Lalu kesalahan kedua di dalam bagian ini adalah moral direlatifkan demi nama agama. Kalau sudah urusan agama, moral itu nomor belakangan. Karena antara moral dan agama ada keterpecahan. Keterpecahan yang membuat teologi menjadi bahaya sekali. Membunuh itu salah atau benar? Tergantung demi nama apa. “Saya membunuh demi nama agama”, “itu tidak apa-apa”, “tapi masa membunuh orang, meledakan diri demi nama agama itu kan kacau sekali”, “tidak kacau, karena demi nama agama”. Kita sulit mengerti kekacauan dari pikiran orang yang merelatifkan moral demi nama agama. Maka kita mengatakan “masa ada orang yang meledakan diri untuk membunuh orang lain?”, bagi orang yang kacau inilah yang sepantasnya terjadi. Cara berpikir kita tidak nyambung dengan cara berpikir mereka. Dan mereka tidak bisa diyakinkan dengan argumen yang kita percaya akan menguatkan kita. Kita tidak akan bisa mengatakan “bodohnya orang-orang itu”, mereka akan mengatakan “kamu yang bodoh, karena kamu tidak mengutamakan agama dan merelatifkan moral. Agama harus dimutlakan dan moral direlatifkan. Kalau saya mau orang jahat bebas dan orang baik dihukum, itu tidak apa-apa atas nama agama. Agama lebih penting dari pada moral”. Ini problem dari agama mana pun, Budhisme bisa ada problem di sini, Islam ada problem di sini, Hindu ada problem di sini, agama-agama bisa punya problem karena moral dan agama seperti terpisah. Siapa standar paling besar? Agama. Kalau begitu moral direlatifkan untuk agama? Iya. Maka kalau saya mengatakan “membunuh itu salah”, itu belum tentu salah kalau mengutamakan agama. Tapi Kekristenan tidak seperti itu karena di dalam Kekristenan moralitas dan sifat Tuhan itu satu. Kalau begitu bukankah Israel juga bersalah, Israel membunuh di Kanaan demi nama agama, bapak mau bilang apa? Bukankah ini juga kekacauan yang sama? Saya mengatakan “tidak”, karena Tuhan mengatakan orang Kanaan harus dibasmi maka Israel masuk. Orang Kanaan harus dibasmi karena mereka sudah sangat jahat hidupnya. Kalau begitu tidak boleh jahat hidupnya karena di Tanah Kanaan dikhususkan oleh Tuhan, Bait Suci akan ada di situ. Jadi Tanah Kanaan tidak boleh ditinggali oleh orang yang hidupnya sembarangan. Kalau begitu orang-orang sebelumnya disingkirkan oleh Israel karena hidupnya sembarangan di Kanaan? Betul. Kalau begitu, kalau Israel hidupnya juga sembarangan apakah akan disingkirkan? Iya, akan disingkirkan, moralitas dipegang. Waktu Israel sembarangan, Tuhan mengatakan “kamu dibuang”, “mengapa kami dibuang?”, “sama seperti Aku telah membuang orang Kanaan, demikian Aku membuang kamu”. Hukum Tuhan standarnya jelas, hukum Tuhan tidak secara arbiter bisa diterapkan. Tuhan mengatakan “jika engkau tidak setia pada perjanjian maka engkau harus mati”. Kalau Tuhan tidak setia bagaimana? “Aku pun akan amti”, “tapi Tuhan kan tidak akan mati?”, “karena Aku tidak bisa tidak setia”. Jadi ada aturan main yang jelas dalam Alkitab. Moralitas dan sifat Tuhan itu menyatu, sehingga tidak ada tempat bagi relativisme moral di sini. Kalau ada mesias yang jahat dan orang kafir yang baik, bolehkah mesias itu bebas dan orang kafir yang baik dipenjara? Tidak, orang kafir yang baik harus bebas, mesias yang jahat harus dipenjara. Tuhan tidak ingin pembunuh dan pezinah sembarangan bertahta di Kerajaan Israel, maka Tuhan menghukum Daud. Meskipun Daud bertobat, dia disingkirkan dari tahtanya untuk sementara waktu, menunjukan Tuhan bertindak adil kepada sang raja yang sangat penting ini. Tuhan tidak lihat ini Daud atau siapa, dia telah bersalah, dia akan dihukum. Saul adalah raja tapi dia bersalah, dia akan dihukum. Tuhan tidak membuat orang spesial dan tidak tersentuh oleh kekudusan dan hukuman Tuhan hanya gara-gara dia orang penting. Sebaliknya justru karena engkau orang penting dan sembarangan, Tuhan akan hajar kamu dengan keras. Waktu anak Harun salah memberikan persembahan, Tuhan mengirimkan api dan menghanguskan. Tuhan mengatakan kepada Musa, “siapa yang akrab denganKu kepadanya Kutunjukan kekudusanKu”, ini Tuhan. Dia tidak mengatakan “siapa yang akrab denganKu kepadanya Kutunjukan kekhususan”, kekudusan bukan kekhususan.