(Keluaran 20: 8-11, Ulangan 5: 12-15, Yesaya 66: 22-24)
Saya akan membahas dalam 3 bagian mengenai Sabat. Sabat yang sejati tidak berkait hanya dengan hari yang kita temui dalam hidup kita, tapi sebagai suatu hari yang adalah milik Tuhan. Saudara kalau mengenal hariNya Tuhan, hariNya Tuhan itu bukan Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat. Memang benar semua hari adalah milik Tuhan, tapi kalau Alkitab menekankan hariNya Tuhan, ini pasti beda dengan hari yang lain. Kita adalah umat milik Tuhan, apakah manusia lain bukan milik Tuhan? Semua juga milik Tuhan. Tapi ketika dikatakan secara spesifik “engkau milikKu” ada sesuatu yang lebih. Jadi kalau dikatakan hari Tuhan itu hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, semua hari Tuhan, hari libur hari Tuhan, hari Idul Fitri pun hari Tuhan. Saudara kalau mengenal dengan cara seperti itu, berarti Saudara gagal mengerti kalau hari Tuhan yang spesial yang mana? Hari Tuhan yang spesial bukan hari di sini, tetapi hari dimana Dia pulihkan segala sesuatu yang ada di bumi. Maka Hari Sabat yang sejati bukan hari ketujuh di dalam minggu, tetapi hari dimana kita akan berhenti dan akan mengalami rest bersama Tuhan di dalam langit dan bumi baru. Inilah harapan kita, Saudara mengharapkan sesuatu di bumi, semua nanti akan diperbarui. Tapi kalau Saudara bukan termasuk golongan yang diperbarui, Saudara tidak akan menikmati yang diperbarui. Bumi diperbarui, tetapi akan diberikan kepada orang yang lembut hatinya, kepada orang yang setia kepada Tuhan, kepada orang yang lapar dan haus akan kebenaran, kepada orang yang imannya teruji di dalam Tuhan, inilah untuk siapa bumi baru itu diberikan. Jadi jangan mengharapkan bumi baru kalau tidak mengharapkan Sabat ini bersama dengan Tuhan. Itu sebabnya Tuhan menetapkan Sabat sebagai tujuan akhir. Kalau Saudara baca Alkitab dari Kejadian 1 pun sudah diceritakan Tuhan mencipta, memulai segala sesuatu. Pasal 2 langsung bahas tujuan akhirnya. Tuhan melihat itu baik, Tuhan memberkati hari ketujuh. Dan tidak ada kata-kata “jadilah petang, jadilah pagi”. Hari pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, dan keenam “jadilah petang, jadilah pagi”. Hari ketujuh tidak ada kata “jadilah petang, jadilah pagi”. Inilah hari tujuan seluruh sejarah. Jadi kalau Saudara berdiskusi dengan orang yang belajar sejarah, mereka biasanya terbagi 2 golongan. Pertama, golongan yang menyelidiki apa yang membentuk sejarah. Kedua adalah golongan yang percaya sejarah ini punya arah. Ahli sejarah yang baru atau yang populer sekarang sangat menolak kalau sejarah ini punya arah. Mereka lebih suka melihat apa yang mempengaruhi zaman dari pada zaman itu mau bergerak ke mana. Tetapi Alkitab mengatakan zaman sedang bergerak ke satu arah. Arah ini adalah arah yang akan di tuju bersama dengan Tuhan. Dan dalam Yesaya 66 tadi kita sudah baca, dikatakan yang punya iman kepada Tuhan menuju ke tempat yang sama dengan Tuhan. Yang tidak akan menuju tempat yang di mana apinya tidak akan pernah padam, ulat akan memakan daging-daging kita, ini pembahasan tentang neraka. Jadi tujuannya siapa yang bersama dengan Tuhan akan mengalami rest, beristirahat bersama Tuhan. Kita sudah membahas secara luas, sekarang kita lihat kalau begitu apakah aplikasinya di dalam hidup kita, apakah kita tetap datang ke gereja? dan apa tujuannya Tuhan menyuruh kita untuk beribadah kepada Dia. Ini yang akan kita bahas.
