How big is your God?

(Lukas 1 : 26 – 38)
Kejadian 1:1-3 “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi”. Sejak awal Allah sudah menyatakan bahwa Dia adalah Allah yang berdaulat. Bagian awal Kejadian ini Allah menciptakan langit dan bumi dan kemudian dari situlah muncul segala macam makhluk, segala macam tumbuhan, tanaman, hewan dan apa pun yang ada di bumi, termasuk kita. Allah adalah Allah yang berdaulat yang mencakup semua hal, kepemilikanNya, cara Dia mengaturnya adalah suatu cara yang secara prerogatif dimiliki oleh Allah. Maka sebenarnya kita tidak bisa mendefinisikan Allah dalam satu kategori tertentu. Dan itu hal yang sering kita kerjakan secara sadar atau pun tidak sadar. Kita seringkali berpikir ini, “kalau Allah mestinya begini. Kalau Allah mestinya baik dan memberi yang baik, karena Allah baik maka memberi yang baik. Allah itu hanya bisa memproduksi yang baik”, maka kalau terjadi sesuatu yang buruk, kadang-kadang orang Kristen berpikir “hal buruk terjadi pada saya, ini pasti guna-guna orang, ini pasti kuasa jahat, setan”. Jarang kita memikirkan “apa salah saya? Saya dosa apa”, karena kita pikir Allah itu memproduksi yang baik, maka Allah tidak boleh menghardik kita, Allah tidak boleh mendisiplin kita. Maka kalau hal buruk menimpa kita, kita langsung berpikir adalah kita di posisi yang baik dan ini kerjaan si setan. Dan kita langsung mengundang orang yang bisa melihat arwah atau hal-hal gaib. Kita sering berpikir Allah pabriknya baik, maka Dia akan memberikan yang baik. Ketika sesuatu terjadi pada kita, kita langsung berpikir “ini pasti bukan dari Allah”, kalau begitu pasti dari lawannya Allah yaitu setan, dan pasti betul dalam sense tertentu setan memang hanya bisa memproduksi kejahatan. Tapi kita jangan lupa, John Calvin pernah mengatakan bahwa hati kita adalah pabrik berhala yang sangat produktif. Maka kita jangan buru-buru menyalahkan setan dulu, tapi mungkin kita perlu berpikir bahwa kalau bisa begini maka jangan-jangan pabrik kita memproduksi kebanyakan, sehingga setiap hari ada berhala baru, dan pastilah kalau terus diproduksi akan terjadi kekacauan besar, itu pasti. Allah tidak perlu diadu, kalau ada Allah dan si jahat, maka Allah akan menengking si jahat, Allah bagaimanapun juga akan mematahkan si jahat. Bahkan Allah bisa memunculkan atau berdaulat penuh atas kejahatan yang bukan Dia produksi dan memunculkan yang baik dari dalamnya. Maka Allah tidak perlu diadu, “coba tunjukan kebaikanMu Tuhan”, maka Tuhan akan seolah-olah tertantang untuk membuktikan kebaikanNya karena kita berdoa seperti itu. Tidak, karena Allah itu bisa memakai apa pun, sejelek apa pun karena Dia mempunyai kuasa penebusan yang begitu besar, sehingga di dalam keburukan yang paling dalam, Dia tetap bisa mengubahnya menjadi kebaikan untuk kemuliaan namaNya. Kita sering mendefinisikan Allah seperti itu.

Definisi kedua, kita mungkin sering berpikir bahwa Allah itu tidak mungkin gagal, Allah itu selalu menang, rencana Allah selalu berhasil. Maka kalau kita berdoa kepada Dia, tidak ada yang mustahil, karena Dia akan selalu bisa. Apa pun tidak ada yang bisa menggagalkan Dia, apa pun tidak bisa menghambat Dia. Kalau kita berdoa kepada Allah maka chance keberhasilan kita akan lebih besar di bandingkan kalau kita tidak berdoa kepada Allah, dibandingkan kalau kita mengandalkan diri sendiri. Kekurangan dari pemikiran itu adalah, salah satu kutipan dari Corrie ten Boom, seorang Jerman yang mengatakan is prayer your steering wheel or your spare tire? Kalau kita ganti kosakatanya is God your steering wheel or your spare tire? Tuhan itu kemudi atau ban cadangan? Meskipun kita berdalih di dalam teologi tiada mustahil bagi Tuhan, kita memperlakukan Tuhan sebagai ban cadangan, bukan kemudi utama. Karena kalau kita menyetir, ban kita kempes, sudah tidak tahu lagi mau kemana, kita hanya bisa berharap kepada Tuhan, karena Dia tidak mungkin gagal, Dia tidak mungkin tidak berhasil, tidak ada yang mustahil. Maka kita keluarkan ban cadangan yang namanya Tuhan, kita ganti dan kita berdoa. Dan kadang-kadang itu bekerja, Tuhan memberikan jalan keluar. Maka itu membuat kita hari demi hari semakin memperlakukan Tuhan sebagai ban cadangan. Kalau mobilnya sudah jalan, ban cadangannya kita ganti dengan ban yang lain, kita jalankan lagi dengan roda filosofi kita, roda falsafah hidup kita, roda policy kita. Nanti sampai macet lagi atau kempes lagi, kita langsung punya ban cadangan yang tidak pernah gagal yaitu Tuhan. Maka kita salah mendefinisi Tuhan di dalam hal ini.

Pikiran ketiga, Tuhan akan memberikan yang positif, Tuhan tidak akan memberikan yang negatif. Hampir mirip dengan yang pertama. Mengapa bisa berpikiran seperti itu? Sebenarnya kita mendefinisikan Tuhan seperti itu karena kita lebih suka positif dari pada suka Tuhan. Kita suka hal positif, maka tidak heran pagi-pagi kita sudah mengirim kata-kata motivasi, boleh menyemangati dengan hal itu. Tapi kalau kita ingin positif dan membuang Tuhan, itu menjadi problem, karena sebenarnya kita tidak butuh Tuhan, kita lebih suka yang positif. Atau kita sebenarnya tidak bisa menerima sesuatu yang negatif, yang menjadi hasil dari rontgen hidup kita. Kalau ada sesuatu negatif terjadi dalam hidup kita, kita tidak bisa terima. Karena kita tidak bisa terima hasil rontgen puluhan tahun hidup kita yang tidak pernah mengikuti Tuhan. Sesuatu bisa terjadi karena sebab akibat, bisa juga tidak, tapi kebanyakan sebab akibat itu berpengaruh cukup besar yaitu mungkin selama ini kita merasa hidup kita baik-baik saja, tapi suatu waktu mengapa kita merasa hancur, kita berpikir “wah, saya tidak bisa terima sesuatu yang negatif, Tuhan tidak mungkin memberikan yang negatif”. Tapi kita lupa, kita menanamnya, kita menabur benihnya, kita menyiraminya, dan begitu tumbuh dan berbuah, kita bingung “pohon dari mana ini?”. Di dalam banyak hal, di dalam relasi atau segala macam, kita tidak sadar sudah menanam semuanya dan ketika waktunya berbuah, kita kaget ini buah dari mana. Dan kita lupa bahwa itu adalah hasil rontgen yang perlu kita aware, bukan kita mengatakan “Tuhan mesti begini”. Di dalam SPIK kemarin Pdt. Ivan mengatakan satu hal yang saya sangat hafal, dia mengatakan “Kristus adalah alfa dan omega, Dia adalah yang awal dan akhir. Maka meskipun hidup kita sekarang kacau balau, itu belum selesai. Kalau kita di dalam Kristus, Dia akan menyelesaikannya dengan kemenangan yang besar”. Ini adalah satu perubahan pikiran, Tuhan itu alfa dan omega, seandainya sampai mati hidup kita tetap dalam kesulitan, itu belum selesai, karena selesainya bukan di matinya hidup kita. Selesainya adalah di dalam selesainya rencana Allah, Sang Omega itu ketika Dia datang. Apakah kita didapati berpaut kepada Allah yang seperti ini atau tidak, itu problemnya. Kita kalau melihat hidup kita sampai sekarang terjadi kekacauan, karena beberapa aspek, pertama kekacauan terjadi karena kita tabur sendiri dan kita tuai sendiri atau karena faktor external, atau faktor apa yang kita belum tahu, kita melihat hidup kita tidak bagus maka jangan berpikir itu adalah kiamat dan akhir dari segala-galanya, bukan itu. Karena ending-nya Saudara tidak bisa mengambil kesimpulan terlalu dini, ini belum selesai. Selesainya adalah kalau Kristus datang kedua kalinya, itu baru selesai. Bahkan kematian kita bukan berarti selesai dari segalanya. Asalkan kita betul-betul berpegang kepada Tuhan, maka kita akan mendapatkan ending yang sesuai dengan yang Tuhan rencanakan.

Maka di dalam Perjanjian Lama, Allah sering digambarkan Allah langit dan bumi, Allah itu tidak ada di dalam area tertentu, Allah itu tidak hanya berada di dalam lokal tertentu. Bahkan Allah mempunyai kedaulatan terhadap yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Di dalam Heidelberg, pertanyaan pertama, apa satu-satunya penghiburanmu di dalam kehidupan dan kematian? Bahkan cakupan areaNya Allah adalah kehidupan dan kematian. Maka ini adalah penghiburan yang besar kalau kita milik Kristus di dalam tubuh dan jiwa, dalam hidup dan mati itu adalah penghiburan saya yang terbesar. Masalahnya kita selama ini mengenal Allah dengan cara definisi apa, itu yang menjadi problem utama. Apakah kita mengenalNya dengan 3 item di atas, Allah itu baik, tidak mungkin gagal, selalu positif, atau kita mau mengenal Dia sebagai Allah yang punya cakupan area yang luar biasa besar? Cakupan area-Nya Tuhan itu luar biasa besar. Karena itu maka pertanyaan ini harus kita renungkan, how big is your God? Saudara dan saya punya Tuhan itu cakupan areanya seberapa, hanya di dalam segi positif, baik, sehat, lalu yang lainnya bukan cakupannya Tuhan? Saudara akan menghidupi kehidupan yang mengerikan karena begitu keadaan menjadi goncang, tidak bagus, kita langsung berada di luar Tuhan, dan itu mengerikan sekali. Tapi cakupan area Tuhan kita, membuat kita mengerti bahkan di dalam kematian, Tuhan punya cakupan area yang tidak bisa dihalangi oleh apa pun. Tidak ada satu rentang waktu yang tidak ada di dalam cakupan areaNya Tuhan. Maka mengenal Allah yang seperti ini bisa membuat Saudara dan saya bertahan di dalam kesulitan, bisa mentantang kembali kesulitan, seperti kata Pdt. Stephen Tong, kalau ada kesulitan tidak hanya ditahan tapi bisa ditantang kembali. Bahkan ketika kita bergantung kepada Kristus, kita punya satu share di dalam kuasa restorasi, dan itu sebenarnya kita patut mengenal Tuhan. How big is your God? Apakah Allah yang kita kenal itu terlalu kecil sehingga kita tidak bisa bersandar kepadaNya dan kita menjadi gamang hidupnya? Atau Allah yang kita kenal itu terlalu sempit sehingga Saudara khawatir banyak hal karena cakupan areaNya terlalu terbatas. Dan itulah problem kita karena kita tidak mengenal Tuhan. Saya mau membawa angle ini di dalam kisah Natal, jadi ini adalah satu cakupan area yang perlu kita mengerti, siapakah Tuhan, how big is your God? Ini bukan kata-kata motivasi seperti “seberapa besar masalahmu datanglah kepada Tuhan yang serba ada”, Tuhan bukan toserba. Tuhan itu Tuhan yang punya cakupan lebih besar dari apa pun juga, bahkan di dalam hal yang kita pikir tidak masuk akal sama sekali.

