(Lukas 12: 41-48)
Pasal 12 adalah pasal yang sangat indah karena di bagian tengah sampai bagian yang kita baca membahas tentang dua hal yang perlu diseimbangkan di dalam mengenal Tuhan. Hal pertama, Injil Lukas 12 bagian tengah ini mengingatkan kita kepada pemeliharaan Tuhan, ini sudah kita bahas dalam beberapa pertemuan yang lalu. Tuhan memelihara umatNya, memelihara kita, mengetahui kebutuhan kita dan mencukupkan segala yang kita perlu. Jadi kita dengan aman melihat kepada Tuhan dan mengatakan “Dialah sumber dari semua yang saya perlukan. Dialah sumber dari segala kebaikan. Dialah sumber dari segala yang saya perlu untuk hidup. Di dalam Dia saya tidak perlu apa pun yang lain, Dia akan memberi kepada saya apa yang saya perlukan untuk menjalankan hidup yang Dia inginkan”. Jadi bagian pertama ini sangat indah, karena menekankan kepada kita tentang pengharapan kepada firman dan juga kepercayaan kepada janji Tuhan. Di dalam Kitab Suci, Tuhan menyatakan janjiNya di dalam konteks yang luar biasa sulit. Waktu Tuhan menyatakan janji, janji itu justru diberikan di dalam keadaan orang-orang tidak mendapatkan kemungkinan melihat pengharapan. Pada waktu tidak ada pengharapan, justru pada waktu itu pengharapan Tuhan dinyatakan. Ada seorang bernama Gerhard Sauter, dia menulis satu artikel yang berjudul tentang pengharapan Kristen yang benar. Apa yang disebut dengan pengharapan, mengapa pengharapan Kristen itu disebut pengharapan, apakah sama dengan pengharapan dunia atau tidak. Di dalam bagian di awal artikel, dia membahas tentang keunikan Tuhan memberikan janji. Tuhan memberikan janji di dalam wadah yang unik, yaitu wadah di dalam ketiadaan pengharapan. Tuhan akan selalu temukan cara, akan create cara untuk pelihara Saudara dan saya di segala keadaan. Ini yang bisa kita pelajari, Tuhan adalah Tuhan yang sudah berjanji dan menunaikan tanggung jawabNya didalam menjalankan janjiNya. Dia bukan bertanggung jawab kepada kita, tapi pada janjiNya sendiri. Dia mengikat diriNya dengan janjiNya dan Dia setia mengerjakannya. Tapi ini adalah bagian pertama mengenal Tuhan sebagaimana dinyatakan Lukas 12.
Bagian selanjutnya, Lukas 12 menyatakan tentang tanggung jawab, bagian yang tadi kita baca. Engkau mengandalkan Allah sebagai yang menopang hidup, engkau harus tahu bahwa Dia yang menopang hidup adalah yang berhak menuntut pertanggung-jawaban dari hidup kita. Dia yang setia pada perjanjianNya, Dia juga yang menuntut kita untuk setia kepada perjanjian yang kita ikat kepada Dia. Jadi Tuhan bukan hanya sekedar yang memelihara, Dia juga Hakim yang menuntut kita untuk bertanggung jawab. Maka kita sampai pada bagian yang sebenarnya sangat indah tapi mungkin kurang disukai banyak orang yaitu bagian tentang tanggung jawab. Tuhan mengatakan “Aku yang sudah pelihara engkau, juga adalah yang akan menuntut tanggung jawab dari engkau. Bagaimana pekerjaan yang Aku percayakan, sudah diselesaikan atau belum? Sudahkah engkau menjalankan kewajibanmu? Sudahkah engkau mengerjakan yang Aku percayakan untuk engkau kerjakan?”, Tuhan akan tuntut. Jangan pikir hidup kita adalah hidup yang cuma terima berkat, pemeliharan dan topangan setiap hari. Selalu ada sense tanggung jawab yang Tuhan terapkan dalam diri Tuhan, masukan di dalam hati yang harus kita jalankan. Kita bertanggung jawab kepada Tuhan. Yohanes Calvin mengatakan seluruh makhluk