(Lukas 16:10-13)
Mamon yang tidak jujur adalah ungkapan tentang harta. Mamon adalah nama dewa yang dipercaya bisa memberikan prosperity, tetapi di dalam Alkitab menjadi sindiran untuk uang. Jadi uang disebut mamon dan Yesus berbicara tentang keuangan atau harta, bagaimaan orang bersikap terhadap harta. Di dalam ayat 10 Yesus mengatakan “barangsiapa setia di dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Yang tidak benar dalam perkara-perkara kecil, tidak benar juga dalam perkara besar”, ini masih bicara tentang uang. Yang setia dalam uang, dia akan setia dalam hal yang lebih besar di dalam Kerajaan Allah. Yang tidak setia di dalam uang, juga tidak mungkin dipercayakan hal besar di dalam Kerajaan Allah. Di dalam pengharapannya Israel, kalau mereka setia di dalam menjalankan kesalehan hidup, maka nanti kalau kerajaan itu datang mereka akan mendapat pangkat yang tinggi dan kepercayaan yang besar. Tapi Tuhan Yesus mengajarkan dengan cara pandang yang lain, yaitu engkau dalam hidupmu sekarang akan menikmati hal-hal besar kalau engkau bertanggung jawab dalam hal-hal kecil. Apa hal-hal kecil itu? Keuangan atau harta. Jadi bagaimana kita bersikap harta itulah tanggung jawab kecil yang menentukan kita dipercaya hal besar atau tidak. Jadi jangan salah, uang bukan hal yang tidak penting, tapi uang adalah hal kecil, menurut Alkitab, yang Tuhan pakai untuk menilai apakah kita sanggup dipercayakan hal besar atau tidak. Banyak orang meremehkan uang, kalau itu bukan uang sendiri. Kalau uang orang tidak masalah, kalau pun hilang kan yang rugi orang lain, jadi tidak apa-apa. Banyak orang memanfaatkan relasi demi uang. Saudara yang tahu ada orang yang memanfaatkan kehadiran Saudara demi uang, Saudara langsung anggap hina orang itu. Jika kamu tidak setia di dalam uang orang, bagaimana orang akan memberikan kepadamu bagianmu sendiri? Jadi kalau kita tidak setia di dalam apa yang Tuhan percayakan kepada kita, maka kita sulit dianggap layak untuk menerima bagian di dalam mengembangkan pekerjaan Kerajaan Allah. Ini yang Tuhan nyatakan.
Maka di bagian selanjutnya dikatakan, “jika kamu tidak setia dalam hal mamon yang tidak jujur, siapa akan percayakan kepadamu hartamu yang sesungguhnya?”. Harta sesungguhnya bukan mamon itu, bukan uang yang Tuhan percayakan kepada kita. Ini adalah harta yang Tuhan ijinkan menjadi pengukur bagi kita untuk kita mendapatkan harta yang lebih baik lagi, yaitu ketika Tuhan menginjikan kita berbagian di dalam pekerjaanNya. Lalu bagian selanjutnya di dalam ayat 12 “jika kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapa yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?”. Yang Saudara dan saya miliki sekarang itu milik Tuhan. Dan Tuhan percayakan kepada kita supaya nanti kita mendapatkan warisan kerajaan yang menjadi bagian kita. Di dalam konsep orang Yahudi, warisan kerajaan adalah ketika kerajaan itu datang, kita berbagian di dalam bagian yang penting. Nanti ketika Kerajaan Tuhan datang menjadikan langit dan bumi yang baru, Saudara dan saya ada bagian yang menjadi tanggung jawab kita. Yesus mengatakan di dalam perumpamaan yang lain, jika ada orang