Maka mari kita bawa ini di dalam view Natal, kita buka Lukas 1: 26-38. Peristiwa Natal adalah titik kontak yang penting, titik kontak antara kekekalan dan kesementaraan, titik kontak satu-satunya antara sorga dan dunia. Tapi hari ini saya ingin kita memikirkan satu titik kontak yang lain yaitu antara sesuatu yang regular dan irregular. Saudara kalau ditanya “bagaimana kabarnya?”, “biasa”, regular. Tapi kita berharapnya “bagaimana kabarnya?”, “luar biasa”, tapi saya tidak mau pakai itu. Saya mau pakai istilah yang lebih tepat, regular dan irregular. Kalau irregular itu konotasinya sedikit negatif, irregular tidak beraturan, tidak sesuai dengan yang kita pikir. Hari ini tema yang mau kita pikirkan di bagian ini adalah kalau Allah berkuasa atas apa pun juga, langit dan bumi, hidup dan mati, maka Allah berdaulat juga atas regular dan irregular. Kalau kita pikirkan bagian malaikat mengunjungi Maria maka ada gambaran yang jelas di bacaan kita tentang regular dan irregularity. Hal pertama yang dipakai Lukas dalam hal ini bisa berdampingan adalah kontras. Kalau Saudara memperhatikan di dalam Lukas sebelumnya, dikatakan malaikat bertemu dengan Zakharia dan di dalam Lukas bagian pertama ini dikatakan Zakharia dan Elisabet adalah dua orang yang saleh. Lukas 1: 6 “Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat. Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya”. Sesuatu yang kontras sekali, Zakharia dan Elisabet digambarkan benar di hadapan Allah, hidup menurut segala perintah, tidak bercacat, tapi mandul dan tidak punya anak. Ini suatu kontras yang besar. Kalau sekarang mungkin kita tidak terlalu masalah dengan mandul dan tidak punya anak, karena banyak orang tidak punya anak. Tapi zaman itu tidak mungkin, apalagi dia adalah imam yang kemudian bisa bertugas di Bait Allah, itu gambaran orang yang sangat diberkati oleh Allah. Gambaran orang saleh yang seharusnya mendapatkan balasan yang setimpal, tapi ternyata suatu kontras yang besar, suatu hal yang irregular, Elisabet mandul dan tidak punya anak. Ini adalah suatu hal yang mau dinyatakan di bagian ini. Kemudian kalau Saudara maju lagi, Zakharia dan Maria, kita bisa perbandingkan. Zakharia adalah laki-laki, punya jabatan terhormat, bisa melayani di Bait Allah, termasuk orang yang betul-betul dihormati, imam keturunan Harun dan segala macam. Tapi ketika malaikat datang dan memberikan satu pesan yang besar, responnya adalah kurang bagus. Dan kemudian Zakharia menjadi bisu. Tapi kalau sisi lain, Maria, Maria adalah orang biasa dari Nazaret, perempuan, banyak penafsir mengatakan umurnya masih remaja karena zaman dulu perempuan boleh menikah pada usia belasan tahun. Belasan tahun itu bukan 17, mungkin di antara usia 13-15. Dari kota kecil, tapi dia punya respon yang luar biasa bagus. Suatu yang regular dan irregularity ada di dalam bagian ini. Maka kontras-kontras ini menggambarkan suatu realita, hidup kita akan ada dua aspek ini. Sesuatu yang regular tapi Saudara dan saya juga harus bersiap terhadap sesuatu yang irregular yang terkadang dipakai Tuhan di dalam hidup kita. Maka ini menggambarkan realita, supaya kita bisa menghadapi realita ini kita mesti tahu ada komponen apa saja di dalam hidup ini, kalau tidak Saudara akan terus mendefinisikan Tuhan di dalam satu aspek saja dan kemudian kita selalu menarik Tuhan, membuat hidup kita di dalam aspek ini saja. Kita merasa kalau kita di luar aspek tadi yang baik dan positif, kita merasa Tuhan sedang tidak baik, kita sial, mengapa kita susah sekali di dalam hidup, kita ini kena kutuk apa sehingga ada di dalam bagian yang lain, kita lupa bahwa Tuhan itu punya cakupan yang sangat besar. Oleh karena itu mari kita pikirkan bagian ini di dalam salam yang diberikan oleh malaikat kepada Maria yaitu ayat 28 “salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”, rejoice the favor one The Lord is with you, kemudian Maria terkejut. Bisa saja Maria terkejut karena malaikat mendatangi dia, tapi hal yang lebih mengejutkan adalah bukan malaikatnya, tapi salam itu. “Salam hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau”, berarti ini adalah salam yang Maria tahu di dalam Perjanjian Lama menurut kitab yang dia baca adalah salam yang diberitakan malaikat kepada orang-orang yang diberikan tugas sangat besar dan punya spesific role di dalam sejarah keselamatan. Maka ini adalah salam yang mengagetkan, salam yang tidak mungkin terjadi pada Maria. Dan kemudian ini dikatakan oleh malaikat dan membuat Maria terkejut. Ini adalah suatu hal yang irregular, seharusnya salam itu untuk Zakharia atau imam besar di Bait Allah, tapi Allah memberikan salam yang besar itu justru kepada Maria melalui malaikatNya. Menyertai salam itu dikatakan “bersukacitalah engkau yang dikaruniai oleh Tuhan”. Karena pada zaman itu orang yang diangkat Tuhan untuk menjadi pemimpin membuat satu peran penting dalam sejarah keselamatan, itu bukanlah posisi yang diidam-idamkan, orang-orang akan kabur. Gideon waktu mendengarnya, dia kabur. Jadi itu sebenarnya adalah salam yang menakutkan, maka harus ditambahi dengan “kamu akan bersukacita hai yang dikaruniai oleh Tuhan”. Bersukacita mendahului pekerjaan yang amat berat. Dan inilah sesuatu yang perlu kita pikirkan. Kalau Saudara dan saya dipercaya oleh Tuhan, maka yang kita kejar di belakang itu adalah bukan keuntungan, bukan sesuatu tambahan yang menyenangkan, tapi akan menjalankan suatu tugas yang sangat berat. Dan ini harus diimbangi dengan pengertian kita tidak layak “saya ini orang biasa-biasa saja yang mendapatkan tugas yang luar biasa”. Setelah itu Maria terkejut karena rasanya tidak mungkin kalau dia. Kemudian dia tahu bahwa dia hanya orang biasa yang diberikan anugerah luar biasa. Kalau sekarang terbalik, kita merasa diri kita adalah orang yang luar biasa, padahal mengerjakn tugas yang biasa-biasa saja. Kita sering mendongkrak kebiasaan kita dengan menambahkan sesuatu yang luar biasa. Dan ini berbanding terbalik dengan Maria. Karena kita harus mengerti ketika kita dipakai Tuhan, itu adalah sesuatu anugerah besar. Ketika kita langsung switch dari merasa biasa menjadi merasa luar biasa, itu adalah kecelakaan terbesar. Tugas seperti ini mengerikan, karena berita selanjutnya. Tugasnya adalah via Maria akan melahirkan seorang anak yang adalah puncak penantian orang Israel, Mesias. Bagaimana Maria menanggapinya? Maria masih berpikir dia orang biasa saja, regular. Jawabannya adalah “bagaimana saya melahirkan?”, jawaban yang regular sekali. “Bagaimana saya melahirkan? Saya belum punya suami”, dia tidak berpikir “nanti skenarionya bagaimana? Sesuatu yang spektakuler”, tidak seperti itu. Dia orang regular dan berespon regular saja. Dan kalau kita lihat di dalam Alkitab maka malaikat menjelaskan bahwa “ada sanakmu Elisabet yang pernah mengalami sesuatu yang irregular seperti ini, yaitu mereka sudah tua dan mereka bisa punya anak. Seperti yang Tuhan pernah lakukan kepada Abraham dan Sara”, dan ini yang akan dilakukan lebih irregular lagi kepada Maria yaitu intervensi langsung bahwa Roh Kudus akan menaungi Maria dan Allah akan membuat dia melahirkan Mesias. Ini menjadi kekuatan yang besar, Tuhan memakai pola, ada pengulangan yang Dia kerjakan, tetapi ada kelimpahan yang akan Dia tambahkan. Yaitu kali ini bukan orang tua yang sudah lanjut usianya akan melahirkan, kali ini seorang perawan yang akan melahirkan. Ini adalah puncak pekerjaan Tuhan yang sangat tidak biasa. Kalau via laki-laki dan perempuan itu masih biasa, itu hal umum. Tapi kalau perawan yang melahirkan, ini hal yang besar sekali. Tapi kemudian di tengah kebingungan itu malaikat langsung mengatakan “sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil”. Bahasa yang lebih tepat adalah no word from God will be powerless, tidak ada kata-kata dari Tuhan yang tidak berkuasa. Kalau kita seringkali comot bagian ini dan menjadi ayat hafalan. Kalau kita sudah buntu, kita langsung mengatakan “bagi Allah tidak ada yang mustahil, amin”. Tapi kalau Saudara berada di dalam konteks yang Maria alami, Saudara akan mengatakan bagaimana? “lebih baik buat saya bagi Tuhan mustahil. Kalau saya punya anak, bagaimana menikah dengan Yusuf, orang lain akan mengatakan apa, ini pasti tugas yang besar sekali. Lebih baik bagi Tuhan mustahil, tidak perlu terjadi seperti ini”. Tapi Maria tidak seperti itu, dia tahu ini kemudian akan menjadi tugas yang sangat berat, hidupnya akan berubah total, hidupnya akan menjadi kacau balau. Bisa dibayangkan sekarang saja kalau ada orang yang sudah punya anak tapi belum menikah, akan heboh sekali. Apalagi zaman dulu, orang Yahudi yang begitu ketat dengan kesucian dan perjanjian, ada perawan punya anak, itu akan menjadi rumor yang sangat mengerikan. Tapi coba Saudara bayangkan responnya pertama adalah respon regular “bagaimana saya akan melahirkan?”, “Roh Kudus akan beserta dengan kamu, kamu akan melahirkan aank”. Lalu setelah itu “bagi Allah tidak ada yang mustahil”, respon Maria regular juga, “aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu”, respon yang sangat regular ketika dia berhadapan dengan Allah maka dia tahu dia orang regular yang harus punya posisi regular. Doulos, budak, maka budak itu tahu bahwa perkataan siapa yang terjadi itu adalah perkataan tuannya. Maka malaikat memberikan bagian ini, di dalam Bahasa Indonesia mungkin seperti kalimat motivasi “sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil”. Tapi bagian ini kalau kalimat benarnya adalah “tidak ada kalimatNya Allah yang tidak berkuasa”. Maka dia tahu kalau Allah sudah berkata-kata dan Dia Tuan, maka siapakah dia di hadapan Tuhan. Dia langsung mengambil posisi yang sangat regular terhadap tugas yang irregular. “Saya biasa saja, saya hanya seorang hamba. Hamba yang paling bawah derajatnya. Dan di situ lah saya menerima tugas dari Tuhan”. Coba bayangkan di dalam hidup Maria, seumpama dia punya pertunangan ini umur 14-15, 14 tahun pertama hidupnya adalah hidup yang regular, perempuan dari desa kecil, sudah usia menikah maka dinikahkan oleh orang tuanya, dapat laki-laki satu suku. Kemudian bertunangan selama 1 tahun, setelahnya akan menikah, sangat regular. Tapi kemudian Saudara bayangkan ketika Maria bertemu dengan malaikat, paling tidak selama 33 tahun setengah hidupnya kemudian sangat irregular dan itu tidak pernah berhenti. Karena sejak dia mengandung anak dari Roh Kudus, yang dinaungi oleh Roh Kudus yaitu Kristus, hidupnya sangat tidak regular. Alkitab berkali-kali mencatat ada pedang yang menusuk hatinya dari saat dia mengandung. Saudara bisa baca berkali-kali waktu Maria bertemu dengan Simeon dan Hana, waktu Tuhan Yesus berusia 12 tahun di Bait Allah, waktu Yesus disalib. Pasti banyak pedang menusuk hati Maria, dan Maria menyimpannya di dalam hatinya. Berarti ada satu respon yang tepat yang bisa menahan irregularity dari pekerjaan Tuhan. Kalau kita tidak pernah mengerti Allah yang besar, yang berkuasa, yang berdaulat atas hal yang regular dan irregular, kita akan tidak tahan kalau hidup kita menanggung sesuatu yang irregular. Kita ingin cepat-cepat beres, kita ingin masalah selesai, kita ingin segala problem itu cepat-cepat hilang. Dan kita tidak pernah bertanya “Tuhan, saya ini posisinya apa? saya harus tanggung seberapa besar, saya harus tanggung bagaimana?”, itu tidak pernah ada di dalam kamus kita. Karena Allah kita adalah Allah yang kita definisikan baik, produksi baik, Allah yang tidak pernah gagal, selalu memberikan kepada kita hal yang bagus, Allah yang selalu positif yang tidak pernah memberikan negatif, saja. Kita kurung cakupannya Tuhan hanya dalam bagian-bagian itu. Sehingga ketika sesuatu yang irregular terjadi, kita merasa sangat sengsara karena kita tidak ada pengertian bahwa Allah itu juga yang menopang sesuatu yang irregular dalam hidup kita. Dan ini yang saya mau kita pikirkan karena secara fakta hidup kita terdiri dari komponen ini. Saudara bisa membangun kelaurga yang baik, di tengah jalan bisa terjadi sesuatu yang irregular. Saudara punya anak, lahir baik-baik, bisa terjadi sesuatu yang irregular. Semuanya baik-baik, bisa terjadi gempa, irregular. Saudara bisa mendirikan perusahaan yang Saudara rintis, tiba-tiba krisis ekonomi, irregular. Bagaimana kita bisa menghadapi irregular ini kalau kita tidak pernah tahu Tuhan punya cakupan sebesar itu. Karena itu belajar dari pengalaman, dari Lukas 1 mari kita sama-sama datang kepada Tuhan, berespon di dalam respon yang tepat. “Tuhan, saya ini orang regular. Kalau ada irregular dalam hidup saya, itu adalah suatu anugerah, suatu kesempatan saya mengenal Tuhan di dalam sisi yang lain yang tidak pernah saya pikirkan”. Kalau setiap hari di depan kita ada makanan, kita akan doa makan dengan biasa saja. Bahkan kita bisa komplain kalau menu makanannya itu terus. Tapi kalau di depan kita suatu saat tidak ada makanan, Saudara akan diajar berpikir bahwa selalu ada makanan adalah sesuatu yang saya tidak layak dapat, saya cuma regular person. Lalu jika kita tidak pernah berpikir bahwa itu adalah sesuatu yang Tuhan berikan untuk membentuk kita. Saudara komplain “hari ini tugasnya banyak, kuliah berat”, kita lupa menempatkan diri di hadapan Tuhan, kita lupa kita ini orang regular yang tidak bisa komplain apa-apa. Sebenarnya itu yang Maria sebagai seorang muda yang betul-betul mengenal siapa Tuhannya, “Tuhan saya ini besar, maka Dia bisa bekerja di dalam hal tidak terduga yang dan bahkan yang orang pikir jelek. Dan Tuhan memakai saya”. Mari kita memikirkan hal ini di dalam menghadapi hidup ke depan, karena ke depan ini kita tidak tahu apa yang akan kita hadapi, tapi kita tahu satu hal Tuhan kita tidak dibatasi cakupan areaNya. Dalam hal apa pun Saudara bisa datang kepadaNya dan berkata “You are God of regularity and irregularity, saya percaya Tuhan akan menolong saya menembus dan melewati irregularity. Tapi kalau irregularity ini seumur hidup, sampai saya mati, saya tahu Tuhan menyertai saya seumur hidup sampai saya mati. Karena Dia adalah Tuhan yang menopang”.
Kalau seperti itu maka Saudara akan menikmati keindahan di dalam Tuhan karena Saudara tidak ingin cepat-cepat masalah ini berlalu begitu saja tanpa mengenal Tuhan. Kecelakaan orang Kristen adalah ingin masalah berlalu dan tidak peduli kenal Tuhan seberapa dekat. Sudah sakit, sudah sengsara, tidak kenal Tuhan, komplain terus, Saudara bisa bayangkan hidup seperti itu hidup yang useless. Tapi kalau kita tahu Tuhan adalah Tuhan yang berdaulat atas hal yang biasa, hal yang luar biasa, hal yang tidak biasa, hal yang positif, hal yang negatif, Tuhan berdaulat di dalamnya, maka Tuhan tidak akan meninggalkan. Dan ini adalah hidup yang dijalani oleh Maria. Saudara bisa bayangkan selama 14-15 tahun hidupnya nyaman, puluhan tahun berikutnya paling tidak seumur Tuhan Yesus, 33 tahun setengah, hidupnya tidak nyaman sama sekali. Kita tidak tahu dia mati umur berapa, tapi hidupnya mengalami hal yang tidak nyaman. Setelah Tuhan Yesus mati, bangkit, Maria masuk dalam gereja yang mula-mula, dikejar-kejar. Saudara bisa bayangkan hidup Maria tidak regular lagi sampai dia mati. Dan Alkitab mengatakan di dalam nyanyian Maria “segala keturunan akan menyebut aku berbahagia”, kontras sekali. “Segala keturunan akan menyebut aku berbahagia”, tapi hidupnya menanggung irregularity dari pekerjaan Tuhan. Dan harap kita bisa memikirkan hal ini dan mohon Tuhan menyertai hidup kita dalam keadaan apa pun karena kita tahu Tuhan kita besar. Tolong jawab pertanyaan ini “How big is your God?”.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Siap sedia seperti gadis-gadis yang bijaksana

(Matius 25:1-13)
Pengajaran dari Yesus Kristus mengenai Kerajaan Sorga. Dan ketika dikatakan Kerajaan Sorga, ini sedang berbicara tentang Kerajaan Sorga yang sebentar lagi akan datang. Jadi ini bukan hanya sekedar bicara hal Kerajaan Sorga tapi dengan tegas mengatakan kalau Kerajaan Sorga sudah dekat, sudah mau datang, inilah yang harus kamu ketahui. Dan Yesus membagikan hal Kerajaan Sorga ini dengan perumpamaan, sesuatu yang tidak terlalu umum di dalam tradisi Yahudi. Di dalam tradisi Yahudi, ketika Kerajaan Tuhan sudah dekat, umumnya bahasa yang dipakai adalah bahasa apokaliptik, ini semua adalah jenis tulisan atau genre yang tidak terdapat di dalam tulisan di luar Alkitab. Mengapa harus dibahas secara apokaliptik? Karena di dalam gaya apokaliptik itu ada banyak pengertian simbol yang harus ditafsirkan dengan cara yang unik. Hal seperti ini dimunculkan dalam simbol ini. Namun interpretasinya tidak bisa dikurung hanya dalam satu periode saja. Saudara tidak bisa mengatakan binatang ini adalah Kerajaan Roma saja, atau binatang ini adalah misalnya Kerajaan Komunis. Saudara akan melihat penafsiran ini akan kena kepada setiap zaman, ini keunikan dari apokaliptik. Namun heran di dalam Injil, Yesus memilih untuk menggunakan genre yang berkait dengan perumpamaan. Mengapa Dia memakai perumpamaan, mengapa bukan apokaliptik? Karena di dalam tradisi perumpamaan ada pepatah bijaksana hidup sekarang. Sedangkan di dalam apokaliptik umumnya ada penghiburan untuk sekarang dan gambaran kewaspadaan tentang bahaya yang akan terjadi sekarang. Ini penting untuk kita pahami, genre apokaliptik memberikan penghiburan dan penekanan untuk waspada, sedangkan perumpamaan lebih sering menekankan terhadap tindakan yang harus kamu lakukan. Perumpamaan akan mengatakan sesuatu untuk menyindir kita atau untuk menjelaskan kepada kita apa yang seharusnya kita lakukan. Jadi ini yang Yesus pilih untuk lakukan. Akhir zaman bukan untuk dinanti-nanti dengan cara melihat ke atas. Akhir zaman atau saat Tuhan memulihkan langit dan bumi adalah saat yang kita nanti-nantikan dengan kehidupan rutin setiap hari. Ini inti dari beberapa perumpamaan dalam tulisan Injil. Pada bagian ini ada perumpamaan mengenai 10 orang gadis yang bertugas menyongsong mempelai laki-laki. Ini cerita yang umum di dalam tradisi Yahudi, tapi tidak umum bagi kita. Karena di dalam tradisi kita, cara untuk melakukan pernikahan beda dengan cara orang Yahudi. 10 Orang ini adalah 10 yang diberikan perintah untuk menyongsong ketika mempelai laki-laki dan perempuan yang sudah menikah pulang, tugas mereka adalah melakukan prosesi ketika pengantin ini masuk ke rumah mereka untuk pertama kali. Jadi ini bukan pengantinnya. Ini hal yang unik, para perempuan ini bukan pengantin, padahal di dalam gambaran orang Yahudi, orang Israel atau umat Tuhan akan menjadi pengantinNya Tuhan. Di sini orang Israel diberikan gambaran yang penting bahwa akhir zaman begitu multiperspektif, ada begitu banyak sisi yang bisa disoroti. Ada sisi dimana kita adalah pengantinNya Tuhan, dan Saudara tidak bisa mengatakan “kalau begitu pernikahan di bumi akan dilanjutkan di sana”, bukan seperti itu. PengantinNya Tuhan berarti ada relasi perjanjian yang indah, yang sebagiannya kita bisa alami di dalam pernikahan. Jadi pernikahan yang sejati adalah nanti antara Tuhan dan umatNya. Pernikahan yang kita alami sekarang adalah ekspresi yang merupakan cicipan dari apa yang Tuhan mau kerjakan nanti. Jadi jangan terbalik, pernikahan kita yang utama, lalu nanti relasi Allah dan ciptaanNya agak mirip-mirip dengan pernikahan kita di sini, itu cara melihat yang terbalik. Relasi antara Tuhan dan umatNya itu yang utama, dan relasi pernikahan kita di sini merupakan ekspresi cicipan dari relasi yang indah itu nanti. Maka ada bagian di saat akhir zaman atau ketika Tuhan datang, saya harus klarifikasi sedikit, kalau saya bilang akhir zaman itu agak sulit untuk dimengerti. Karena akhir zaman di dalam konsep Reformed itu adalah ketika Yesus datang pertama dan kedua, semua ini akhir zaman. Dari abad pertama Yesus naik ke sorga, dari saat gereja ada di bumi sampai Yesus datang kembali, itu semua akhir zaman. Kalau Saudara mengerti teologi Reformed, Saudara pasti keberatan setiap kali saya mengatakan “menyongsong akhir zaman”, “pak, kita sudah di akhir zaman”, tapi kalau Saudara kurang keberatan, berarti Saudara mungkin tidak terlalu tahu Reologi Reformed. Di dalam tradisi Reformed, akhir zaman adalah ketika Yesus naik ke sorga dan ketika Dia datang kembali kedua kali nanti, pengertian ini sangat penting. Saudara akan meletakan kehidupan Kristen ada di dalam posisi ini. Kehidupan gereja Tuhan adalah kehidupan yang menantikan kedatangan Tuhan. Di dalam banyak perumpamaan Yesus, sisi inilah yang disoroti. Sisi di mana kita adalah orang-orang yang diberi tugas, dan sekarang Tuhan akan tanya bagaimana tugas itu sudah dijalankan.

