(Keluaran 20: 12, Ulangan 6: 4-7)

Setelah membahas relasi manusia dengan Allah di dalam hukum pertama sampai ketiga, Hukum Taurat dalam 10 hukum membahas relasi dan pengharapannya di dalam Sabat. Masuk hukum yang ke-5, sekarang mulai mengatur relasi kita dengan sesama manusia. Tuhan mengatur manusia di dalam masyarakat sosial, manusia tidak pernah dimaksudkan untuk hidup sendiri, manusia tidak pernah dimaksudkan hanya untuk mementingkan diri, manusia tidak pernah dipanggil hanya untuk melihat kebutuhan diri. Tapi manusia dipanggil untuk melihat kebutuhan orang lain, saling menolong, saling mengutamakan yang lain dan saling memberikan dirinya untuk menjadi berkat bagi orang lain, ini yang Tuhan mau dari penciptaan manusia. Itu sebabnya Tuhan mengatakan “beranakcuculah, bertambahlah banyak dan penuhilah bumi”, ini adalah maksud Tuhan bahwa manusia tidak boleh hidup di dalam keadaan yang individualis. Jean Paul Sartre seorang pemikir dari Perancis, pernah menulis drama yang pendek tapi sangat bermakna. Judul drama ini adalah No Exit dan dalam drama ini ada 4 orang sedang duduk lalu mereka bingung “kami ada di mana? mengapa kami ada di sini?”. Lalu setelah mereka berkelahi, mereka sadar “memang ini neraka, karena kamu yang membuat ini neraka”. Jadi kesimpulan dari drama itu, neraka adalah orang lain, hell is other peoples. Mengapa ada neraka? Karena kamu membuat hidupku seperti neraka. Ini adalah pandangan dari Sarte yang mengamati manusia dengan manusia lain mau saling memanfaatkan.

Tapi di Filipi dikatakan “hendaklah kamu dalam hidupmu bersama meneladani Kristus dengan mengutamakan yang lain”. Bagaimana kita bisa mengutamakan yang lain? Caranya adalah dengan meneladani Allah. Mengapa dengan meneladani Allah, kita bisa mengutamakan yang lain? Karena Pribadi Allah pun saling mengutamakan yang lain di dalam TritunggalNya Allah. Ini konsep yang dalam sekali dan penting untuk orang Kristen ketahui. Allah kita adalah Allah Tritunggal dan setiap Pribadi dari Tritunggal memuliakan Pribadi yang lain. Allah Bapa meninggikan Allah Anak, Allah Anak memuliakan Allah Bapa, Allah Roh Kudus meninggikan Allah Anak. Jadi tidak ada satu pun dari Pribadi Allah Tritunggal yang berfokus pada diri. Maka undangan Allah yang mengatakan “hai manusia sembahlah Allah”. Waktu manusia datang dan menyembah Allah, lalu bertanya “bukankah Engkau Allah Tritunggal, mana yang harus kami sembah?”, Allah Bapa mengatakan “sembahlah AnakKu”, Allah Roh Kudus mengatakan “sembahlah Anak Allah”. Anak Allah setelah disembah, membawa semua tunduk kepada Allah Bapa. Seorang bernama Gregory dari Nisa, ini adalah satu dari tiga orang tokoh yang sangat penting dalam sejarah gereja. Dia mengatakan masing-masing Pribadi Tritunggal saling memuliakan satu dengan lain, masing-masing Pribadi Tritunggal saling memberikan ruang untuk yang lain dimuliakan oleh manusia. Allah Bapa yang sudah mulia menyatakan kepada Israel “lihat AnakKu, muliakanlah Dia”. Roh Kudus yang memenuhi orang-orang Kristen pada waktu gereja mula-mula mengatakan “tinggikanlah Kristus”. Alangkah indahnya kalau relasi antar pribadi kita mencerminkan relasi antar Pribadi Tritunggal. Saudara hidup di dunia yang penuh dengan orang-orang licik, Saudara pasti pusing hidup seperti itu. Tapi kalau Saudara hidup di dunia yang penuh dengan orang yang mengutamakan orang lain, ini namanya dunia yang sudah menjadi sorga. Itu sebabnya di dalam tuntutan Tuhan engkau harus mengenal Allah dan engkau harus mengutamakan yang lain. Inilah prinsip yang Tuhan mau di dalam masyarakat sosial. Tuhan memanggil manusia untuk hidup bersama, dan ketika hidup bersama, Tuhan mau manusia mengerjakan 2 hal paling penting.

