(Lukas 15: 1-10 )
Tiga perumpamaan yang sebenarnya adalah satu-kesatuan, dalam 3 perumpamaan ini ada eskalasi dalam beberapa hal. Perumpamaan pertama, ada 100 hilang 1, ini kerugian yang besar. Tapi tidak sebesar kalau saya kehilangan 1 dari antara 10. Jadi dari 100 domba kehilangan 1, ada peningkatan. Di cerita kedua, Yesus menceritakan ada 10 dirham hilang 1, ini lebih besar lagi. Satu dirham mungkin bisa menjadi biaya hidup untuk 1 minggu sampai 10 hari. Dan kalau seorang punya tabungan 1 dirham, ini berarti orang itu bukan orang kaya, tetapi dia meskipun bukan orang kaya, menggantungkan harapannya pada tabungan yang hanya sedikit, waktu hilang 1 dia benar-benar cari. Dan perumpamaan ketiga, lebih tinggi lagi, karena dari 2 hilang 1. Kalau dari 100 hilang 1, pasti dicari, apalagi kalau 2 hilang 1. Tapi Yesus membagikan hal lain lagi. Di dalam perumpamaan pertama, dari 100 hilang 1, pemiliknya mencari dengan resiko sangat besar. Mencari domba hilang itu bahaya, karena Saudara mencari binatang yang juga menjadi sasarannya singa atau serigala. Singa atau serigala ingin tangkap domba dan si gembala juga mencari domba yang hilang, yang juga dikejar oleh singa atau serigala. Tapi kerinduan dia yang besar untuk mencari, membuat dia tetap mencari. Perumpamaan kedua, perempuan yang kehilangan 1 dirham, tidak perlu mencari dengan resiko yang besar. Dia hanya perlu ubah tatanan dari perabotan rumahnya, sapu sedikik, nanti akan ketemu. Yang ketiga, dari 2 hilang 1, si bapak tidak pergi kemana-mana, dia tunggu di depan rumah dan anaknya bisa kembali sendiri. Kalau kita senang ada orang berdosa bertobat, kira-kira dari tiga ini yang paling senang yang mana? Yang satu memang senang karena dia sudah cari mati-matian dan dapat. Yang kedua lebih senang lagi karena dia tidak perlu cari repot-repot, sudah ada di rumahnya. Yang ketiga lebih bahagia lagi karena dia tidak cari, orang datang, anaknya yang hilang itu pulang. Yesus sedang mengajar, orang yang berdosa datang, “kalau orang berdosa datang, bukankah sukacitamu harusnya besar?”, itu kira-kira yang Yesus coba mau bagikan.
Ini gambaran besar yang kira-kira Yesus mau bagikan, gambaran besar ketika seorang bertobat dan Tuhan gerakan untuk datang ke dalam kerajaan itu melalui bertemu dengan Sang Raja, ini akan menjadi sukacita yang besar bagi orang Israel. Maka Tuhan Yesus sedang mengajarkan orang Israel, terutama orang Farisi dan Ahli-ahli Taurat untuk mempelajari tema yang penting, yaitu tema bersukacita dalam kerajaan. Mengapa kita bersukacita dalam kerajaan, bagaimana kita bersukacita dalam Kerajaan Allah yang dinyatakan? Bagi orang Farisi dan Ahli Taurat mindset mereka adalah, “kami bersukacita karena kami boleh masuk. Kami diterima oleh Tuhan, itulah sukacita paling besar”. Dan bukankah ini yang menjadi sukacita bagi orang Kristen juga? Apakah kesenanganmu yang paling besar? “Kesenanganku yang paling besar adalah Tuhan menerima saya”. Tentunya tidak ada yang salah dengan sukacita ini, “say amilik Tuhan selama-lamanya. Sebelum dunia jadi, Dia sudah memilih saya”, itu bahagia, itu baik, itu penuh sukacita. Tapi yang jadi problem adalah Ahli Taurat dan orang Farisi merasa itulah satu-satunya sukacita mereka dan mereka membatasi diri dengan membuat berkat Tuhan hanya cocok untuk kelompok mereka dan mereka merayakan berkat yang eksklusif itu. “Kami bersyukur karena Tuhan memberkati kami, kami bersyukur karena Tuhan memberikan kelimpahan kepada kami, kami bersyukur karena Tuhan panggil kami untuk menjadi milikNya”. Tetapi mereka tidak tahu bersukacita untuk hal yang lain, yaitu pemanggilan itu sendiri mendatangkan sukacita bagi sorga. Waktu