Yang pertama kita lihat Keluaran 20: 8-11, bagian ini mengingatkan bahwa Tuhan berhenti bekerja pada hari ketujuh. Itu sebabnya Tuhan memberkati Hari Sabat dan menguduskannya. Lalu ayat 8 mengatakan “ingat dan kuduskanlah Hari Sabat”, berarti hal pertama yang Tuhan tuntut untuk kita mempersiapkan serangkaian sejarah sampai masuk di dalam Sabat adalah menguduskan Hari Sabat. Apa menguduskan Hari Sabat? Bagaimana kita tahu kita sudah menguduskan Hari Sabat atau belum? Bagian ini mengatakan jangan melakukan pekerjaan apa pun, kamu, atau istri, atau anak, atau hamba, bahkan hewanmu. Lalu orang berfokus pada perintah ini, orang berfokus jangan melakukan pekerjaan, itu sebabnya orang Yahudi mulai berdebat pekerjaan mana yang boleh, pekerjaan mana yang tidak boleh. Cuci baju pekerjaan yang boleh atau tidak? Maka mereka mulai rumuskan. Ada yang mengatakan pindah rumah itu pekerjaan yang tidak boleh. Angkat tilam itu pekerjaan yang tidak boleh, karena mengangkat tilam itu berarti anti istirahat. Tuhan Yesus sudah tahu ada perintah yang ditafsirkan seperti ini, maka orang lumpuh itu waktu disembuhkan, Dia mengatakan dengan spesifik “angkat tilammu dan berjalanlah”, Tuhan Yesus tahu kalau Hari Sabat tidak boleh angkat tilam. Jadi banyak hal dalam tafsiran Sabat, akhirnya hanya bolak-balik mana boleh, mana tidak. Saya mau setelah membahas ini kita tidak terjebak hanya di dalam mana boleh mana tidak saja, tetapi biarlah kita melihat lebih dalam apa yang Tuhan tuntut dari Hukum Taurat ini.
Martin Luther dalam menyelidiki Perjanjian Lama, dia menemukan suatu hal yang membuat saya kaget waktu baca, Martin Luther mengatakan waktu engkau mambaca Perjanjian Lama dalam terang salib maka engkau akan melihat tuntutan Perjanjian Lama adalah tuntutan kepada hati”. Ini yang membuat saya tertarik, selama ini yang mengatakan agama Kristen adalah agama hati, itu yang mengatakan adalah Johanes Calvin. Calvin mengatakan “Kristen adalah agama hati”. Tapi Luther sudah mengatakan “kalau engkau melihat Perjanjian Lama dalam terang salib engkau akan tahu bahwa untuk menaati Perjanjian Lama harus dilakukan dari hati”. Tidak bisa dilakukan secara lahiriah, tetapi hati tidak ikut. Lalu Saudara pun tidak bisa mempunyai hati tanpa mempunyai niat untuk kerjakan sesuatu. Orang legalis melakukan sesuatu tanpa ada hati untuk kerjakan, terpaksa mengerjakan. Ini bedanya antara agama legalis dengan agama hati. Agama hati yang keluar dengan tindakan yang nyata. Itu sebabnya ketika melihat Sabat, jangan membuat list mana yang boleh dan mana yang tidak, lalu dengan kaku mengikuti list itu dan menghakimi orang lain. Tuhan tidak untung apa-apa kalau Saudara kerjakan atau tidak. Tuhan juga tidak rugi kalau Saudara lupa kerjakan ini. Tapi Tuhan menuntut “engkau kuduskan Hari Sabat untuk kepentinganmu sendiri”.