Hal pertama adalah manusia hidup bersama sambil menguasai dunia dan segala yang ada di dalamnya. Tuhan memanggil manusia menjadi penguasa. Kata dari Bahasa Ibrani yang dipakai dalam Kitab Kejadian waktu menggambarkan perintah Tuhan kepada manusia “kuasai bumi dan taklukanlah itu” itu adalah kuasa mutlak. Tuhan memberikan kepada manusia kuasa yang benar-benar mutlak atas alam ini. Manusia bisa melakukan apa pun yang perlu untuk dia perbaiki alam, untuk dia koreksi alam berdasarkan apa yang dia mau. Ketika Tuhan menciptakan manusia, meletakan dia di bumi, Tuhan memberikan kemampuan lalu manusia mulai menata bumi sesuai dengan apa yang dia mau. Tapi dalam Kitab Kejadian ada satu hal yang sering kali kita lupakan yaitu ketika Tuhan mengatakan bahwa ini dunia yang Aku jadikan, Tuhan sengaja memakai kata-kata yang identik dengan kuasa jahat untuk mencerminkan ciptaan itu. Dikatakan sebelum Tuhan menata bumi ini kosong, kacau balau, penuh dengan kekosongan, kehampaan dan kekacau-balauan. Berarti ini adalah bahasa yang sebenarnya identik dengan kuasa jahat. Lalu ketika Tuhan menciptakan lautan dan binatang-binatang yang tinggal di laut, Alkitab mengatakan Tuhan pun menciptakan monster-monster laut yang besar. Apakah Tuhan yang menciptakan roh jahat? Tidak. Tuhan bukan sumber kejahatan, tapi Tuhan mau mengatakan bahwa di dalam ciptaan ini seluruhnya ditaklukan kepada manusia, termasuk kuasa jahat, manusia harus bisa taklukan. Jadi tugas manusia yang pertama adalah manusia mesti menaklukan alam, manusia harus menaklukan segala sesuatu termasuk kejahatan dan dosa. Hal kedua, Tuhan memberikan pohon pengetahuan yang baik dan jahat untuk dilarang dimakan, ini maksudnya adalah meskipun manusia menguasai segala sesuatu, dia harus tetap ingat bahwa dia mesti belajar tunduk kepada otoritas yang lebih tinggi. Jadi manusia hidup menaklukan semua, tapi dia sendiri menaklukan diri kepada Tuhan. Mari belajar seni hidup seperti ini, taklukan diri kepada Tuhan, tetapi menaklukan segala sesuatu kepada kita. Inilah kehebatan dan keagungan manusia, kalau dia bisa tahu siapa yang harus dia sembah dan apa yang harus dia injak. Saudara harus menginjak bumi, Saudara harus menginjak harta, menginjak ciptaan, Saudara harus menyembah Tuhan. Jangan dibalik, Saudara menyembah harta dan menginjak Tuhan inilah yang terjadi di dalam dosa. Tetapi manusia yang dipanggil, dipanggil untuk tunduk kepada Tuhan dan menundukkan yang lain kepada manusia. Alkitab mengatakan segala sesuatu sudah ditundukkan oleh manusia, semuanya bisa ditundukkan. Jadi manusia mempunyai kekuatan yang besar, karena manusia memang dipercayakan oleh Tuhan untuk menundukkan semua ke dalam dirinya. Manusia menundukkan alam, manusia juga harus menundukkan kejahatan. Itu sebabnya Tuhan mengijinkan ular masuk ke Taman Eden, ular ini harusnya diinjak kepalanya. Kalau kita memberi nasihat kepada Adam, “Adam coba dulu waktu ular masuk, kamu langsung membunuhnya” selesai. Ini yang Tuhan mau, manusia menaklukan