Hal kedua yang kita bisa lihat adalah bahwa cinta kasih Tuhan itu disertai dengan janji dan sebuah relasi covenantal, sebuah relasi perjanjian. Tuhan mencintai dan memutuskan untuk menjadikan kita milik Dia di dalam relasi perjanjian yang indah sekali. Dan Kitab Suci seringkali menggambarkan relasi yang erat ini sebagai relasi seperti suami istri. Tuhan adalah Tuhan yang seperti seorang suami, yang mencintai umatnya yang diumpamakan seperti istri. “Engkau Israel adalah istriKu”, kata Tuhan. Tapi Israel itu istri yang tidak setia. Kalau Saudarah lihat gambaran dari kitab Nabi-nabi, mulai dari Yehezkiel dan beberapa gambaran lain di dalam Hosea, Israel itu buruknya bukan main. Saudara bayangkan Allah adalah seorang laki-laki, ini gambaran yang diberikan, yang begitu penuh kuasa, yang begitu agung, yang begitu kaya. Dia memiliki seluruh alam semesta, bahkan surga adalah takhtaNya. Dan dia memiliki seluruh kelimpahan dari keindahan. Dia adalah yang paling indah paling agung, paling semarak, paling mulia. Bayangkan ada laki-laki seperti ini, bertemu dengan seorang yang masih bayi, seorang yang masih bayi yang tidak ada apa-apanya, dia adalah orang buangan ini gambaran dari Yehezkiel. Karena waktu laki-laki ini menemukan Israel, yaitu Allah, sekali lagi ini adalah gambaran, Israel ini adalah bayi yang ditinggal, dibuang oleh orang tuanya. Saudara bisa bayangkan ada bayi yang orang tuanya pun tidak mau, ketika anaknya lahir, begitu lihat “mengapa seperti ini? Kalau begitu saya buang kamu”, ini orang tua jahat. Tapi kasihan anak ini jadi anak yang tertolak, mamanya sendiri pun tolak dia. Lalu bayi ini mau jadi apa? Kalau mamanya tidak pedulikan dia, masih berdarah-darah, baru dilahirkan sudah ditinggalkan, sudah dibuang, ini mau jadi apa? Ini keadaan yang sangat menyedihkan, banyak orang aborsi anak karena mau hubungan seks sebelum menikah. Setelah hubungan seks “aduh, mengapa sampai hamil?”, sudah hamil, ketakutan, akhirnya aborsi anak, ini jahat bukan main. Maka seks sebelum menikah adalah kejahatan yang sangat-sangat menghancurkan manusia. Tapi berapa banyak orang sadar hal ini? Banyak anak muda meremehkan seks dengan cara bergaul, pacaran dengan melampiaskan hawa nafsu. Tetapi Tuhan sudah berfirman bahwa setiap orang yang menguduskan pernikahan akan menjadi orang tua yang cinta Tuhan dan dipakai Tuhan untuk mencintai anak-anak mereka. Tapi orang-orang yang cuma cinta hawa nafsu, waktu ada anak kaget, “saya tidak mau punya anak, saya benci punya anak”. Juga banyak orang setelah menikah, masih mau tunda punya anak, seolah-olah anak adalah satu bencana yang merusak relasi atau merusak kesenangannya. Anak dicintai oleh orang tua yang beres. Anak tidak dicintai oleh orang tua yang kacau. Ini adalah Israel yang dilambangkan sebagai bayi yang baru lahir sudah dibuang. Mengapa dibuang? Mamanya pun tidak mau dia. Lalu dibuang untuk apa? “Entah, mau dimakan serigala atau dimakan binatang liar, terserah”, dia diperlakukan seperti binatang dan diremehkan. Siapa yang bisa mencintai anak ini? Tapi di Alkitab dikatakan Tuhan menjadi seperti laki-laki yang melihat bayi perempuan ini dan memutuskan untuk mengambilnya dan membuatnya untuk disiapkan menjadi istrinya kelak. Mungkin kita sulit mengerti gambaran ini, ada bayi diambil oleh laki-laki dewasa untuk nantinya dijadikan istri, bukankah beda usianya jauh? Sekali lagi, ini adalah perumpamaan. Saudara jangan lupa perumpamaan itu tidak menjadi 100% mirip dengan apa yang dipakai untuk perumpamaan itu. Mari kita lincah melihat kelimpahan dan tidak diganggu dengan kelemahan atau kekurangan dari gambaran ini, karena semua gambaran yang ada di dalamnya terlalu lemah untuk menggambarkan Tuhan, selalu akan ada kekurangan. Tapi mari soroti kekuatan dari gambaran itu, kekuatan dari simbol yang diberikan. Maka ketika Tuhan melihat, Tuhan ambil dia dan Tuhan menjadikan dia perempuan yang bertumbuh dengan baik, diberikan