(Lukas 22: 47-62)
Pertama, saya ingin membahas mengenai bagaimana Yesus Kristus memberikan pengertian tentang Kerajaan Allah. Yesus sering kali menyatakan ajaran Kerajaan Allah sebelumnya, dan kali ini Dia menyatakan pengajaranNya melalui peristiwa penangkapanNya. Yesus tidak hanya mengajar dengan berkata-kata, Yesus juga mengajar dengan banyak cara seperti yang Tuhan lakukan juga di Perjanjian Lama. Kerajaan Allah tidak sama dengan kerajaan dunia. Tapi Kerajaan Allah adalah yang akan menaklukan kerajaan-kerajaan dunia. Kerajaan Allah lebih besar dari kerajaan dunia, Kerajaan Allah lebih kuat, lebih mulia, lebih sempurna, lebih damai, lebih penuh sukacita dari pada kerajaan dunia. Kerajaan Allah mempunyai seorang Raja yang melampaui siapa pun di dalam kerajaan dunia. Demikian juga hidup di Kerajaan Allah tidak sama dengan cara hidup di dalam kerajaan dunia. Di dalam kerajaan dunia kita tidak mungkin mendapatkan sesuatu dan orang lain juga mendapatkan, ini tidak ada di kerajaan dunia. Ketika kita memiliki sesuatu, kita memilikinya dengan cara mengambilnya dari orang lain, entah itu dengan cara yang adil atau dengan cara kekerasan. Jadi di kerajaan dunia, saya mengambil sesuatu supaya saya memilikinya dan orang lain tidak bisa memiliki. Tapi di dalam Kerajaan Allah, cara mainnya beda, Allah yang memberi maka kerajaanNya adalah kerajaan di mana orang saling memberi tapi tidak pernah kekurangan. Di dalam Confession, Agustinus mengatakan “Engkau adalah Allah yang memberi tapi tak pernah kekurangan, Engkau adalah Allah yang cukup pada diri sendiri tapi menuntut pemberian”, mengapa kita memberi kepada Tuhan? Karena memberi adalah bagian dari Kerajaan Allah. Bukan hanya karena ada orang yang perlu saja maka memberi, bukan karena kelebihan maka memberi. Tapi memberi adalah natur dari Kerajaan Allah. Itu sebabnya dalam Kerajaan Allah ada Sang Raja yaitu Bapa di sorga yang memberikan kerajaan ini kepada Anak, belum pernah ada raja yang melakukan ini. Bapa memberikan tahtaNya kepada Kristus. Dan Kristus setelah mendapatkan tahta itu dari Bapa, sebagai satu-satunya manusia yang layak, yang bisa kita lihat di Kitab Wahyu, Dia memberikan tahta itu kepada kita juga, kita akan memerintah bersama-sama dengan Dia. Dan natur dari Kerajaan Allah adalah ketika dia memberi, dia tidak akan kehilangan. Bapa tidak berhenti jadi Raja, Dia tidak menyerahkan kerajaan kepada Anak, lalu dia pensiun menjadi Raja. Dia tetap adalah Raja. Tapi sekarang Sang Anak juga Raja, lalu Sang Anak memberikan tahta itu kepada umat tebusanNya juga, dan Dia tetap Raja. Inilah perbedaan Kerajaan Allah dengan kerajaan dunia. Ada hal-hal dalam Kerajaan Allah yang ketika kedatangan Yesus kedua kali, baru bisa kita aplikasikan dengan sempurna. Tapi Tuhan menuntut kita untuk memperjuangkan prinsip-prinsip Kerajaan Allah ketika kita hidup di dalam dunia. Warga Kerajaan Allah berarti adalah orang yang menjadi duta dari Kerajaan Allah untuk memberikan pengaruh Kerajaan Allah di mana pun orang itu berada. Kita ada di dunia dan kita bertugas untuk membawa Kerajaan Allah itu ke dalam dunia ini melalui hidup kita.