Apa maksudnya menguduskan Hari Sabat? Saya membaca dari Hidelberg Catechism, Katekismus yang ditulis pada abad 16 oleh orang-orang Reformed di Hidelberg, dan di situ dikatakan bahwa Sabat harus dikuduskan dengan beberapa cara. Hal pertama dikatakan dalam pengakuan itu bahwa kita harus mendengar Firman pada Hari Sabat, ini cara menguduskan Hari Sabat. Sabat sejati harus diisi dengan dengar Firman. Kita Sabat adalah Hari Minggu bukan Sabtu, kita sudah bahas lalu karena hari tidak penting. Waktu orang Kristen beribadah pada Hari Sabtu bersama dengan orang Yahudi, orang Yahudi marah sekali karena bagi mereka ini adalah tindakan penyelundup untuk menarik jemaat-jemaat Yahudi menjadi Kristen. Akhirnya orang Kristen pindah Hari Minggu, sampai sekarang Sabatnya Kristen adalah Hari Minggu. Hari Minggu dipakai untuk pelayanan, menyelidiki Firman dan mempelajari teologi yang baik, semua hari dipergunakan sesuai dengan tempatnya. Jadi Hari Minggu, Sabat harus diisi dengan pertama mengenal Tuhan melalui FirmanNya. Inilah yang disebut menguduskan Hari Sabat. Saudara boleh belajar hari lain, silahkan, tapi ada hari khusus yang Saudara dedikasikan benar-benar mengenal Tuhan. Dan puji Tuhan di Indonesia pun Hari Minggu libur. Jadi Saudara dari sini tidak perlu dipusingkan untuk apa-apa, Saudara bisa dedikasikan diri untuk belajar. Tapi kalau ada di antara Saudara, Hari Minggu pun masih dikenakan kerja rodi, Saudara berdoa kepada Tuhan supaya diberi kekuatan untuk tetap ada Sabat yang bisa Saudra nikmati. Jadi hal pertama adalah belajar mengenal Firman, belajar mengenal Tuhan, Saudara dedikasikan hari dengan mengisinya untuk mengenal Firman. Ini hal yang pertama, menguduskan berarti mengisi dengan mengenal Tuhan. Dan bahkan di dalam katekismus itu dikatakan mengenalNya bukan sekedar mengenal, tetapi mendedikasikan seluruh hati dan pikiran untuk mengerti. Berarti bacaan yang rumit pun harus Saudara lakukan untuk mengenal Tuhan di dalam Hari Sabat.
Hal kedua, di dalam Katekismus Hidelberg dikatakan menguduskan Hari Sabat berarti adanya kehadiran di gereja yang kelihatan. Dalam konsep Calvin ada gereja yang tidak kelihatan, itulah gereja yang kudus dan am. Ada gereja yang kelihatan yaitu organisasi gereja yang ada di sini. Dan Calvin mengatakan menghargai yang tidak kelihatan tanpa memberikan perhatian kepada yang kelihatan itu bukan Kristen. Menghargai yang kelihatan tanpa memberikan penghargaan kepada yang tidak kelihatan, itu pun bukan Kristen. Orang Kristen adalah orang yang mengetahui ada gereja yang kudus dan am, dan ada gereja lokal. Gereja yang kudus dan am harus satu dan tidak boleh terpisah, gereja lokal boleh beda, boleh pakai lambang yang beda, golongan yang dijangkau juga beda. Itu sebabnya GRII kalau ditanya “apa yang menyatukan?” jawabannya adalah teologi. Kalau Saudara merasa yang diajarkan benar, maka Saudara akan menikmati pertumbuhan. Jadi Tuhan mengijinkan banyak beda, tapi ada hal yang sama. Hal yang sama adalah Firman harus menjadi fondasi, pengakuan iman yang diturunkan dari para rasul itu harus diterima. Lalu yang berikutnya adalah keteraturan dalam ibadah, itu difirmankan dalam Alkitab. Tetapi Saudara harus berkomitmen dalam satu gereja, ini yang dimaksudkan dalam Katekismus Hidelberg. Saudara menyatakan komitmen kepada gereja yang tidak kelihatan di dalam gereja yang kelihatan. Karena gereja yang tidak kelihatan itu tidak ada di sini. Orang Kristen mendedikasikan diri di dalam gereja karena tahu bahwa bagian dari gereja ini ada bagian dari seluruh gereja yang kudus dan am. Itu sebabnya Calvin ngotot gereja harus menjalankan baptisan dan perjamuan, karena baptisan membuat gereja ini menyatakan diri bagian dari gereja yang tidak kelihatan. Demikian juga perjamuan, dalam Perjamuan Kudus kita bersama-sama dengan orang yang percaya Kristus dari semua bangsa dan semua zaman dengan Kristus sendiri hadir di dalam iman untuk memimpin perjamuan ini, ini yang kita percayai di dalam perjamuan. Maka gereja lokal harus mengadakan Perjamuan Kudus dan baptisan menyatakan ini gereja lokal yang adalah bagian kecil dari gereja yang kudus dan am. GRII ini kecilnya bukan main dan nothing di dalam sejarah Kerajaan Allah yang begitu panjang dan besar, maka kita ini hanya satu bagian kecil yang menyatakan ini bagian yang penting tetapi jauh lebih penting adalah gereja yang kudus dan am yang menaungi seluruh orang percaya dari sepanjang zaman. Kalau Saudara merasa tahu ada gereja yang sama komitmen dengan Saudara, terjunkan diri Saudara di situ di hari Sabat, karena dikatakan bahwa menguduskan Hari Sabat adalah Saudara berbagian di dalam satu gereja yang kelihatan sebagai ekspresi iman Saudara yang sudah bergabung di dalam gereja yang tidak kelihatan.