kejahatan, manusia menaklukan dosa. Kita berjuang untuk melawan dosa, bukan ditaklukan. Saudara jangan begitu gampang menyerah dengan dosa, begitu ada dosa Saudara dengan lemah mengatakan “Tuhan, saya sudah kalah”. Tuhan tidak mau Saudara kalah terus, Tuhan mau Saudara belajar berjuang. Orang-orang penting di dalam sejarah, para penakluk di dalam sejarah, punya semangat “apa halangan di depan, saya akan lewati” ini akan membuat orang itu maju. Saudara berjuang melawan dosa, jangan gampang menyerah. Surat Ibrani mengatakan “apakah kamu melawan dosa sampai sudah cucurkan darah?”. Saudara berjuang sampai sekuat apa? Kalau baru kalah sedikit, Saudara mengatakan “ya, inilah kekuatanku”, Saudara tidak pernah bisa menang. Alkitab mengatakan “tunduklah kepada Allah, lawanlah iblis maka dia akan lari dari padamu” ini kalimat yang kuat sekali. Mari pegang kalimat ini “tunduk kepada Allah, lawan iblis, iblis lari”. Ini kalimat benar-benar mempermalukan setan, kalau Saudara bertemu setan kutip bagian itu. Mengapa Saudara tidak mau lawan iblis dan iblis tidak lari dari Saudara? Karena Saudara tidak mau tunduk kepada Tuhan, belajar tunduk kepada Tuhan. Tuhan mengatakan kenali Tuhan, sembah Dia, tunduk, hanya ada satu Allah, jangan sebut namaNya dengan sembarangan, engkau harus sujud hanya kepada Dia, kuduskanlah Hari Sabat, dan setelah itu terapkan dalam relasi antar manusia. Maka dalam relasi antar manusia, Tuhan memulai dengan mengatakan “anak-anak, hormati orang tua”.

Mengapa orang tua mempunyai peran paling besar kepada anak? karena dalam Ulangan 6 dikatakan “ajarkan tentang Allah kepada anak-anakmu”. Dan mengajar tentang Allah tidak cukup hanya dengan kata-kata, mengajar tentang Allah harus dengan keberadaan diri yang mencerminkan siapa Tuhan. Allah kita adalah Allah Tritunggal, berarti lebih dari 1 Pribadi, Bapa, Anak dan Roh Kudus. Tetapi hanya 1 Allah bukan 3 Allah, berarti ada 3 Pribadi menjadi 1. Lebih dari 1 tetapi adalah 1. Ini dicerminkan oleh pernikahan, orang tua ada ayah dan ibu, 2 pribadi sekarang menjadi 1. Orang tidak terhormat terus minta dihormati, Saudara akan bilang “hormat apanya?”. Inilah yang terjadi, maka orang tua pun harus lakukan hal yang sama, ini perintah untuk anak, tapi juga untuk orang tua. “Hai, orang tua jadilah orang terhormat, hai anak hormatilah orang tua”. Mengapa orang tua harus menjadi orang yang terhormat? karena mereka memiliki tugas yang sangat terhormat untuk menyatakan siapa Allah kepada anaknya. Bagaimana orang tua bisa menyatakan siapa Allah kepada anak? Dengan berkaca bagaimana Allah menyatakan Diri kepada yang dianggap anak. Siapa yang dianggap anak? Yang dianggap anak dalam Perjanjian Lama adalah Israel. Tuhan mengatakan dalam Kitab Keluaran “lepaskanlah anak sulungKu, kalau tidak Aku akan bunuh anak sulungmu. Anak sulungmu ganti anak sulungKu, yaitu Israel”. Berarti kita belajar bagaimana cara Tuhan memperlakukan Israel, menyatakan Diri kepada dia, ini menjadi contoh orang tua mendidik anak.