Tema Kerajaan Allah sangat penting, tema Kerajaan Allah mendominasi pengarajan dari Kitab Suci, mulai dari Kitab Kejadian sampai Kitab Wahyu. Tema kerajaan adalah tema yang sangat penting, sehingga kalau kita membaca Alkitab dan kita luput melihat tema ini dalam pembacaan kita, kita pasti akan salah menafsirkan Alkitab. Ayat 47 akan memulai pengertian dari poin yang pertama ini, Yesus berbicara dan datanglah serombongan orang sedang muridNya yang bernama Yudas menjadi kepala dari orang-orang ini. Di dalam Injil Lukas, kata serombongan atau crowd itu sering dipakai Lukas untuk menunjukan ada banyak orang, tapi orang banyak itu digambarkan secara netral, ini keunikan dari Injil Lukas. Jadi waktu dia mengatakan ada orang banyak berarti itu dia sedang mengatakan memang ada orang banyak tapi itu tidak terlalu penting. Di dalam abad ke-19 ada seorang bernama Kierkegaard, dia membahas tentang apa itu crowd, dia mengatakan kumpulan orang itu tidak bisa mewakili siapa pun dan orang yang masuk dalam kumpulan itu tidak bisa mewakilkan dirinya ke dalam kelompok itu. Orang yang memaksakan kehendak tanpa mau berdiskusi “pokokya kalau saya punya kehendak, mari angkat kekuatan supaya kehendak saya bisa dipenuhi”, itu adalah orang yang sangat kerdil dan akan merusak negara ini. Crowd di dalam pemikiran Kierkegaard adalah kelompok yang gampang sekali diprovokasi. Sedangkan di Injil Lukas, crowd adalah kelompok yang begiatu banyak, tapi tidak signifikan karena tidak menunjukan apa pun. Yesus punya banyak pengikut, banyak sekali orang mengikuti Dia, bahkan ketika Dia berkhotbah, Dia dihimpit sampai Dia tidak ada tempat untuk berkhotbah. Maka Dia duduk di perahu yang di dayung ke tengah danau supaya Dia bisa mengajar dari tengah danau. Dan orang banyak mendengarkan Dia, crowd. Bagi Lukas orang banyak ini tidak penting karena tidak semua mengerti apa yang Yesus bagikan. Injil Lukas adalah Injil yang menekankan tidak pentingnya jumlah, meskipun kita juga tidak boleh mengabaikan jumlah. Lukas menceritakan bahwa orang banyak sudah kumpul. Tapi setelah orang banyak kumpul, jangan senang dulu, karena tidak banyak yang mengerti Yesus, tidak banyak yang tahu kebenaran, tidak banyak yang peka kepada Tuhan. Alkitab mengajarkan orang yang akan dipakai dalam Kerajaan Allah adalah orang yang peka akan kehendak Tuhan dan menganggap serius perkataanNya, itu yang benar. Inilah sebabnya mengapa Tuhan sering memakai orang yang dalam pandangan dunia tidak ada harapan, tidak ada bakat, tidak ada kemampuan, Tuhan munculkan dia menjadi pemimpin yang luar biasa besar. Maka ketika Saudara mengatakan “saya luar biasa, pakailah saya”, kemungkinan besar Tuhan tidak akan pakai. Ini sebabnya kita perlu mengerti pengertian Kerajaan Allah yang beda dengan kerajaan dunia ini. Harus peka melihat Tuhan, harus peka menangkap firman, harus serius menerima setiap firman, baru kita akan menikmati dipakai oleh Tuhan. Di bagian ini pun orang banyak datang, tapi itu tidak penting bagi Tuhan, bukan jumlah yang banyak yang penting, crowd itu tidak signifikan bagi Lukas. Hanya menunjukan ternyata ada kehebohan terjadi sehingga orang terkumpul. Crowd itu berarti orang berkumpul tanpa ada visi yang jelas. Yang lebih penting bagi Lukas adalah siapa yang memimpin mereka, siapa orang yang ada di depan, siapa orang yang menggerakan kelompok ini. Dan orang yang menggerakan itu ada 2 orang menurut Injil Lukas, yang pertama adalah seorang bernama Yudas, inilah pemimpin dari orang banyak itu. Dan yang kedua adalah para imam kepala dan kepala pengawal Bait Allah dan tua-tua, inilah 2 orang.