gizi yang baik. Dan ketika usia dia sudah semakin dewasa, dia diberikan pakaian terbaik, dia diberikan segala yang baik, pemeliharaan yang paling baik. Ketika perempuan ini tanya “mengapa aku diberikan berkat selimpah ini?”, “engkau dapat ini dari seorang laki-laki yang akan menjadi suamimu”. “Menjadi suami? Mengapa dia mau jadi suamiku?”, pernikahan di dalam tradisi Israel harusnya dilakukan oleh orang yang mempunyai kedudukan yang tidak jomplang, ini bukan cuma tradisi Israel di mana pun seperti itu. “Ini orang agung, mulia, hebat, tinggi, sangat-sangat penuh kemuliaan bandingkan dengan saya orang buangan yang tidak tahu siapa orang tuaku, orang tuaku pun tidak mau aku. Aku seharusnya mati, tapi dia menolong saya. Kami punya derajat terlalu berbeda”. Tapi laki-laki ini mengatakan “saya akan menikahi engkau. Engkau adalah istriku, aku mencintai engkau. Lihat pakaian yang aku berikan kepadamu, sangat indah, menutupi ketelanjanganmu. Lihat perhiasan yang kuberikan kepadamu, sangat indah, membuat engkau terlihat lebih cantik, sehingga engkau akan menjadi istriku”. Akhirnya laki-laki ini menikahi perempuan tersebut dan tidak lama perempuan ini mulai lihat laki-laki Mesir, mulai lihat laki-laki Mesopotamia, mulai lihat laki-laki di Kanaan, dan mulai berselingkuh dengan banyak orang, ini kejahatan yang luar biasa. Maka dikatakan laki-laki itu marah bukan main dan menghancurkan perempuan itu. Inilah Israel dihancurkan oleh Allah. Gambaran cinta kasih tadi begitu indah, Tuhan menginginkan kita dengan sangat meskipun kita hanya orang berdosa yang cemar. Dan Tuhan memberikan apapun yang diperlukan oleh kita, untuk kita bisa menjadi setara dengan level yang Tuhan mau. Gambaran ini gambaran yang diteruskan di dalam Perjanjian Baru. Di dalam Perjanjian Baru digambarkan bahwa gereja adalah pengantinNya Kristus. Gereja adalah perempuan yang tersesat, yang wondering around, yang tidak tahu bagaimana membalas cinta kasih. Yang dipelihara tapi tidak bersyukur, yang diberi berkat tapi tidak pernah mencintai balik Tuhan, yang diberikan segala yang ada tapi tidak pernah ingat keadaan awalnya. Gereja tidak tahu bahwa awalnya dia hanyalah bayi buangan yang harusnya mati. Gereja tidak tahu kalau dia tidak berhak mendapatkan cinta kasih dari Kristus. Tapi begitu Kristus mencurahkan cinta kasih, memberikan anugerah, memberikan pemeliharaan, gereja melupakan ini. Tapi Tuhan begitu sabar sehingga Tuhan mengatakan “Aku akan menutupi pelanggaranmu”. Bagaimana menutupinya? Dengan korban. Mana korbannya korbannya? Korbannya sekarang adalah Kristus. Berarti Allah Bapa lebih mencintai gereja daripada Kristus, sehingga Kristus dihabiskan untuk gereja? Bukan tapi baik Allah Bapa dan Kristus mencintai umatNya lebih daripada diri Mereka sendiri. Sehingga Mereka mengorbankan, Bapa mengorbankan Sang Anak, dan Kristus mengorbankan diriNya. Yesus mencintai kita lebih dari nyawaNya sendiri, sehingga Dia memberikan nyawaNya untuk kita. Ini gambaran tidak bisa dimengerti kecuali Saudara mengerti keadaan orang yang sudah mencintai. Cinta kasih adalah gerakan yang sangat kuat. Agustinus di dalam Confession mengingatkan bahwa cinta kasih yang diarahkan ke hal yang salah, ini selalu merusak karena kekuatan mendorongnya begitu besar. Saudara tidak akan melakukan hal yang Saudara anggap benar, tapi Saudara akan melakukan hal yang Saudara suka dan inginkan. Desire tidak tentu selaras dengan pengertian akan kebenaran. Saudara tahu ini salah, tapi Saudara tetap jalankan. Saudara tahu ini benar, tapi Saudara tetap hindari. Ini terjadi karena kita terlalu ingin disenangkan, terlalu ingin hawa nafsu berkuasa di dalam hidup. Maka kita kehilangan sentuhan untuk mengerti apa itu cinta kasih yang sejati. Kita cuma tahu dilayani, kita cuma tahu untuk diberikan kepuasan dan akhirnya kita arahkan cinta kasih untuk hal-hal remeh sedemikian. Cinta kasih kita jadi remeh karena kita cari hal yang