yang setia, dia akan dipercayakan 10 kota, yang lebih setia lagi dipercayakan lebih banyak. Yang tidak setia tidak dipercayakan apa-apa, dapat tempat di luar tempat penting. Jadi Saudara dan saya akan dipercaya oleh Tuhan kalau Saudara bisa menunjukan tanggung jawab yang baik untuk apa yang bukan milik kita, yaitu harta kita. Seluruh yang kita miliki dari Tuhan. Saudara jangan bilang “saya punya harta lebih banyak karena saya lebih pintar dari yang lain”. banyak orang pintar yang tidak terlalu kaya. Kalau Saudara mengatakan “saya orang yang kerja keras, makanya saya dapat uang”, saya mau tanya “apakah orang yang mengayuh becak tidak bekerja keras? Mengapa dia mendapat bagian segitu dan Saudara mendapat bagian segini?”, karena masing-masing Tuhan percayakan dengan cara yang berbeda. Dan jangan pikir uang adalah satu-satunya cara Tuhan memberkati. Kalau Saudara berpikir uang adalah satu-satunya cara Tuhan memberkati, Saudara akan melihat orang yang lebih kaya dan berpikir “mengapa Tuhan tidak adil? Mengapa Tuhan memberi lebih banyak ke dia, mengapa Tuhan memberikan kurang ke saya?”. Harta itu adalah cara Tuhan memberkati, tapi bukan satu-satunya, bahkan bukan yang paling penting. Itu sebabnya Saudara dan saya harus menganggap semua harta yang diberikan bukan karena kemampuan, “saya harus bertanggung jawab, saya harus bekerja semaksimal mungkin, tapi saya tahu bagian yang Tuhan berikan kepada saya itu dari Tuhan. Bukan karena saya lebih dari orang lain maka saya dapat lebih”. Itu sebabnya harta yang kita miliki bukan milik kita, tapi itu akan menentukan kita layak dipercayakan oleh Tuhan hal yang penting atau tidak.
Bagian terakhir ini yang akan saya bahas dalam beberapa poin, yaitu ayat 13, “seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian dia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain. Atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada mamon”. Di sini ada penjelasan tentang betapa pentingnya sikap kepada uang. Sikap kepada uang bukan hanya menjadi bahan ujian, tapi sikap kepada uang ternyata dapat mengarah pada penyembahan berhala. Pada zaman Yesus melayani di bumi, orang Israel yang sudah pulih dari Babel, mereka berjanji bahwa mereka tidak akan menyembah berhala lagi. Dulu mereka dibuang Tuhan karena menyembah berhala. Seolah Tuhan mengatakan “tanah perjanjian ini Aku berikan kepada umatKu. Jika engkau menolak menjadi umatKu dan menyembah berhala maka engkau tidak boleh tinggal di sini”, Tuhan singkirkan mereka. Di dalam pembuangan mereka berpikir “mengapa kita diperlakukan kejam seperti ini? Karena kita sudah salah, kita menyembah berhala maka Tuhan mengatakan: kamu ditaklukan bangsa lain, supaya kamu tahurasanya ditaklukan, bukan menjadi tuan”. Tuhan mau umat manusia memenuhi bumi dan menaklukan. Mereka korbankan nyawa demi bunuh orang-orang yang taruh berhala di tengah-tengah Bait Suci. Jadi mereka sudah berkomitmen, “kami tidak akan ijinkan ada berhala lagi. Kamu menyembah berhala, akan saya bunuh. Kamu melakukan sihir di tengah-tengah Israel, saya akan bunuh kamu. Kamu berani mengkhianati Tuhan, saya bunuh kamu. Ini bukan masalah