Maka Lukas membahas tentang Yudas, serombongan orang datang dan muridNya yang bernama Yudas berjalan di depan mereka. Kerajaan Allah beda dengan kerajaan dunia. Kerajaan dunia memakai kelicikan untuk mencapai maksud, memakai kepura-puraan, memakai kepalsuan, memakai segala macam yang mungkin membuat diri mendapat keuntungan, baru kerajaan dunia bisa maju. Yudas melakukan hal seperti itu. Dia begitu dekat dengan Yesus dan Yesus mengasihi dia di dalam kelompok ini. Yesus menjadikan dia salah satu orang penting, satu dari dua belas yang sangat Dia percaya. Dan kalau kita tahu pengertian friendship menurut Yudaisme, maka 12 orang itu adalah kelompok akrab yang Yesus merasa nyaman bersama mereka. Ini pengertian Yahudi, Saudara akan bisa punya beberapa level teman, ada teman yang dekat, ada teman yang sangat dekat. Teman dekat Yesus adalah 12 orang ini, bersama mereka Yesus pergi ke mana-mana. Dan kedua belas orang ini dipilih bukan karena Yesus pilih dengan random, Dia pilih dengan berdoa dan Dia memilih berdasarkan bijaksana yang Dia minta dari BapaNya di sorga. Mengapa Dia tetap memilih Yudas? Karena Dia sudah mendoakan semalam-malaman, dikisahkan oleh Lukas, dan Dia memilih Yudas karena Yudas suatu saat akan menggenapi Mazmur 22, yaitu menghancurkan Sang Mesias ini dengan pengkhianatannya. Mengapa menghancurkan? Karena hati Sang Mesias ini akan hancur dan sedih dan sangat terpukul oleh karena pengkhianatan ini. Kita tidak tahu perasaan hati Yesus ketika dikhianati Yudas, tapi ternyata kita bisa mengetahuinya dengan membaca Mazmur 22. Di dalam Mazmur 22, pemazmur mengatakan “engkau temanKu yang makan rotiKu, bahkan kamu pun angkat tumitmu untuk menghancurkan Aku”, itu perkataan yang diucapkan dengan perasaan hancur, itu bukan perkataan yang dikatakan dengan tenang, stabil tanpa emosi apa pun. Yesus hancur hatiNya, karena teman baikNya sendiri mengkhianati Dia. Ini harus kita tangkap karena Mazmur 22 satu-satunya pasal yang bisa menjelaskan perasaan hati Yesus pada waktu itu. Jadi jangan spekulasi tentang perasaan Yesus, “kalau Yesus dikhianati Yudas pasti Dia biasa-biasa saja, karena Dia Allah”. Dia hancur hatiNya. Ketika Yudas datang dan mendekat untuk mencium Yesus, kita bisa melihat kemunafikan dunia di dalam level yang paling besar, pura-pura baik, pura-pura menyenangi, pura-pura suka, padahal punya sesuatu yang lain di baliknya untuk dicapai, lebih dari pada diri orang yang disukai. Ini permainan dunia, dan kita sendiri pun bisa jatuh di dalamnya atau pernah jatuh di dalamnya karena kita pernah mengikuti jalan dunia ini, bukan jalan Tuhan. Maka jangan berpikir dosa itu hanya di dalam level yang sifatnya secara moral bisa dikutuk karena bisa kelihatan jelas. Apa itu dosa? Mencuri itu dosa, berzinah itu dosa, seks bebas itu dosa, membunuh itu dosa, seks bebas itu dosa, semua ini benar tapi ada bagian lain yang kita tidak sadar itu pun dosa yang sangat Tuhan benci dan menjadi contoh yang Tuhan mau bukakan kepada kita saat ini. Yudas adalah seorang penyembah uang yang masuk ke dalam gereja, penyembah uang yang pura-pura cinta Tuhan padahal cinta uang, penyembah uang yang lebih sukacita dapat uang dari pada dapat anugerah Tuhan, ini penyembah uang yang mengaku berbahagia Mesias sudah datang padahal melihat Mesias sebagai komoditas untuk membuat dia tambah banyak uang. Orang Kristen kalau lebih cinta uang dari pada cinta Tuhan, celakalah dia. Kalau saya lebih cinta uang dari pada cinta Tuhan, celakalah saya. Kalau Kita semua berada dalam bahaya besar kalau kita tergila-gila pada uang lebih