Lalu Katekismus Hidelberg mengatakan hal yang ketiga, menguduskan Hari Sabat berarti berseru kepada Tuhan, berdoa kepada Tuhan, menyanyi kepada Tuhan, mendengar teguran Tuhan di dalam komunitas Kristen yang besar yang akan membesar dan akan memenuhi seluruh bumi. Saudara datang beribadah bukan sendirian, Saudara tidak bisa menjadi alone ranger, maka Saudara tidak bisa menjadi orang yang sendirian “aku dan Tuhanku” komunitas Saudara ada dimana? Komunitas gereja adalah komunitas yang melatih orang di dalamnya untuk belajar membuka diri terima orang baru. Jangan sedih kalau Tuhan tambahkan banyak orang baru. Ada yang merasa terganggu kalau ada orang baru, nanti kelompoknya yang sudah nyaman merasa terganggu. Gereja harus siap menampung semua karena pertumbuhan iman kita yang sejati ada kalau kita menguduskan Hari Sabat dan menguduskan Hari Sabat berarti berseru kepada nama Tuhan dalam komunitas orang percaya. Jadi Saudara tidak bisa mengatakan “saya sudah ke gereja dengan duduk di rumah, nonton VCD Pdt. Stephen Tong. Tapi ada satu persekutuan yang terus Tuhan akan tambahkan. Dalam Kisah Para Rasul dikatakan Tuhan terus menambahkan jiwa-jiwa kepada gereja. Di dalam Israel dikatakan ketika raja itu baik, Tuhan menambahkan banyak orang masuk di dalamnya. Waktu jumlah bertambah, lihat di kertasnya senang. Tapi begitu orang bertambah, Saudara harus siap membuka diri, menemukan orang baru lagi, berinteraksi dengan orang baru, menjangkau orang baru, berelasi dengan orang baru, ini yang Tuhan mau. Jadi Saudara nyaman dalam satu komunitas yang membesar, inilah kerohanian sejati. Tapi kalau Saudara nyaman dalam komunitas yang kaku dan berhenti sampai di situ, Saudara sulit bertumbuh secara rohani. Terkadang kita lebih mudah berkumpul dengan orang-orang yang kita sudah cocok, dan saya tidak salahkan ini. Jadi entah Saudara kurang atau Saudara lebih, Saudara perlu komunitas yang terus dikembangkan dan ditambahkan oleh Tuhan. Jadi mengududkan Sabat berarti siap menerima tambahan orang di dalam kehidupan Saudara di dalam komunitas gereja, karena gereja adalah komunitas yang terus berkembang dan ditambahkan oleh Tuhan.