Itu sebabnya dikatakan pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama 10 gadis yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong laki-laki. Bagaimana ini kita mengerti? Di dalam tradisi Yahudi, pernikahan itu dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah ketika mereka melakukan pertunangan, ini sama dengan menikah tapi belum boleh tinggal bersama. Sesudah itu akan diadakan upacara mengikatan secara Yahudi. Setelah itu mereka akan adakan pesta. Ini akan ada pesta besar yang pertama. Setelah itu mereka akan pergi ke rumah orang tua mempelai perempuan, ini periode terakhir sebelum nanti mereka pergi ke rumah mempelai laki-laki dan mengadakan pesta terakhir, di situ baru pernikahan selesai. Periode ketika keluarga atau ketika suami istri yang baru menikah ini pergi ke rumah keluarga mempelai perempuan adalah untuk pengaturan ke depan. Misalnya “kami punya harta begini, kami mau berikan anak kami ini, bagaimana pengaturannya? Kalian akan tinggal di mana, uangnya bagaimana?”, ini pengaturan bisa cepat bisa lama. Bisa cuma basa-basi karena semua sudah rapih, semua keluarga sudah deal. Tapi bisa juga sangat lama, mereka bisa debat dulu. Maka ini bagian yang panjang, karena hal yang berkaitan dengan legal, dengan kepemilikan dan lain-lain itu dengan serius dibahas di dalam pernikahan. Bagaimana nanti kalau mereka bertengkar, kalau sampai berpisah rumah mereka akan jadi milik siapa, hal itu akan dibahas di situ, jadi pembahasan bisa sangat panjang. Setelah semuanya beres, maka pengantin ini akan pergi untuk pertama kali setelah menikah, ke rumah yang telah ditentukan untuk mereka tinggali. Ini akan menjadi pesta antara kerabat, teman-teman yang akrab. Dan biasanya sebelum masuk, mereka akan disongsong dengan gadis-gadis yang membawa pelita. Gadis-gadis yang membawa pelita akan menyalakan pelita, kemudian mereka akan berbaris bersama-sama, ada prosesi masuk yang indah, dimana ada pelita yang mendahului, kemudian di belakang mereka ada pengantin berjalan. Mereka masuk ke rumah, mereka akan mengadakan perjamuan atau perayaan terakhir, setelah itu acara pernikahan selesai. 10 Gadis ini adalah orang-orang yang bertugas untuk menjaga, supaya ketika pengantin masuk, ada perayaan memakai terang dari pelita ini. Dalam tradisi Israel, pelita punya makna penting dan rohani, pelita berkait dengan ketetapan Tuhan mau hadir di tengah Israel. Pelita yang harus terus menyala di rumah Tuhan melambangkan ketetapan Tuhan mau senantiasa hadir di tengah Israel. Dan di bagian lain, misalnya Zakharia, pelita itu adalah Roh Kudus yang akan menggenapi pekerjaan Tuhan di bumi. Jadi Tuhan sudah punya perjanjian untuk memperbarui bumi dan Roh Kudus yang akan menjalankan itu. Itu sebabnya di Kitab Zakharia dikatakan “hei Zerubabel, demikian firman Tuhan: ini firmanKu kepadamu, bukan dengan kekuatan, bukan dengan senjata, bukan dengan kuasa, tetapi dengan RohKu Aku akan melakukannya”, dan ini Tuhan katakan setelah Zakharia melihat gambaran ada 7 kaki dian dan 7 pelita yang menyala. Zakharia menanyakan maksudnya dan Tuhan mengatakan hal tadi “dengan RohKu Aku akan membereskan seluruh perjanjianKu. Aku akan mengerjakan pekerjaan dengan tuntas melalui Roh Kudus”. Jadi pengertian pelita sangat penting, itu sebabnya pengantin yang akan masuk ke rumah mesti disongsong dengan pelita karena ini menjadi simbol kehadiran Tuhan dan perjanjianNya akan dinyatakan lewat keluarga yang baru dibentuk. Jadi ini bukan sekedar perayaan, ini adalah prosesi rohani yang harus dijalankan dengan serius. Siapakah gadis-gadis ini? Gadis-gadis ini adalah kenalan atau teman dekat dari pengantin, entah pengantin pria atau wanita, atau pun keluarga mereka. Mereka dipercaya untuk menyongsong dengan membawa pelita. Pekerjaan yang simple, menyalakan pelita kemudian berbaris, lalu masuk, selesai. Dan mereka adalah kelompok yang boleh menikmati pesta terakhir ini bersama dengan pasangan baru yang baru diberkati ini.

Dikatakan di dalam ayat ini, 5 diantaranya bodoh dan 5 diantaranya bijaksana. Ada yang bodoh, ada yang bijaksana. Yang bodoh adalah yang membawa pelita tapi tidak membawa minyak. Ini membingungkan sekali, mengapa membawa pelita tapi tidak membawa minyak? Ini adalah kecelakaan yang bodoh sekali, kalau tugas kelompok ini adalah menyalakan pelita, mereka perlu membawa minyak. Namun 5 orang ini tidak membawa minyak dengan asumsi nanti mereka bisa minta ke yang lain. Sudah ada pengertian yang sangat tidak bertanggung jawab “saya bisa menjalankan tugas saya dengan minta kepada yang lain. Jadi kalau saya tidak membawa minyak, itu bukan masalah, saya masih bisa minta kepada yang lain. Yang lain membawa pelita jadi mereka juga akan membawa minyak, jadi saya bisa menggantungkan diri saya kepada yang lain”, ini pelayan yang tidak baik. Gadis-gadis bijaksana membawa pelita dan membawa minyak dalam buli-buli mereka. Gadis bodoh tidak menyadari minyak yang diperlukan sangat banyak, karena mereka punya asumsi kalau pengantin yang ditunggu segera datang, mereka tidak perlu persediaan minyak, mereka tidak perlu melakukan apa-apa, tinggal menyonsong pengantin, kemudian selesai. Tapi yang bijaksana berpikir “kalau masih lama bagaimana? Seumpama pengantinnya masih lama datang, minyak harus cukup, karena pelita ini harus menyala. Jadi saya harus bawa minyak cadangan. Pelita dinyalakan dan kalau pengantinnya lama datangnya, pelita harus dipelihara menyala, sehingga saya harus membawa cadangan minyak”, ini yang dipikirkan oleh gadis-gadis bijaksana. Ayat 5, “tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur”. Coba kita renungkan baik-baik, dikatakan gadis-gadis ini harus berjaga-jaga, tetapi mereka tertidur. Tidur salah atau tidak? Tidak, gadis-gadis bijaksana juga tertidur, bukan hanya gadis-gadis bodoh yang tertidur. John Piper pernah mengatakan kalimat yang bagus, “ketika Tuhan datang, kamu harus ditemukan bertanggung jawab”, bertanggung jawab artinya pada waktu siang kamu kerja, pada waktu malam kamu tidur. Jadi tidur itu tidak dosa. Kalau Saudara mengaitkan tidur dengan dosa, itu teologi asketik yang tidak ada di Alkitab. Teologi itu tidak realistis, akan menyesatkan, dan itu teologi yang akan meremehkan kebutuhan tubuh. Seolah-olah istirahat bagi tubuh kita adalah sesuatu yang tidak penting. Itu berakar dari pengajaran Platonis, bukan Kristen tapi Plato. Maka pengajaran yang mengatakan tidur itu harus dilawan, tidur itu tidak boleh. Benar tidur harus dilawan kalau dilakukan di kebaktian seperti ini. Dan John Piper mengingatkan mengapa banyak jemaat yang mengantuk pada hari Minggu, karena hari Sabtu jam 10 malam mereka belum tidur, masih sibuk urus ini dan itu. sudah jam 12 malam belum tidur, sudah jam 1 belum tidur, akhirnya datang ke gereja dan tidur, itu yang menjadi masalah. Maka John Piper mengingatkan “kalau Tuhan datang pada waktu engkau harusnya di kantor, engkau sebaiknya ditemukan Dia di kantor. Kalau Tuhan datang pada waktu malam, engkau sebaiknya ditemukan sedang tidur, bukan sedang main games. Tapi tentu tidak bisa memakai alasan ini kalau ada pekerjaan-pekerjaan yang memang membutuhkan itu. Kalau Saudara bekerja di rumah sakit dan ditugaskan di malam hari, Saudara tidak boleh memakai kalimat saya “Pak Jimmy bilang Tuhan akan marah kalau malam-malam saya bangun”, itu pekerjaanmu, kamu harus bangun malam hari, itu salibmu. Tapi kalau Saudara bangun karena sibuk ngobrol sama orang atau sibuk melakukan ini itu yang juga tidak penting, sibuk chatting untuk hal yang tidak penting, Saudara akan ditemukan tidak bertanggung jawab. Maka kalimat ini indah, baik gadis bodoh dan bijaksana tertidur karena sudah malam. Mereka tidak berkewajiban untuk bangun terus, mereka bukan penjaga, mereka akan dibangunkan oleh penjaga kalau pengantinnya sudah datang, mereka tidak perlu terjaga terus. Maka ketika malam hari, mereka tidur dengan nyenyaknya. Problem dari gadis bodoh adalah tidak membawa minyak, bukan tidur. Keindahan dari gadis bijaksana adalah mereka membawa minyak, bukan karena mereka bangun. Ini yang dikatakan di ayat 5, “mempelai tidak datang-datang, mengantuklah mereka semua lalu tertidur”. Dan ayat 6 tidak mengatakan “ini menyedihkan hati Tuhan, mengapa engkau tertidur, lawanlah”. Ayat 6 “waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia!”, maka semua bangun dan membereskan pekerjaannya. Kalimat ini sangat indah, ketika mempelai datang, dia datang sebagai yang akan mengajak pesta. Bagian lain menggambarkan kedatangan Tuhan sebagai Hakim, itu juga benar. Tapi bagian ini mengajarkan kedatangan Tuhan sebagai yang akan mengundang pesta. Siapa yang akan diundang? Saudara dan saya. Mengapa kita boleh diundang? Karena ketika Tuhan datang, Tuhan menemukan kita setia mengerjakan pekerjaan kita. Maka dikatakan ketika mempelai itu datang, semua panik, semua bereskan pelita jangan sampai terlambat. Dan gadis-gadis bodoh melihat pelita mereka mulai kehabisan minyak, dan mereka tidak membawa cadangan, mereka mengatakan kepada gadis-gadis bijaksana “bagi dong”. Kalimat itu identik dengan gadis-gadis bodoh. Saudara yang kebanyakan bilang “bagi dong” bertobatlah. Mengapa bagi? “saya tidak sempat persiapan”. Ini tanda ketidaksiapan, gadis-gadis ini punya tugas mempersiapkan diri, tapi mereka berasumsi pengantin sudah mau datang, mengapa perlu persiapan banyak-banyak? Dan ini merupakan kesalahan fatal di dalam gereja Tuhan, padahal Tuhan sudah peringatkan. Kalau Tuhan akan datang, tinggalkan pekerjaanmu, tinggalkan kuliahmu, tinggalkan semua dan songsonglah Dia. Ini sangat populer beberapa tahun lalu, saya tidak tahu apakah sekarang masih, tapi dulu ketika orang tua saya masih muda, sangat terkenal pengkhotbah yang mengkhotbahkan Tuhan sudah mau datang. Karena itu dia menyuruh semua orang untuk menjual harta, menjual semuanya, berhenti kuliah, songsong Dia. Menyongsong Dia dengan cara melihat ke atas, pergi ke gunung yang tinggi dan menantikan Dia turun. Banyak orang tertipu dengan hal ini, tapi Yesus sudah memperingatkan dengan perumpamaan yang ditemukan berjaga-jaga menantikan kedatangan mempelai adalah yang menganggap serius pekerjaannya. Siapa orang yang menganggap serius pekerjaannya dialah orang yang menyiapkan diri untuk kedatangan Tuhan. Karena begitu Tuhan datang, satu yang akan Dia tanya adalah “bagaimana tugasmu di bumi? Sudah sampai mana engkau bereskan? Apakah engkau bertanggung jawab di dalam tugas ini?”. Maka Saudara harus pikir baik-baik, kalau Saudara adalah orang yang dipanggil untuk sebuah pekerjaan, seberapa serius Saudara mempersiapkan pekerjaan itu. Apakah saya mengerjakan pekerjaan itu dengan penuh tanggung jawab atau sembarangan, apakah saya mengerjakan ini dengan kesadaran Tuhan menyuruh saya atau saya mengerjakannya dengan cara sembarangan? Inilah pengertian kita memahami konsep panggilan dari Martin Luther. Martin Luther mengatakan pekerjaanmu adalah panggilanmu dan panggilanmu adalah pekerjaanmu, engkau harus jalankan pekerjaanmu karena itu panggilanmu. Dalam tradisi Katolik ada pengertian profesi pada pekerjaan. Mengapa seseorang disebut profesional? Karena dia profes, mengaku bahwa apa yang dia kerjakan dikerjakan untuk Tuhan. Profesional tidak hanya berkait dengan dibayar, profesional berarti dia mengerjakan ini sebagai bidang utama dia yang dia kerjakan sepanjang hari untuk diberikan kepada Tuhan. Ada yang pekerjaan utamanya teologi seperti saya, saya akan bersalah kalau saya terlalu banyak mengerjakan hal lain di luar teologi. Saya adalah seorang teolog dan saya adalah seorang pendeta, maka ini tugas saya. Di dalam Kisah Para Rasul dirumuskan pemberitaan firman dan doa adalah tugas para hamba Tuhan. Sehingga waktu seorang hamba Tuhan terus mengerjakan hal lain, dia sedang tidak setia, karena ini pekerjaan yang dipercayakan oleh Tuhan. Tuhan minta orang mengerjakan pekerjaan yang full untuk Tuhan bukan untuk diri, bukan untuk siapa pun. Mari kita renungkan ini baik-baik, ketika Tuhan datang kembali satu aspek yang akan Dia tanya adalah bagaimana engkau mengerjakan pekerjaan utamamu. “Bukan pelayanan di gereja?”, saya harus hati-hati mengatakan ini, pelayanan di gereja sangat penting, namun pekerjaan utama Saudara juga sangat penting. Jadi Tuhan minta kita untuk mengerjakan pekerjaan baik di gereja, seperti yang dikatakan di Kitab Hagai “jangan abaikan rumah Tuhan, mengapa kamu pikirkan pekerjaanmu tapi abaikan tempatKu”, kita tidak boleh mengabaikan pekerjaan Tuhan tetapi Saudara juga harus tahu bukan hanya pelayanan kita di gereja yang Tuhan akan lihat, namun bagaimana kita menyelesaikan tugas kita yang Tuhan berikan kepada kita di dalam kehidupan kita sehari-hari. Inilah pengertian panggilan yang dieratkan dengan kedatangan Tuhan. Kalau Tuhan datang apakah Dia akan menemukan Saudara setia? Saudara sudah kerjakan pekerjaan Saudara dengan baik? Apakah tugas Saudara sebagai guru, dosen, hamba Tuhan, pegawai, pengusaha, atau apa pun itu apakah dikerjakan dengan setia atau tidak? Karena yang sembarangan mengeejakan itu akan Tuhan hakimi juga. Maka di dalam bagian ini ditegaskan bahwa gadis-gadis bodoh hanya menyediakan minyak sedikit, karena Tuhan kan akan datang, “saya abaikan tugas saya karena Tuhan akan segera datang”. Martin Luther mengingatkan tugas kita dan tugas Kristus itu sama. Kristus membeli umatNya dengan cara mati di kayu salib dan apa yang Dia kerjakan adalah apa yang umatNya juga akan kerjakan.

Dan yang Yesus kerjakan adalah hidup di dunia ini untuk menjadi berkat bagi sekelilingNya. Saudara pernah lihat Yesus menyembuhkan orang tanpa bersentuhan dengan Yesus? Tidak ada. Adakah orang yang disembuhkan Yesus dari jauh? Ada, tapi setelah Yesus berbicara dengan orang yang pergi bertemu Yesus. Ada orang yang anaknya demam, dia jalan untuk bertemu Yesus, dia berjalan jauh sekali sampai dia bertemu Yesus, dia mengatakan “Guru, anak saya sakit, tolong sembuhkan dia”, Yesus mengatakan “pulanglah, anakmu hidup”. Di dalam perjalanan pulang, Alkitab mencatat di Injil Yohanes, dia perlu waktu dua kali lebih lama dari pada perjalanan dia bertemu Yesus. Perjalanan dia bertemu Yesus dilakukan dengan cepat karena anaknya mau mati, dia cepat-cepat mau cari Yesus. Begitu sudah bertemu Yesus, Yesus mengatakan “anakmu sudah sembuh, pulanglah”, dia percaya maka berjalan dengan lebih tenang. Dia tahu anaknya sudah sembuh, dia tidak perlu buru-buru untuk pulang, sampai di rumah dia menemukan anaknya sudah sembuh. Tapi anak ini tidak sembuh mendadak, ada dia yang datang bersentuhan dengan Yesus. Yesus tidak pernah sembuhkan orang tanpa bersentuhan dengan orang itu secara relasi, atau bersentuhan dengan orang lain yang bersentuhan dengan orang itu secara relasi. Berarti di dalam kehidupan Yesus di bumi, dia menjadi berkat untuk orang-orang sekelilingNya. Maka waktu Yesus datang ke dunia ini, Dia benar-benar menjadi perwujudan kasih. Dan itu yang Tuhan mau kita lakukan, menjadi perwujudan kasih. Yesus menjadi perwujudan kasih bukan dengan cara sekali Dia datang semua beres, tidak seperti itu. Dia menjadi perwujudan kasih dengan relasi dan bersentuhan dengan orang-orang lain. Saudara tidak diminta Tuhan untuk mengubah dunia ini, tapi Saudara diminta oleh Tuhan untuk bersentuhan dengan orang-orang sekitar yang akan mengalami perubahan karena kehadiran Saudara. Inilah tanggung jawab yang Tuhan berikan. Baik Kristus maupun kita dipanggil untuk pekerjaan yang sama ini. Memberikan perubahan, menyatakan kasih, menyatakan kebenaran, menyatakan pengampunan, menyatakan keadaan yang lebih baik lagi untuk dinikmati oleh orang lain. Ketika Yesus melihat orang buta, dia disembuhkan, melihat orang lumpuh, disembuhkan. Tapi Dia tidak menyembuhkan semua orang lumpuh dan semua orang buta.