hukum, ini masalah kematian, siapa membuat orang menyembah berhala, dia harus mati”, itu jadi prinsip yang sangat tegas dan prinsip yang terus mereka jalankan. Sebenarnya ada begitu banyak orang yang dieksekusi dari sejarah panjang mulai mereka kembali dari pembuangan sampai zaman Yesus. Banyak sekali orang dieksekusi karena dianggap membawa berhala dari luar untuk disembah di tengah Israel. Tapi orang Roma tidak mengijinkan mereka mengeksekusi orang sampai mati, lalu bagaimana caranya? Mereka membuat seperti sebuah kerusuhan, ada massa yang menghakimi, lempar batu sampai mati lalu cepat-cepat mereka bubar. Tidak ada berhala, tapi komitmen hati orang Israel kepada yang bukan Tuhan, itulah inti dari dosa penyembahan berhala. Maka di dalam Mazmur 115, diulangi di dalam Mazmur 135, Tuhan mengatakan bahwa ketika orang membentuk berhala yang ada mata tapi tidak bisa melihat, yang ada telinga tapi tidak bisa mendengar, seperti itulah orang yang membentuknya dan seperti itulah orang yang menyembahnya. Berhala punya kekuatan sangat besar karena waktu komitmen hati kita berikan kepada berhala, kita akan dibentuk oleh siapa yang kita sembah. Saudara sembah siapa, Saudara akan dibentuk oleh siapa pun. Saudara sembah apa, Saudara akan disembah oleh apa pun itu. Apakah berhala itu nyata? Tidak, tapi komitmen hati kita kepada yang tidak nyata itu menjadi sesuatu yang menipu kita sehingga kita dibentuk oleh sesuatu yang tidak nyata. Ini kacau sekali. Maka Tuhan sudah mengatakan di dalam Mazmur 115, “kamu kalau menyembah berhala akan seperti berhalamu, punya telinga tapi tidak bisa mendengar, punya mata tapi tidak bisa melihat”. Jadi berhala bukanlah bendanya, bukanlah patung-patung yang didirikan di atas tugu, tapi berhala adalah arah hati kita ada di mana. Maka Tuhan Yesus mengingatkan orang Israel, meskipun di seluruh tanahmu tidak ada patung, meskipun tidak ada kuil berhala, tapi penyembahan berhala masih terjadi di sini. Penyembahan berhala yang layak membuat engkau dibuang, maka Tuhan Yesus mengatakan “ada dewa namanya mamon masih berdiri kuilnya di sini. Kuilnya itu berupa kota kecil dari kulit yang di dalamnya tempat dia tinggal, yaitu harta, uang, dan dompet jadi kuil dewa yang namanya mamon. Mengapa ini jadi dewa? Karena kalau engkau menyembah uang, engkau akan dibentuk oleh uang. Maka ada 2 allah, yang satu palsu, yang satu asli. Kita tidak mungkin punya berhala yang bentuknya patung. Saudara sudah jadi Kristen, tidak punya lagi yang seperti itu. Dan Saudara jangan pikir benda-benda itu punya kekuatan, tidak. Setan punya kekuatan lebih dahsyat di dalam hati bukan di dalam hal-hal mistik yang berkait dengan patung. Jadi berhala bukan tempatnya, bukan klentengnya, bukan tempat sujudnya, dan lain-lain, di situ tidak ada apa-apa. Itu hanya kayu dan batu yang mati, yang bisa habis, yang bisa dijadikan barang seni, yang bisa dibuang begitu saja, karena itu tidak ada apa-apa. Tapi yang menjadi penting adalah ketika seseorang memberikan komitmen kepada sesuatu yang kosong. Sesuatu yang kosong itu akan mengubah dia. Maka saya akan membagikan ada beberapa poin tentang penyembahan berhala.