sangat tidak penting di dalam hidup. Tapi meskipun demikian cinta kasih tetap adalah dorongan paling kuat untuk kita melakukan sesuatu. Itu sebabnya relasi cinta kasih adalah relasi yang sangat kuat. Jika ada satu orang laki-laki sudah mencintai satu orang perempuan, sulit bagi dia untuk melepaskan keinginan untuk memiliki perempuan itu. Ada satu orang datang kepada saya, kejadian ini sudah, seorang pemuda bertanya “saya jatuh cinta sama seorang perempuan, tapi dia bukan Kristen. What should I do? Apa yang harus saya lakukan?”, maka saya katakan “coba pikirkan ini, jawab sendiri, setelah cinta kasihmu kepada dia mulai reda”. Dia mengatakan “bagaimana cara redanya?”, “tidak tahu, mungkin bisa reda dengan kamu tidak lagi banyak kontak dengan dia”, “tapi aku menyukai dia”. “Tapi kamu sendiri yang mengatakan dia bukan orang yang percaya Tuhan Yesus”, “tetapi mengapa harus menikah dengan orang yang percaya Tuhan Yesus? Memang beda agama salah?”, saya mengatakan lagi ke dia “saya baru akan jawab ini kalau perasaanmu sudah netral lagi. Karena kalau saya bicara sekarang, apapun yang saya bicara, kamu akan lawan”, “saya tidak akan melawan”. “Oke, tadi pertanyaanmu apa?”, “mengapa menikah beda agama salah? Menurut bapak salah tidak?”, “salah”, “mengapa salah?”. Saya lagi-lagi mengatakan “saya tidak mau jawab sebelum kamu netral dulu perasaannya”, “tidak mau, saya mau jawaban sekarang, karena perasaan saya tidak akan menguasai pendapat bapak terhadap saya. Saya akan menerima pendapat bapak meskipun perasaan saya seperti ini”. “Kalau begitu saya beri tahu, menikah beda agama itu bad idea, hidupmu akan rusak, akan sulit dan pernikahanmu akan buruk”. Saudara tahu dia jawab apa? “Tapi saya kenal orang yang menikah beda agama dan oke, berarti tidak apa-apa kan?”, lalu saya mengatakan ke dia “saya juga kenal orang yang merokok, usianya sampai 99 tahun, masih sehat. Ada satu orang merokok sampai umur 99 tahun masih sehat. Masih tiap pagi jalan-jalan, masih sehat, masih mampu mencangkul”, ini kakek dari teman saya waktu SMP. Sambil mencangkul sambil merokok, ngobrol sama saya “umurmu berapa?”, saya mengatakan “umur saya 14 tahun”, “umurmu 14 tahun, tebak umur saya? 99 Tahun, saya tua”. Bagaimana bisa orang merokok seperti ini? Bisa, tapi kalau Saudara cuma ambil satu sampel lalu ambil keputusan, bisa bahaya. Setelah ambil satu sampel, coba pergi ke jalan-jalan, ke tempat perawatan cancer, lalu lihat orang-orang di situ, ada orang kena cancer karena merokok, umurnya 49 tahun. 49 Tahun sudah kena cancer, sudah mau mati karena merokok. Kalau ada contoh yang bagus, tapi Saudara tidak bisa ambil kesimpulan statistik kalau sampelnya tidak adil. Jadi setelah ambil sampel yang menguntungkan kamu, coba ambil sampel yang buruk. Sudah ketemu orang yang beda agama nikahnya baik-baik, sekarang cari yang buruk. Mengapa mesti cari yang buruk? Supaya keputusanmu adil. Lalu dia minta landasan teologis, “sudahlah pak, kalau misalnya cari data sulit, berikan landasan teologis bahwa kita tidak boleh nikah dengan yang beda agama”, saya jawab lagi “saya tidak akan jawab sekarang, karena perasaanmu masih begini, apapun yang saya katakan pasti kamu tidak terima”, “tidak, saya akan terima”. Saya berikan ayat dari Surat Paulus, “janganlah engkau menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang yang tidak percaya”, dia tanya balik “konteks apa ini?”, ini susah. Jadi Saudara kalau punya cinta, sudah diberikan, sulit untuk melupakan, tapi cinta kasih memang dorongan yang sangat besar. Dan Saudara mesti tahu cinta kasih bukan salah karena dorongan yang besar, cinta kasih salah karena salah arah. Apakah salah setelah saya mencintai ada dorongan besar untuk memiliki yang saya cintai? Tidak salah, tapi arah cinta kasih itu yang salah. Karena cinta kasih memang akan punya dorongan besar untuk kita mengejar. Maka cinta kasih tidak salah karena dorongan besarnya, cinta kasih salah