Bagaimana cinta kepada Tuhan diekspresikan? Banyak orang sulit mengerti bagaimana mencintai Tuhan, sehingga mengungkapkan cinta kepada Tuhan hanya sekedar perasaan belaka, “aku punya perasaan cinta sama Tuhan”. Saya pernah baca buku yang saya tidak akan rekomendasikan ke siapapun, tapi saya terlanjur baca. Waktu itu saya baca senang sekali, yaitu bagaimana murid-murid Yesus mencintai Tuhan. Buku itu memberikan pengajaran yang sempat saya anut selama berminggu-minggu sampai saya kelelahan sendiri. Di dalam buku itu dikatakan untuk engkau mencintai Tuhan, engkau harus punya perasaan hati yang lebih berbunga-bunga kepada Tuhan daripada kepada pacar, itu kata buku itu secara kesimpulan. Jadi perasaan berbunga-bunga, saya bingung berbunga-bunga itu apa? Tapi Tuhan ditemui di mana? Saya tidak mengerti bagaimana mencintai Tuhan. Tapi saya belum pernah bertemu Tuhan, saya belum pernah melihat wajahNya. Kalau saya mau membayangkan Tuhan, membayangkan siapa? Bayangkan Kristus Pribadi Kedua yang berinkarnasi? Wajah Kristus seperti apapun saya tidak tahu. Bahkan di dalam Kitab Suci murid-murid pun tidak tahu wajah Yesus waktu Yesus bangkit. Setelah Yesus bangkit, Maria Magdalena bertemu Yesus, dia mengatakan “tuan tukang taman, di mana Guruku engkau baringkan?”. Lalu Yesus berfirman, baru Maria menyadari ini Yesus. Jadi Alkitab, terutama Injil Yohanes memberikan tekanan Yesus dikenal oleh FirmanNya, bukan oleh wajahNya. Dan ini berguna bagi gereja, gereja tidak tahu wajah Kristus, tapi gereja tahu Firman Kristus. Gereja tidak pernah lihat wajah Yesus, tapi gereja tahu penderitaan Kristus. Maka ketika murid-murid lihat Yesus di ruang terkunci, mereka lihat Yesus tampil ada di tengah-tengah mereka, tapi Tuhan Yesus menunjukkan bekas luka. Maka gereja mula-mula diberikan pengajaran “Yesus Kristus Juruselamatmu dikenal oleh karena FirmanNya dan dikenal oleh karena penderitaanNya”. Maka saya tidak mengerti bagaimana mencintai Tuhan jika mencintai Tuhan adalah syarat paling utama, bagaimana aku bisa mencintai Tuhan? Lalu kemudian ketika saya makin bertumbuh, makin dewasa secara rohani dan akhirnya benar-benar bertobat dan mempelajari teologi, baru saya mengerti Tuhan itu dikenal dengan banyak cara. Dan begitu banyak cara ini menuntut Saudara berespons dengan beragam. Jadi mencintai Tuhan akan diekspresikan dengan beragam cara. Dan waktu Saudara mengekspresikan beragam cara, Saudara akan menikmati hidup yang berkelimpahan. Mengapa hidup berkelimpahan? Karena ketika Saudara mampu bertindak dengan kasih, mampu mengekspresikan kasih lewat tindakan, pada waktu itu Saudara akan mengalami kelimpahan yang besar. Ini prinsip yang penting untuk kita nikmati.  Demikian ketika orang mengekspresikan cinta kasih, sebenarnya makin dia menyatakan kasih makin dia berlimpah hidupnya. Lalu bagaimana menyatakan kasih kepada Allah? Baru saya sadar bahwa kasih kepada Allah selalu punya konteks besar dan konteks spesifik. Selalu punya satu wilayah besar dan beragam aspek spesifik. Apa wilayah besar untuk jadi konteks cinta kasih Tuhan? Kita bisa lihat salah satunya di dalam Surat Efesus, konteks kita mencintai Tuhan adalah dengan kita merenungkan dulu siapa kita di hadapan Tuhan dan berapa besar kesenangan Tuhan kepada kita, ini yang perlu kita tahu dulu. Maka mencintai Tuhan tidak mungkin dilakukan kecuali kita sadar bahwa