Apa yang Allah kerjakan? Yang pertama adalah Allah memberikan apa yang diperlukan oleh orang Israel. Dalam Kitab Keluaran dikatakan orang Israel diperbudak oleh Mesir lalu mereka mengeluh karena beratnya perbudakan. Tetapi mereka tidak pernah sedikit pun berseru kepada Tuhan, mereka merasa tidak perlu keluar dari Mesir. Mereka cuma tahu orang mesir jahat dan membuat mereka terbelenggu. Tetapi Tuhan mengatakan “Aku mendengar seruan mereka dan Aku merasakan belas kasihan kepada mereka”. Tuhan datang untuk memberikan apa yang diperlukan Israel, bukan apa yang diminta Israel, ini dua hal yang berbeda. Israel terkadang tidak tahu apa yang mereka minta, mereka belum tahu kebutuhan mereka, tapi Tuhan mengatakan “Aku berikan apa yang kamu perlu”. Ini pun harus dikerjakan oleh orang tua, orang tua harus tahu anak perlu apa lalu itu yang diberikan. Orang tua yang jelek itu adalah yang terus beri apa yang anak minta, dan anak yang jelek adalah anak yang senang kalau apa yang dia minta dituruti terus. Saudara merasa dikasihi, tapi sebenarnya Saudara tidak sedang dikasihi, Saudara sedang dijerumuskan. Doa kepada Tuhan, supaya Tuhan ampuni orang tuamu yang jelek. Semua yang diminta diberi, akhirnya Saudara mau jadi apa? Ini yang harus kita mengerti, Tuhan tidak beri Israel apa yang mereka minta. Tapi Tuhan mengatakan “suka tidak suka, kami ikut Aku”. Inilah hal yang penting, orang tua meneladani Tuhan, Tuhan adalah pemimpin, bukannya gampang diatur. Orang tua harus menunjukkan kepada anak “saya pemimpin kamu” suatu saat anak akan hargai. Tetapi Saudara menunjukkan kepemimpinan bukan pakai emosi. Saudara mencintai dan mempertahankan kebenaran, bukan mencintai dan mempertahankan emosi. Ada orang gampang sekali emosi tapi tidak mempertahankan kebenaran, waktu anaknya nakal langsung dipukul, tapi kalau masih teriak akhirnya diberikan apa yang anaknya minta, akhirnya Saudara tidak bisa menjadi orang yang berwibawa. Orang berwibawa itu tidak perlu terlalu banyak marah-marah, orang sudah dengar orang ini punya wibawa. Orang tua harus minta wibawa yang dari Tuhan.

Hal kedua, Tuhan memberikan kepada Israel visi arah ke depan dengan paksaan dulu setelah itu baru dengan kerelaan hati. Di dalam Kitab Yesaya dikatakan “Aku akan memberikan perjanjian baru dengan engkau hai umatKu Israel. Pada waktu itu tidak perlu ada yang mengajarkan kepada kamu siapa Tuhan” bisa juga diterjemahkan “pada waktu itu tidak perlu ada yang mengajar kamu untuk mengenal Tuhan. Kamu pada waktu itu tidak perlu dipaksa Tuhan karena kamu dengan rela mau kenal Tuhan” tapi sebelum kerelaan itu muncul, Tuhan akan paksa dulu. Maka Tuhan paksa dulu mereka sampai mereka mengenal siapa Tuhan, lalu mereka rela ikut Tuhan, pada waktu itu Tuhan akan memberikan kebebasan. Tapi Tuhan memberikan keketatan dalam peraturan, setelah itu semakin dibebaskan. Ini perlu bijaksana yang besar. Kapan saya perlu memberikan ketat peraturan yang sangat mendetail, kapan saya boleh membebaskan, ini sangat perlu bijaksana. Tapi Allah mengerjakan dengan cara seperti itu dan Allah selalu memberikan visi “engkau akan masuk Tanah Kanaan, engkau akan menerima tempat yang limpah dengan susu dan madu”. Alangkah indahnya kalau anak-anak pun dilatih oleh orang tuanya untuk mengenal Tuhan dan takut akan Tuhan dengan cara seperti ini. Dengan cara yang membuat seluruh hidupnya nanti akan didedikasikan untuk Tuhan, ini yang harus dikerjakan oleh orang tua. Orang tua yang baik, yang dihormati adalah orang tua yang men-sharing-kan pentingnya takut Tuhan, bukan terus-menerus paksa untuk takut Tuhan. Orang kalau pakai paksaan terus, akhirnya apa yang dipaksakan akan dibenci. Friedrich Nietzsche yang tadinya sekolah teologi akhirnya membenci Tuhan karena paksaan yang tidak jelas, orang paksa harus begini begitu. Maka dalam pengertian Allah memanggil Israel, Allah men-sharing-kan visi, “ini yang akan Aku kerjakan kepadamu, ini yang akan Aku berikan kepadamu di masa yang akan datang” maka Israel mengikuti Tuhan dengan setia, bagi orang-orang yang mau tunduk kepada Tuhan. Demikian juga dengan para orang tua, orang tua memberikan visi, membagikan kepada anak, mengapa mereka harus takut akan Tuhan. Dan ini hanya bisa terjadi kalau orang tua itu sendiri takut akan Tuhan. Orang tua takut akan Tuhan dengan contoh hidupnya akan membuat anak melihat lalu dia sendiri akan takut akan Tuhan.

