihat raja yang turun itu bergeraknya ke mana dan mencari yang hilang, dia menyatakan, “Yang ikut Aku akan mengalami penderitaan, tantangan dan seterusnya.” Marilah kita boleh menggumulkan bagian ini dalam hidup dan kita meminta anugerah dari Dia.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)