Tuhan lebih dulu mencintai kita. Menyadari bahwa Dia mencintai kita ini sangat penting. Dan Tuhan disadari cinta kasihNya bukan lewat yang lain selain firman. Maka Saudara tidak bisa merasa dicintai oleh Tuhan jika bukan dari firman Tuhan. Mari belajar punya satu sumber untuk mendapatkan Tuhan, bukan lewat pengalaman, bukan lewat apa yang saya alami dalam hidup. Orang yang dapat banyak berkat mungkin merasa “aku bisa mencintai Tuhan”. Mengapa engkau bisa mencintai Tuhan? “Karena hidupku bahagia, karena uangnya mendadak diberi Tuhan banyak. Saya tidak perlu mengalami kesulitan keuangan karena Tuhan beri keuangan yang banyak. Tuhan juga memberikan pasangan yang baik, Tuhan memberi anak-anak yang baik. How I love Jesus, aku mencintai Tuhan karena Tuhan baik kepada saya”. Tapi bukan ini konteks utama kita untuk menikmati cinta Tuhan, karena ketika konteks ini kita jadikan konteks utama untuk mencintai Tuhan, maka kita akan selalu mengalami kesulitan memahami kitab seperti Ayub. Mengapa orang yang Tuhan cintai dan yang belajar mencintai Tuhan, mengalami penderitaan sedemikian besar? Ini menjadi pertanyaan yang membingungkan “Tuhan, apakah Engkau mencintai aku? Jika iya, mengapa aku menderita? Mengapa aku tidak bahagia seperti orang lain?”, dan ini pertanyaan yang wajar untuk ditanyakan oleh orang-orang yang menjadi umat Tuhan, Ayub menanyakan itu. Mazmur 88 menyatakan demikian, Kitab Pengkhotbah menanyakan demikian juga, “Tuhan, jika hidup di dunia seperti kefanaan dan kesia-siaan, bagaimana aku dapat mengerti bahwa Engkau mencintai aku? Jika kehidupan di dunia penuh dengan kesulitan, pergumulan, pertentangan, bahaya, bahkan kematian, bagaimana aku dapat mengerti cinta kasihMu?”.

                Apa konteks utama, wadah utama untuk kita mengerti cinta kasih Tuhan? Apa hal paling utama? Maka kalau pengalaman kita, kita jadikan hal paling utama, sulit bagi kita untuk menikmati cinta Tuhan. Lalu apa kalau begitu? Saudara tidak bisa mencintai Tuhan kecuali Saudara mendapatkan ekspresi dari Tuhan lewat firmanNya. Ketika kita mulai mempelajari cinta kasih Tuhan yang Tuhan nyatakan, baru kita sadar Tuhan menempatkan kisahNya di dalam Kitab Suci dengan cara berlimpah sehingga kita bisa soroti begitu banyak perspektif di mana Tuhan sedang mengatakan “Aku mengasihimu”. Ini yang menyenangkan dari membaca Kitab Suci, Saudara dapat mendapatkan pesan “Aku mengasihimu” berkali-kali dalam Kitab Suci. Ketika Saudara membaca Kitab Kejadian, ketika Adam dipanggil oleh Tuhan dalam keadaan dia sudah jatuh dalam dosa, Tuhan mengatakan kepada Adam “Aku mau engkau tetap beranak cucu dan memenuhi bumi. Tapi kerja kerasmu akan Aku buat sangat berat. Dengan berpeluh engkau mencari makanan sampai engkau kembali menjadi debu. Jadi Tuhan memberikan penghukuman, tapi Tuhan juga memberikan anugerah bagi Adam. Lalu Tuhan memberikan pakaian dari kulit binatang untuk Adam kenakan, ini menjadi simbol cinta kasih Tuhan yang bersifat imamat. Ini bersifat imam, Tuhan memberikan korban supaya Adam dapat memperoleh pakaian. Ini merupakan pola atau tema yang penting di dalam Kitab Perjanjian Lama yaitu pola imam dan korban. Pola imam dan korban berkali-kali berulang, “siapa dapat menyelamatkan aku?”, korban yang dapat menyelamatkan. Mengapa korban bisa menyelamatkan? Karena korban menunjukkan kerelaan untuk keadaan sulit