dari pada menyenangi kehadiran Tuhan. Jangan pikir orang Kristen itu hanya mengerjakan hal-hal yang kecil. Orang Kristen adalah orang yang paling ambisius di dunia, karena yang mereka inginkan adalah Kerajaan Allah jadi. Tidak ada orang yang punya ambisi seperti ini. Ambisi apa yang dimiliki pengusaha besar? Supaya perusahaannya besar. Ambisi apa yang dimiliki Romawi? “supaya kami bisa caplok satu atau dua negara lagi”. Ambisi apa yang dimiliki orang Kristen? Supaya setan, maut dan dosa hancur sama sekali. Tidak ada orang yang berpikir sehebat ini, tidak ada kelompok berani berpikir sejauh ini, terlalu nekat, “kami mau melawan setan, kami mau melawan dosa, kami mau melawan maut”. Dan kalau Saudara memberi diri, meletakan diri dalam peperangan melawan setan, dosa dan maut, Saudara akan sadar bahwa Saudara terlalu kecil, terlalu lemah dan terlalu tidak ada apa-apa. Ini hal pertama yang kita bisa lihat dalam pengertian Kerajaan Allah, Yesus menyatakan satu cara yang beda untuk menyatakan Kerajaan Allah yaitu datang kepada Tuhan dengan rela, datang kepada Tuhan dan beriman pada caraNya, itulah cara Kerajaan Allah. CaraNya seringkali aneh, caraNya yang sering kontradiksi dengan yang kita tahu, tapi cara Tuhan itulah yang membuat Yesus menang dan sekarang duduk di sebelah kanan Allah. Yesus duduk di sebelah kanan Allah bukan karena metode marketing atau metode bisnis yang Dia pelajari dari dunia ini. Yesus duduk di sebelah kanan Allah, bukan karena teori politik yang Dia dapat dari siapa pun di dunia ini. Yesus duduk di sebelah kanan Allah, karena Dia menaati firman, itulah poinnya. Maka Yesus menyatakan perbedaan ini, ada Yudas yang cinta uang lalu memanfaatkan Yesus, ada Yesus yang cinta Kerajaan Allah dan menaati Tuhan.
Ayat 48, “kata Yesus kepadanya: hai Yudas engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman”, ini poin kedua. Kerajaan dunia mengorbankan apa yang mahal untuk mendapatkan yang murah, Kerajaan Allah mengorbankan apa yang tidak akan hilang untuk mendapatkan apa yang limpah. Ada orang yang mengorbankan saatnya bersama Tuhan, beribadah kepada Tuhan, bersaat teduh, mendekat kepada Tuhan, demi keuntungan yang sebenarnya sangat remeh dari dunia ini. Mengorbankan Tuhan demi dunia, itulah kerajaan dunia. Kerajaan dunia mengajarkan korbankan Allah demi apa yang bisa kamu peroleh saat ini. Kadang-kadang kita melakukan itu, ketika kita harus memilih hari Minggu adalah hari beribadah kepada Tuhan, tapi jam ibadah kita ditentukan oleh deal bisnis kita di hari Minggu, bukan deal bisnis kita ditentukan oleh waktu ibadah kita. Yudas mencium Anak Manusia untuk diserahkan, bodoh sekali. Mencium itu berarti menyambut, mendapatkan dengan cara menyambut. Kalimat ini sebenarnya sangat Yahudi, kita tidak bisa pahami dengan cara kita sekarang. Mencium Anak Manusia itu adalah dia yang berhasil mengetahui Anak Manusia, Mesias sudah datang dan menyambut dengan sangat cepat sebelum yang lain. Ini legenda dari Yahudi, ketika raja itu datang nanti akan ada orang yang lari sebelum yang lain sadar, dia lebih tahu dulu bahwa ini Mesias. Dia akan lari lalu peluk dan mencium Mesias itu, ini orang yang paling bahagia. Di dalam Injil Lukas, yang pertama mencium adalah seorang pelacur yang bertobat. Ketika Yesus sedang makan di rumah Simon, orang Farisi, ketika itu ada seorang perempuan datang dengan menangis, dia langsung datang mendekat Yesus lalu menangis di kaki Yesus, sampai air matanya membasahi kaki Yesus. Lalu dia segera melap air matanya di kaki Yesus, kemudian dia menciumi kaki Yesus