Luther katakan melalui pekerjaan kita adalah cara Tuhan memberkati dunia ini. Tuhan memberkati dunia ini lewat apa yang kita kerjakan. Sudahkah Saudara dengan hati nurani yang murni, dengan jujur di hadapan Tuhan mengatakan “Tuhan, saya mengamini khotbah hari ini. memang benar Engkau memanggil saya untuk mengerjakan pekerjaan saya ini supaya orang mendapat berkat”, bisa mengamini ini? Kalau tidak, Saudara adalah orang yang tidak membawa minyak. Karena membawa minyak berarti menjalankan panggilan sesuai kehendak Tuhan dengan bertanggung jawab. Minyak adalah lambang dari pekerjaan Roh Kudus, maka kita mesti dengan jujur mengatakan “Tuhan, saya tahu bahwa apa yang saya kerjakan adalah untuk jadi berkat bagi yang lain”, bisakah kita mengatakan demikian? Kalau bisa, puji Tuhan. Dan saya tidak mau Saudara menyempitkan pekerjaan memberkati itu hanya di dalam aspek yang dianggap rohani, ada banyak aspek lain yang juga penting bagi Tuhan. Di dalam pengertian yang diajarkan Martin Luther kepada gereja adalah makan roti itu sama pentingnya dengan mendengarkan firman. Saudara menyediakan roti bagi orang lain, itu sama pentingnya dengan mendengar firman. Itu sebabnya di dalam Doa Bapa Kami dikatakan “berikanlah kepada kami hari ini roti kami”, itu Doa Bapa Kami. Minta roti kepada Tuhan, makanan yang cukup merupakan bagian dari berkat Tuhan bagi manusia. Kita tidak boleh meremehkan anugerah umum Tuhan, anugerah umum Tuhan itu besar sekali maknanya. Itu adalah pernyataan kasih Tuhan yang begitu dalam kepada manusia. Tuhan memberkati orang jahat, memberkati orang baik dengan pengertian umum ini. Apakah saya diperintahkan oleh Tuhan untuk berbagian di dalam bidang medis atau hukum atau perdagangan atau teologi atau apapun, mari kerjakan itu dengan sebaik mungkin, dengan menyadari Tuhan mau saya mengerjakan ini sebagai utusan dari Kristus untuk mengerjakan pekerjaanNya di bumi. Sudah terlalu lama kita mengabaikan pekerjaan kita sehari-hari sebagai aspek rohani yang harus menjadi berkat bagi orang lain. Tapi hari ini saya mau kita berubah, mari lihat pekerjaan kita sebagai sesuatu serius yang Tuhan tuntut. Karena di dalam bagian selanjutnya Tuhan tidak mengizinkan masuk orang-orang yang tidak bawa minyak itu “kamu tidak mengerjakan pekerjaanmu, enyahlah, Aku tidak mengenal engkau”. Mari kita kembali memikirkan betapa seriusnya hal ini, pekerjaan yang dikerjakan dengan sebaik mungkin demi orang lain, itu begitu penting bagi Tuhan. Di dalam konsep Teologi Reformed, baik mandat budaya maupun mandat Injil adalah sebuah kesatuan, tidak bisa dipisah. Saudara tidak bisa mengatakan ini lebih penting dari yang lain, atau yang satu lebih penting dari yang lain, keduanya tidak mungkin dipisah, keduanya adalah yang Tuhan Yesus kerjakan waktu Dia di bumi ini. Dia memperbaiki banyak hal melalui yang Dia kerjakan.. Dan dia memperbaiki banyak hal melalui mati di kayu salib, sesuai dengan panggilan yang Tuhan berikan kepada Dia. Maka mari pikirkan lagi, kita bawa lampu apa, jenis lampu apa yang Tuhan suruh kita pegang, bagaimana kita harus mengerjakan jadi terang ini, lalu apakah kita sudah menyediakan minyak? Kalau Saudara mengatakan “saya ingin merintis sesuatu yang baru, usaha yang baik, karena negara Indonesia memerlukan ini. Saudara harus memikirkan sesuatu yang akan berlangsung lama. Dan kalau Saudara memikirkan untuk sesuatu yang berlangsung lama, Saudara mungkin akan berpikir “bagaimana kalau Tuhan datang di tengah-tengah? Saya bisa rugi”. Misalkan Saudara mau membuat usaha menumbuhkan lebih banyak sawah di negara ini. Saudara mau menjadi pelopor untuk lebih banyak sawah di negara ini dan Saudara sudah canangkan “saya ingin membuat negara ini menjadi penghasil padi terbesar di dunia, di dalam waktu 20 tahun. Saya akan mulai kerjakan sekarang”. Lalu Saudara mulai pikir-pikir kalau tahun pertama Yesus sudah datang, semuanya akan percuma. Tahun pertama baru beli tanah, tiba-tiba ada bunyi terompet di sorga, lalu Saudara sadar “saya rugi, kalau tahu seperti ini lebih baik melakukan pekerjaan yang cepat saja, penginjilan ke 2 orang, orang itu terima Yesus, saya masuk sorga, selesai. Pekerjaan ini terlalu panjang, saya salah strategi”. Benarkah? Tentu bukan demikian, tapi waktu Tuhan datang, Saudara akan ditemukan setia, karena Saudara siap sedia, sedang mempersiapkan tugas dengan baik. Ini namanya siap sedia menantikan Yesus datang. Siap sedia menantikan Yesus datang adalah merancangkan pekerjaan sebaik mungkin di dalam bidang Saudara untuk menjadi berkat bagi orang lain. Kalau rancangan ini Saudara buat, Saudara akan ditemukan setia oleh Tuhan. Tapi kalau ini tidak pernah dipikirkan, cuma tahu untung, cuma tahu “saya dapat uang, senang”, Saudara tidak pernah pikir bagaimana ini menjadi berkat, bagaimana orang diberkati oleh usaha atau pekerjaan saya, maka kita menjadi orang yang tidak bertanggung jawab, yang tidak membawa minyak itu. Maka seperti yang dikatakan oleh Kitab Zakharia “RohKu (lambang dari minyak dan pelita ini) akan mengerjakan pekerjaan Tuhan di bumi”. Dan di bagian ini ada ilustrasi yang mirip. Gadis-gadis yang memegang pelita itu seperti perwujudan dari Roh Kudus yang menyatakan pekerjaanNya di bumi. Dan ini untuk kita pahami dan kerjakan sama-sama. Apakah Saudara pernah pikir yang Saudara kerjakan penting? Karena dari yang Saudara kerjakan, orang akan mendapatkan bahagia, kesenangan, kesejahteraan dan lain-lain. Kalau iya, perjuangkan ini untuk Tuhan. Kerjakan dengan sebaik mungkin, jangan sembarangan kerja, jangan sembarangan atur uang, jangan sembarangan berstrategi, jangan sembarangan menggunakan apa yang Saudara miliki.

Lalu kesalahan kedua adalah tidak melakukannya untuk Tuhan dan sesama. Apapun yang kita kerjakan dengan sebaik mungkin dan sepandai mungkin, jika bukan untuk sesama, itu sama dengan gadis bodoh ini. Tuhan mengingatkan kalau Tuhan akan datang kembali, Tuhan akan tanya “apakah engkau sudah setia, apakah Aku menemukan engkau mengerjakan pekerjaanmu dengan setia, apakah engkau sudah bertanggung jawab di dalam pekerjaan yang Tuhan percayakan kepadamu?”. Ini satu bagian penting yang harus kita pahami. Dikatakan gadis-gadis bijaksana tidak mau memberikan minyak. Ini jangan disalah-artikan, Saudara mengatakan gadis-gadis bijaksana itu pelit. Apa yang Alkitab nyatakan positif jangan Saudara bilang negatif. Apa yang Alkitab soroti dengan negatif jangan Saudara berikan arti positif. Maka jangan menambahkan penafsiran yang spektakuler dan unik. Jadi ketika gadis bijaksana ini dimintai minyak “bagi dong minyaknya”, gadis bijaksana itu mengatakan “saya punya minyak untuk kerja songsong pengantin bukan untuk menghibur kamu. Saya punya minyak ini untuk Tuhan dan saya kerjakan dengan bertanggung jawab. Saya bukan pelit, saya bukan tidak mau berbagi. Tapi satu ini saya simpan untuk kerjakan untuk Tuhan”. Maka Saudara tidak perlu menjadi orang yang tidak mengerti bagaimana mengatur keuangan. Gagal mengatur keuangan sebenarnya itu juga dosa. Mengatur keuangan hanya demi diri, juga dosa. Kalau Saudara mengatakan “saya punya uang, saya akan memberikan kepada semua orang”, ada orang minta kemudian dikasi, minta kemudian dikasi, minta kemudian dikasi, akhirnya usahanya hancur. Itu salah. Saudara jangan suruh saya berstrategi dalam keuangan bisnis, saya bukan orang yang dipanggil untuk dunia bisnis. Saya dipanggil untuk dunia gereja yang bukan bisnis. Namun saya juga harus punya bijaksana untuk mengatur keuangan gereja bersama dengan pengurus yang lain. Keuangan gereja tidak boleh dipakai sembarangan. Keuangan gereja harus didukung lewat orang-orang yang berkerinduan untuk melayani Tuhan. Itu sebabnya pengelolaan yang bijaksana sangat penting. Strategi untuk bertanggung jawab itu adalah hal yang penting. Jika dunia menuntut keketatan di dalam pekerjaan yang bertanggung jawab dan keuangan yang bertanggung jawab, Tuhan juga menuntut hal yang sama. Mari belajar hal ini, mari belajar melihat pekerjaan kita sebagai panggilan untuk menyongsong kedatangan Tuhan melalui bertanggung jawab di dalam hidup. Maka aspek pengaturan keuangan itu sangat penting sekali. Itu sebabnya kita tidak boleh menganggap bahwa keuangan yang diberikan bisa dengan bebas kita gunakan seenak mungkin, tidak. Semua harus digunakan untuk tanggung jawab kepada Tuhan, menjalankan apa yang Tuhan percayakan untuk kita lakukan. Kalau Saudara mengatakan “saya punya uang sejumlah ini, ini harus saya pikirkan untuk mengembangkan usaha”, itu strategi baik yang harus dipikirkan baik juga. Demikian para gadis bijaksana ini menolak untuk memberikan minyak mereka. Mengapa mereka melakukan itu, apakah tidak punya belas kasihan? Bukan karena itu, tapi karena mereka tahu berstrategi untuk menggenapi pekerjaan mereka. Mereka harus menyongsong pengantin datang, mereka harus menyalakan pelita, mereka tidak boleh sembarangan, maka mereka harus menjaga minyak mereka. Bukan untuk diberikan sembarangan, semua orang boleh ambil asalkan mereka minta, tidak bisa begitu. Maka ketika gadis-gadis bodoh itu minta karena mereka sudah pikir “gadis bijaksana pasti baik, orang bijak kan baik. Yang baik itu biasanya mudah ditipu”, sehingga akan datang dan mengatakan “minta dong”. Gadis bodoh cuma tahu minta-minta, “saya perlu uang, saya minta ya. Saya perlu minyak, saya minta”, tidak pernah pikir bagaimana kesulitan orang lain menyiapkan minyak ini, pokoknya kalau ada orang lain yang punya, akan diminta. Ini adalah sikap yang tidak baik. Saya sangat sedih ketika banyak orang mau masuk ke dalam pelayanan, disuruh untuk mencari uang sendiri. Bagi saya itu tindakan kejam. Saya sangat bersyukur di dalam Gerakan Reformed ini Tuhan memelihara dan memberikan kecukupan. Bagaimana orang bisa menghargai pekerjaan Kristen, kalau pekerjaan Kristen selalu identik dengan minta-minta. Minta ini minta itu, pokoknya kamu ada uang silahkan kasi ke saya, kamu ada sumber kasi ke saya. Kalau kamu punya sumber saya juga perlu. Tapi kita tidak pernah pikir orang itu punya sumber yang harus dia pertanggung-jawabkan kepada Tuhan. Banyak orang mengatakan “GRII Pusat itu banyak uang”, tapi Pak Tong selalu mengingatkan “bukan banyak uang, tapi perlu banyak uang karena perlu kerjakan banyak hal”. Gadis bodoh ini bukan hanya bodoh tapi juga jahat dan tidak peduli kesulitan orang lain, “yang tahu kamu ada, kasi uang dong. Kalau kamu punya uang berikan kepada kami”. Pernahkah kita gereja, waktu mau mengadakan sesuatu kemudian minta uang kepada yang lain? Tidak. Kita kerjakan KKR untuk menjadi berkat bagi kota ini, bukan untuk diri kita. Kita yang tanggung biaya untuk sewa gedung, kita tanggung biaya untuk segalanya. Ada beberapa orang yang bukan dari gereja kita berbagian karena mereka tahu pelayanan Pak Tong. Tapi kita tidak pernah minta, kita tidak datang ke pemilik gedung dan mengatakan “Pak, kami mau sewa gedung, tolong kasi free. Karena kita sama-sama orang Kristen”, kita tidak pernah lakukan itu. Karena kita tahu dia juga harus bertanggung jawab gedungnya kepada Tuhan. Kita harus cari uang, kita harus mencukupkan apa yang kita perlukan untuk kebutuhan ini. Itu sebabnya belajar mencukupkan diri, belajar menjadi berkat, itu panggilan Kristen yang penting. Jangan menjadi orang yang hanya tahu mengandalkan orang lain, “mudah, kalau saya perlu apa, tinggal telepon si ini, tinggal minta si ini. Kalau ada orang yang saya bisa minta, saya bisa amankan keuangan dari dia, itu sudah aman”. Di dalam tradisi percakapan hamba Tuhan yang jahat ada istilah burung gagak. Ini istilah rohani untuk orang yang suka support pendeta, burung gagak, mirip seperti yang dialami Elia. Elia tinggal di tepi Sungai Kerit, yang kasi makan adalah burung gagak. Biasanya orang akan mengatakan “di gerejamu ada berapa ekor burung gagak?”. Saya paling benci dengar orang yang mengatakan seperti ini “di gerejamu ada berapa burung gagak?”, saya mengatakan “di gereja kami tidak ada burung gagak, kami semua elang, kami semua perkasa, bukan gagak”. Burung gagak itu punya konotasi yang negatif, identik dengan burung yang suka mencuri dan juga identik dengan hal-hal negatif, kuasa jahat. Sebenarnya tidak ada kesan agung kalau dibilang seperti burung gagak. Mengapa orang bilang seperti itu? “Karena saya bekerja dan saya juga perlu tambahan uang, saya perlu dekati orang untuk nanti support saya”. Saya dengar cerita kalau di sebuah gereja ada pendeta yang sangat senang hari raya karena dia pasti akan mendapat banyak hadiah dari jemaat dan banyak pemberian. Kalau dekat Natal itu keuangan bertambah, hadiah bertambah, paling senang kalau dekat Natal karena ada semangat Natal dari jemaat, semangat memberi. Tapi pendetanya tidak mau memberi. Hamba Tuhan tidak tahu memberi, hanya tahu minta-minta itu sama dengan gadis yang bodoh. Gadis yang bijaksana tidak mudah dibodoh-bodohi, tidak mudah diberikan muka belas kasihan. Gadis yang bijaksana cuma mengatakan “saya punya tugas. Saya harus kerjakan tugas ini. Maaf ya, ini tugas saya. Kamu silahkan beli saja, cari di tempat lain”. Akhirnya mereka cari di tempat lain, susah mendapatkannya. Setelah dapat, mereka kembali ke tempat pesta dan pintu sudah ditutup, pesta sudah dimulai. Mereka ketok-ketok mengatakan”izinkan kami masuk, kami sudah punya minyak”, orang yang di dalam tanya “untuk apa minyaknya?”, “untuk menyalakan pelita”, “terus untuk apa pelitanya?”, “untuk menyongsong pengantin masuk ke rumah”, “pengantinnya sudah masuk”, apa gunanya pelita ketika pengantin itu sudah masuk ke rumah. Mereka tidak punya alasan untuk diizinkan masuk. Karena orang yang bertugas menyongsong seharusnya berjalan di depan, kalau bertugas menyongsong mengapa berjalan di belakang?