Yang pertama, siapa yang kita sembah akan membentuk komunitas penyembah. Kalau kita mendewakan sesuatu tapi tidak ada kelompok yang terbentuk, yang sama-sama menyembah itu, itu bukan berhala, berhala punya kekuatan mengarahkan orang untuk menyembah bersama-sama. Jadi ada kelompok yang membentuk kita untuk mendewakan sesuatu. Kelompok ini adalah tanda bahwa sesuatu itu adalah berhala. Bayangkan Saudara kalau kumpul-kumpul sama orang lalu nyaman ketika hanya bicara soal uang saja, peluang bisnis, kesempatan dapat untung, kesempatan ini dan itu. Saya tidak bilang itu salah, tapi kalau hanya itu yang Saudara anggap penting, Saudara adalah kelompok penyembah mamon. “Untungnya apa kalau cinta Tuhan? Dompet nambah tidak? Itu yang saya mau tahu”, segalanya diukur dengan uang. Ini berarti uang sudah menguasai semua. Cara Saudara berelasi dan berkumpul di dalam komunitas dikuasai oleh dewa yang namanya mamon. Inilah yang Yesus katakan sebagai penyembah berhala. Kita sedang worship, sedang menyembah dewa mamon ini karena ada komunitas yang dipengaruhi, itu yang pertama. Jadi berahala atau Tuhan yang sejati akan mempunyai komunitas yang sepakat untuk sama-sama mendedikasikan diri kepada sesuatu, kalau itu berhala palsu, atau kepada Allah kalau itu adalah penyembahan yang asli. Saudara dan saya membentuk komunitas menyembah Tuhan, ini adalah tanda bahwa Allah yang kita sembah. Orang-orang membentuk komunitas untuk menyembah sesuatu tanpa mereka sadar, ini tandanya bahwa sesuatu itu adalah berhala.
Kedua, yang kita sembah bukan hanya membentuk komunitas di sekeliling kita, yang kita sembah juga akan menentukan pola pikir kita. Cara kita berpikir ditentukan oleh yang kita sembah. Jangan pikir cara kita berpikir ditentukan oleh ilmu. Orang selalu dipengaruhi cara berpikir yang menentukan dia mengambil kesimpulan tentang sesuatu yang dia lihat. Cara berpikir ini sangat ditentukan oleh apa atau siapa yang kita sembah. Waktu kita menyembah mamon, cara berpikir kita melulu hanya mamon. Kalau orang menyembah uang, berarti dia pikir Tuhan untuk uang. Kalau orang menyembah Tuhan, dia akan pikir uang juga, tapi untuk Tuhan. Ini yang harus kita benar-benar pahami. Berhala, dewa, atau Tuhan yang sejati membuat cara kita berpikir mempunyai tujuan yang utama kepada siapa atau apa yang kita sembah itu. Kalau engkau menyembah uang, apa pun yang dipikirkan, tujuan utamanya adalah uang. Kalau menyembah Tuhan, apa pun yang dipikirkan, tujuan utamanya adalah Tuhan. Bukan berarti kita tidak memikirkan yang lain. Jadi kalau Saudara pikir “mau ikut Tuhan buang uang”, itu salah. Sembah Tuhan dan manfaatkan uang, pertanggung-jawabkan uang. Minggu lalu kita sudah bahas apa saja yang menjadi bagian pertanggung-jawaban. Bukan berarti tidak boleh pakai, tapi bukan berarti segalanya hanya untuk diri. Jadi Tuhan mengajarkan kepada kita untuk memanfaatkan uang demi yang disembah, karena kalau tidak engkau akan memanfaatkan Allah demi yang engkau sembah yaitu uang. Maka uang membuat kita mempunyai pola pikir yang dikuasai oleh uang. Tapi kalau Saudara menyembah Tuhan, Saudara akan punya pola pikir yang dilatih oleh Tuhan untuk menyembah Tuhan dan dikuasai oleh Tuhan. Ada orang yang pikir apa pun langsung ingat Kerajaan Allah. Ada orang yang pikir apa pun cuma ingat untung. Itu menunjukan perbedaan siapa sebenarnya yang kita sembah.