berulang-ulang, setelah itu dia taruh minyak wangi yang dia siapkan. Waktu harum minyak wangi itu menyebar di seluruh ruangan, Simon orang Farisi berkata dalam hatinya “ini Mesias, Dia pasti tahu perempuan ini seperti apa, masa Dia biarkan perempuan ini mencium Dia”, berarti perempuan ini dianggap sebagai orang yang pertama sadar ada Mesias dan datang dan mencium. Yesus mengatakan “dia mencium Aku berkali-kali, engkau tidak”, itu bukan berarti Yesus haus ciuman. Ini berarti perempuan itu sadar Mesias, Simon belum. Maka Yudas sedang menunjukan satu praktek menghargai Sang Mesias, pura-pura, mencium Dia tapi setelah itu menjual. Rela kehilangan Mesias yang diakui demi mendapatkan 30 uang perak, ini gila. Mesias diserahkan supaya mendapatkan 30 uang perak, dimana akal sehatnya? Ini yang bisa kita katakan kepada Yudas “kamu bodoh sekali, sudah ada Anak Manusia di hadapanmu, tapi kamu buang untuk mendapatkan yang lain”. Tapi kita juga sering melakukan itu, kita sering menyingkirkan Yesus demi yang lain, dan itu bodoh sekali.
Ketiga, ayat 49, “ketika mereka yang bersama-sama Yesus melihat apa yang akan terjadi berkatalah mereka: Tuhan mestikah kami menyerang mereka dengan pedang. Dan seorang dari mereka menyerang seorang hamba imam besar sehingga putus telinga kanannya, tetapi Yesus berkata: sudahlah itu. Lalu Ia menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya”, ini ada kontradiksi lagi. Kerajaan Allah adalah kerajaan yang menyembuhkan, memulihkan. Kerajaan dunia adalah kerajaan yang menyebar dengan cara menghancurkan. Menghancurkan lawannya memulihkan, menghancurkan lawan mengangkat tinggi. Yesus tidak menghancurkan telinga siapa pun, Dia memulihkan telinga orang, bahkan Dia memulihkan hidup orang. Tapi muridNya tidak mengerti hal ini, murid-murid Yesus masih berpikir bahwa cara dunia itu yang paling mungkin. Maka ketika orang banyak datang, para murid siap untuk bertarung, dan bukankah sebelumnya Tuhan Yesus mengatakan bahwa mereka harus siap membawa pedang? Tapi membawa pedang maksudnya bukan untuk menusuk orang, pedang yang Yesus katakan kepada para murid adalah kesiapan sakit hati karena Kerajaan Tuhan. Siap untuk disakiti hatinya, perasaannya oleh karena memegang erat Kerajaan Allah. Ada orang yang memegang Kerajaan Allah, dihina terus, ada orang yang setelah memegang Kristus dibuang dari masyarakatnya. Dan Yesus sudah mengingatkan bawalah pedang, yaitu kamu akan menghadapi kesulitan emosi seperti ini, bersiaplah untuk itu. Tapi murid-murid salah mengerti, “ambil pedang berarti berperang, mari perangi orang. Kalau kita punya kuasa dan senjata lebih, kuat dari pada lawan, maka kerajaan kita akan menyebar”. Tapi Yesus mengajarkan hal yang lain, Kerajaan Allah menyebar melalui menyembuhkan, memulihkan, bukan menghancurkan. Apakah ini berarti musuh Tuhan tidak dihancurkan? Mereka akan dihancurkan, tapi bukan pada saat ini. Bagaimana kita memahami Kerajaan Allah yang disebar? Kerajaan Allah disebar dengan konsentrasi untuk membangunkan. Kejahatan boleh dihukum dengan cara Tuhan. Tapi konsentrasi dari Kerajaan Tuhan adalah lebih pada membangun dari pada menghancurkan. Kerajaan Allah melatih kita untuk berbagian di dalamnya dengan visi yang jelas, ingin membangun apa yang tadinya sudah rusak, ingin memulihkan apa yang tadinya sudah tidak ada harapan. Inilah tugas kita sebagai orang Kristen. Kalau kita melihat dunia kita, banyak sekali yang kacau dan hal yang kacau itu tidak membuat orang Kristen surut imannya, justru membuat orang Kristen makin besar keinginannya untuk melayani Tuhan.