Biarlah kita bertanggung jawab di dalam hidup kita, jangan menjadi orang yang cuma minta-minta, tapi jadi orang yang berstrategi, simpan uang baik-baik, pelihara baik-baik kepercayaan yang Tuhan berikan, tanggung jawab sebaik mungkin dan fokus kepada pekerjaan Tuhan lebih dari pada sekedar mendengar seruan bujuk rayu orang minta-minta uang. Harap perhatikan ini baik-baik, Saudara tidak menjadi orang Kristen yang gagal kalau Saudara berbelas-kasihan namun tidak sembarangan memberi. Tapi kalau Saudara tidak sembarangan memberi bukan karena alasan kikir atau pelit, tapi karena alasan saya punya fokus, uang ini dari Tuhan. Saya kerja keras dan Tuhan berikan uang ini, harus saya pakai untuk kebahagiaan orang banyak. Harus saya pakai untuk menjadi berkat yang lebih secara bertanggung jawab. Dari sini Saudara akan menjadi orang Kristen yang menjalankan hidup sebagai panggilan dan menjalankannya dengan segala keseriusan. Inilah pengertian yang indah sekali dari menantikan kedatangan Tuhan. Yesus mengatakan “mau menantikan kedatangan Tuhan?”, “mau, saya mesti melakukan apa?”, “kerjakan pekerjaanmu sehari-hari dengan bertanggung jawab”. “Apa itu bertanggung jawab?”, kerjakan dengan sebaik mungkin, dengan atur sebaik mungkin, dengan kelola sebaik mungkin, dan kerjakan untuk kebahagiaan orang lain, kerjakan untuk bahagia dari komunitas dan kamu sedang mempersiapkan kedatangan Tuhan. Kiranya ketika Tuhan datang, Tuhan menemukan kita setia di dalam segala panggilan yang Dia perintahkan kepada kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Apakah kita menjadi kering?

(Markus 11: 12-14, 20-26)
Pada bagian ini kita mesti hati-hati melihat apa yang orang Yahudi pahami, bagaimana orang Yahudi melihat ini, adakah ayat dari Perjanjian Lama menolong kita untuk memahami bagian ini? Karena kalau kita ambil pengertian lepas dari Kitab Suci, kita akan mendapat pengertian yang jauh dari maksud Tuhan. Ayat 13 dikatakan “dari jauh Yesus melihat pohon ara yang sudah berdaun, Dia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon ara itu. Tapi waktu Ia tiba di situ Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara”. Saudara melihat tindakan aneh dari Tuhan Yesus? Belum musim buah ara, untuk apa cari buah? Terjemahan yang lebih akurat mengatakan sebab ini adalah musim sulung buah ara. Ini bukan musim buah ara, ini adalah musim sulung buah ara, berarti akan ada satu dua pohon yang akan berbuah lebih dulu dari pohon lain. Sebelum banyak pohon ara lain yang berbuah, akan ada pohon yang keluarkan buah sulung. Ini yang biasanya akan dipersembahkan kepada Tuhan, kalau Saudara punya pertanian atau kebun. Akan ada pohon-pohon yang akan mengeluarkan buah sulung. Yesus menantikan buah sulung, ini musim buah sulung, bukan musim buah. Ini terjemahan yang mungkin akan diperbaiki oleh LAI dalam satu atau dua tahun lagi. Yesus menantikan dapat buah sulung, tapi pohon yang Dia lihat tidak memberikan buah apa pun. Maka kataNya kepada pohon itu “jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya”, dan muridNya pun mendengarnya. Sadis, lapar, tidak dapat makanan langsung memberikan kutuk. Apakah itu yang dimaksud? Ternyata tidak, yang Yesus kerjakan di dalam berita akhir zaman selalu mempunyai pemunculan kisah dari Perjanjian Lama. Ada re-enactment, ada menghidupkan kembali adegan dalam Perjanjian Lama. Jadi ada sesuatu terjadi di Perjanjian Lama yang dimunculkan kembali, itu akan memberikan hint akhir zaman sudah tiba, penghakiman Tuhan sudah dekat, Tuhan sudah mau datang kembali. Banyak hal dari Perjanjian Lama diulang kembali. Maka di dalam bagian ini Yesus sedang menyatakan pengulangan dari peristiwa pohon ara di dalam beberapa kitab di Perjanjian Lama. Yang pertama Saudara bisa lihat di Yeremia 8: 13, ini merupakan ayat yang penting, di ayat itu Tuhan marah, Dia mengatakan “Aku berharap engkau hai Israel menjadi buah sulungKu. Aku harap engkau menjadi pohon ara yang menghasilkan buah sulung. Tapi yang Aku dapati hanya pohon hanya batang dan daun saja. Aku tidak melihat buah di tengah-tengah kamu hai Israel. Engkau adalah pohon araKu tapi engkau tidak memberikan buah sama sekali. Jangankan buah sulung, engkau tidak memberikan hasil sama sekali”, inilah pernyataan Tuhan di dalam Yeremia 8. Di dalam Yeremia 8, Tuhan memberikan teguran kepada Israel “kamu pohon araKu, mana buah araKu?”. Tuhan adalah Tuhan yang memberikan kepada manusia peran di dalam ciptaan. Dan peran itu mulia sekali, manusia adalah gambar Allah. Lalu Tuhan memanggil Israel untuk memberikan peran kepada mereka, dan peran itu mulia sekali karena peran itu adalah sebagai umat Tuhan. Setiap peran yang agung ini akan Tuhan tuntut dengan besar juga. Itu yang Tuhan katakan kepada Israel, “engkau adalah umatKu maka engkau harus berfungsi sebagai umat. Aku memberikan kasihKu kepadamu, Aku memberikan tanah yang subur, Aku memberikan segalanya untuk engkau supaya engkau berfungsi sebagai umat”. Keselamatan diberikan supaya Israel berfungsi, keselamatan diberikan kepada kita supaya kita berfungsi sebagai umat Tuhan. Maka ketika Tuhan tidak melihat buah dari Israel, Tuhan marah dan Tuhan hukum mereka. Tapi jangan berpikir Tuhan itu adalah Allah yang sedikit marah langsung hukum, sedikit emosi langsung murka, sedikit terprovoke langsung menurunkan api dari langit, tidak. Karena Tuhan menyatakan ini dalam Kitab Yeremia, kitab yang ditulis di abad ke-6 sebelum Masehi. Tuhan sudah panggil Israel dari abad ke-13 sebelum Masehi. Dari tahun 1200-an sebelum Masehi, Israel sudah dibentuk menjadi umat dan sampai tahun 500 atau 600-an sebelum Masehi, Tuhan tidak melihat Israel setia. Berarti Tuhan sudah bersabar beratus-ratus tahun dan ketika Dia menanti ratusan tahun tetap tidak ada buah, maka ada saat dimana Tuhan memberikan penghakiman dan mengatakan “sekarang engkau kering dan engkau akan dibuang”, itulah momen ketika Tuhan menyatakan pembuangan ke Babel. Lalu pada bagian lain misalnya Yeremia 24, di situ Tuhan sekali lagi menyatakan “Israel, engkau adalah pohon araKu. Banyak buahmu yang busuk dan sedikit yang baik. Aku akan ambil yang baik dan akan pisahkan yang busuk. Yang baik akan Aku terima, yang busuk Aku buang”. Jadi Tuhan menyatakan di tengah Israel masih ada buah sedikit. Tetapi kebanyakan orang-orang yang di tengah Israel adalah orang-orang yang busuk, pemimpin yang busuk, orang yang tidak setia, orang yang menyembah berhala, orang yang kejam, orang yang kasar, orang yang mencuri dari orang lain, orang yang menindas orang lain. Maka Tuhan mengatakan “busuknya buah Israel membuat Aku mau membuang Israel ke pembuangan di Babel”. Saudara coba search di Alkitab elektronik, kata-kata yang lumayan penting secara teologis, dan buah ara adalah kata yang mempunyai makna simbolik yang sangat penting.

Di dalam Hosea 9: 10, Tuhan mengatakan Israel adalah buah ara yang sulung. Tuhan sangat berharap kepada Israel. Dia melihat bangsa lain kering dan Dia murka kepada mereka. Tapi kemurkaan Tuhan kepada bangsa lain tertutup oleh kesenanganNya kepada Israel. Ini bagian yang penting dari Kitab Hosea, dari semua bangsa-bangsa yang mendukakan hati Tuhan, ada satu yang Tuhan harap memberikan kesenangan kepada Dia. Karena seluruh bumi tidak ditangani dengan benar, Tuhan mau manusia memenuhi bumi dengan keadilan, kebenaran, kesucian dan damai. Tapi manusia hidup dengan cara yang rusak, maka Tuhan sedih hatiNya melihat bumiNya hancur. Kita jangan masuk dalam pemikiran Platonis dari Yunani, bumi biarkan saja hancur yang penting sorga. Bumi hancur karena dosa dan bumi akan diperbaiki karena ada penebusan. Saudara tidak boleh menganggap hidup di bumi itu tidak penting. Hidup di bumi adalah hidup yang Tuhan tuntut. Pak Stephen Tong pernah mengatakan hidup di bumi itu penting, karnea hidupmu di bumi ini akan menentukan nasib kekalmu. Hidup di bumi itu sangat penting, itu sebabnya di dalam retreat Sekolah Minggu ditekankan bahwa panggilan itu penting, anak-anak harus mengenal panggilan dari sejak mereka kecil, sehingga mereka tahu mereka adalah ciptaan Tuhan untuk mengerjakan sesuatu di bumi ini. Kerja sesuatu sesuai panggilan Tuhan. Ketika bangsa-bangsa sudah gagal mengerjakan panggilan mereka, Tuhan masih terhibur ada Israel. Di dalam pengharapan Tuhan dapat penghiburan waktu melihat Israel, justru Tuhan melihat kebobrokan yang lebih parah dari bangsa lain. Tuhan bisa bayangkan berapa hancurnya hati Tuhan. Ini akan Saudara dapat kalau banyak baca dari Yeremia, Yehezkiel, Yesaya, di situ Saudara akan melihat sakit hati Tuhan yang besar. Dan orang tidak akan sakit hati kepada orang yang tidak diharapkan. Tuhan melihat bangsa-bangsa sudah menyeleweng dan Tuhan berpaling kepada Israel, permataNya Tuhan, biji mataNya Tuhan. Tuhan melihat seluruh bangsa berpaling menyembah berhala, dan Tuhan melihat Israel dan Dia berharap akan ada umat yang sujud kepada Dia. Tapi sia-sia Dia menantikan itu. Maka ketika Dia melihat Israel, Dia mengatakan “engkau seharusnya menjadi pohon ara, engkau seharusnya menghasilkan buah sulung, engkau seharusnya menyatakan apa yang aku harap ada padamu. Tapi engkau tidak bisa lakukan itu”. Israel memberontak, Israel jatuh, Israel menyeleweng, Israel mengabaikan Tuhan, Israel menghancurkan hati Tuhan. Kita bisa menghancurkan hati Tuhan, kita bisa merobek hati Tuhan. Tidak seperti orang lain yang Dia tidak pilih dan tidak pedulikan. Setiap orang yang dipanggil menjadi umat bisa menghancurkan hati Tuhan, dan Tuhan bisa marah kepada orang-orang ini. Maka di dalam Kitab Hosea ada banyak gambaran tentang pernikahan, kesetiaan dan pelacuran, ini untuk menunjukan tindakan Israel yang sembarangan mirip dengan tindakan perempuan yang melacurkan diri, menyakitkan hati suaminya. Israel sebagai buah ara, buah sulung sangat jelas di dalam kitab Hosea. Lalu di bagian lain ada Kitab Zakharia 3: 10, ini adalah kitab yang sedikit memberi penghiburan karena Tuhan mengatakan “Aku akan undang engkau, Israel, berada di bawah pohon ara dan makan jamuan bersama-sama”. Di bawah pohon anggur dan di bawah pohon ara akan menikmati jamuan bersama-sama. Ini sangat mirip dengan kisah Zakheus, dia adalah seorang yang memanjat pohon sikamor, mirip dengan pohon ara. Tuhan mengatakan “Zakheus turunlah”, dia menjadi buah sulung, “Aku mau adakan perjamuan di rumahmu”, itu kutipan dari Zakharia 3: 10. Jadi banyak sekali kehidupan Kristus yang merupakan re-enactment, menghidupkan kembali kisah-kisah di dalam Perjanjian Lama. Maka waktu Yesus melihat pohon ara, ini dicatat sebagai peristiwa penting, ini bukan hanya peristiwa Yesus lapar dan tidak mendapat makan. Itu peristiwa kurang penting, Yesus pernah tidak makan selama 40 hari, apa susahnya Dia tunggu 1 hari lagi. Berarti Tuhan sedang menyatakan pesan yang penting sekali. Pesan ini begitu penting sehingga saya sangat berharap Saudara bisa dapat apa yang saya sampaikan ini di dalam keutuhan pesan yang kuat. Seringkali orang mengeluh “saya kalau dengar khotbah sulit mengerti, khotbahnya panjang dan harus diikuti, kalau loss 1 maka loss semua”, saya berharap Saudara benar-benar memberikan konsentrasi untuk mendengarkan rangkaian argumen yang saya berikan. Buah ara adalah Israel, buah ara adalah tanda yang akan menjadi pemulihan Israel, Zakharia 3: 10. Jadi Tuhan memakai simbol buah ara untuk menyatakan pembuangan dan pemulihan. Tuhan Yesus menyatakan kepada pohon ara ini “engkau tidak akan memberi buah, orang tidak akan makan buah dari engkau lagi selama-lamanya”. Itu merupakan pernyataan yang mengaitkan orang kepada Yeremia 8, 24, Hosea 9 dan Zakharia 3, semua berkait. Dan itulah sebabnya peristiwa ini dicatat. Ini sekali lagi bukan mengenai Yesus kurang makan dan ada pohon kurang ajar yang tidak mau memberikan buah. Ini mengenai simbol pembuangan dan pemulihan bagi Israel.