Hal ketiga, apa atau siapa yang kita sembah akan membentuk habit kita. Tidak ada penyembahan pada apa pun, asli atau palsu, yang tidak menuntut komitmen dan dedikasi. Saudara menyembah uang harus punya komitmen dan dedikasi untuk uang. Ada orang-orang yang harus bangun dari jam 5 pagi, nanti jam 10 malam baru tidur. Kerja keras tidak henti-henti karena mau dapat uang. Saya tidak bilang ini salah, tapi kalau uang menjadi berhala kita akan paksa diri karena kita menyembah berhala ini. Sebaliknya kalau kita menyembah Tuhan, ada paksaan yang sama ketatnya untuk kita mendedikasikan diri kepada Tuhan. Dedikasi, paksa diri ada di dalam penyembahan siapa pun yang Saudara sembah. Orang menyembah baal, ada dedikasi. Orang menyembah Tuhan, ada dedikasi. Orang punya agama apa, ada dedikasi. Maka dedikasi akan membentuk habit, kebiasaan. Kebiasaan akan membentuk cara kita bereaksi di dalam segala hal yang kita alami di dalam hidup. Maka kalau kita menyembah Tuhan, dedikasi kita untuk Tuhan, reaksi dalam hidup kita pun adalah reaksi demi Tuhan. Sedangkan kalau kita menyembah uang, apa yang kita bentuk dan biasakan adalah demi uang, dan reaksi kita pun hanya sebatas uang saja. Itu sebabnya Saudara menyembah apa akan menentukan Saudara berespon apa, Saudara punya kebiasaan apa, Saudara memilih apa. Pilihan ditentukan oleh kebiasaan dan kebiasaan ditentukan oleh dedikasi kita dimana. Itulah hal yang berikut, yang membuat kita tahu kita sedang menyembah apa atau siapa.
Keempat, siapa yang kita sembah akan memberikan pengharapan dan sukacita kenikmatan di dalam dia. Saya sembah Tuhan, pengharapan saya di dalam Tuhan, kenikmatan saya di dalam Tuhan. Saya sembah mamon, pengharapan saya di dalam mamon, kenikmatan saya juga di dalam mamon. Siapa yang rasa senang kalau dia lebih suci dari pada kemarin, dia merasa lebih cinta Tuhan hari ini dari pada kemarin, lalu dia rasa ini sukacita besar, itu orang baik. Tapi kalau dia merasa “keuntungan turun, sedih, keuntungan naik, senang”, itu orang kerdil. Siapa menyembah mamon akan khawatir kalau mamon akan pergi menjauh dari dia, akan merasa nyaman kalau mamon ada. Bagaimana dengan Kristen, boleh tidak orang Kristen yang kerja jujur tiba-tiba punya 2 triliun di account-nya? Kalau Tuhan mengijinkan, mungkin juga, tapi tidak berarti Saudara harus mencari sampai 2 triliun. Begitu ada tabungan 2 triliun, orang Kristen akan mengatakan “tabungan itu besok bisa jadi kertas biasa. Keadaan ekonomi bisa goncang dan saya bisa kehilangan segalanya. Saya tidak memberikan kekuatan jangkar saya pada uang, tapi saya melabuhkannya kepada kekuatan Tuhanku. Sukacitaku adalah Tuhan dan pengharapanku adalah Tuhan, bukan harta”, ini namanya menyembah Tuhan. Maka Tuhan Yesus mengatakan hal yang serius untuk kita. Siapa sebenarnya yang kita sembah? Jangan-jangan kita menipu diri, meskipun kita tidak pernah masuk rumah berhala, kita tidak pernah ambil apa pun yang berkait dengan penyembahan agama lain, kita tidak pernah berkait dengan apa pun yang membuat kita menjadi penyembah berhala. Tapi Yesus pada bagian ini mengingatkan “siapakah yang membentuk pola pikirmu, kebiasaan dan dedikasimu ada pada siapa, pengharapan dan sukacitamu ada pada siapa, cara kamu bereaksi ada pada siapa, komunitas tempat kamu nyaman di dalamnya itu komunitas yang mengarahkan dedikasi kepada siapa? Kalau itu jawabannya adalah Tuhan, kamu adalah penyembah Tuhan. Kamu akan manfaatkan semua yang lain demi Tuhan”.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)