Ayat 52, “maka Yesus berkata kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah serta tua-tua yang datang untuk menangkap Dia, kata-Nya: “Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung? Padahal tiap-tiap hari Aku ada di tengah-tengah kamu di dalam Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. Tetapi inilah saat kamu, dan inilah kuasa kegelapan itu”. Inilah kontradiksi yang keempat, benturan antara Kerajaan Allah dan kerajaan dunia. Kerajaan Allah adalah kerajaan yang menyatakan niat dan maksud ibadah kepada Tuhan untuk menunjukan kemurnian hati. “Inilah saya, kalau saya adalah orang cemar, tolong Tuhan ampuni saya. Kalau saya adalah orang yang rusak, tolong Tuhan ampuni saya”. Ibadah adalah cara untuk menunjukan kepada Tuhan bahwa kita siap untuk dipamerkan kepada diri kita sendiri. “Tuhan, bongkar saya supaya saya tahu siapa saya”, inilah ibadah yang sejati. Yesus mengatakan “kamu setiap hari ada di rumah ibadat, mendengarkan Aku berkhotbah, mengapa tidak menangkap Aku?”, sindiran ini keras sekali. Pemimpin agama beribadah dengan kemunafikan besar, ketika sedang tidak beribadah, galaknya kelihatan. Kerajaan Allah terdiri dari orang-orang yang dinyatakan apa adanya. Contohnya adalah Petrus, maka bagian selanjutnya membahas tentang Petrus. Akhirnya Yesus ditangkap, dibawa ke tempat imam besar, lalu Petrus diam-diam mengikuti. Ini Petrus yang salah menilai diri sebelumnya. Sebelumnya dia mengatakan “seluruh murid akan lari, saya tidak. Seluruh murid tidak punya jiwa menjadi umatMu, Tuhan. Seluruh murid tidak tahu apa itu mengikuti Engkau, cuma saya yang mengerti. Tidak ada kualitas kerajaan sama sekali di dalam diri Yohanes, Yakobus, Andreas dan teman-teman yang lain. Tapi Engkau melihat saya, Engkau bisa andalkan saya. Sayalah yang akan memimpin mereka semua. Sayalah orang yang punya potensi untuk menguasai semua, percayakan kepada saya kerajaanMu, dan saya akan pimpin kerajaanMu dengan tangan yang penuh dengan keahlian”. Tapi Tuhan mengatakan “Petrus, sebelum ayam berkokok, kamu sudah mengkhianati Aku”. Berita itu berat sebelah, Petrus kenal dirinya berlebihan, dia merasa sudah mengenal dirinya dengan baik, tapi Yesus menyadarkan dirinya “tidak, kamu tidak ada pada level itu”. Bahkan setelah Yesus ngomong “sebelum ayam berkokok, kamu sudah menyangkal Aku tiga kali”, Petrus masih bicara lagi, “saya tidak akan seperti itu, saya mati pun rela, masuk penjara saya rela”, setelah itu Yesus tidak bicara lagi. Yesus tidak pernah merasa kebenaran itu dinyatakan dengan bicara yang paling akhir. Kalau yang bicara terakhir itu yang benar, itu artinya masih kanak-kanak. Petrus mengatakan “saya terakhir yang ngomong, saya pasti bisa, saya akan memimpin umat Tuhan, gereja Tuhan. Saya akan pimpin mereka, saya pasti berhasil”, Tuhan mengatakan “kamu tidak kenal diri”, “saya sudah mengenal diri saya, memang saya tidak bisa menilai diri. I know who I am”, Yesus mengatakan “no, you dont. Aku yang tahu siapa kamu”. Tapi setelah Petrus bicara, Yesus tidak bicara lagi “kamu mau dengar, bagus. Kalau tidak, rugi sendiri”. Setelah Yesus mengatakan “kamu pengkhianat”, selesai, Petrus tidak terima, dia mengatakan “saya bukan pengkhianat”. Tapi ternyata yang terjadi setelah Yesus ditangkap, baru Petrus sadar “kok diriku bisa penakut begini ya?”