Di bagian selanjutnya dikatakan oleh Tuhan Yesus “jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya”, dan murid-muridNya pun mendengarnya. Kisah di dalam Matius lebih singkat, Markus memanjangkan cerita ini dengan menyelipkan peristiwa Yesus menyucikan Bait Allah. Kita tidak detail membahas ini, tapi peristiwa ini berkait dengan pohon ara yang kering. Orang yang membaca Lukas langsung tahu Tuhan sedang tarik pengertian pohon ara yang kering ini dengan para tokoh Bait Suci. Siapa pohon ara itu? Israel. Siapa mewakili Israel? para pemimpin Bait Suci. Para pemimpin Bait Suci inilah pohon ara yang kering itu. Maka Yesus masuk ke Yerusalem dan Dia melihat orang-orang berjualan di halaman Bait Suci. Halaman Bait Suci adalah milik orang-orang yang dari bangsa-bangsa lain mau menjadi Israel, mau jadi umat Tuhan. Mereka mau disunat, mau mengikuti upacara-upacara dan tata cara agama Israel. Lalu mereka datang ibadah di tempat yang dikhususkan untuk mereka. Tapi pada waktu itu pemimpin-pemimpin Bait Suci mau kerja sama dengan orang untuk memberikan tempat mereka berjualan, dan tempat itu adalah tempat orang kafir yang mau bertobat. Dengan cara ini pemimpin Bait Suci meremehkan bangsa lain yang mau datang. Mereka mengatakan “bangsa lain itu kafir, biarkan neraka untuk mereka. Mereka tidak perlu bertobat, biar Tuhan dan Israel saja yang menjadi komunitas persekutuan yang indah. Biarkan bangsa lain binasa dalam nerakaNya Tuhan”. ini membuat Tuhan Yesus marah, Tuhan Yesus segera menyatakan “ada tertulis rumahKu akan disebut rumah doa bagi segala bangsa. Namun engkau telah menjadikannya sarang penyamun”. Pdt. Eko pernah mempunyai penafsiran yang unik tentang sarang penyamun, dia selidiki istilah itu dalam survei dan studi yang dilakukannya, sarang penyamun adalah tempat dimana orang bisa mengeluarkan segala kekasaran dan segala sifatnya di komunitas itu. Sarang penyamun itu tidak seperti yang kita pikir yaitu kumpulan orang-orang jahat. Yang dimaksudkan adalah ada tempat dimana orang bisa mengekspresikan dirinya sebebas mungkin dan tidak dianggap menjijikan. Sarang penyamun bagi orang Yahudi adalah tempat dimana mereka berkoar-koar menyatakan kemenangan orang Yahudi, padahal itu tidak real, tempat itu adalah Bait Suci. Mereka datang ke Bait Suci dan menyerukan “hidup bagi Israel, Tuhan Allah kita. Tuhan pimpin kita, semua bangsa rebah, semua pemimpin-pemimpin lain hancur. Allah melantik rajanya di gunung yang kudus. Seluruh raja hancur”, begitu keluar Bait Suci, mereka memberi hormat lagi kepada orang Romawi. Maka Tuhan sangat marah kepada mereka, dan imam-imam kepala langsung marah dan berniat untuk mematikan Yesus. Yesus mau dimatikan hanya karena 2 hal, pertama karena Sabat, kedua karena Bait Suci. Semua hal lain offensive tapi tidak seperti 2 hal ini. Alkitab dengan jelas menyatakan alasan Yesus dimatikan. Pertama karena konsep Sabat, yang kedua karena Bait Suci, ini dua hal yang secara time sangat khusus bagi Israel, dan secara space sangat khusus bagi Israel. Yesus melampauai time dan space di dalam pengertian Israel, maka Dia berhak menentukan kapan Sabat, Dia berhak menentukan di mana Bait Allah. Tapi orang Yahudi tidak mau ini diubah. “Kapan Sabat, kami tidak tahu dan Engkau jangan memberi tahu. Tempat Allah dimana, kami tahu, tempat inilah Bait Allah, jangan ubah tempat ini”. Tapi Yesus adalah Raja yang berhak mengubah kapan Sabat dan Dia adalah Raja yang berhak mengubah dimana Bait Suci. Karena offense-Nya Yesus terhadap Sabat dan Bait Suci, mereka mengatakan “kami mau membunuh Engkau”. Tapi setelah itu kisah berlanjut mengenai pohon ara yang kering. Markus menekankan Israel sudah rusak, pemimpin-pemimpinnya bobrok dan selanjutnya di ayat 20 “pagi-pagi setelah Yesus dan murid-muridNya lewat”, kalau sebelumnya dari luar Yerusalem lewat pohon ara ke Yerusalem, sekarang dari Yerusalem mau keluar dan ketemu dengan pohon ara yang sama maka mereka melihat pohon ara itu sudah kering sampapi akar-akarnya. Maka teringatlah Petrus akan apa yang sudah terjadi lalu dia berkata kepada Yesus “Rabi lihatlah pohon ara yang Engkau kutuk itu sudah kering”. Petrus dan murid-murid yang lain mengerti hal ini, mereka mengerti pohon ara, mereka tidak akan sama seperti kita yang kebingungan melihat ini. Murid-murid mengerti dengan benar, “Tuhan, mengapa begini, apakah kita akan dibuang lagi seperti yang dinyatakan dalam Kitab Yeremia? Apakah Tuhan sudah marah kepada kami, sudah sedemikian putus asakah kami, sudah sedemikian hancurkah kami, sudah sedemikian marahkah Engkau? Apakah tidak ada harapan bagi kami?”, ini yang murid-murid khawatirkan. Yesus menjawab “percayalah kepada Allah”, di sini kita bingung kaitannya apa. Penghakiman, Israel dibuang, pohon ara menjadi kering, tiba-tiba keyakinan doa yang sangat bersifat pentakosta karismatik. “Percayalah kepada Allah”, ini ayat yang kita suka sebagai orang Kristen. “Aku berkata kepadamu sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut, asal tidak bimbang hatinya tapi percaya bahwa apa yang dikatakannya akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya”. Mengapa kalimat itu dikaitkan dengan doa, mengapa Yesus mengatakan “kalau kamu berdoa, kamu harus percaya”, percaya itu berarti tidak bimbang, jangan bimbang hatimu. Tapi coba selidiki baik-baik perkataan doa, percaya dan bimbang. Di dalam seluruh Kitab Suci di Perjanjian Baru, mulai dari Matius, Yakobus kemudian bagian lain, kalau ada kaitan doa percaya, doakan dengan sungguh-sungguh selalu akan berkait dengan penghakiman. Yakobus mengatakan “lihat Elia orang biasa, dia berdoa dan penghakiman Tuhan datang, dia berdoa dan penghakiman Tuhan berhenti”, dia orang biasa tapi berdoa penghakiman dan terjadi. Jadi doa yang berkait dengan penghakiman itu yang senantiasa dikaitkan dengan percaya dan dengan yakin dan dengan orang benar. Jadi ini bukan sembarang doa. Saudara berdoa, meskipun tidak belajar tapi Saudara yakin dan percaya akan lulus ujian, “Tuhan, aku percaya padaMu, meskipun aku tidak belajar, aku akan mendapat A”, Tuhan tidak akan mendengar doa seperti ini. Kalau baca Alkitab mesti teliti, jangan kalau ada ayat yang begitu menarik langsung dijadikan ayat emas yang kita tidak tahu ambil dari mana. Itu seperti mengambil bagian dari sebuah mobil, mesinnya Saudara lepas, dan Saudara tidak tahu dari mana. Ketika diminta untuk memasukannya lagi, Saudara tidak tahu dari mana, maka tamatlah mobil Saudara. Kita sering mengambil ayat emas, tapi kita lupa ambil dari mana, ayat itu akan berhenti jadi emas. Berhenti jadi emas karena dia harus bersatu dengan bagian yang lain. Maka coba selidiki baik-baik, ketika Tuhan mengatakan doa orang benar, pembenaran (ini bukan pembenaran versi Martin Luther, dia bicara pembenaran di dalam kasus yang lain) ini doa orang benar yang akan mendatangkan penghakiman. Yakobus mengatakan doa orang benar besar kuasanya. Dan Yakobus mengatakan ini di dalam konteks mendoakan orang yang sakit, olesi dia dengan minyak, minyak tanda pertobatan. Mengapa orang sakit disuruh bertobat? Ini orang sakit karena dihukum Tuhan, penghakiman, ini bukan sembarang orang sakit. Yakobus sedang bicara konteks penghakiman. Maka Saudara tidak bisa pakai konteks Yakobus untuk orang-orang sakit di rumah sakit, kecuali Saudara tahu mereka sakit karena mereka jahat. Yakobus sedang mengatakan jika engkau berkunjung ke orang sakit, olesi dia dengan minyak, doakan dia. Kalau dia bertobat, akan disembuhkan. Kalau ada dosanya, dia akan diampuni. Jadi ini bukan perkunjungan biasa, ini adalah perkunjungan untuk menegur orang yang ada dalam kesusahan, tapi dia adalah orang berdosa. Kalau kita punya musuh, musuh Tuhan, lalu dia sakit, Saudara bisa kunjungi pakai metode Yakobus. Dan ini adalah doa yang menurut Yakobus punya dua kekuatan yang pertama. Saudara kalau orang benar, punya kekuatan untuk membuat penghakiman Tuhan tiba. Yang kedua, Saudara juga punya kekuatan untuk membuat pengampunan Tuhan juga tiba.

Ayat 23 “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya”. Gunung beranjak itu apa? Tadi kita melihat klip dari Palu dan sekitarnya, di dalam keadaan gempa karena pergeseran kulit bumi, akan sangat sering terjadi pergeseran hal yang tadinya tidak terpikir tergeser. Di dalam tradisi timur dekat kuno selalu akan ada gunung yang dipuja sebagai tempat dewa terkuat. “Ada gunung tempat dewa terkuat dan ini adalah gunung kami”, gunung itu selalu dijadikan tempat keramat. Ada gunung-gunung yang dianggap penting, dianggap istimewa, dianggap sebagai kekuatan inti dari dewa paling kuat di bangsa itu. Maka gunung ini tidak boleh bergerak. Tapi orang Israel mengatakan “Tuhanku adalah Tuhan yang akan menggerakan gunung sesukaNya”, itu maksudnya gempa. Bahkan bisa jadi Dia akan gerakan gunung sampai tercampak ke laut. Gunung dan laut itu kekuasaan dua dewa yang beda. Kalau gunung sampai pindah ke laut itu berarti dewa gunung ditelan dewa laut. Dan biasanya orang akan melihat dewa laut itu sebagai dewa yang jahat, dewa gunung itu sebagai yang baik. Kerajaan-kerajaan punya dewa jahatnya di laut. Dewa jahat di laut, dewa utama di gunung, kalau gunung tercampakan ke laut berarti kamu habis. Yang jahat yang menang dan yang baik itu yang hancur. Tapi dalam tradisi Israel, gunung bergerak karena Tuhan, Tuhan tidak punya gunung yang khusus. Tuhan punya gunung yang khusus di Sinai, setelah itu Dia pergi, Tuhan tidak enetap di satu gunung. Dia pindah-pindah ke gunung manapun karena Dia tidak harus diam di gunung. Allah Israel bukan Allah gunung, tapi Dia sendiri adalah gunung. Ini pengertian Israel yang beda dengan yang lain, “Engkaulah Gunung Batuku”, maksudnya tidak ada gunung di bumi yang kami pegang dan kami andalkan sebagai tempatnya Tuhan. Bangsa lain punya gunung keramat, Israel tidak punya. Ketika Israel mengatakan gunung keramat kami adalah Yerusalem karena di situ ada Bait Suci, Yeremia mengatakan Tuhan akan hancurkan Bait Suci, Tuhan tidak harus menetap di situ. Israel punya Allah yang beda dengan allah yang lain. Semua allah lain punya gunung sebagai markas, hanya Allah yang adalah gunung itu sendiri. Allah adalah Gunung Batuku, bukan Allah punya gunung batu. Lalu bagaimana dengan gunung-gunung di bumi? Semua gunung di bumi bisa bergerak, bisa bergoncang. Maka ada perkataan “meskipun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoncang, Tuhan tetap stabil”, karena Tuhan bukan di gunung. Kalau suatau saat Saudara melihat gempa menakutkan dan melihat gunung bisa berpindah, Saudara harus tahu Tuhan tidak di gunung itu, Tuhan yang menggerakan gunung. Ini pengertian yang luar biasa agung. Kalau kita tidak mengerti ini, kita akan bingung “gunung tercampak ke laut? Mengapa ada orang berdoa mencampakan gunung?”, karena kita tidak mengerti latar belakangnya. Di dalam bagian ini, gunung beranjak itu pertanda penghakiman. Saudara bisa melihat di Mazmur 46: 3-4; 29: 6; 97:5; 114:6, dan ini hanya bagian kecil dari banyak lagi pemberitaan tentang gunung yang Tuhan goncangkan. Bahkan ada ayat yang mengatakan Tuhan ubah gunung menjadi air, ini namanya gunung tercampak ke laut. Ini bicara tentang penghakiman. Yang Yesus katakan adalah jika engkau mau berdoa untuk penghakiman itu akan terjadi. Ini kuasa besar sekali. Dan ini mirip dengan yang Yesus katakan di Yohanes, ketika Dia bangkit, Dia berkata kepada para murid “barangsiapa orang kamu tetapkan dosanya ada”, dosanya ada, “barangsiapa orang kamu hapus dosanya”, dosanya dihapus, ini pekerjaan gereja yang sangat besar. Injil adalah berita yang membuat gereja punya kuasa demikian besar untuk menyelamatkan orang lewat pemberitaan dia. Juga punya kekuasaan besar untuk menghakimi orang yang tidak mau datang kepada Tuhan. Maka dalam bagian ini Yesus sedang berbicara tentang penghakiman, sama seperti yang Dia lakukan kepada pohon ara. Dia menghakimi pohon ara dan penghakimannya terjadi. Petrus mengatakan “bisa kering”, Yesus mengatakan “engkau pun akan melakukan hal yang sama. Engkau berdoa untuk penghakiman dan penghakiman itu akan terjadi”. Orang percaya punya kuasa demikian besar. Saudara bisa berdoa dan mengatakan “Tuhan, berapa lama lagi engkau akan biarkan orang fasik berkuasa? Hancurkan mereka”. Wahyu 6 berbicara tentang hal ini, tentang jiwa orang yang sudah dipenggal di bumi. Jiwanya pergi ke sorga dan ada di mezbah Tuhan di sorga, tempat yang sangat dekat dengan tahta Tuhan. Lalu di mezbah itu mereka berseru “berapa lama lagi ya Penguasa Maha Adil, Engkau tidak membalaskan darah kami?”, ini permohonan untuk keadilan. Petrus mengatakan “bagaimana bisa kering?”, Yesus mengatakan “kamu juga harus tahu bahwa kalau kamu percaya dan tidak bimbang, kamu dapat berdoa untuk penghakiman dan itu akan terjadi”.

Tapi apa maksudnya percaya dan tidak bimbang? Percaya itu tidak identik dengan yakin, percaya itu identik dengan kebenaran. Percaya dan tidak bimbang berarti Saudara tahu yang layak dihakimi benar-benar layak dihakimi dan Saudara doakan untuk itu. Bisakah kita doakan untuk orang layak dihukum? Bisa, tapi kita harus yakin dia benar-benar orang yang harus dihukum. Saudara lihat orang yang bersalah, Saudara langsung hantam mereka dengan penghakiman, maka mungkin Saudara belum tentu orang yang percaya dalam pengertian ini, belum tentu orang benar, belum tentu orang yang punya hikmat yang akurat. Hakim yang bijak akan menyatakan keadilan, hakim yang jahat itu akan menyatakan kekacauan. Hakim yang benar akan menghakimi dengan benar. Hakim yang jahat akan menghakimi dengan jahat. Hakim yang terima suap akan menghancurkan keadilan Tuhan. Maka orang benar berkait dengan hakim. Pengadilan yang adil, keputusan yang tepat, pernyataan yang tepat, siapa yang dibenci dan diusir adalah orang yang benar-benar mau dibenci dan diusir oleh Tuhan. Tapi orang yang mau ditarik kembali oleh Tuhan, akan diberikan kesempatan untuk pengampunan. Maka Tuhan Yesus mengingatkan kepada murid-murid, ini murid-murid secara komunal bukan individual, “kamu punya kemampuan untuk menjatuhkan penghakiman bagi orang”. Kalau gereja mengatakan “engkau adalah orang berdosa, tidak boleh ikut perjamuan, kamu dianggap bukan orang percaya”, gereja punya kekuatan untuk menyatakan orang ini belum berada di dalam Kristus. Tapi gereja tidak boleh melakukannya dengan sembarangan. Maka di dalam selanjutnya Yesus mengatakan “karena itu Aku berkata apa yang kamu minta dan doakan (dalam hal kebenaran tadi) percayalah bahwa kamu telah menerimanya maka hal itu akan diberikan kepadamu”. Tapi ayat 25 mengingatkan “tapi kamu harus ampuni orang, kamu harus minta pengampunan, kamu harus punya belas kasihan, dan kemampuan toleransi kepada dosa orang”. Ini indah sekali, “jika kamu berdiri untuk berdoa penghakiman, ampuni dulu sekelilingmu”, jangan sampai Saudara berdoa karena amarah diri bukan karena kesucian Tuhan, tapi karena emosi dan dendam di dalam diri. Orang yang benar adalah orang yang toleransi untuk dirinya dilanggar itu besar sekali. Orang benar punya kuasa doa yang besar, tapi orang benar punya toleransi untuk dirinya dilanggar yang besar. Yesus punya toleransi untuk diriNya dilanggar itu besar sekali. Ada orang yang meludahi Dia, apakah Dia langsung mengatakan “Tuhan, kiranya lemparkan speedfire dari sorga, biar dia hangus”, tidak, Dia diam. Waktu orang menghina Dia di atas kayu salib, mereka mengatakan “turun, baru kami akan percaya”, Dia tidak iseng-iseng turun. Dia punya toleransi untuk diriNya dilanggar itu sangat besar, maka Dia adalah orang yang benar. Dan Dia yang akan menghakimi pada akhirnya nanti. Dia yang menentukan siapa binasa sampai selamanya dan siapa yang bisa diselamatkan. Yesus mengingatkan kepada orang Israel, kalau Tuhan sudah menyatakan “cukup, Aku tidak menemukan buah bagi kamu”, Tuhan berhak untuk menghentikan berkatNya, Tuhan berhak untuk membuat kita menjadi kering, Tuhan berhak untuk memindahkan pekerjaanNya atau mengakhiri sama sekali pekerjaanNya lewat siapa pun itu yang terus tidak menghasilkan buah. Tuhan memanggil Israel “berkali-kali Aku mengulurkan tanganKu kepada bangsa yang terus membantah”, akhirnya Tuhan mengatakan “sudah, sekarang Aku berpaling pada bangsa lain”. Israel benar-benar menjadi pohon ara yang kering. Nubuat Yesus terbukti sampai sekarang. Adakah berkat dari Israel untuk mengenang Yesus Sang Mesias? Tidak ada. Adakah orang Israel yang secara massal menjadi bertobat kemudian menjadi pemberita Injil yang besar? Sampai saat ini belum terlalu terlihat. Meskipun saya mendapat banyak sekali artikel tentang pertobatan yang besar di tengah-tengah Israel, saya tidak tahu seberapa besar itu di dalam kenyataan yang kita bisa lihat. Tapi yang Yesus katakan benar-benar terjadi, Israel benar-benar tidak dipakai oleh Tuhan. Ini juga menjadi peringatan bagi kita, menjelang kedatangan Kristus kedua kalinya, akankah Tuhan mengatakan “engkau pohon ara yang kering”, jangan sampai ditemukan kering oleh Tuhan. Jangan sampai kita gagal memberikan buah sulung.