Lalu Hidelberg mengatakan berikutnya Hari Sabat dikuduskan dengan cara Saudara sendiri menghindari perbuatan jahat. Maksudnya adalah Saudara absen dari pekerjaan jahat di hari-hari lain karena Saudara sudah dikuatkan di Hari Minggu. Maka waktu Hari Minggu mendengarkan khotbah, biarlah in menjadi kekuatan bagi Saudara untuk menjalankan Hari Senin sampai Sabtu. Saudara mengetahui ini yang Tuhan tuntut, maka saya mau absen melanggar Firman Tuhan, saya mau absen dari perbuatan jahat, inilah menguduskan Hari Sabat. Itu sebabnya kalau Saudara dengar Firman, Saudara harus doa supaya Firman ini bisa menjadi kekuatan yang menolong Saudara hari demi hari hidup dalam kesucian seperti yang Tuhan inginkan. Saya kalau mempersiapkan khotbah ada hal yang paling saya takutkan, saya berdoa “Tuhan, saya tidak tahu apa yang jemaatmu butuhkan, tetapi Engkau tahu, biarlah Roh KudusMu bekerja, saya tidak tahu caranya, tetapi biar mereka bisa tangkap sesuatu yang bisa mereka pegang sepanjang hari sampai mereka kembali diperbarui, disegarkan kembali di Hari Sabat yang berikut. Jadi Hari Sabat adalah seperti hari dimana kita dicharge untuk kembali mengerjakan pekerjaan bagi Tuhan. Tanpa ada hari seperti ini, bayangkan berapa lelahnya kerohanian Saudara. Kalau punya HP yang tidak pernah dicharge, kira-kira dia jadi apa? ya mati. Tanpa adanya Sabat, tanpa menguduskan Hari Sabat, Saudara akan overload, terus kerja terus peras diri, terus jalan, terus hidup, tapi tidak ada kesegaran baru yang menopang Saudara, ini sangat sulit. Itu sebabanya kuduskan Hari Sabat, berarti Sabat menjadi kekuatan bagi Saudara untuk boleh memiliki kekuatan menjalani hidup di hari-hari biasa. Ini yang pertama dari Kitab Keluaran.
Sekarang kita lihat secara singkat bagian kedua dari Ulangan 5. Di dalam Ulangan 5 dikatakan ingat Hari Sabat sebab engkau pun dulu adalah budak. Apa kaitan Hari Sabat dengan fakta bahwa Israel adalah budak? Kaitannya adalah Hari Sabat bukan hanya diberikan untuk dikuduskan sehingga orang punya relasi yang baik dengan Tuhan dan orang Kristen, tapi Hari Sabat juga diberikan supaya orang boleh berbelaskasihan dan memberikan istirahat kepada dirinya dan orang lain. Pada bagian ini dikatakan di dalam Hari Sabat jangan suruh pegawaimu kerja, jangan suruh istrimu kerja, jangan suruh sapimu kerja. Tetapi kalau kita lihat di sini apakah Alkitab sedang peduli sapi atau manusia? Di dalam Surat Paulus, Paulus mengatakan sapikah yang Tuhan pedulikan? Bukan, yang Tuhan pedulikan adalah manusia. Alkitab adalah buku tentang manusia bukan tentang sapi.