sebenarnya bertanggung jawab kepada Tuhan, sebagai ciptaan. Tuhan adalah yang berhak atas kita, karena Dia pencipta kita. Atas dasar itu saja pun Tuhan berhak menuntut seluruh tanggung jawab yang Dia mau tuntut dari kita, tanpa kita bisa tuntut balik, tanpa kita bisa lari dari Dia. Jadi Tuhan berhak menuntut tanggung jawab dan Dia akan lakukan itu. Maka Tuhan Yesus mengingatkan meskipun kamu nyaman di dalam pemeliharaan Tuhan, jangan terbuai lalu merasa kedekatan dengan Tuhan itu sebagai kedekatan yang intim, yang baik, yang penuh kasih, itu benar, tapi di sisi lain juga penuh dengan pertanggung-jawaban. Saya harus bertanggung jawab kepada Tuhan, saya tidak boleh lalai, saya harus bertanggung jawab di dalam hidup. Tema tanggung jawab ini secara unik dibahas oleh seorang bernama Nicholas Wolterstorff, ia menulis tentang kasih, justice dan lain-lain. Di dalam tema keadilan yang dia tulis, dia mengatakan bahwa orang sering menuntut hak, diperlakukan tidak adil karena haknya dicabut. Tetapi sebenarnya ada satu yang harus dituntut yaitu ketika kita dicabut dari kewajiban, kalau saya tidak dibiarkan mengerjakan kewajiban saya, saya pun sedang dilanggar kemanusiaannya. Ini tema yang jarang kita protes, “saya protes, mengapa saya tidak diberi kewajiban, mengapa saya tidak dituntut bertanggung jawab, mengapa saya tidak dihakimi, mengapa tidak ada yang tuntut saya untuk mempertanggung-jawabkan perbuatan saya? Saya marah karena saya sedang tidak dihakimi”, jarang yang seperti itu. Ini yang Wolterstorff bilang kekurangan di dalam dunia kita, kita pengejar hak, kita pengejar kenikmatan, kita pengejar jalan pintas, kita pengejar kesenangan. Dan Tuhan melatih umatNya untuk bertanggung jawab kepada Dia, melalui orang-orang yang Dia tunjuk sebagai wakil Dia. Siapa wakilNya? Hamba Tuhan contohnya, ini Alkitab yang mengatakan. Jadi hamba Tuhan menjadi wakil dari Tuhan untuk menuntut jemaat atau orang bertanggung jawab kepada Tuhan. Lalu siapa lagi? Pemerintah, guru, dosen, orang-orang yang menjadi kelapa Saudara, itu yang Tuhan pakai untuk melatih Saudara bertanggung jawab kepada Tuhan. Jadi bagaimana cara bertanggung jawab kepada Tuhan? Salah satunya adalah dengan saya bertanggung jawab kepada lembaga atau orang yang Tuhan percayakan mewakili Dia untuk menuntut pertanggung- jawaban kita. Jadi ada dua sisi, Tuhan adalah Tuhan yang pelihara sekaligus yang berhak menuntut tanggung jawab kita, apakah engkau sudah kerjakan yang baik? Apakah engkau sudah jalani hidup dengan benar? Apakah engkau sudah kerjakan tugas yang Tuhan percayakan? Apakah engkau sudah melihat Tuhan sebagai hakim yang berhak dan akan menuntut pertanggung-jawaban dari hidup kita secara detail dan ketat? Ini harus kita pahami. Tuhan kita bukan Tuhan yang longgar, yang waktu kita datang dan mengatakan “maaf Tuhan, agak pegal sedikit, jadi mohon maklum”. Tuhan tidak akan mengijinkan kita mengalami keadaan longgar seperti itu karena Dia sedang latih kita untuk bertanggung jawab. Itu sebabnya dua sisi ini perlu kita kenal dari Tuhan, dua sisi yang sangat indah sebenarnya, yaitu Tuhan menjadikan kita manusia sejati dan manusia sejati itu menjadi manusia waktu dia kerjakan tanggung jawabnya sebaik mungkin. Mari kita latih diri, apa yang Tuhan yang percayakan kita kerjakan dengan sungguh, dengan tepat, dengan akurat, demi Tuhan bukan demi manusia.