Di mana Saudara berada, apa yang Saudara kerjakan, coba pikir baik-baik berapa banyak buah yang sudah kita berikan di dalam hidup. Jangan terus melihat kesulitan-kesulitan, perasaan-perasaan dirugikan, protes terus sama Tuhan, “Tuhan mengapa hidupku begini?”. Saudara tidak boleh terikat oleh kesulitan hidup dan akhirnya gagal memberikan buah. Kesulitan membuat kita gagal memberikan buah, itu justru menandakan kita yang kering, dan mungkin kita akan ditinggalkan oleh Tuhan. Berhenti menjadi kering dan mulailah berbuah. Coba lihat berapa banyak kebaikan yang sudah kita kerjakan yang membuat orang mengenal Tuhan? Berapa banyak kesulitan yang harus kita pikul atau sudah kita pikul demi membuat orang mendapat berkat? Berapa banyak kerja yang kita kerjakan untuk memberkati orang lain? Berapa serius kita menjalankan pekerjaan kita di dalam kehidupan sehari-hari untuk menjadi berkat bagi orang banyak? Berapa banyak orang sudah diberkati dengan harta kita, doa kita, pelayanan kita, pekerjaan kita setiap hari, berapa banyak orang menikmati buah? Kalau orang mulai berseru “aku tidak menemukan buah”, maka itu adalah pre-judgement yang benar-benar bahaya. Jika orang sekeliling Saudara mengatakan “saya tidak mendapatkan berkat. Saya tidak merasa kehadiranmu akan memberikan anugerah atau berkat yang limpah”, itu adalah prejudgement, itu merupakan penghakiman awal. Tapi kalau Tuhan sudah bicara, semua sudah berakhir. Sebelum Tuhan mengatakan “engkau kering dan Aku akan meninggalkan engkau”, mari kita bertobat, mari kita hidup dalam cara yang berlimpah untuk memberi buah bagi orang-orang di sekeliling kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Iman dan Belas Kasihan

(Matius 25: 31-46)
Waktu Matius menekankan tentang akhir zaman, Matius merasa perlu memasukan kalimat Tuhan Yesus yang sangat keras ini supaya orang tahu iman tidak bisa disebut iman kalau tidak ada belas kasihan menyusulnya. Iman bukan iman kalau perasaan egois menjadi mendominasi. Iman bukan iman kalau kita tidak pernah peduli orang lain. Ada orang yang sepanjang hidup hanya peduli diri, diri disakiti bisa marah sampai tujuh turunan, diri diberi yang baik dia bisa baik sekali dengan orang itu. Tapi dia tidak terlalu peduli kebenaran, tidak terlalu peduli keadaan orang sekeliling dia. Untuk orang-orang seperti itu, Tuhan akan menegaskan “Aku tidak melihat iman di dalam hatimu”. Tapi ketika Saudara mengatakan “saya mengakui Yesus itu Juruselamat, bukankah di dalam Roma dikatakan jika engkau mengaku dengan mulutmu bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya di dalam hatimu bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari kematian, maka kamu akan diselamatkan. Bukankah pengakuan ini menyelamatkan”. Tapi dalam surat dari orang yang sama, di Efesus 1, Paulus mengatakan bahwa iman itu diberikan supaya kita mampu melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Dia mau supaya kita hidup di dalamnya. Maka mari kita ingat baik-baik ada antinomian, orang yang sembarangan hidup dengan mengatakan “saya sudah selamat, Tuhan sudah selamatkan saya. Tuhan tidak akan lakukan apa pun yang jahat kepada saya. Kalau saya berbuat jahat, Tuhan tidak akan membalaskannya. Saya tidak terima pengertian bahwa Tuhan akan membalaskan yang jahat kepada saya. Saya tidak terima pengertian bahwa apa yang saya tabur itu yang akan saya tuai juga. Itu tidak ada dalam Alkitab”. Orang yang ngaco seperti itu tidak mengerti kalimat-kalimat yang jelas dari Alkitab, apa yang kamu tabur akan kamu tuai, apa yang kamu hasilkan di dalam hidup akan kamu telan. Siapa yang menabur dalam kebencian akan menuai konflik yang menghancurkan. Siapa yang menabur apa, dia akan menuai apa dari Tuhan, kalimat ini jelas sekali. Maka orang yang mengatakan “saya sudah selamat, Tuhan sudah memiliki saya. Tidak ada hal apa pun yang jelek akan terjadi pada saya”, itu dia sedang membohongi diri. Dia sedang menikmati Tuhan dengan dusta yang dia kenakan kepada diri terus. Jangan jadi teolog palsu untuk diri, kasihan dirimu. Dirimu dapat orang bidat yaitu dirimu sendiri yang menjadi teolog untuk mengingatkan dirimu tentang teologia yang luar biasa kacau.”Hai diriku, Tuhan tidak peduli dirimu jahat atau tidak. Hai diriku, Tuhan itu pemurah dan penyayang”. “Tuhan menyatakan berkatNya kepada saya, Tuhan memperbaiki saya, tapi Tuhan tidak peduli apakah perbaikan itu saya jalankan atau tidak”, itu bukan firman Tuhan. Maka kelompok antinomian perlu diberikan pengarahan bahkan teguran keras sekali lagi. Mengapa antinomian bisa muncul? Salah satunya adalah efek dari pengajaran Paulus. Apakah Paulus memaksudkan ini? Tidak sama sekali, tapi manusia hanya mau dengar apa yang dia mau dengar, dia tidak peduli yang lain, pokoknya apa yang disenangi itu yang didengar, yang tidak disenangi akan disaring. Paulus mengajar dengan sangat baik, tapi orang salah mengerti ajaran Paulus. Dari mana kita melihat ada orang bisa salah mengerti ajaran Paulus? Pertama dari surat Yakobus, Yakobus sangat menekankan Abraham diselamatkan bukan karena iman saja. Abraham diselamatkan karena mengorbankan anaknya, taat sama Tuhan. Mengapa ini seperti konflik dengan Paulus? Yakobus tidak konflik dengan Paulus, Yakobus konflik dengan orang yang mengikut Paulus tapi yang menangkap ajarannya dengan salah. “Yang penting iman. Hidup saya rusak, itu tidak masalah. Saya tidak pernah menolong orang, itu tidak masalah”. Ini penting, Alkitab menegaskan yang tidak pernah menolong orang seumur hidup, dia belum selamat. Kalimat ini keras sekali dari Matius. Di dalam kalimat dari Paulus sering disalah-mengerti orang. Paulus mengatakan “kalau kamu sudah beriman, kalau mati pasti selamat”, itu benar. Tapi Paulus juga menegaskan tinggalkan hidupmu yang lama. Bukankah Paulus mengatakan orang-orang yang melacur, orang-orang yang membenci terus-menerus, orang-orang yang berzinah, orang-orang seperti ini tidak mendapat bagian dari Kerajaan Allah? Itu kalimat Paulus. Tapi banyak orang tidak peduli kalimat itu, karena lebih suka menekankan “iman itu membuat saya selamat, pokoknya kalau saya mengaku beriman, saya pasti selamat”. Maka Kekristenan mendapatkan kekacauan karena salah dengar. Dan salah dengar bukan karena yang bicara, tapi salah menangkap. Kalau salah dengar itu adalah salah pengkhotbah, maka Yesus bersalah, karena murid-murid tidak mengerti-mengerti atau salah mengerti. “Guru, kapan aku boleh duduk di sebelah kanan?”, “kamu mau duduk di sebelah kanan?”, “iya”, “saya juga mau duduk di sebelah kiri”. Siapa sebelah kanan siapa sebelah kiri? “saya” kata Yakobus, Yohanes di sebelah kiri. “Jadi kami boleh duduk di sebelahMu?”, Yesus mengatakan “bisakah kamu meminum cawanKu?”, “bisa”, mereka tidak mengerti cawannya apa. Cawannya adalah pengorbanan Yesus di kayu salib. Mereka berani sekali mengatakan “bisa”. Tapi coba lihat siapa di sebelah kanan kiri Yesus, apakah Yakobus dan Yohanes? Kalau mau konsisten seharusnya mereka menawarkan diri. Ketika Yesus disalib apakah mereka mengatakan “Guru, itu di sebelah kanan biarkan saya saja”, tidak. Yohanes tetap dekat di situ tapi tidak menawarkan diri “saya mau disalib di sebelah kiri”, semuanya diam, semuanya salah mengerti perkataan Yesus. Demikian juga ketika orang salah mengerti perkataan Paulus, gereja berada di dalam kekacauan. Orang menjadi kejam satu dengan yang lain, gereja tidak ada persekutuan, orang tidak peduli siapa di sekelilingnya, orang tidak lagi punya belas kasihan, orang tidak lagi tergerak kalau saudaranya kesulitan. Semuanya cuma pentingkan diri, semua pentingkan kenyamanan, karier, kenikmatan keluarga. Menjadi marah kepada Tuhan karena ada yang kurang pada diri, tapi tidak pernah pedulikan lingkungan, ini gereja yang kacau. Maka Paulus tidak boleh disalahkan, sebab Paulus menyatakan dengan seimbang apa yang perlu tentang keselamatan. Tetapi orang yang mengerti akhirnya membentuk komunitas Kristen yang sangat aneh yaitu komunitas Kristen yang egois, kejam, hanya peduli diri tidak pedulikan yang lain. Untuk itu Yakobus merasa perlu untuk meluruskan pengajaran yang disalah-mengerti.

Demikian juga yang kedua adalah di surat Petrus. Petrus mengatakan “tentang akhir zaman yaitu tentang penghakiman, saudara kita Paulus sudah berbicara banyak tentang hal ini”. Banyak diantaranya yang sulit, bukan karena Paulus ribet ngomongnya. Paulus adalah orang yang pilih bahasa paling sederhana. Saudara kalau bandingkan Surat Korintus, Roma dan Galatia bandingkan dengan Yakobus, Petrus, Yudas dan Ibrani, bahasanya jauh lebih sulit surat-surat umum tadi. Ibrani, Yakobus, Petrus, Yudas lebih tinggi bahasa Yunaninya dari pada surat-surat Paulus. Paulus tidak rumit, Paulus membahasakan tema-tema sulit dengan bahasa yang sederhana. Tapi tema dia memang sulit, tema yang dia bahas memang sangat sulit. Maka Petrus mengatakan “orang-orang yang salah mengerti membalikan apa yang diajarkan oleh Paulus tentang akhir zaman untuk kebinasaan mereka sendiri”, ini kalimat yang keras. Kamu salah mengerti Paulus, maka kamu bisa binasa. Lalu Matius juga ingat perkataan Yesus yang sangat penting untuk menyeimbangkan orang-orang yang salah mengerti Paulus. Sekali lagi, ini bukan konflik antara Yakobus dengan Paulus, atau Petrus dengan Paulus, atau Matius dengan Paulus. Ini adalah antinomian versus legalis yang sedang dihantam oleh Alkitab. Mengapa orang bisa menjadi antinomian? Karena salah mengerti Paulus, “saya merasa kalau saya sudah beriman kepada Yesus, saya pasti selamat”. Tapi iman itu bukan cuma pengakuan, iman adalah perubahan hidup. Yohanes mengatakan “kamu harus lahir kembali dari atas. Lahir kembali dari roh”. Dan Paulus mengatakan “siapa ada di dalam Kristus, dia adalah ciptaan baru. Yang lama sudah berlalu yang abru lihat sudah datang”. Jadi Paulus sangat menekankan kehidupan baru. Paulus sangat menegaskan bagaimana orang berubah setelah percaya. Tanpa perubahan, percayanya dia adalah percaya yang kosong. Beberapa tahun yang lalu ketika Pak Agus masih rutin berkhotbah sekali sebulan di tempat ini, saya mengingat kalimatnya “saya tidak tahu berapa banyak orang yang hadir kebaktian di tempat ini yang benar-benar sudah menjadi milik Kristus”, kalimat itu menakutkan tapi perlu diucapkan. Biar kita mengerti panggilan menjadi Kristen tidak sesederhana ucapan kalimat di mulut tanpa ada kerinduan untuk memperjuangkan perubahan. Saya tidak mengatakan orang harus sempurna, tidak ada orang yang sempurna, tapi kerinduan untuk berubah dan perjuangan mati-matian untuk berubah akan menghasilkan sesuatu. Kita tidak mungkin berhasil hidup suci sampai sempurna, tetapi perjuangan kita akan menghasilkan sesuatu. Itu sebabnya di dalam Injil Matius sangat ditekankan tentang bagaimana menjadi orang Kristen yang tidak antinomian. Kamu mungkin tidak legalis karena kamu tidak melihat menjalankan Taurat sebagai syarat keselamatan, tapi kamu harus melihat bahwa belas kasihan adalah bagian dari iman. Iman menghasilkan belas kasihan. Jika hati tidak pernah tergerak oleh belas kasihan, kamu berada dalam keadaan belum milik Tuhan.

Maka Matius memasukan kalimat Yesus yang sangat penting mengenai penghakiman terakhir. Dan di dalam bagian ini Yesus menyatakan sesuatu yang sangat mirip dengan Yehezkiel 34. Yehezkiel 34 berbicara tentang Tuhan yang akan menjadi Gembala. Tuhan mengatakan “Aku marah kepada gembala-gembala di Israel”. Dan yang dimaksudkan dengan gembala di sini bukanlah gembala sidang gereja, yang dimaksudkan gembala adalah pemimpin sebuah bangsa. Tuhan marah kepada pemimpin Israel karena mereka adalah gembala yang buruk. Di Yehezkiel dikatakan “Aku sendiri akan menjadi Gembala”, ini membingungkan, jadi siapa yang menjadi gembala? Yehezkiel mengatakan Allah, tapi yang kedua Daud. Jadi Daud atau Allah yang jadi gembala? Allah tapi juga Daud. Bagaimana bisa mengerti ini? Di dalam Injil Matius dikatakan semua dimengerti dalam diri Yesus. Yesus adalah Allah dan Dia juga Anak Daud. Dialah yang melanjutkan tahta Daud, Dia juga yang adalah Allah sendiri menjadi Gembala di tengah-tengah Israel. Maka Sang Gembala yang baik ini akan ditempatkan Tuhan di tengah Israel, dan dia akan mulai menghakimi domba-domba dengan cara yang sangat baik. Dikatakan Dia akan menghakimi domba-domba, Dia tidak ingin mendapat keuntungan dari mereka. Dia akan berikan diriNya menjadi korban. Bahkan dikatakan Sang Gembala ini akan mengawasi antara domba dan kambing. Jangan salah mengerti domba dan kambing, sehingga kita mengumpakan kambing itu jelek dan domba itu bagus. Siapa domba? Umat pilihan. Siapa kambing? Orang reprobat. Reprobat itu identik dengan kambing, sedangkan orang pilihan identik dengan domba. Kalau kita pikir kambing jelek dan domba bagus, kita akan kaget karena dalam Taurat yang boleh diberikan sebagai persembahan selain domba, kambing juga boleh. Tuhan mengatakan “pilih domba atau kambing yang berumur setahun, yang tidak cacat”, domba dan kambing sama. Mengapa disamakan di dalam Taurat? Maksud Yehezkiel adalah ada domba yang besar yang adalah pemimpin kelompok, domba alpha male, itu yang diterjemahkan kambing dalam Alkitab kita. Jadi ini tidak bicara domba dan kambing dalam jenis berbeda, ini berbicara tentang kelompok yang berbeda. Ada domba atau kambing, sama saja, yang merupakan pemimpin kelompok yang kejam. Ada domba atau kambing yang merupakan bawahannya. Jadi siapa yang alpha male, ini yang Tuhan pisahkan. Ketika Yesus mengatakan “Aku akan pisahkan kambing dengan domba”, ini bukan pisahkan berdasarkan spesies, ini pemisahan berdasarkan pemimpin kejam dengan yang bawahan biasa. Ini pemisahan di dalam Kitab Yehezkiel, harap kita mengerti ini. Kambing dan domba sama-sama dipakai untuk korban, kambing dan domba sama-sama dipakai oleh orang Israel sebelum mereka keluar dari Mesir. Kambing dan domba tidak Tuhan bedakan dengan jenis, tapi mengapa Yehezkiel mengatakan “aku akan pisahkan antara kambing dan domba”. Dalam bahasa asli adalah “aku akan pisahkan antara dia yang memimpin dengan dia yang dipimpin”. Tentu yang dimaksud adalah yang memimpin dengan kejam. Domba atau kambing yang punya badan lebih besar atau tanduk yang lebih panjang. Yang dibedakan adalah dia yang menjadi pemimpin dengan dia yang di bawah, ini pembedaannya di dalam Yehezkiel. Lalu dikatakan “Sang Gembala (yaitu Allah sendiri) Dia akan berbelas-kasihan kepada Israel. Yang pergi jauh akan Dia panggil”, ada domba-domba yang terserak jauh akan dipanggil kembali. Dia akan cari domba-domba ini sampai usaha yang paling akhir, satu yang hilang akan kembali. Tidak ada satu pun yang sudah lenyap yang tidak dipanggil kembali. Ini kalimat yang mengharukan sekali. Pemimpin Israel tidak mempedulikan ketika Israel dibuang ke Babel. Tapi Sang Gembala sejati akan mengumpulkan umat pilihanNya sampai tidak ada satu pun yang luput. Ini sebabnya ketika Yesus mengatakan ke orang Farisi, ini adalah ilustrasi tentang 100 domba ada 1 yang hilang. Lalu Yesus mengatakan “siapa di antara kamu yang kalau punya 100 domba, hilang 1 tidak dicari?”, ini kalimat yang aneh. Karena pada waktu itu gembala tidak akan cari 1 domba yang hilang kalau punya 100. Orang yang punya 100 domba dianggap orang yang cukup kaya. Dan kalau ada 1 domba yang hilang, mereka tidak mau cari. Mereka tidak mau cari karena resiko dimakan serigala atau bertemu singa itu cukup besar. Alkitab mesti dipahami di dalam konteks Alkitab yang lain. Kalau Saudara sembarangan tafsirkan Alkitab berdasarkan konteks sendiri, akan banyak kesulitan. Jadi konteks Yehezkiel 34 inilah yang dikenakan Tuhan Yesus kepada orang Farisi, “hei kamu pemimpin agama, kalau kamu punya 100 domba kemudian 1 hilang, siapa yang tidak cari?”, kalau pun tidak ada yang mencari, tidak akan ada yang mengaku.

