Karena perjamuan adalah lambang kegenapan kerajaan tetapi juga adalah sesuatu yang sehari-hari kita jalani. Makan bersama adalah lambang genapnya kerajaan, besar sekali. Tapi makan bersama juga perwujudan keseharian. Kita tidak bisa mengerti besarnya perkataan Paulus ketika dia mengatakan “baik engkau makan atau pun minum, lakukan demi kemuliaan Tuhan”, kita cuma berpikir makan dan minum itu berkait dengan jajan. Tapi bagi Paulus, makan dan minum selalu punya makna eskatologis, baik engkau makan atau pun minum lakukan untuk kemuliaan Tuhan. Maksudnya adalah pengharapan kerajaan datang harus diwujudkan dalam keseharian. Saudara tidak bisa mengatakan “saya berharap Kerajaan Tuhan segera datang”, apa hal besar yang akan kamu kerjakan? Saudara boleh kerjakan hal besar, tapi yang Tuhan mau perintahkan adalah hidup sehari-hari kita menjadi hidup yang menantikan kerajaan itu datang. Hidup sehari-hari, bukan hidup yang luar biasa. Ada peristiwa-peristiwa penting seperti pernikahan yang hanya terjadi sekali, Saudara pasti tidak akan lupa kapan akan menikah. Tidak ada orang yang menunda atau mengganti tanggal pernikahan hanya gara-gara ada satu tamu yang tidak bisa datang. Itu merupakan sesuatu yang dinyatakan pada waktu khusus, spesial. Tapi makan bersama bisa terjadi 3 kali dalam sehari. Saudara bisa makan berkali-kali dalam sehari, itu bukan suatu hal yang besar, bukan sesuatu yang penting. Tetapi Kerajaan Allah justru berusaha mengkaitkan apa yang besar dan agung itu dengan apa yang terjadi sehari-hari. Kerajaan Allah adalah tentang hal yang sangat besar tapi juga tentang hal yang sangat kecil. Sehingga ketika kita berfokus pada yang kecil kita lupa mengaitkan pada yang besar. Atau berfokus pada yang besar lupa mengaitkan pada yang kecil. Kita akan kehilangan pengharapan akan kerajaan itu. Kita mengharapkan yang besar “Tuhan, kerajaanMu akan segera datang, pertobatkan seluruh Indonesia. Saya mau dari Sabang sampai Merauke takut akan Tuhan”, tapi itu juga belum terjadi. Namun Tuhan mengingatkan “hal besar kamu harapkan itu baik, tapi bagaimana dengan hal kecil? Bagaimana dengan keindahan berelasi dengan orang-orang terdekat?”, ini yang Yesus sedang tekankan. Dia bangkit dan Dia tidak membuat pameran menyeluruh di seluruh bumi. Dia tidak menyatakan terang dari bintang fajar yang gilang-gemilang itu sampai seluruh bumi. Waktu Dia datang kedua kalinya, Dia akan lakukan itu. Tapi waktu Dia bangkit, Dia memutuskan untuk bertemu dengan orang-orang yang dikasihi dulu. Dia ingin ketemu dengan orang-orang yang Dia kasihi, Dia menyatakan diri dengan orang-orang yang dekat denganNya. Mengapa ini terjadi? Karena Tuhan sepanjang hidupNya sampai waktu Dia bangkit, sangat mementingkan pentingnya relasi sehari-hari dengan orang terdekat. Ini sesuatu yang orang Kristen terlalu bodoh untuk mengerti. Tidak ada usaha menjaga relasi dengan orang terdekat. Selalu memimpikan hal yang besar, tapi tidak mengaitkan yang besar itu dengan yang kecil. Bagaimana relasimu dengan keluarga, bagaimana relasimu dengan suami, bagaimana relasimu dengan istri, engkau akan membusukkan nama Tuhan kalau engkau tidak jaga relasi ini dengan baik. Semua orang hanya memikirkan diri dan diri, “saya sudah menikah, mengapa saya tidak bahagia. Saya sudah punya anak, mengapa saya tidak bahagia. Saya punya orang tua, mengapa saya tidak bahagia?”, tidak tahukah kita kalau hidup itu serangkaian tanggung jawab. Hidup itu serangkaian tanggung jawab, jangan terus tanya “saya dapat apa?”, Tuhan akan tanya “engkau sudah melakukan apa?”. Bagaimana engkau menjaga relasimu dengan orang terdekat, bagaimana engkau pelihara kasih Tuhan di sekitarmu, bagaimana mejamu penuh dengan cinta Tuhan dan pengharapan akan kedatangan Kerajaan Tuhan di dalam makan malam atau makan sehari-hari? Ini yang Yesus sedang tekankan. Dia bangkit dan Dia tidak pamerkan ke seluruh dunia, Dia makan bersama murid. Ini menjadi pengertian penting yang harus kita kejar terus. Mengapa kita mempertahankan hal yang sehari-hari?

« 5 of 9 »