Orang selalu berpikir Tuhan itu penuh dengan kesabaran dan kesabaranNya tidak terbatas. Tapi Alkitab berkali-kali mengatakan kesabaran Tuhan ada batas. Ada saatnya Tuhan bilang “cukup, jika engkau terus keraskan hati dan terus memberontak, Aku akan membuang engkau”. Tuhan adalah Tuhan yang akan menghukum. Dan Tuhan tidak peduli kalau tindakanNya seolah-olah bukan politically correct, ini tindakan yang kurang populer secara politik, Tuhan itu harus baik, masa ada pengertian seperti neraka? Ada satu orang tanya kepada saya di internet, “kamu adalah seorang pendeta, beri tahu kepada saya mengapa orang Kristen sampai sekarang masih percaya ada neraka. Saya sudah lama tinggalkan ide neraka dari pemikiran saya. Saya mau tanya pendapatmu, apakah engkau masih percaya ada neraka?”. Lalu saya menjawab “saya percaya semua yang Alkitab katakan, saya percaya murka Allah, saya percaya Tuhan menciptakan neraka, saya percaya Tuhan menyiapkan hukuman yang sangat mengerikan”. Kemudian dia membalas dengan mengatakan “kalau begitu diskusi saya sudah selesai. Saya tidak siap berdiskusi dengan orang yang sempit”. Saya balas untuk terakhir kali, karena setelah itu dia tidak membalas lagi, saya mengatakan “kebenaran tidak selalu enak, tapi orang sering sembunyi di balik dusta yang menyenangkan”, dengan itu saya selesaikan kalimat saya. Orang pikir kalau dia percaya sesuatu itu pasti terjadi, itu naif sekali. Kalau kita mengatakan “tidak ada neraka, tidak ada kesulitan, tidak ada bahaya”, jangan jadi orang yang tidak realistis. Kita lihat lingkungan kita sekarang pun sudah tahu kejahatan adalah hal serius yang pasti akan Tuhan tanangi dengan cara Dia. Itu sebabnya kita tidak boleh mengurung Tuhan dalam definisi yang kita suka, tapi kita harus belajar memahami apakah realita yang ada di sekelilingku, bagaimana dunia ini berjalan, hari-hari manusia itu seperti apa, seperti apakah sejarah berjalan. Dan kita akan menemukan bahwa dunia penuh dengan pemberontakan kepada Tuhan, penuh dengan dosa, penuh dengan perasaan benci Tuhan dan menolak Tuhan. Maka akan ada saat dimana Tuhan menghakimi.
Inilah yang dinyatakan oleh Yesus, “hai puteri Yerusalem, berhenti menangis. Tangisi dirimu, berhenti tangisi Aku”. Dia mengingatkan kepada orang-orang Yerusalem, “kesudahanmu lebih mengerikan dari pada Aku”. Yesus ingin mengatakan “kamu lihat Aku ini hina, Aku kasihan. Coba lihat dirimu, kamu jauh lebih kasihan”. Yesus sedang mengingatkan kita betapa kasihannya kita, kita yang hidup di dunia sambil menghina Tuhan, kita yang hidup tanpa Tuhan terus putar di dalam dukacita kita yang tidak kita sadari. Hidup tanpa Tuhan itu hidup yang kering dan kasihan sekali. Kita ini miskin tapi kita tidak sadar kita ini miskin, kita ini kasihan tapi kita sadar kita ini kasihan, kita ini sengsara tapi kita tidak sadar kita sengsara. Kita lihat Yesus, kita lihat Dia sengsara, tapi Yesus mengatakan “engkau yang sengsara, karena engkau tidak ikuti Tuhan, engkau jalani jalanmu yang bobrok dan rusak”, sedangkan Yesus sedang menjalani jalan salib demi menaati Tuhan. Yesus sedang menangisi Yerusalem yang merasa boleh menangisi Yesus. Maka Yesus mengatakan