Ada satu orang yang sangat menggerakkan, namanya Robert Morisson, dia pergi ke daerah Tiongkok, selama bertahun-tahun pelayanan kadang harus tidur di pinggir jalan. Dia peluk terus Alkitabnya, dia terjemahkan ke dalam bahasa Mandarin supaya orang di sana bisa baca. Dia membuat traktat-traktat dengan bahasa lokal supaya orang dengan dialek mereka, mereka bisa mengerti. Dan dia terus khotbah kepada mereka. Dengan badan yang makin lama makin sakit, dia pulang kembali ke Inggris, dia sharing “di sana ada daerah, orangnya banyak sekali, masih sedikit yang pergi, maukah kamu pergi?” pada saat itu langsung Hudson Taylor tergerak hatinya “saya harus pergi” karena dengar orang seperti ini. Orang yang takut akan Tuhan hidupnya sendiri sudah menjadi khotbah yang menggerakkan orang “takutlah engkau akan Tuhan”. Rajin beribadah kepada Tuhan, menggerakkan orang lain untuk rajin ibadah juga. Saudara rajin berdoa kepada Tuhan, menggerakkan orang lain untuk mau berdoa juga. Tuhan Yesus setelah berdoa begitu panjang, murid-muridNya mendekati Dia lalu bertanya “Tuhan, ajari kami bagaimana harus berdoa”. Ini murid-murid yang sudah belajar, SKSnya banyak, tetap minta hal paling dasar bagaimana berdoa, karena melihat indahnya persekutuan Kristus dengan BapaNya di dalam doa. Saudara kalau sudah melihat ini akan tergerak untuk melakukannya juga. Maka biarlah kita menjadi orang tua yang takut akan Tuhan, supaya nanti apa yang Tuhan mau kerjakan untuk anak Saudara boleh bertumbuh, boleh menjadi nyata. Biarlah orang tua yang takut akan Tuhan membentuk anak-anak yang takut akan Tuhan. Ini sebabnya keluarga harus dijaga menjadi keluarga yang takut akan Tuhan. Ini juga sebabnya setan akan menjadikan keluarga sasaran serangannya. Keluarga rusak maka generasi baru rusak. Generasi baru rusak, kemuliaan Tuhan gagal untuk dinyatakan. Ini jadi strateginya setan. Maka keluarga menjadi sasaran setan. Setan sangat efektif dan efisien kalau kerja. Manusia kadang suka memboroskan waktu, memboroskan energi, setan tidak. Dia akan mempertimbangkan kalau dia serang seperti ini akan berhasil atau tidak, dan yang menjadi sasaran serangan adalah keluarga. Begitu keluarga tidak takut akan Tuhan, rancangan yang terjadi adalah anak-anaknya kemungkinan besar juga tidak takut akan Tuhan. Ini yang iblis sedang kerjakan. Itu sebabnya Tuhan mencegah orang menyatu dengan orang tidak percaya. Saudara terus mengkompromikan iman demi suatu yang rasanya tidak bisa Saudara hindari, tapi Tuhan tuntut harus menang melawan dosa, harus menang atas apa yang Tuhan kehendaki. Banyak orang tua tidak pertahankan relasi yang baik karena lupa bahwa mereka dipanggil untuk menjadi contoh Allah bagi anak-anak. Betapa kasihannya generasi ini kalau orang tua tetap egois, tetap memikirkan kebahagiaan diri sendiri tanpa memikirkan apa yang menjadi kehendak Tuhan.