diriku, ditampung dan diambil oleh pihak yang lain. Saya seharusnya mati tapi ada pihak yang lain yang menanggung kematian itu. Dan Tuhan seperti memberikan perbandingan antara binatang yang harus kehilangan kulitnya dengan Adam, mana yang Tuhan cintai lebih? Tentu Tuhan mencintai Adam. Apakah Tuhan tidak mencintai binatang yang kulitnya dijadikan pakaian Adam? Tentu Tuhan mencintai ciptaanNya, tapi cinta yang Tuhan berikan kepada Adam menjadi cinta yang jauh lebih besar daripada cinta yang Tuhan berikan kepada binatang yang menjadi korban. Lalu kita mendapatkan pelajaran dari sini “Tuhan mencintai aku, bagaimana Dia mencintai aku?”, Dia mencintai kita dengan Dia bekerja menutupi kesalahan kuta. Dia bekerja untuk membuat diri kita jadi baik dengan cara menutupi pelanggaran kita. Ini kalimat yang sangat penting untuk kita perhatikan. Bagaimana tahu kalau Tuhan mencintai kita? Karena Dia menutupi segala pelanggaran kita. Dia menganggap pelanggaran kita sebagai bagian yang di luar dari kita. “Kamu pernah berdosa, sekarang Aku mau ampuni dosamu. Aku tutup dosamu, Aku tidak anggap itu menjadi bagian dari dirimu lagi”, inilah hal pertama yang harus kita pahami ketika baca Kitab Suci. Tuhan mencintai kita dengan cinta kasih yang begitu besar sehingga Dia siap menutup celah kita, Dia siap menutup dosa kita, Dia siap menutup kecemaran kita. Di dalam Kitab Suci ada pasal tentang kasih yaitu 1 Korintus 13. Di dalam 1 Korintus 13 Paulus mengatakan banyak pengertian tentang kasih “kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu dan tidak sombong, ia tidak memegahkan diri”, dan selanjutnya. Lalu ada bagian yang mengatakan “ia menutupi segala sesuatu”. Apa maksudnya menutupi segala sesuatu? Apakah ini maksudnya kasih meng-cover segala sesuatu? Saudara kalau baca 1 Korintus 13, lihat konteks Jemaat Korintus untuk mengerti bagian-bagiannya. Di dalam Jemaat Korintus ada kata-kata jahat yang diucapkan orang-orang terhadap orang lain, termasuk terhadap Paulus. Paulus rasa apa artinya dibicarakan secara jelek di mana-mana. Ada orang mengatakan “Paulus itu bukan rasul sejati. Dia tidak pernah lihat Yesus sebelum Dia bangkit, jadi dia bukan rasul sejati. Coba tanya, dia kenal Petrus dari kapan? Dia kenal Yohanes dari kapan? Dia orang baru. Bagaimana bisa orang baru sudah dilantik?”. Ini mungkin yang dialami oleh orang-orang Korintus. “Paulus itu orang baru, jadi lebih baik kamu dengar orang-orang lain yang lebih lama jadi rasul daripada dia”. Lalu untuk meyakinkan orang mulai ada kata-kata jahat dikatakan “lagi pula Paulus itu punya penyimpangan secara doktrin. Karena dia mulai kehilangan kesetiaan kepada tradisi Judaism. Masa orang Yahudi tidak Yahudi? Itu Paulus”. Tapi Paulus menantang mereka “coba buktikan aku tidak Yahudi dalam hal apa?”. Paulus pernah dengan sangat marah mengatakan “jika mereka mengatakan mereka Yahudi, aku juga”, ini di dalam Galatia, “jika mereka bermegah mereka Yahudi, saya lebih lagi. Kalau mereka mengatakan: saya mentaati Taurat, aku lebih lagi. Aku menjalankan Taurat lebih ketat dari mereka, lewat mazhab yang paling keras di dalam tradisi orang Farisi”. Jadi Paulus mengatakan “saya tidak seperti yang dituduhkan”. Paulus mengerti rasanya dijelekkan oleh orang tanpa dia bisa hadir untuk membela diri. Saya kadang-kadang sedih lihat gereja Tuhan, gereja Tuhan punya gaya seperti itu, bicara tentang keburukan orang tanpa mengizinkan orang itu menjelaskan posisi dia. Saya tidak mengatakan Saudara tidak boleh melaporkan kalau terjadi pelanggaran atau kesalahan, gereja juga harus menjadi organisme yang memperbaiki kesalahan. Kalau ada yang salah, saya mesti memberi tahu. Tetapi perbaiki motivasi hati, “mengapa saya harus bicara tentang seseorang kepada pimpinan? Supaya orang itu dihantam oleh pemimpin atau karena saya mempunyai perasaan dengki atau apa?”