Maka Tuhan menyatakan diri sebagai yang akan minta pertanggungan jawab dan yang akan mempercayakan kita lebih lagi kalau kita bertanggung jawab. Di dalam ayat 43 dikatakan “berbahagialah hamba yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia sebagai pengawas segala miliknya. Siapa yang bertanggung jawab akan terus ditambahkan kepercayaan oleh Tuhan”. Ini dianggap sebagai hak istimewa, bukan beban ayau pemanfaatan orang. Seringkali di dalam gereja Tuhan orang yang dipercaya itu pasti diminta untuk mengerjakan banyak hal. Kalau Saudara tidak percaya, coba kerjakan pelayanan dengan bertanggung jawab, tidak pernah terlambat, selalu baik, selalu beres, pasti akan ditambah. Jika tujuan akhirnya mau senang-senang, ini yang membuat tanggung jawab tidak relevan di dalam pencapaian hidup atau pun di dalam menjalankan hidup sehari-hari. Proses itu menyebalkan, proses itu menyusahkan, makin pendek proses makin baik keadaannya. Jadi saya tidak perlu kerja, tidak perlu bertanggung jawab, yang penting hasil akhir, ini yang sedang dilatih oleh dunia kita. Maka kita menjadi orang gampangan, orang yang senang hal instan, serba cepat, yang segera, demi nama efisiensi. Tapi kalau efisiensi awalnya digembar-gemborkan supaya produktifitas bertambah, sekarang kita hidup di dalam efisiensi sebagai esensi, “apa nilai hidupmu?”, “efisiensi adalah nilai hidup saya. Efisien untuk efisien”, ini yang merusak di dalam dunia sekarang. Makanya sekarang kita lihat segala sesuatu yang sifatnya instan sudah mematikan ketekunan kita untuk berproses. Di sini siapa yang mengatakan “saya lebih senang mendengarkan kotbah kalau langsung to the point saja, tidak putar-putar kemana dulu, demi efisien”, apa yang bisa dikotbahkan dalam 15 menit, mengapa mesti 1 jam? Tapi saya melatih Saudara untuk membangun argumen, membangun pengertian dulu untuk mendapatkan pengertian puncaknya, tidak langsung main potong. Tapi zaman ini menawarkan segala sesuatu yang efisien, supaya kita tidak perlu berproses, tidak terbiasa memikul tanggung jawab, tidak terbiasa memikul hal yang sulit, yang kita tidak mau tapi harus kita pikul. Maka segala sesuatu yang efisien menjadi dewa kita, kita lakukan apa pun dengan seefisien mungkin. Makan kalau bisa efisien, apa pun efisien, apa pun kalau bisa lakukan dengan segampang mungkin.ini sangat tidak tepat.
Lalu dalam ayat 45 dikatakan “akan tetapi jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: tuanku tidak datang-datang. Lalu dia mulai memukul hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan, dan makan minum dan mabok, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya”. Waktu baca ini saya sedikit aneh, sedikit tidak mengerti karena yang pertama Tuhan membahas tentang bertanggung jawab kepada Tuhan, mengapa swing-nya, antitesisnya adalah orang yang merampok, memukul dan mabok, ini agak aneh. Ini tidak adil, orang bertanggung jawab lawannya adalah orang yang lalai, tapi mengapa di sini dikatakan orang yang bertanggung jawab lawannya adalah orang jahat? Ini cara Alkitab membahas tentang bedanya orang kudus dan tidak. Tidak ada titik tengah, tidak ada netral, yang ada adalah orang yang positif baik atau negatif jahat. Maka Alkitab mengatakan di sini orang yang tidak suka bertanggung jawab adalah seperti orang yang suka pukul orang lain, menindas orang lain dan suka mabok. Ini sebenarnya gambaran untuk hidup sembarangan, hidup untuk diri, dan punya kekuatan untuk menjalankan hidup untuk diri. Jadi orang bertanggung jawab di dalam pengertian yang Yesus bagikan adalah orang yang mengerti bagaimana hidup di dalam komunitas. Mengapa dia kerjakan tanggung jawab? Karena dia tahu dia tidak hidup sendiri, dia tahu ada komunitas, dia tahu ada orang lain yang akan bertanggung pada tugas dia. Kalau dia tidak beres, dia akan pengaruhi orang lain juga, maka dia kerjakan pekerjaannya karena dia sadar dia hidup di dalam komunitas. Orang yang tidak sadar dia hidup di dalam komunitas adalah orang jahat.