. Perasaan takut muncul ketika situasi yang real ada. Orang selalu berani sekali kalau jarak jauh, begitu orangnya di depan baru sadar kalau tidak berani. Orang selalu merasa berani, tapi ada situasi tertentu yang akan membongkar siapa sebenarnya kita. Orang selalu merasa diri pintar, tapi ada situasi tertentu yang akan membongkar siapa dirinya. Yang lebih celaka adalah ada orang yang merasa diri sangat rohani, nanti terbukti bukan cuma rohani, tapi dia mirip setan. Petrus dihadapkan pada realita, inilah kamu yang asli. Dan Tuhan akan jatuhkan dia, karena memang dia di situ. Jatuhkan dari atas ke bawah. Pak Stephen Tong pernah mengatakan jangan menganggap dirimu terlalu tinggi, nanti akan sakit kalau dijatuhkan. Waktu kamu menganggap dirimu bukan siapa-siapa, kamu juga jangan terlalu senang waktu Tuhan angkat. Biasanya kita suka mengatakan “I am nothing”, tiba-tiba orang mengatakan “tidak, you are something”, langsung bangga, itu juga salah. Jangan termakan tipu, baik itu dari diri mau pun dari orang lain. Jangan percaya kata-kata dari Partai Komunis atau dari Hitler yang mengatakan “katakan kebohongan beberapa ratus kali, itu akan jadi kebenaran”, tidak. Kebohongan tetap kebohongan, mau dibilang beberapa kali pun itu tetap kebohongan. Maka ketika kita mengatakan “I am something, saya orang hebat, saya orang penting”, Tuhan akan mengatakan “tidak, sampai kapan pun tidak”. Kita bisa belajar dari kasus Musa, waktu dia berusia 40 tahun punya semuanya. Ibrani mengatakan dia punya semua ilmu Mesir, dia tahu semua ilmu. Tapi Tuhan mengatakan “Aku tidak mau pakai kamu, Aku tidak perlu ilmu itu”. Kita pikir kita perlu menolong Tuhan, “Tuhan, saya orang berbakat. Bukankah Engkau memerlukan orang seperti saya”, mendengar itu Tuhan bisa marah. Justru Tuhan mau mengatakan “hikmat itu dari Aku, maka aku mau pakai orang bodoh”, dan bukan orang yang pura-pura bodoh. Tuhan sedang menyadarkan Petrus “kamu bukan di sana, kamu di sini. Kamu dijatuhkan dulu, you are nothing”. Tuhan menyadarkan Petrus dengan cara ada seseorang datang mendekati dia dan berkata “kamu kan pengikut Yesus dari Nazaret itu?”, “siapa maksudmu? Saya tidak tahu”, “mengaku saja, kamu pengikut Dia”, “bukan, saya tidak kenal Dia. Mana mungkin saya kenal Dia”. Tidak lama kemudian orang lain mengatakan “engkau seorang dari mereka”, Lukas tidak mencatat tapi Injil bagian lain mencatat bahwa dia mengutuk dengan mengatakan “saya tidak kenal, saya bersumpah kepadamu saya akan terkutuk oleh Tuhan kalau saya bohong. Saya tidak kenal orang itu”. Sampai akhirnya seorang mengatakan dengan tegas “tidak bisa, kamu ikut Dia, kamu pengikutNya, buktinya adalah kamu orang Galilea”, tapi Petrus mengatakan “bukan, aku tidak tahu apa yang kamu katakan”, dia menolak mengaku bahwa dia murid Yesus. Akhirnya ayam berkokok dan Petrus sadar “kok saya begini ya? Bisakah pemimpin bersikap seperti ini, apakah orang yang berpotensi untuk pimpin semua murid yang lain adalah orang seperti ini?”