Tuhan panggil orang ke dalam kerajaan itu, malaikat di sorga bersukacita. Malaikat di sorga tidak bersukacita bukan karena dia sudah ada di dalam, karena dia menikmati. Malaikat di sorga bersukacita karena Kerajaan Allah menjangkau banyak orang, menyatakan diri di dalam dunia ini Tiga perumpamaan yang sebenarnya adalah satu-kesatuan, dalam 3 perumpamaan ini ada eskalasi dalam beberapa hal. Perumpamaan pertama, ada 100 hilang 1, ini kerugian yang besar. Tapi tidak sebesar kalau saya kehilangan 1 dari antara 10. Jadi dari 100 domba kehilangan 1, ada peningkatan. Di cerita kedua, Yesus menceritakan ada 10 dirham hilang 1, ini lebih besar lagi. Satu dirham mungkin bisa menjadi biaya hidup untuk 1 minggu sampai 10 hari. Dan kalau seorang punya tabungan 1 dirham, ini berarti orang itu bukan orang kaya, tetapi dia meskipun bukan orang kaya, menggantungkan harapannya pada tabungan yang hanya sedikit, waktu hilang 1 dia benar-benar cari. Dan perumpamaan ketiga, lebih tinggi lagi, karena dari 2 hilang 1. Kalau dari 100 hilang 1, pasti dicari, apalagi kalau 2 hilang 1. Tapi Yesus membagikan hal lain lagi. Di dalam perumpamaan pertama, dari 100 hilang 1, pemiliknya mencari dengan resiko sangat besar. Mencari domba hilang itu bahaya, karena Saudara mencari binatang yang juga menjadi sasarannya singa atau serigala. Singa atau serigala ingin tangkap domba dan si gembala juga mencari domba yang hilang, yang juga dikejar oleh singa atau serigala. Tapi kerinduan dia yang besar untuk mencari, membuat dia tetap mencari. Perumpamaan kedua, perempuan yang kehilangan 1 dirham, tidak perlu mencari dengan resiko yang besar. Dia hanya perlu ubah tatanan dari perabotan rumahnya, sapu sedikik, nanti akan ketemu. Yang ketiga, dari 2 hilang 1, si bapak tidak pergi kemana-mana, dia tunggu di depan rumah dan anaknya bisa kembali sendiri. Kalau kita senang ada orang berdosa bertobat, kira-kira dari tiga ini yang paling senang yang mana? Yang satu memang senang karena dia sudah cari mati-matian dan dapat. Yang kedua lebih senang lagi karena dia tidak perlu cari repot-repot, sudah ada di rumahnya. Yang ketiga lebih bahagia lagi karena dia tidak cari, orang datang, anaknya yang hilang itu pulang. Yesus sedang mengajar, orang yang berdosa datang, “kalau orang berdosa datang, dengan lebih besar lagi. Waktu ada orang dipanggil ke dalam, itu menjadi sukacita bagi sorga. Maka Yesus sedang mengajarkan hal yang lain, alasan bersukacita yang tidak berkait dengan diri tapi berkait dengan orang lain bertemu Tuhan, kesenangan karena orang lain menikmati apa yang saya nikmati. Ini kesenangan yang hanya mungkin kita mengerti kalau kita tahu bahwa Injil diberitakan kepada komunitas bukan kepada individu. Memang benar orang berespon secara individu, memang benar Injil diberitakan kepada orang itu, satu per satu, tidak mungkin satu orang percaya kemudian semua orang tiba-tiba menjadi umat. Tentu Injil harus diresponi dengan respon individual. Tapi ini adalah bagian. “Saya bertobat” itu adalah bagian dari panggilan Tuhan bagi komunitas, bagi kelompok besar manusia yang nanti akan menyatakan Kerajaan Allah di bumi. Dan inilah sisi yang kita jarang gali sehingga kita semakin mempunyai kacamata kuda untuk melihat relasi Tuhan dan saya pribadi sebagai satu-satunya yang penting dan tidak terlalu tersentuh waktu melihat orang lain mendapatkan berkat dari apa yang sudah kita dapatkan. Ini yang Tuhan mau tegur. Mereka bersukacita karena mereka adalah orang-orang yang diizinkan masuk dalam komunitas ini. Tapi mereka sangat protes, “mengapa ada orang berdosa yang boleh masuk? Ini seharusnya diberi pembatas yang kuat, beri pembatas