. Maka gereja penuh dengan orang-orang yang jelekkan orang lain tanpa ada fakta yang mendukung. Dan Paulus mengatakan itu bukan tindakan kasih. Kasih itu seperti apa? Kasih menutupi segala sesuatu, kasih melihat keburukan orang dan menyadari masih ada kemungkinan orang ini diperbaiki oleh anugerah Tuhan, sebab inilah yang Tuhan perlakukan kepada kita. Waktu Tuhan melihat kita, Dia lihat segala boroknya kita, lihat segala bobroknya kita, lihat segala kekacauan kita, tapi Dia mengatakan “Aku mencintai kamu sejak dunia belum dijadikan”. Maksudnya apa? Maksudnya cinta kasih Tuhan lebih besar dari dosa kita, cinta kasih Tuhan lebih besar dari cemar kita, cinta kasih Tuhan lebih besar dari perlawanan kita. Kita melawan Tuhan, kita cemar, kita hidup mengabaikan Tuhan, kita hina dan jahat. Tapi Tuhan mengatakan “Aku mencintai engkau di dalam konteks yang lebih besar daripada dosamu. Kamu pernah berdosa”, “iya Tuhan, saya pernah berdosa. Berkali-kali dalam hidupku”, “Aku beritahu satu hal, Aku sudah mencintai engkau bahkan sebelum engkau ada, sebelum engkau hidup”. Jadi Tuhan mencintai aku dengan mencintai yang lebih besar dari hidupku? Iya karena Dia sudah cinta kita sebelum kita ada. Cinta Tuhan tidak didasarkan pada kita, ini perbedaan Tuhan dan kita. Saya kalau belum kenal orang, tidak bisa cinta, makanya ada pepatah tak kenal maka tak sayang. Pepatah ini sering dikritik, “salah pak, tak kenal justru bisa sayang, semakin kenal makin benci’. “Ternyata seperti ini orangnya, kalau tahu begitu tidak perlu berelasi dengan dia”. Jadi tak kenal maka tak sayang, tapi ada pepatah lain, kenal maka tak sayang.  Jadi kita kenal, baru kita sayang, kita punya relasi baru kita merasa dekat. Tapi ini terjadi karena kita begitu terbatas, saya tidak bisa punya relasi sebelum saya kenal seseorang. Namun Tuhan lain dengan kita, Tuhan punya relasi dengan kita bukan karena Dia kenal kita, tapi karena Dia merencanakan untuk menciptakan kita. Rencana Tuhan menciptakan kita, dibarengi dengan kasihNya. Kalau ditanya mengapa Tuhan menjadikan kita? Karena kasih. Mengapa Tuhan memilih kita? Karena kasih. Kapan Dia mengasihi kita? Sejak sebelum dunia dijadikan. Maka inilah gambaran yang sangat penting, bagaimana aku mengenal cinta kasih Tuhan? Dengan menyadari bahwa Dia memutuskan untuk menutupi celah dan cemar saya, karena Dia memilih untuk melihat saya dari rancangan kekalNya. Bukan dari kejatuhan demi kejatuhan yang kita alami di dalam sejarah kita ada. Saudara dan saya sering jatuh dalam dosa di dalam hidup, namun Tuhan beranugerah menopang, Tuhan beranugerah mengampuni. Karena Dia memutuskan untuk melihat kita di dalam konteks yang lebih besar yaitu di dalam konteks kekekalan. Di dalam kekekalan engkau didesain untuk menerima cinta kasih Tuhan. Maka desain ini tidak akan berubah di dalam sejarah. Ini hal pertama yang kita bisa lihat.

« 2 of 5 »