Kalau Saudara memikirkan Yesus yang muncul, bertemu dengan murid-murid, murid-murid mengenal Yesus karena makan bersama, Saudara tidak mungkin bisa mendapatkan pengertian ini dari abad 20-21. Mengapa murid-murid bisa tercerahkan matanya waktu melihat Yesus memecahkan roti? Mengapa waktu Yesus memimpin perjamuan, murid-murid dapat melihat? Apa yang dilihat para murid? Mengapa perjamuan itu sangat penting? Bagi orang Ibrani, orang Israel abad pertama, perjamuan sangat penting karena ini menunjukan siapa orang milik umat Tuhan. Ada persekutuan dimana masing-masing merasa orang lain adalah bagian dari umat Tuhan. Ada kedekatan yang intim, ada sharing, bukan hanya sharing hidup, tapi sharing posisi bahwa kami sama-sama mengharapkan Kerajaan Tuhan jadi. Ini merupakan sesuatu yang tidak bisa ditemukan waktu orang Yahudi berbagi kehidupan dengan bangsa lain. Itu sebabnya mereka sangat ketat melarang orang Yahudi tidak boleh makan satu meja dengan bangsa lain. Makan satu meja dengan bangsa lain sangat jarang, sangat dilarang. Karena ini melambangkan persekutuan, melambangkan suatu keadaan dimana orang saling memperhatikan, saling menyatakan satu bagian di dalam Tuhan. Maka waktu orang mengadakan perjamuan dan makan bersama pada abad pertama, mereka sedang menyatakan “inilah saudaraku seiman, inilah orang-orang yang kukasihi dan mengasihi aku, inilah orang-orang yang bersama dengan aku menantikan kehadiran Tuhan ketika Tuhan akan memulihkan segala sesuatu”. Dan ini yang akan membuat orang-orang mengerti mengapa Perjamuan Kudus sangat penting. Karena Perjamuan Kudus adalah saat dimana kita bersama orang-orang yang kita kasihi menantikan Kerajaan Tuhan yang besar itu. Kita harus rindu Kerajaan Tuhan dinyatakan. Beberapa waktu yang lalu saya baca tulisan dari seorang bernama Janet Soskice, dia mengatakan satu kalimat yang sangat indah “kalau engkau mengharapkan Tuhan memperbaiki dunia ini, Tuhan menjadikan langit dan bumi yang baru, waktu kita melihat Kitab Suci kita akan melihat Tuhan melakukannya dengan cara yang sangat banyak, sangat detail dan sangat sehari-hari”. Tuhan tidak melakukan dengan cara yang besar saja, Tuhan juga melakukan dengan cara sehari-hari. Perubahan yang terjadi adalah perubahan pengharapan saat ini, karena perubahan yang nyata belum ada, Saudara belum melihat tubuh yang baru, Saudara nanti akan tetap mati. Saudara belum lihat bumi yang baru, belum melihat kerajaan yang adil itu. Saudara belum lihat kerajaan yang baik terjadi. Sekarang kita melihat republik yang ada lumayan baiknya, tapi juga ada lumayan tidak baiknya. Ada lumayan baiknya, pembangunan sudah sedikit berjalan. Ada lumayan tidak baiknya, yang menginteraksikan segala hal yang berkait dengan politik. Saudara akan tahu kerajaan yang sempurna belum di sini, kerajaan yang sempurna belum genap terjadi. Tapi kita juga tahu Tuhan akan kerjakan perbaikan itu dengan sempurna. Ini menjadi pengharapan kita. Setiap pengharapan akan dimulai dengan titik awal di mana kita mulai. Demikian juga dengan pengharapan para murid “kami mengharapkan kerajaan baru itu datang”, dan Yesus bangkit. Maka mereka perlu starting point dan Yesus memberikan kepada mereka starting point dengan cara yang tidak disangka sama sekali, karena baik di dalam Injil Lukas mau pun Yohanes salah satu titik awal Yesus menyatakan diri kepada para murid adalah lewat perjamuan. Mengapa lewat perjamuan, mengapa lewat persekutuan makan Yesus menyatakan diri?