Sekarang kita masuk bagian penting lainnya. “Hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita.” Ada penafsir yang mengatakan bagian ini adalah petisi yang tidak komplit, mengapa? Karena tidak ada permintaan di situ, ini hanya memberikan fakta saja, apa? Hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan sangat menderita – tidak ada permintaan. Lalu masuk ke dalam bagian berikutnya, mengapa tidak ada permintaan? Kemungkinan karena dia takut tertolak. Ini penafsiran yang tidak tepat. Nanti masuk ke dalam bagian berikutnya, mengapa kita takut berdoa dan meminta kepada Tuhan? Mungkin karena kita takut ditolak oleh Tuhan. Jadi jangan mengidentifikasi diri sebagai victim. Saudara mulai merasa terberkati, hari ini khotbah luar biasa menguatkan saya yang tertolak ini, misalnya begitu ya. Saudara merasa ada kekuatan baru dari firman Tuhan, rasa diberkati, perasaannya sukacita. Tapi tunggu dulu, Saudara. Karena penafsiran bagian ini tidak sesuai dengan apa yang ada di ayat 5. Matius jelas menyatakan kalau dia memohon kepadanya. Berarti ada petisi, ada tangisan di situ, ada permohonan yang sungguh-sungguh. Di dalam bagian ini kita melihat perasaan itu bisa menipu, bisa membuat bias. Saudara merasa diberkati, tetapi kalau kita lihat di dalam bagian ini ternyata tidak benar, tidak sesuai Firman Tuhan. Pertanyaannya rasa terberkati tadi itu apa? Kalau itu bukan firman, tapi kita rasa diberkati, kita sebenarnya diberkati oleh apa? Oleh hal yang kita mau dengar. Itu bukan firman, tapi kok rasa terberkati? Jadi apa ini? Jadi orang merasa sukacita, diberkati – belum tentu firman yang benar! Oleh sebab itu, kita perlu baca firman dan firman itu sendiri yang menjadi kerangka dalam kita menafsirkan firman. Banyak firman yang didengar, banyak firman juga yang dibaca, mungkin ada penafsiran, ada komentator, ada segala macam, tetapi balik lagi kita harus kembali kepada dasar firman supaya kita tahu ini benar atau salah. Saya mengutip apa yang dikatakan Richard Pratt (dengan versi terjemahan lisan ke bahasa Indonesia oleh ibu Ina), Tuhan itu bisa memukul pukulan lurus dengan tongkat yang bengkok. Wah ini kalimat penggembalaan dan penghiburan buat kita semua, ada blessing in disguise. Namun, ini tidak boleh jadi pembenaran bagi kita. Puji Tuhan ya Tuhan tetap memberkati saya meskipun ada pemahaman yang salah, tapi puji Tuhan ya. Ini salah. Seharusnya kita harus terus mengejar dan mendorong supaya kita itu diberkati oleh firman yang benar, bukan yang kita pikir firman. Setelah itu kita sebar-sebarkan pula, akibatnya akan semakin kacau, semakin menghancurkan orang.
Saya dulu terpengaruh sekali dengan microchip, barcode, 666, konsep-konsep premil sama postmil itu, ada pengangkatan, ada penderitaan tiga setengah tahun, pokoknya horor. Kita di dalam zaman itu yang nakal-nakal itu memang ditakuti kayak gini langsung alim. Jadi apa? Itulah yang akhirnya saya beritakan juga. Saya ngomong terus, makin ngomong makin salah, makin tidak bisa diperbaiki. Jadi kita rasa terberkati, kalau itu bukan firman, makin kita beritakan makin buat orang salah konsep. Sekali salah konsep, mau perbaiki bagaimana? Dulu ada sebuah kejadian, dia adalah teman saya yang sudah pergi ke Pakistan, seorang muslim yang taat dia mau berdakwah kepada saya. Saya juga mau injili dia, tapi dalam konteks premil sama postmil. Intinya saya katakan, nanti akan ada microchip, jangan pakai. Lalu, tanda-tanda binatang itu… dia bingung ngomong apa sih? Lalu pindahlah dia ke Pakistan, kita sudah tidak ketemu lagi. Jadi mau memperbaiki bagaimana? Sudah tidak bisa diperbaiki. Jadi ini sesuatu yang sekali lagi kita renungkan dan kita harus berhati-hati. Tetapi kalau memang Tuhan izinkan terjadi yaitu menjadi pembelajaran bagi kita untuk hati-hati. Yang kita imani bisa bukan iman yang benar, yang kita pikir benar itu bisa tidak. Tetapi jangan buat itu juga jadi skeptis, segala sesuatu kita rasa tidak benar, itu juga hermeneutics of suspicious, itu problematik juga.