yang besar, sehingga yang masuk itu dilihat baik-baik. Bagaimana cara Tuhan panggil umat? Di dalam Kitab Perjanjian Lama, umat Tuhan dipanggil dari keadaan memberontak menjadi milikNya. Tidak ada kelompok orang di dunia ini yang dipanggil dalam keadaan yang baik, semua dipanggil dari keadaan mereka yang kafir (kalau mau dibandingkan dengan pengertian mereka sekarang), yang tidak kenal Tuhan, yang tidak tahu siapa Tuhan tapi Tuhan panggil untuk menjadi milik Tuhan. Tuhan selalu lakukan pola ini, dari tidak kenal menjadi kenal, dari jauh menjadi dekat, dari gelap menjadi terang, dari mati menjadi hidup, dari menyembah berhala menjadi menyembah Tuhan. Pola ini adalah pola yang Tuhan berikan juga kepada Israel. Tapi Israel gagal melihat hal ini karena mereka merasa diri mereka adalah umat yang spesial dari Tuhan. Tapi di dalam Surat Roma, Paulus membahas tema yang tidak baru, tema bahwa Tuhan membuang Israel, digali oleh Paulus. Dan ini tema yang menyakitkan bagi orang Israel, karena mereka membaca Kitab Suci dengan cara pilih-pilih, “kami membaca apa yang menyenangkan untuk membuat identitas kami semakin tegas, makin kuat”. Yang mereka ulang-ulang adalah biasanya yang dibicarakan para rabi, ini saya kutip dari Sanders, kutipan yang mereka baca dan ulangi adalah janji Tuhan kepada Abraham, Taurat Musa, kemudian janji Kanaan, itu yang sering diulang. “Kamu akan menempati tempatmu, bukan kamu yang usahakan, orang lain yang akan usahakan, kamu yang tempati. Kamu akan duduk nyaman di bawah pohon ara, di bawah pohon anggur, di bawah pohon zaitunmu. Kamu akan menemukan tanah yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Kamu akan mengejar musuhmu dengan berani, tidak ada yang tidak gentar menghadapi engkau. Dan satu dari kamu akan mengejar 1.000 dari mereka”, ini diulang terus oleh mereka. Bagian lain adalah ketika Tuhan berjanji kepada Abraham, “melalui keturunanmu, bangsa lain dibumi akan mendapat berkat”, ini mereka, karena Abraham punya banyak keturunan dan Tuhan hanya pilih satu. Dari anak Abraham, Tuhan pilih Ishak, dari anak Ishak, Tuhan pilih Yakub. Berarti Israel begitu spesial. Ini kelompok orang yang beda dengan bangsa-bangsa lain. Tapi kalau kita baca Perjanjian Lama, dengan jujur kalau Saudara ditanya bagian manakah yang lebih besar? Bagian yang meninggikan Israel sebagai umat Tuhan atau bagian yang menghancurkan Israel sebagai umat yang tidak taat? Yang menghancurkan. Saudara kalau membaca sejarah Isrsael di Kitab Raja-raja, raja yang jelek itu dicatat lebih banyak dari pada raja yang setia. Raja yang setia bisa dihitung, sedikit sekali, Daud setia, Salomo tidak terlalu, bagaimana dengan raja-raja yang lain? Hanya Hizkia dan Hosia yang dicatat mempunyai kesetiaan yang mirip Daud. Jadi sejarah raja-raja Israel terdiri dari kebanyakan raja yang bobrok. Tidak ada kerajaan yang senang untuk membangun sejarah dari kerajaannya dengan mencatat catatan kelam, lebih baik membuat catatan yang bagus yang menyingkirkan hal jelek, semua yang bagus dibagikan ke generasi yang berikut. Mental seperti ini ada di mana-mana, menyembunyikan yang jelek, tunjukan yang bagus, supaya orang tahu bagusnya, tapi tidak tahu fakta yang sebenar-benarnya tentang keadaan kita. Mereka adalah umat buangan sama seperti bangsa-bangsa lain sudah dibuang oleh Tuhan. Tapi Tuhan tidak mungkin gagal, Dia sudah berjanji kepada Israel dan janjiNya kepada Israel pasti jadi. Lalu bagaimana Dia memastikan perjanjianNya jadi? Ini bisa kita pastikan di Surat Roma. Surat Roma adalah surat yang sangat luar biasa dan Saudara bisa membaca di situ sejarah dari panggilan Tuhan bagi Israel dan bangsa-bangsa lain.