Lalu di dalam bagian akhir Tuhan Yesus mengatakan ada hamba yang tahu dan tidak. Yang tahu dan tidak kerjakan, dihukum lebih besar, yang tidak tahu dan tidak kerjakan, hukumannya lebih kecil. Ini artinya apa? Ada seorang bernama Joel Green, seorang ahli Perjanjian Baru memberikan pengertian yang bagi saya indah sekali, dia mengatakan di dalam konteks ayat 47-48, Tuhan Yesus sedang berbicara tentang pemimpin dan bukan pemimpin. Siapakah yang tahu dan melanggar? Itu pemimpin yang melanggar. Siapa yang tidak tahu dan melanggar? Itu bawahan yang melanggar. Jadi di sini sedang ada pembedaan antara hamba Tuhan atau pemimpin dengan orang yang dipimpin. Pemimpin adalah orang yang tahu, waktu dia melanggar akan dipukul keras. Yang bawahan adalah orang yang tidak tahu, waktu melanggar pukulannya lebih ringan. Jadi bagian ini sedang mengajarkan siapa dipercayakan jadi pemimpin tanggung jawab harus dikerjakan dengan lebih keras. Karena sebagai pemimpin, engkau lalai, engkau akan dipukul lebih keras dari pada jemaat yang lalai. Inilah yang Tuhan Yesus ajarkan. Di sini ada keindahan mengenal Tuhan, Tuhan adalah yang akan topang hidup Saudara, tapi juga yang akan berhak menuntut tanggung jawab. Kalau saat ini Tuhan panggil kita, atau nanti malam atau besok Tuhan panggil kita, lalu Tuhan tanya “sudahkah engkau bertanggung jawab di dalam hidupmu?”, beranikah kita bilang “iya, saya sudah bertanggung jawab”. Biarlah ini kita pikirkan baik-baik. Dan saya akan tutup dengan 3 poin singkat mengenai bagaimana bertanggung jawab di hadapan Tuhan, bagaimana saya bisa dianggap sebagai orang yang bertanggung jawab di hadapan Tuhan? Pertama, kalau saya punya sense waktu itu singkat, waktu pendek, saya mesti kerjakan sebaik mungkin, karena kesempatan untuk kerjakan ini mungkin tidak ada lagi besok. Sense seperti ini harus kita miliki. Perasaan bahwa mungkin ini yang terakhir saya mendedikasikan untuk Tuhan. Saya kerjakan sebaik mungkin”. Inilah sense waktu yang kita perlukan untuk bertanggung jawab kepada Tuhan, ini kesempatan saya untuk mendedikasikan hidup bagi Tuhan, mendedikasikan pekerjaan bagi Tuhan, saya harus kerjakan sebaik mungkin. Lalu hal kedua, Saudara harus punya perasaan tanggung jawab untuk apa yang ada di depan. Kerjakan apa yang ada di depan. Kadang-kadang banyak mahasiswa punya idealisme tinggi, “apa cita-citamu?”, “membebaskan Indonesia dari kemiskinan, membebaskan Indonesia dari politik yang korup, membebaskan Indonesia dari keadaan kesenjangan yang besar”, lalu ditanya “papermu sudah dikumpulkan?”, “belum”, “mengapa belum selesai papernya?”, “karena tugas saya adalah membebaskan Indonesia dari kemiskinan, membebaskan Indonesia dari kesenjangan”, itu omong kosong. Orang yang tidak kerjakan PR-nya hari ini, tidak perlu bicara soal mau kerjakan apa 5 tahun lagi, karena yang satu bulan saja tidak beres apa lagi yang lima tahun. Jadi poin kedua di dalam bertanggung jawab kepada Tuhan adalah kerjakan yang Tuhan percayakan sekarang. Jangan demi ide-ide masa depan, kita mengabaikan apa yang harus kita kerjakan sekarang. Lalu hal ketiga, tanggung jawab dihadapan Tuhan berarti mempersiapkan hal yang Tuhan mau percayakan nanti, saya sudah persiapkan sekarang. Saudara diberi uang, Saudara harus pikirkan ketiga hal ini, yaitu saya harus kerjakan apa dengan uang ini, apa yang harus saya pertanggung-jawabkan pada saat ini, kemudian yang ketiga masa depan itu saya siapkan dengan cara apa dengan uang ini, dengan menabungkah, dengan invest kemanakah? Jadi unsur ini harus ada. Saudara mungkin punya panggilan ke depan “saya mau kerjakan ini, saya mau melakukan ini”, persiapannya harus dilakukan dari sekarang. Orang-orang yang menyerahkan diri jadi hamba Tuhan, dari sekarang sudah mulai cicil baca buku teologi dan lain-lain. Ketiga hal ini bisa membuat kita bertanggung jawab dengan baik di hadapan Tuhan. Kerjakan dengan waktu yang ada, dengan mengatakan “ini waktu terakhir, saya harus kerjakan sebaik mungkin”. Yang kedua selesaikan tanggung jawab yang dipercayakan sekarang. Lalu yang ketiga mempersiapkan ke depan suatu cita-cita atau ide yang dari sekarang mulai dirintis. Kalau dari sekarang kita tidak rintis apa pun, berhenti bercita-cita, berhenti mimpi. Karena mimpi itu akan terjadi ketika Saudara sudah tentukan strategi melangkahnya itu ke mana. Saudara jangan mimpi ke depan kalau tidak ada persiapan sekarang, apa yang kita inginkan ke depan harus dipersiapkan sekarang. Orang yang mimpi omong kosong adalah orang yang punya impian tapi tidak mau kerja untuk mencapai itu. Kalau kita mau kerja, kita terus realistis, kita targetkan sedikit-sedikit tapi makin lama makin bertambah. Ketiga hal ini menjadi suatu hal yang bisa kita kejar, yaitu menyadari waktu sempit, bertanggung jawab untuk apa yang dipercayakan saat ini dan mempersiapkan tanggung jawab di dalam rencana besar di masa depan. Kiranya Tuhan memimpin untuk kita menyadari bahwa ada Allah yang menuntut pertanggung-jawaban kita yang berhak untuk menjadi hakim dan meminta kita untuk mengerjakan apa yang Dia perintahkan. Kiranya Tuhan memberkati kita semua.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)