Di sini ada 2 hal yang kita bisa pelajari, hal pertama adalah Tuhan tidak mau kita menjadi penindas yang melupakan hak orang untuk menikmati pekerjaannya. Kalau pikir Alkitab hanya bicara tentang relasi kita dengan Tuhan, itu salah. Alkitab adalah buku sosial yang sangat penting. Orang kalau membaca tema-tema sosial, lalu melihat orang Kristen hidup, terkadang orang Kristen dianggap sebagai orang yang hanya ingat “aku dan Tuhan” tidak pernah peduli tema-tema sosial. Dan dalam banyak hal mungkin tuduhan ini benar, ada seorang bernama Walter Rauschenbusch, dia adalah seorang pendeta yang kantornya tepat berhadapan dengan orang-orang di pelabuhan. Dia terus lihat kuli-kuli pelabuhan itu yang kerja begitu berat, lalu dapat gaji begitu kecil, waktu mereka demo tidak ada yang perhatikan. Dia mulai pikir mengapa gereja Tuhan tidak memikirkan hal-hal ini? Mengapa gereja cuma pikirkan berdebat, memilih majelis, memilih hamba Tuhan, kemudian ajaran doktrin mana yang benar dan salah, mengapa tidak melihat tema-tema sosial ini? Kekristenan harus juga melihat tema ini tanpa mengabaikan yang lain, yang lain harus, yang ini pun tidak boleh diabaikan. Karena Alkitab berbicara tentang itu. Alkitab mengatakan Sabat adalah kesempatan kita belajar menghargai hak orang. Tadi saya mengkhotbahkan ini di kebaktian pertama, lalu ada orang yang bertanya “apakah maksudnya pembantu juga harus istirahat di Hari Minggu?”, saya bilang “harus istirahat tidak tentu Minggu, kecuali kalau diajak juga ke gereja, puji Tuhan kalau dia mau. Tapi kalau dia tidak mau, engkau harus perhatikan dia perlu juga untuk beristirahat” kalau Saudara terus peras orang tanpa peduli dia mau jadi apa, maka kita menjadi orang kejam yang perlu kembali belajar dari Sabat. Sabat adalah hari di mana engkau keluar dari Mesir, engkau dibebaskan dari Mesir maka ingatlah Hari Sabat. Berarti jangan paksa orang lain bekerja terus-terusan tanpa ada keseimbangan. Hal kedua, apa maksudnya sapi pun harus beristirahat? Orang yang mengandalkan pekerjaan dari Hari Senin sampai Sabtu harus beriman bahwa pekerjaan itu cukup untuk menghidupi tanpa harus menghabiskan seluruh hari untuk kerja. Kita perlu istirahat, Saudara perlu tenang, Saudara perlu relasi dengan Tuhan, Saudara perlu menikmati Tuhan di dalam Sabat. Kalau semua diisi dengan kegiatan yang akhirnya melelahkan maka Saudara akan kehilangan kekuatan untuk terus melayani Tuhan. Jadi Tuhan menciptakan, merancangkan sedemikian, 6 hari bekerja, hari ketujuh istirahat. Tadi saya sudah bahas, di Amerika 5 hari kerja 2 hari istirahat. Dulu di Prancis, seperti yang pernah diseminarkan oleh Pdt. Benyamin Intan, dikatakan orang Prancis dulu pernah jatuh dalam kesalahan, 9 hari kerja, hari ke-10 istirahat. Mereka mengatakan “bangsa-bangsa lain 6 hari kerja, hari ke-7 istirahat, kami mau lain, kami mau lebih produktif. 9 Hari kerja, hari ke-10 istirahat”. Ternyata setelah dihitung-hitung tidak lebih produktif tapi lebih turun, orang lebih capek, lebih bosan melihat pekerjaannya, akhirnya tidak bisa lebih produktif lagi. Tuhan sudah rancangkan, kita perlu istirahat, kita perlu ada momen dimana kita melupakan sementara apa yang kita harus kerjakan dan mengingat sementara apa yang Tuhan sudah anugerahkan di hari-hari itu, inilah Sabat. Jadi Saudara dilatih untuk beriman dan dilatih untuk benar-benar menganggap bahwa kekuatanku adalah ketika mengikuti pola 6 dan 1 yang Tuhan sudah tetapkan. Ketika orang Prancis mengubah menjadi 9 dan 1, orang Amerika mengubah menjadi 5 dan 2. Waktu jadi 9 dan 1, yang terjadi adalah kelelahan dan sangat tidak produktif. Waktu diubah menjadi 5 dan 2, akhirnya negara itu menjadi negara hedonis yang sangat suka mencari kesenangan. Maka Tuhan sudah tetapkan tidak perlu cari banyak kesenangan sampai 2 hari, akibatnya menjadi orang hedonis yang hanya cari hiburan. Jadi mengapa Tuhan berikan Sabat? Supaya engkau mempunyai 6 hari melakukan semua, hari ke-7 boleh istirahat. Saya tidak percaya kalau orang terus hantam dirinya, akhirnya dia lebih produktif. Pdt. Stephen Tong dianggap sebagai orang yang kerjanya mati-matian dan memang ada saat dia kerja mati-matian, tapi dia tahu kapan saat tentang, bisa menikmati Tuhan dan bisa me-refresh dirinya. Jadi ada hal di mana kita bisa menikmati Tuhan dan inilah yang memberikan kekuatan kepada kita. Mari ingat ini, Sabat diberikan untuk Saudara. Saya tidak minta untuk Saudara menjadikan ini legal hukum yang membuat kita menghakimi satu dengan yang lain. Saya persilahkan Saudara bergumul sendiri di hadapan Tuhan, saya tidak mau menjadi polisimu, saya mau Saudara bergumul dan menyadari Tuhan minta ini demi kebaikan Saudara. Saudara akan bertumbuh sehat secara rohani, mempunyai ketenangang kalau Saudara mengikuti pola yang Tuhan minta ini.
