Bagaimana cara Yesus menawarkan? Dengan cahaya besar di langit? Tiba-tiba ada malaikat berseru “hosana bagi Allah yang Mahatinggi”, lalu Yesus ada di awan mengatakan “hai umatKu”, semua terhibur. Apakah seperti itu? Ternyata tidak. Yesus pilih secara relasi yang tenang, bukan pengumuman yang dahsyat dari langit. Ini poin penting yang perlu kita pahami, mengapa Yesus lebih pilih pendekatan yang lebih tenang dari pada pengumuman yang super heboh? Padahal Dia sudah bangkit. Yesus berjalan ke orang yang sedang bergumul lalu masuk ke dalam pergumulan mereka. “Apa yang sedang engkau bicarakan?”, Yesus tidak mengatakan “engkau sedang bicara apa? berhenti. Aku ada sesuatu yang lebih penting, kalian diam”. Di ayat 17 dikatakan “ketika ada orang bercakap-cakap tentang apa yang terjadi, Yesus mendekati mereka dan menanyakan: apakah yang sedang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?”, Yesus datang untuk masuk ke dalam pergumulan orang-orang ini. Yesus datang dan bertanya “sedang ngomong apa?”, Dia tidak mengatakan “kalian berdua diam. Aku lebih penting dari apa yang sedang kalian bicarakan. Apa pun yang kalian bicarakan, berhenti sekarang. Aku punya pengumuman yang lebih penting, diam dulu”. Yesus datang dan mengatakan “apa yang kamu percakapkan?”. Lalu mereka dengan muka yang sangat muram, ini muka yang tidak tahu lagi ada pengharapan apa di depan. Masa depan sudah tidak ada. Maka mereka menjawab dengan mengatakan “mengapa Engkau tidak ikut muram?”, kira-kira seperti itu. “Mengapa Engkau tidak ikut depresi bersama kami. Apakah Engkau satu-satunya orang asing yang tidak tahu tentang apa yang terjadi belakangan ini?”, Yesus tanya “apa itu? Kasi tahu Aku”. Yesus tidak mengatakan “Aku maha tahu”. Dia mengatakan “apa yang terjadi”, “masa kamu tidak tahu?”, Yesus balik tanya “kamu dong kasi tahu”, ada relasi yang menghargai pendapat orang, ada relasi yang menghargai komunikasi yang seimbang. Ini komunikasi antara Allah yang penting dan manusia yang insignifikan, sehingga apa pun yang manusia mau katakan tidak ada maknanya bagi Allah. “Kamu tidak perlu bicara, Allah tahu semuanya”, tidak seperti itu. Allah bertanya, ini Allah yang menjadi manusia tapi dengan otoritas ilahi dari Dia yang sudah bangkit,