karena adanya arah yang salah, ini yang kita harus pahami. Tuhan mencintai kita dan dorongan Dia untuk memiliki kita begitu besar. Maka gambaran yang sering diberikan adalah gambaran sang pengantin pria yang menanti pengantin wanita. Siapa pengantin wanitanya? Di dalam Efesus dikatakan Sang Bapa sudah menetapkan sang pengantin wanita ini sejak kekekalan untuk menjadi yang dipulihkan dan disatukan dengan Sang Pengantin Pria yaitu Kristus. Meskipun gambaran pernikahan tidak terlalu clear di sini, tapi gambaran pengharapan, cinta kasih, relasi, dan kemudian perjanjian yang diberikan antara jemaat dan Kristus, sangat cocok untuk disandingkan dengan konsep pernikahan. Maka ini seperti seorang yang mengatakan “saya sudah siapkan pasangan untuk anakku. Dan anakku akan menjadi kepala, menjadi suami yang mencintai dia. Siapa yang disiapkan? Gereja. Gereja itu bagaimana bisa dimengerti? Gereja ada dari kekekalan sudah ada di dalam rencana Tuhan. Tuhan sudah siapkan kita untuk menjadi kekasihNya Kristus. Tuhan menyiapkan kita untuk yang menjadi penampung dan penerima cinta kasih Tuhan Yesus yang begitu besar. Saudara dan saya didesain untuk itu, itulah gereja, gereja adalah pengantin Kristus. Maka Tuhan sedang membuat gerejaNya menjadi pasangan yang layak untuk Sang Anak. Dan Tuhan sedang membuat Sang Anak menjadi suami yang benar-benar jadi suami yang baik bagi gerejaNya. Bagaimana gereja Tuhan bisa dimunculkan? Pertama adalah Tuhan memilih. Saudara dan saya tidak menjadi Kristen karena Saudara dan saya melakukan keputusan benar di dalam hidup. Tapi Saudara dan saya menjadi Kristen karena sebelum dunia dijadikan, Tuhan sudah pilih kita dulu. Tuhan mengatakan “Aku mencintai engkau, bahkan cintaKu melampaui apa yang Aku jadikan di dalam dunia”. Ini merupakan sesuatu yang menakjubkan sekali, Tuhan mencintai kita dan Dia tahu benar apa yang mungkin Dia munculkan di dalam diri kita karena cinta kasihNya. Agustinus mengatakan manusia mengerjakan sesuatu dan setelah muncul dia cinta hal itu. Tapi Tuhan mencintai dulu baru Dia mengerjakan sesuatu. Ini kalimat Agustinus yang dikutip oleh Martin Luther di dalam Heidelberg Disputation. Di dalam Heidelberg Disputation, Martin Luther mengatakan manusia mencintai apa yang baik. Saudara melihat foto orang yang tampan atau orang yang cantik, Saudara mengatakan “orang ini menarik hatiku”, mengapa bisa menarik hati? Karena ada hal baik, hal bagus ada pada orang itu. Tapi Saudara tidak mungkin mencintai yang buruk. Tidak ada Pemuda, kalau saya tanya “pilih perempuan seperti apa?”, “saya mau menyangkal diri dan pikul salib, saya mau cari perempuan jelek, kasar, jahat, psikopat, kuat, suka memukul, ini perempuan ideal bagi saya”, tidak ada. Mau cari perempuan yang bagus, mau cari yang cantik, yang jelek pun punya iman mau dapat yang cantik, ini kelimpahan anak muda, imannya kuat menyala-nyala. “Kamu mau pacaran sama siapa?”, “sama dia”, “yakin?”, “memangnya kenapa?”, “seperti langit dan bumi”, ini orang muda, kita hargai spiritnya, pokoknya maju terus. Orang-orang muda mau pasangan yang baik, pasangan yang cantik, karena dia akan mencintai pasangan yang cantik, yang baik, yang ideal menurut pendapat dia. Tapi Tuhan tidak begitu, Tuhan mencintai dulu baru menjadikan hal yang baik. Tuhan cinta kita bukan karena kita baik, tapi karena Tuhan cinta kita maka kita dijadikan baik. Maka hal pertama yang Tuhan kerjakan adalah Tuhan akan memilih gerejanya gerejaNya, akan menjadi pasanganNya Kristus, inilah yang akan Tuhan berikan kepada Sang Anak yaitu kita. Kapan kita dipilih? Sebelum dunia dijadikan. Cinta Tuhan mencintai kita, cinta Tuhan diberikan kepada kita lebih utama diberikan daripada Tuhan mencintai alam semesta ini. Itu sebabnya ada orang mengatakan “apa gunanya seluruh dunia kamu dapat tapi nyawamu hilang. Kamu lebih berharga dari seluruh dunia”. Tuhan mencintai manusia lebih daripada Dia mencintai alam semesta.