. Kapan Tuhan mengatakan kepada Petrus bahwa dia akan menjadi pemimpin bagi yang lain? Sebelum ini. Waktu Petrus mengatakan “Engkau adalah yang Kudus dari Allah”, pengakuan imannya, Tuhan mengatakan “kamu bahagia, karena Tuhan menyatakan ini dari sorga bukan dari kamu sendiri”. Lalu Tuhan bicara tentang gerejaNya, mendirikan gereja dan lain-lain, Petrus akan menjadi salah satu pemimpin. Tuhan sudah berikan tempat kepada Petrus menjadi salah satu pemimpin waktu Dia bawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, tiga orang pemimpin utama pergi ke mana pun. Berdoa, ajak tiga orang ini. Baru sekarang Petrus tahu bahwa Tuhan ajak orang yang tidak ada apa-apanya seperti dia. Ini mind changing bagi kita, Saudara selalu mengatakan “Tuhan pasti akan pilih saya, karena saya orang yang penting”, tapi kisah Petrus menyatakan bahwa Tuhan sudah pilih Petrus sejak lama sebelum peristiwa ini. Dan Tuhan tahu dia akan seperti ini. Tuhan tahu Petrus tidak bisa menjadi pemimpin, Tuhan tahu Petrus tidak punya kemampuan apa pun, Tuhan tahu Petrus tidak punya keberanian, Tuhan tahu Petrus cuma pengkhianat kerdil yang tidak boleh memimpin apa pun. Tapi Tuhan sejak awal sudah mengatakan “kamu akan menjadi salah satu pemimpin”. Karena Tuhan mau mengatakan bahwa Allah adalah Allah yang membangun dari kehancuran, yang hancur itu yang Tuhan akan bangunkan. Petrus yang hancur akan Tuhan bangunkan, murid-murid yang hancur yang akan Tuhan bangunkan. Ketika murid-murid cuma sekelompok pengecut yang mengunci diri di dalam rumah lalu doa dengan sangat takut, pada waktu itu Tuhan mengatakan “sekarang Aku mau pakai kamu”. Ketika murid-murid pergi melayani, 70 orang pergi ke mana-mana memberitakan Injil, kuasanya besar, usir setan dengan berani, Yesus belum mau pakai. Mengapa orang yang mampu mengusir setan, tapi Yesus belum mau pakai? Setelah murid-murid pergi menyembuhkan orang, menyembuhkan orang yang kerasukan, membawa berita Injil dengan penuh kuasa, Tuhan belum lakukan apa pun waktu itu. Tapi ketika murid-murid berkumpul di rumah dengan ketakutan, hanya sekelompok pengecut tak berguna, Tuhan justru memakai sekelompok pengecut tak berguna ini untuk mengatasi kepengecutan mereka dan bangkit dari keadaan yang lama. Bagaimana kita bisa bangkit dari keadaan kita yang rusak, kalau kita tidak sadar diri kita rusak? Bagaimana kita dibangkitkan Tuhan kalau kita tidak sadar diri kita mati? Maka Lukas memberikan pengajaran ini melalui kasus Petrus. Petrus menangis dengan tersedu-sedu karena dia sadar dia orang yang sangat hina dan dia lari dari situ. Tapi sebelum Petrus mengalami ini, Tuhan Yesus sudah mengatakan “Aku doakan supaya imanmu tidak runtuh”, jadi Tuhan berniat pakai Petrus meskipun Tuhan tahu Petrus cuma segini.
Inilah perbedaan Kerajaan Allah dengan kerajaan dunia, kerajaan dunia sembunyikan kelemahan dan pamerkan kekuatan. Seringkali kita sembunyikan sisi lemah dan pamerkan sisi bagus. Kita senang sekali pamerkan kekuatan dan singkirkan kelemahan, “jangan ada oran tahu kalau saya lemah, tapi orang harus tahu kalau saya hebat”. Tapi Tuhan mengatakan “tidak, apa adanya saja. Kamu lemah, Aku akan tunjukan. Dan Aku mau pakai kamu”. Inilah Kerajaan Allah, berbeda dengan kerajaan dunia. Kiranya Tuhan memberkati kita dan melayakkan kita untuk melayani Tuhan.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)