Terakhir, dalam Yesaya 66 mengenai bagaimana menjalankan Sabat. Yesaya 66 mengingatkan bahwa Sabat dijalankan dengan pengertian bahwa suatu saat nanti perbedaan antara orang percaya dengan tidak percaya itu akan menjadi nyata di hari Sabat. Dikatakan “seperti langit dan bumi baru itu tetap ada, demikian umat Tuhan tetap ada dan mereka yang melakukan kejahatan, mereka akan pergi ke tempat yang ulatnya tidak akan mati dan apinya tidak akan padam”. Di sini diberikan pengertian kepada kita bahwa Sabat adalah hari dimana yang jahat dan yang benar itu perbedaannya kelihatan sangat menonjol. Di dalam zaman akhir nanti, Sabat terakhir nanti dikatakan orang benar menikmati langit dan bumi baru, orang fasik menikmati ulat dan api yang tidak pernah padam. Zaman sekarang belum terjadi, kita masih hidup di dalam dunia yang sama, kita masih mendapatkan anugerah umum yang sama, kita masih mendapatkan pemeliharaan umum yang sama dari Tuhan. Tapi ketika memasuki Sabat, ini menjadi beda, orang Kristen yang mau masuk Sabat tidak mungkin keluar sampai tengah malam, yang masih keluar sampai tengah malam sebelum Sabat, bertobatlah. Sebelum masuk dalam ibadah, siapkan hati. Jadi sebelum Minggu, mempersiapkan diri, berdoa, dan mempersiapkan untuk masuk dalam kebaktian. Dan pada Hari minggu terlihat perbedaannya. Orang yang takut Tuhan akan pergi ke gereja, yang tidak takut akan Tuhan keluyuran kemana-mana. Jadi ada gambaran perbedaan itu mendekati Sabat sama seperti di akhir nanti Sabat yang sejati perbedaan itu menjadi menonjol. Jangan merasa berdosa kalau terhibur melihat alam yang indah, main sepak bola, memancing, liburan, tapi ini tidak boleh mengalahkan relasi Saudara yang Saudara nikmati bersama Tuhan. Itu sebabnya lebih kasihan orang yang tidak punya Sabat, lebih kasihan orang yang malam Minggu keluyuran lalu Minggunya tidur seharian, lebih kasihan orang yang Minggu mau liburan tapi tidak datang menghadap Tuhan. Sedangkan kita adalah orang-orang yang terus dipelihara kerohaniannya oleh Tuhan. Sekarang mungkin kita harus menyangkal diri dulu untuk datang beribadah. Tetapi Alkitab sudah mengatakan ketekunan beribadah tidak mnungkin tidak berfaedah, baik untuk hidup di sini maupun hidup yang akan datang. Kiranya Tuhan menguatkan kita kembali mengenai tema Sabat, kita sudah membahas 3 poin ini. Poin pertama tentang Katekismus Heidelberg berkaitan dengan menguduskan Hari Sabat. Poin kedua berkaitan dengan istirahat kita dan perhatian kita kepada orang lain untuk mereka boleh istirahat. Poin ketiga adalah perbedaan antara orang Kristen dan yang bukan Kristen dalam menantikan Sabat. Kiranya ini boleh terus menguatkan kita untuk hidup di dalam anugerah Tuhan.