Maka Israel sekali lagi menjadi bangsa yang gagal untuk memahami isi hati Tuhan karena mereka terus dengan eksklusif hanya melihat diri, “kami dan Tuhan, kelompok eksklusif melawan kelompok non-eksklusif, kami kelompok sentral akan menjaidi beda dengan kelompok pinggiran, marjinal”. Dan inilah yang mendoron orang Farisi berkata, “mengapa Engkau makan dengan pemungut cukai, mengapa Engkau makan bersama bangsa-bangsa lain, mengapa Engkau menerima orang-orang kafir?”. Cara pandang ini yang Yesus mau ubah.
Ini yang Tuhan Yesus mau lawan. Dan ini menyebabkan Dia membuat 3 perumpamaan yang kontroversial. Yang pertama sudah kita bahas minggu lalu. Karena berbicara tentang gembala menurut versi Yehezkiel. Yang kedua, Yesus membaha tentang perempuan yang kehilangan 1 dirham. Meletakan perempuan sebagai tokoh cerita dalam satu cerita, itu sudah sangat kontroversial pada zaman itu. Kalau membuat cerita, jangan memakai perempuan sebagai tokoh utama. Tapi Yesus tidak takut, “lalu perempuan manakah yang mempunyai 10 dirham?”, orang yang tadinya mengantuk pun tiba-tiba bangun. Di dalam Kitab Hakim-hakim, tiba-tiba muncul hakim yang namanya Debora. Maka seorang hakim dan seorang nabiah bernama Debora, ketika itu menjadi hakim di Israel, Debora istri Lapidot. Mengapa Debora menjadi pemimpin? Tidak tahu, Tuhan yang angkat. Bolehkah perempuan menjadi pemimpin? Tuhan mengijinkan ada exception, kalau pakai istilah Pak Stephen Tong, dan ini exception yang kontroversial, mengapa di dunia yang sangat mengunggulkan laki-laki sebagai pemimpin perang, di dalam kitab yang ada hakim sebagai pemimpin perang, muncul perempuan yang namanya Debora? Ini benar-benar mengagetkan. Di Alkitab banyak hal yang mengagetkan, Tuhan angkat Debora sebagai hakim, sebelumnya juga Tuhan tunjuk Miriam sebagai salah satu pemimpin Israel, bahkan ketika mereka berhasil lewati Mesir, berhasil menang dalam peperangan, yang menyatakan puisi adalah Musa dan Miriam. Jadi Tuhan memang angkat orang-orang khusus menjadi orang penting. Dan kadang-kadang orang penting yang diangkat ini adalah orang yang tidak layak sama sekali. Siapa sangka Musa akan menjadi pemimpin Israel, orang yang sangat dekat hidupnya dengan orang Mesir bisa menjadi pemimpin Israel. Siapa sangka orang yang garis keras seperti Paulus, menjadi pemberita Injil bagi bangsa-bangsa lain. Itu sesuatu yang di luar kemampuan kita berpikir. Maka yang sering menyatakan hal yang mengagetkan adalah Tuhan sendiri. Dan Tuhan melanjutkan ini dan mengatakan “perempuan manakah yang mempunyai 10 dirham”, tiba-tiba Dia masukan perempuan dalam perumpamaan. Lalu Dia mengatakan, “perempuan ini punya 10 dirham, lalu hilang 1”. Kalau ini disambung dengan cerita sebelumnya, orang akan melihat urgenty-nya orang menemukan 1 dirham ini. Dikatakan di sini “dia menyalakan pelita dan menyapu rumahnya”. Mengapa dia menyalakan pelita? Orang bisa asumsi karena malam. Tapi kalau malam, pelitanya sudah menyala dari awal, tidak perlu belakangan. Mengapa dia menyalakannya belakangan? Karena keadaan rumahnya miskin jendela, itulah rumah orang miskin. Dia mulai menyalakan pelitanya dan mencari dengan cermat sampai menemukannya, karena dia cuma punya tabungan 10 dirham dan 1 dirham hilang. Kalau orang biasa mungkin pakai 10 dirham untuk satu minggu, kalau orang hemat bisa sampai satu bulan. Jadi perempuan ini sangat perlu dirham itu dan dia cari. Perempuan itu cari mati-matian, dia cari di semua tempat. Dan begitu ketemu, dia undang semua teman-temannya. Kebiasaan orang dulu, orang perempuan akan undang perempuan, tidak ada perempuan undang laki-laki. Ini menjadi pesta perempuan, “ayo bersukacita, karena uang yang hilang ini ketemu, hampir saya stress, kalau ini