Di dalam bagian ini, “Hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita.” Kata ‘hamba’ di sini menarik, karena bukan memakai kata “doulos”, tapi “pius”. “Doulos” itu hamba yang benar-benar budak, tapi “pius” ini adalah budak yang termasuk child slave atau boy slave atau kalau kita bisa lihat konteksnya, kemungkinan ini adalah anak dari gundik. Orang centurion itu dalam 20 tahun pelayanan dia sebagai centurion, dia tidak boleh menikah. Ini peraturan legal Roma saat itu, tapi dia boleh punya gundik. Dan waktu dia punya gundik, mungkin dia punya anak. Dan menurut Lukas, ini kemungkinan adalah dia yang paling kasihi. Dan yang dia paling kasihi ini sekarang sakit. Dia sudah tidak punya apa-apa kekuatan untuk menyembuhkan yang sakit ini. Itu sama kayak Naaman. Naaman punya uang banyak, tapi tidak bisa sembuhkan kustanya sendiri. Banyak uang, tapi tidak bisa selamatkan jiwa. Kita tidak punya kemampuan ini. Tetapi Tuhan memberikan secara cuma-cuma tapi bukan murahan. Naaman diberikan, disembuhkan, tidak perlu bayar, tetapi bukan murahan. Firman Tuhan ini kita bisa akses setiap hari, tapi ini bukan murahan. Waktu kita baca ini mengubah hidup kita setiap hari. Hamba yang sangat dikasihi oleh centurion sekarang sakit, tidak berdaya dan dia datang kepada Kristus minta permohonan, dan dia tahu siapa Kristus.
Ayat 7, Yesus berkata kepadanya: “Aku akan datang menyembuhkannya.” Kalimat ini juga ada penafsiran lain, karena di dalam bahasa Yunani itu tidak ada tanda baca ya atau tidak ada, sehingga secara gramatikal itu bisa ada dua implikasi penafsiran yang tepat. Yang pertama adalah konteks “haruskah aku datang?” dan yang kedua, “haruskah aku datang kepadamu dan menyembuhkannya?” Ini seperti pertanyaan. Konteks ini mirip sekali kalau kita membandingkannya dengan misalnya Matius 15:21-28. Bagian yang ada di dalam Matius 8 tadi dengan bagian ini hampir banyak bagian yang identik. Oleh sebab itu, beberapa ahlimengatakan yang lebih tepat adalah di dalam konteks pertanyaan. Saya bacakan Matius 15:21-28, “Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. – daerah yang dihukum Tuhan dalam PL. “Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru, “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.” – sama tadi ya, sangat menderita ya di pasal 8 ayat 6. Ayat 23, “Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya, ‘Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.’ Jawab Yesus, ‘Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.’ Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata, ‘Tuhan, tolonglah aku.’ Tetapi Yesus menjawab, ‘Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.’ Kata perempuan itu, ‘Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.’ Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya, ‘Hai ibu, besar imanmu jadilah kepadamu seperti yang kau kehendaki.’ Dan seketika itu juga anaknya sembuh.” Inilah bagian yang memiliki kemiripan.