Biarlah kalau Saudara berelasi, cari orang yang takut akan Tuhan. Saudara lihat ada orang yang takut akan Tuhan, wajahnya tidak terlalu bagus, tapi jiwanya bagus, itu lebih baik. Alkitab mengatakan orang cantik tetapi yang karakternya jelek, itu seperti anting-anting yang menempel di babi. Jadi prinsipnya mengatakan jangan menjadi pasangan yang tidak seimbang, karena pasangan yang seimbang sangat diperlukan untuk anak takut akan Tuhan. Inilah prinsip ideal yang Tuhan mau, maka Tuhan perintahkan anak hormati orang tua supaya umurmu panjang. Sebab dengan bijaksana yang orang tua miliki, engkau akan dibimbing mengenal Tuhan, takut akan Tuhan, dan hidup lebih banyak menikmati berkat yang Tuhan sudah janjikan. Inilah yang menjadi hal yang Tuhan tuntut. Ini adalah hal yang ideal, pada faktanya tidak ada keluarga yang sangat ideal, kalau pun ada sangat sedikit. Keluarga yang indah dan harmonis itu sangat sulit ditemui sekarang. Dulu pun sangat sulit. Salah satu keluarga hamba Tuhan yang sangat harmonis adalah Jonathan Edwards dan Sarah. Kalau orang lihat kehidupan mereka, langsung ingin menikah, ini kesaksian dari George Whitefield. George Whitefield menginap di rumah mereka, lalu lihat bagaimana mereka berelasi, George Whitefield langsung mengatakan “tadinya saya pikir saya tidak perlu menikah saja, langsung memberitakan Injil ke mana-mana, tidak perlu ada istri, istri mengganggu, setelah melihat ini ternyata istri menyenangkan. Jadi setelah melihat keluarga bapak, saya ingin menikah”. Tapi kalau orang Kristen buka rumah tangganya lalu tunjukkan “inilah kami” jangan-jangan membuat orang mengatakan “saya mau masuk biara saja, kalau ternyata pernikahan seperti itu, saya tidak mau menikah”. Kita tanpa sadar sudah mempermalukan nama Tuhan, karena institusi keluarga yang sangat penting sudah rusak namanya karena kita tidak mempertahankannya. Tapi pada faktanya memang sulit. Mungkin Saudara punya orang tua pun banyak kelemahan, Saudara punya orang tua banyak cacat, atau Saudara punya orang tua belum sungguh-sungguh di dalam Tuhan. Maka bagaimana menghormati mereka? Saya percaya bahwa setiap hal yang ideal yang Tuhan nyatakan supaya kita berusaha mengejar sampai di situ. Supaya pada momen kita mengerti, kita berhenti melanjutkan tradisi yang rusak yang kita miliki sebelumnya. Kalau orang tua kita rusak, biarlah ini menjadi suatu hal yang menjadi dorongan bahwa “saya tidak boleh rusak seperti dia”. Saudara punya orang tua yang tidak takut akan Tuhan, ini menjadi janji dalam diri Saudara “saya sudah tahu beratnya hidup di bawah orang tua yang tidak takut akan Tuhan, saya berjanji kepada Tuhan, saya tidak ingin membuat anak saya merasakan apa yang saya rasakan” ini yang benar. Di dalam Kitab Mazmur, Musa mengatakan “ajari kami menghitung hari-hari kami sedemikan, supaya kami memperoleh hati yang bijaksana”. Menghitung hari sedemikian maksudnya hari yang penuh dosa yang sudah saya kerjakan, biarlah kita terus merasa berhutang karena dulu pernah salah. Saudara pernah menjadi orang tua yang jelek, hari ini berhenti lalu besok mengingat “dulu saya jelek, sekarang mau perbaiki sebaik mungkin”. Ini namanya bayar hutang, mari kita belajar seperti itu. Dan kalau Saudara menjadi anak yang punya orang tua yang jelek, Saudara ingat “saya harus menjadi orang tua yang baik, karena saya sudah punya pengertian dan kiranya Tuhan berikan pengertian itu kepada saya”. Dengan demikian ada keindahan dalam relasi antara anak dan orang tua. Itu sebabnya Tuhan menuntut setiap anak menghormati orang tua. Bagaimaan kalau orang tua kita tidak layak dihormati? Tuhan mengatakan “demi Tuhan hormatilah orang tua”. Di bagian lain dikatakan “demi Tuhan hormatilah pemerintah di atas”. Jadi kerjakan bukan demi orang tua, tapi demi Tuhan. Hormati orang tuamu berarti waktu anak, waktu kita kecil kita tunduk kepada mereka dan teladani mereka kalau mereka pantas diteladani. Tapi kalau tidak, Saudara minta kepada Tuhan untuk memberikan jalur langsung kepada Saudara.