hilang bagaimana saya hidup? Ini tabungan saya yang saya simpan baik-baik, akhirnya ketemu juga”. Semua berbagian di dalam sukacita ini. Lalu Yesus tutup dengan kalimat yang sama, “malaikat di sorga bersukacita karena ada orang berdosa bertobat”. Jadi apakah kamu sudah mengalami sukacita ini? Sukacita yang sifatnya tidak egois, sukacita yang melihat kalau Kerajaan Allah disebarkan makin besar, “saya senang”. Senang karena kesenangan kita ada di dalam Kerajaan Tuhan yang semakin luas pengaruhnya. Ini rombakan pikiran yang besar sekali. Jadi jangan senang hanya karena diundang ke dalam Kerajaan Allah, senanglah karena Kerajaan Allah masih undang orang-orang lain. Tapi kalau kita sendiri punya hati yang sempit, kita mesti belajar punya keluasan hati Tuhan. Ada orang pernah tanya, “tipe orang bagaimana yang kamu benci”, “saya paling tidak suka orang yang suka bohong”, biasanya akan dijawab, “untung Tuhan tidak seperti kamu, kalau Tuhan seperti kamu, Israel tidak pernah akan ada”. Kalau Yakub mengatakan, “saya tipu papa saya, saya pura-pura jadi Esau”, Tuhan bilang, “Aku kira kamu orang baik, Aku kecewa kepadamu Yakub, kamu telah mengkhianati Aku. Aku pilih orang lain”, ya sudah tidak ada Yakub. “Orang yang kamu benci itu seperti apa?”, “saya benci orang yang galak dan kejam”, “kalau begitu tidak akan pernah ada orang Kristen, karena Paulus tidak mungkin Tuhan panggil”, begitu Tuhan melihat Paulus berapi-api mau membunuh orang Kristen, Tuhan mengatakan “Aku berapi-api mau bakar kamu”, akhirnya Paulus dibakar, selesai. Jadi siapa yang kamu benci? “Saya paling benci orang yang pura-pura, ngomong A di depan tapi di belakang ngomong B”, kalau begitu tidak ada Petrus, Petrus ngomong A di depan Yesus, tapi didepan pembantu dia mengatakan, “saya tidak kenal orang itu, siapa Dia?”, dia mengkhianati Yesus. Siapa yang Saudara benci? Saudara benci siapa, kalau Tuhan sesempit Saudara, habis sudah kerajaanNya, tidak mungkin tersebar seperti tersebar sekarang. Sebab itu kita mau lihat bagaimana sukacita di sorga terjadi, saya mau ambil itu, saya mau hidup yang bersukacita. Dan Saudara tidak mungkin punya sukacita yang sejati kalau Saudara mempertahankan jiwa yang hanya senang atau hanya dibangkitkan sukacitanya hanya untuk hal-hal yang sempit. Belajar sukacitanya sorga. Dan ini yang Yesus ajarkan.
Apa yang membuat senang? “Kalau saya diterima Tuhan”, kalau diterima Tuhan membuatmu senang, bisakah kamu punya kesenangan yang sama waktu orang lain diterima Tuhan? Kalau bisa, Saudara adalah orang yang mengadopsi sukacitanya sorga. Maka berhenti menjadi orang yang picik, berhenti jadi orang yang sempit, mari perluas hati kita, mari perluas untuk menerima orang seperti Tuhan menerima orang. Bukan dengan standar kita, bukan dengan kebiasaan kita, bukan dengan pola pikir kita yang sempit. Kadang-kadang kita berani membuat diri kita di level yang baik, lalu membuat orang lain di level yang rendah, lalu kita meng-exclude diri kita, mereka ada di luar, dan kita bukan bagian dari mereka. Tapi ini adalah pemikiran sempit yang mengagungkan diri dan tidak mungkin bisa mengadopsi sukacita sorga. Sukacita sorga hanya milik orang yang belajar mempunyai hati seluas hatinya Kristus. Maka ketika kita belajar seperti Dia, kita akan melihat fakta bahwa sukacita sejati yang dimiliki sorga ternyata bisa kita adopsi, asal kita lebih luas hati untuk terima bahwa Tuhan mau panggil orang yang mungkin saya tidak setuju, Tuhan mau panggil kelompok yang mungkin saya tidak suka. Kiranya Tuhan menolong kita menyadari posisi kita dan melihat keindahan Kerajaan Tuhan memanggil umatNya dengan cara yang melampaui pikiran dan pengalaman kita.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)