di dalam ayat 29, “sebab lihat akan tiba masanya orang berkata: berbahagialah perempuan mandul yang rahimnya tidak pernah melahirkan dan susunya tidak pernah menyusui”, mengapa perempuan yang tidak melahirkan dan tidak menyusui dikatakan bahagia? Bukankah tidak punya anak adalah dukacita besar bagi perempuan, bukankah mempunyai anak adalah sukacita bagi seorang perempuan? Tapi Yesus sedang mengatakan kalau Yerusalem banyak orang, lalu Tuhan hancurkan seperti Sodom dan Gomora, bukankah akan lebih banyak orang jadi korban? Maka kalau kita tidak berbagian membawa kehidupan yang baru di tengah kota Yerusalem, kita tidak turut dalam kehancuran kota yang besar. Jadi Yesus sedang mengatakan lebih baik Yerusalem kosong dari pada penuh orang, lebih baik Yerusalem tidak banyak orang karena Tuhan akan segera hancurkan. Ini kalimat yang menakutkan sekali karena Tuhan sedang mengatakan Yerusalem akan berakhir. Berakhir karena menolak Tuhan, karena tidak pernah peduli apa yang Tuhan mau. Akhir dari Yerusalem begitu tragis, kalau kita lihat di dalam Kitab Suci, Yerusalem menjadi kota perjanjian Tuhan. Dan kota perjanjian itu membuat Yerusalem punya posisi aman, karena Tuhan tidak akan berbalik dari perjanjianNya. Tuhan adalah Tuhan yang mengikat perjanjian dan kalau Tuhan sudah ikat perjanjian, Tuhan tidak akan tarik balik. Berarti Yerusalem akan terus menjadi kota yang akan bertahan di hadapan Tuhan, Yerusalem akan menjadi tempat utama. Lewat Yerusalem keselamatan akan tiba di dunia ini, lewat Yerusalem Tuhan akan pulihkan kerajaanNya, berarti Yerusalem aman. Dan Tuhan mengajarkan di sini bahwa orang yang merasa diri aman, justru adalah orang yang paling bahaya karena dia tidak pernah sadar berada di dalam bahaya besar. Alkitab mempunyai bahasan yang unik, yaitu Yerusalem yang sedang Tuhan siapkan, bukan Yerusalem di bumi ini. Lalu Tuhan siapkan dimana? Tuhan sedang siapkan Yerusalem yang di sorga. Mengapa di sorga? Karena Sang Raja akan meninggalkan Yerusalem dan Dia akan pergi ke sorga. Yerusalem yang baru itu ada di sorga dan dari situ Dia akan datang ke sini. Yerusalem memang tidak akan Tuhan hancurkan, tapi bukan di bumi, yang di atas yang akan Tuhan nyatakan waktu Yesus datang kedua kali. Tuhan akan buang Yerusalem yang di sini, karena tidak pernah mau setia. Mari kita selidiki diri dan coba cari tahu “saya orang yang seperti apa ya? Apakah saya aman dalam relasi dengan Tuhan? di dalam relasi saya dengan Tuhan, karena saya orang Reformed yang baik, saya rajin ke gereja, saya ikut pelayanan, saya kerjakan apa yang biasanya dikerjakan oleh orang-orang saleh, saya ada di dalam posisi aman”. Tapi Tuhan Yesus berseru kepada Yerusalem, “kamu akan celaka, lebih baik kalau kota kamu kosong, lebih baik kalau kota kamu tidak banya orang”, mengapa? Karena ayat 30, “maka orang mulai berkata kepada gunung-gunung: runtuhlah menimpa kami. Dan kepada bukit-bukit: timbunilah kami. Sebab jika orang berbuat demikian kepada kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?”, ini adalah ungkapan penghakiman, ini puisi yang dikenal orang Yahudi sebagai puisi penghakiman. Apa maksud puisi penghakiman ini?