Ketika orang tua memasuki masa tua, perkataan hormati orang tua termasuk di dalam persiapan merawat mereka. Tuhan Yesus mengatakan di dalam Perjanjian Baru “celaka kamu orang Farisi, karena kamu mengatakan kalau orang persembahan kepada Tuhan dia bebas persembahan untuk orang tua, yang penting beri semua untuk Tuhan, orang tua tidak perlu dipelihara. Dengan demikian kamu melanggar hukum kelima”. Hukum kelima mengatakan hormati orang tua bukan ketika mereka kuat, Saudara tunduk, tapi ketika mereka lemah, Saudara sekarang ganti menjadi pelindung mereka. Inilah keindahan hidup yang Tuhan mau. Waktu kita sudah lemah, kekuatan sudah tidak ada, sudah mulai capek, sudah mulai putih rambutnya, sudah mulai tidak kuat berdiri, ada anak yangberbakti mengatakan “saya topang kamu, saya akan berada di samping kamu” ini yang Tuhan mau di dalam menghormati. Biarlah kita menaati Firman Tuhan dengan melepaskan semua kepahitan yang pernah ada dan mengingat keindahan berkat Tuhan untuk kita salurkan. Saudara kalau diberikan kepercayaan oleh Tuhan untuk merawat orang tua, biarlah ini menjadi kekuatan. Orang tua yang belajar bermurah hati, suatu saat akan mendapatkan kemurahan, ini khotbah di bukit. Orang yang belajar kasihan kepada orang lain, suatu saat ketika Saudara perlu dikasihani, ada orang yang akan kasihan. Orang yang melihat orang tua yang sudah lemat tidak berdaya, mau tolong dia, suatu saat waktu Saudara ada pada keadaan seperti itu, Tuhan akan ingat dan Tuhan akan jaga, ini yang menjadi pengharapan kita. Maka hormati orang tua, jangan balas dendam sama mereka. Biarlah kita mengingat Firman Tuhan yang mengatakan hormati orang tua, hormati dari waktu muda ketika orang tua masih kuat, Saudara tunduk karena mereka dipakai Tuhan, lalu ketika mereka sudah tua, Saudara penuh belas kasihan menjaga mereka. Maka biarlah setiap anak ingat orang tuanya, kalau orang tuanya tidak layak didengar ketika Saudara muda, minta kepada Tuhan supaya Tuhan langsung menjadi guru Saudara. Saudara tidak boleh dengar orang tua yang tidak takut akan Tuhan, tetapi tidak boleh hilang hormat kepada mereka. Biar Tuhan yang langsung memberikan pengajaran baik melalui hamba Tuhan atau orang lain, tapi pada waktu orang itu sudah tua, sudah lemah, Saudara mengatakan “Tuhan minta saya menghormati kamu, saya menghormati engkau karena Tuhan, saya jalani ini karena Tuhan”. Kiranya Tuhan memberikan kekuatan kepada kita untuk menjalankan perintah Tuhan, hormati ayah ibu.