Jadi Yesus sedang refer ke Yehezkiel 34. Di dalam Yehezkiel 34, gembala Israel, pemimpin Israel sudah sembarangan memimpin, hanya cari keuntungan. Akhirnya dombanya terserak, tercerai-berai kemana-mana. Tapi ketika Tuhan datang menjadi Gembala, Tuhan cari mereka satu per satu, Tuhan panggil mereka dan satu pun tidak akan dibiarkan hilang. Lalu di Yehezkiel bagian terakhir dikatakan “Aku akan mengadili mereka dengan adil. Aku akan adili mereka satu per satu antara domba dan pemimpinnya”, di dalam terjemahan kita disebut domba dan kambing. Jadi kambing atau domba yang perkasa dengan kambing atau domba yang kurang perkasa, yang mungkin ditindas. Ini yang menjadi pengadilan dari Tuhan. Dan ini yang Yesus bagikan, Yesus memulai dengan mengatakan “apabila anak manusia datang dengan kemuliaannya”, anak manusia yang dimaksud dalam Kitab Yehezkiel adalah Yehezkiel. Tuhan berkata kepada Yehezkiel, “hei anak manusia dengar, hei anak manusia katakanlah, hei anak manusia lakukanlah ini”. Jadi Yesus mengarahkan pendengarnya kepada Kitab Yehezkiel. Tapi anak manusia bukan hanya khas dari Yehezkiel, anak manusia juga ada dalam Kitab Daniel yaitu sang raja yang akan mendapatkan tahta dari Tuhan. Maka Yesus mengatakan “apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaanNya”, datang itu dari sorga ke bumi, “dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas tahta kemuliaanNya”. Dimana tahta kemuliaanNya? Di sorga atau di bumi? Sorga, tapi di sini dikatakan “apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaanNya, Dia akan bersemayam di atas tahtaNya”, tahtaNya di mana? Di bumi. Jadi tahta Tuhan di sorga atau di bumi? Dua-duanya. Di dalam bagian ini dikatakan Anak Manusia akan datang ke bumi dan bertahta di bumi. Seluruh raja, seluruh presiden, seluruh negara akan mengakui “ini pemimpin kami”. Sekarang banyak orang menghina Kekristenan, Saudara harus doakan dan ingat suatu saat Yesus akan bertahta, semua yang menolak akan dihakimi. Semua yang menolak Dia sebagai Raja, akan dihakimi. Tapi dalam bagian ini penghakiman tidak diberikan kepada orang yang menolak, tapi terlebih dahulu kepada orang yang mengaku menerima Tuhan Yesus. Yesus datang di dalam kemuliaanNya, Dia bertahta di tahta kemuliaanNya di bumi ini, lalu semua bangsa dikumpulkan di depanNya, kemudian Dia mulai memisahkan domba dari kambing. Yang kuat dan lemah dipisahkan, kemudian Dia mulai menghakimi, siapa yang lebih dulu dihakimi? Alkitab mengatakan Dia lebih dulu menghakimi sebelah kananNya dengan kalimat-kalimat yang begitu indah. Dia mengatakan “hai kamu, mari, engkau sudah diberkati BapaKu, terimalah kerajaan”. Jadi waktu Tuhan datang nanti, Dia bertahta, Dia akan bagi-bagi kerajaan. Ini kalimat yang penting yang harus kita pahami dari konsep eskatologi Yahudi, waktu Tuhan datang, Dia akan menentukan bagian-bagian mirip dengan ketika Israel ditentukan tanah oleh Musa. Banyak sekali pola yang digambarkan mirip dengan kehadiran Yosua, Yosua menerobos ke Kanaan lalu bertahta di situ. Demikian Sang Yosua, Perjanjian Baru yaitu Yesus, Dia akan menerobos ke bumi dan bertahta di situ. Bumi akan menjadi Kanaan baru dari Sang Yesus atau Yosua yang baru ini. Yosua yang lama menerobos Kanaan, sampai mati belum taklukan Kanaan. Yosua yang baru, Dia akan akan terobos Kanaan ini, yaitu seluruh bumi, dan memenangkan bumi dengan efektif. Jadi ini Yosua yang tidak gagal. Setelah Yosua masuk, dia membagi-bagi tanah. Yesus mengutus murid-murid ke seluruh dunia untuk memenangkan kerajaanNya dengan penginjilan dan cinta kasih, dan pengembangan dalam budaya, bukan dengan perang. Setelah final, Tuhan datang, Tuhan kumpulkan, kepada yang domba Dia mengatakan “hai kamu, mari terima kerajaan yang disediakan bagimu sejak dunia dijadikan”. Jadi ini adalah kerajaan yang akan diberikan, kemudian orang-orang itu bingung “mengapa kami bisa dapat?”. Lalu Yesus mengatakan alasannya “sebab ketika Aku, Sang Raja ini, lapar, kamu memberi Aku makan. Ketika Aku, Sang Raja ini haus, kamu memberi aku minum. Ketika Aku orang asing, kamu memberikan aku tumpangan. Ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian. Ketika Aku sakit, kamu melawat Aku. Ketika Aku dalam penjara, kamu mengunjungi Aku”, ini kalimat-kalimat yang mengherankan. “Kami menantikan Engkau datang, sekarang Engkau datang dan mengatakan Engkau berhasil mendapatkan kerajaan ini karena perbuatan baikmu, karena belas kasihanmu”, ini sangat jelas dinyatakan oleh Kitab Suci, kita tidak mungkin salah tafsir di sini. “Kamu dapat kerajaan ini karena belas kasihanmu”. Lalu mereka bingung “Tuhan, kapan aku mendapatkan kesempatan untuk berbuat baik kepadaMu?”. Ayat 37 dikatakan orang-orang benar itu akan menjawab dia. orang-orang benar? Jadi benar itu karena iman atau belas kasihan? Kita harus mengatakan karena iman dan iman tidak bisa lepas dari belas kasihan. Sama seperti kalau Saudara ditanya “kamu dapat kafein dari kopi atau dari air?”, lewat kopi, tapi kopi tidak mungkin dikunyah, Saudara akan meninumnya dengan air, sehingga saudara akan menerima air dan kopi. Maka kalau dikatakan iman dan belas kasihan itu satu atau terpisah? Satu, tidak bisa pisah. Tidak ada orang yang beriman yang tidak punya belas kasihan. Dan tidak ada orang boleh mengaku beriman kalau dia tidak punya belas kasihan. Bagian ini sangat jelas, orang-orang benar itu, mengapa benar? “mengapa kami boleh mendapatkan hal-hal ini?”. Orang-orang benar itu bertanya “Tuhan, bilamana kami melihat Engkau lapar dan memberi Engkau makan, atau haus dan memberi Engkau minum. Bilamana kami melihat Engkau orang asing dan memberi tumpangan, atau telanjang dan memberi pakaian. Bilamana kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan mengunjungi Engkau? Kami tidak sadar sudah melakukan itu untuk Engkau”, karena mereka lakukan berdasarkan belas kasihan. Mereka tidak kerjakan untuk selamat. Orang legalis mengerjakan Taurat untuk selamat, orang benar mengerjakan karena ini memang benar. Jadi mereka tidak mengerjakan karena nanti akan mendapatkan kerajaan, lalu berbelas-kasihan kepada orang lain. Itu bukan berbuat baik, tapi investasi. Mana ada manusia boleh menjadi manusia tanpa belas kasihan”, itu yang mereka pikir. Dan mereka tidak melihat ada yang spesial dari menolong orang. Mereka sudah berbuat baik kepada orang lain dan tidak melihat ini spesial. Mengapa orang bisa mempunyai belas kasihan? Karena terus-menerus melihat keluar, bukan terus lihat ke dalam. Saudara kalau terus melihat ke dalam, akan susah punya belas kasihan. Kita tidak sadar dunia sekeliling kita sedang menderita karena kita cuma ingat derita sendiri. Saudara harus bangun, kalau cuma melihat diri akan sulit berbelas-kasihan, dan itu mungkin tanda kita belum beriman. Coba jangan cuma lihat diri “saya hidupnya sulit, hidupnya berat, penuh kesulitan”, tapi kita sadar orang lain punya kesulitan seperti apa. Kita nyaman di dalam tempurung yang baik ini, tempurung kelapa yang nikmat ini, dan melupakan kesulitan yang lebih parah di luarnya. Mari kita menjadi orang-orang yang keluar dari belas kasihan terhadap diri. Jangan terus mengatakan “saya orang yang sangat malang”, akhirnya susah berbelas-kasihan. Bagaimana berbelas-kasihan kalau kita merasa diri kita perlu dikasihani terus? Yesus memisahkan yang domba dengan yang perkasa, yang lemah dan yang perkasa. Yang lemah tidak merasa diri lemah, yang lemah merasa diri diberkati, “saya ada kelimpahan, saya bisa berbagi kepada orang lain”. Karena iman itu berarti saya menyadari Tuhan sudah menyelamatkan saya. Kalau Tuhan adalah bagian saya, saya tidak akan kurang. Itu dikatakan di dalam Mazmur 23, “Tuhan, kalau Engkau gembalaku, saya tidak akan kurang”. Kalau begitu siapa yang mengaku diri sudah benar karena iman, dia harus mengakui Tuhan sudah memelihara dengan limpah.

Di dalam bagian ini dikatakan orang benar itu tidak sadar mereka sudah berbuat baik. Mereka cuma pikir “kalau ada orang lapar, harus kami tolong”. Ada orang sedang dipenjara, maksudnya penjara bukan Saudara harus kunjungi untuk PI, maksudnya adalah ada orang difitnah atau ditindas atau yang masuk penjara karena kesalahan atau kelicikan dari orang yang penting, ini adalah orang yang menjadi korban. Dan mengunjungi mereka akan membuat Saudar beresiko dianggap sama. Misalnya Saudara mengunjungi Pak Ahok, “berarti kamu mirip dia ya, kamu sama dengan dia”, itu kemungkinan bisa terjadi. Jadi mengunjungi orang yang diperlakukan yang tidak adil dan kemungkinan dianggap sama dengan dia, itu bahaya. Tapi orang-orang ini merasa “orang ini tidak salah tapi dipenjara, saya mesti kuatkan dia”. Mengunjungi orang sakit, mengapa harus dikunjungi? Karena orang sakit perlu untuk dikuatkan. Kita berdoa untuk orang yang sakit, orang itu merasa sudah sangat diberkati. Orang dengan kemanusiaan seperti ini adalah orang yang ditebus oleh Tuhan. Tuhan menebus kita untuk menjadikan kita manusia, kata Hans Rookmaaker. Tuhan menebus kita supaya kita menjadi manusia sebenar-benarnya, bukan manusia yang jatuh dalam dosa sebelum keadaan kita ditebus. Maka orang-orang ini mengatakan “kami tidak pernah tahu kapan Engkau lapar, dipenjara, sakit, sedang jadi orang asing”. Orang asing di dalam tradisi Yahudi itu perlu ditolong dan Tuhan membiasakan orang Israel untuk menolong orang asing. Kalau ada orang tidak tahu bagaimana harus hidup, orang Israel akan tampung “sebelum kamu mampu, tinggal dulu bersama saya”. Orang asing maksudnya adalah orang yang terpaksa tinggal di negara orang lain karena mungkin diculik, karena kalau dulu antar kerajaan berperang, orang akan bawa orang lain untuk dijadikan budak. Mungkin dia jadi budak, setelah itu lepas dan tidak tahu harus kemana. Atau mungkin ada kelaparan di negaranya dan dia tidak tahu harus kemana. Ini mirip dengan para refugee. Saya tidak mengatakan kita dengan cara polos dan sembarangan melakukannya, tapi kita mesti digerakan oleh belas kasihan dan juga bijaksana untuk menampung orang-orang seperti ini. Ini yang ditekankan oleh Tuhan, mari latih diri untuk punya belas kasihan. Waktu diri punya belas kasihan, karena diri boleh melihat orang lain sebagai objek dari cinta kasih Tuhan maka kita akan mengerjakan apa yang dikerjakan oleh orang-orang ini. Ini bukan hal yang berat, Saudara tidak disuruh untuk mengubah Indonesia di dalam satu malam, Saudara juga tidak disuruh untuk mengubah Kerajaan Israel menjadi baik, tapi Saudara disuruh untuk mulai melakukan sesuatu di dalam lingkup hidup yang kita temui. Kita tidak disuruh untuk menolong semua orang miskin di dunia, tapi kita diminta untuk berbagian di dalam konteks yang kita sendiri miliki. Kita berkait atau bersentuhan dengan siapa, orang itu yang akan mendapat berkat. Tuhan Yesus tidak menyembuhkan semua orang kusta, tapi siapa yang bersentuhan dengan Tuhan Yesus, itu yang disembuhkan. Tuhan Yesus bisa menyembuhkan semua orang kusta, tapi Dia tidak mau melakukan itu. Dia ingin berinteraksi dalam konteks yang BapaNya percayakan kepada Dia. Dia sembuhkan orang sakit kusta yang BapaNya percayakan kepada Dia. Dia bangkitkan orang mati yang BapaNya percayakan kepada Dia untuk bertemu dengan Dia dalam kehidupan di bumi ini. Banyak orang mengatakan “ini terlalu ideal, saya tidak sanggup mengubah wajah Indonesia”, Saudara tidak perlu mengubah wajah Indonesia, cuma bereskan satu jerawat saja di wajah Indonesia ini, dan jeramat itu adalah relasi yang Saudara temui atau konteks hidup yang Saudara sendiri jalani. Ada orang yang perlu bantuan, tumpangan, pertolongan, mari kita belajar untuk buka mata kita, termasuk dengan jemaat kita di sini. Biar kita melihat siapa yang perlu mendapatkan bantuan dan kita dengan bersegera mau berbaik hati dan tergerak untuk berbagian. Mereka mengatakan “kami tidak pernah melakukan itu”, Raja itu menjawab “waktu engkau lakukan untuk orang paling kecil, engkau lakukan untuk Aku”. Yesus mengidentikan diri dengan orang terkecil di dunia, di dalam jemaatNya. Heran, kita selalu ingin mengidentikan diri dengan orang besar. Saudara kalau dibilang “suaramu mirip Stephen Tong”, langsung bangga. Kita selalu ingin diidentikan dengan yang lebih besar. Tapi tidak ada yang lebih besar dari Tuhan, Tuhan tidak mau mengidentikan diri dengan yang lain. Tapi heran, Tuhan rela mengidentikan diri bahkan ingin diidentikan dengan yang paling kecil. Jadi Tuhan ingin diidentikan dengan orang ini, itu sebabnya Dia tidak keberatan disalib. Apakah kita pernah berpikir mengapa Raja ini mau disalib? Karena Dia mau mengidentikan diriNya dengan yang paling rendah di dunia ini. Maka Dia mengatakan “jika engkau beriman kepadaKu, mengapa gaya hidupKu tidak ada padamu? Jika engkau menyebut Aku Tuhan, mengapa belas kasihanKu tidak ada padamu? Jika engkau menyebut Aku raja, mengapa concern-Ku tidak ada pada concern-mu?”. Tuhan Yesus mengatakan “Aku yang agung dan mulia ini rela disamakan dengan mereka yang paling rendah. Kalau kamu tolong yang paling rendah, kamu sudah melakukan untuk Aku”. Mari kita ubah culture gereja kita yang terlalu kagum dengan apa yang dikagumi oleh dunia. Mari belajar untuk mengagumi Tuhan yang meminta kita untuk memperhatikan mereka yang rendah di dalam dunia ini. Dan ini yang ditekankan di bagian ini.

Bagian berikutnya, Raja itu menjawab “engkau melakukan untuk saudaraKu yang paling hina, engkau melakukannya untuk Aku”. Dan sekarang Dia berpaling ke sebelah kiri, ini mungkin penghakiman yang membanggakan bagi mereka. Tuhan sudah mengatakan yang bagus-bagus ke bagian kanan, lalu berpaling ke yang kiri. Yang kiri mengatakan “kalau mereka saja mendapatkan kerajaan, kita dapat apa? mereka itu kan orang-orang rendah”, karena ini domba-domba pemimpin, itu domba-domba biasa. “Orang biasa mendapat kerajaan, kami dapat apa?”. Kalau diumpamakan, yang sebelah kanan adalah jemaat, sebelah kiri adalah gembala sidang dan majelis. Sang gembala mengatakan “jemaatku dapat kerajaan, saya dapat apa ya?”, langsung kipas-kipas. Begitu Tuhan berpaling, langsung merasa “saya sudah tahu, pasti saya akan mendapatkan 3 kali lipat atau tujuh kali lipat. Mereka saja dapat seperti itu, apalagi saya”. Tapi ketika Tuhan berpaling, Tuhan mengatakan “enyahlah dari hadapanKu”. Kalimat pertama langsung mengejutkan, “Tuhan, apakah Engkau tidak salah ngomong?”. Dia juga mengatakan “enyahlah dari hadapanKu, hai sekalian orang-orang terkutuk”, langsung dibilang terkutuk. “Enyahlah ke dalam api kekal yang telah disediakan untuk iblis dan malaikat-malaikatnya”. Banyak orang mengatakan ini tidak bicara tentang keselamatan, ini bicara soal pahala. Nanti kalau kamu sudah selamat, kamu tidak berbuat baik, tidak punya belas kasihan, nanti tetap selamat. Kalau kamu sudah selamat dan berbelas kasihan, kamu akan dapat pahala. Ini masalah upah. Tapi upahnya dimana? Di sini tidak dikatakan “hai kamu orang-orang terkutuk, kamu akan kurang mendapat pahala karena kamu kurang berbelas-kasihan. Yang penting kamu sudah beriman, kamu sudah selamat. Iman menyelamatkan, tidak berbelas-kasihan pun tidak apa-apa”. Di sini dikatakan “enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah disediakan untuk iblis”. Benar-benar ketat, untuk kita tidak salah mengerti, “upahmu adalah tempatnya iblis, kamu sama dengan setan”, keras sekali. “Masa saya sama dengan setan?”, “iya, kamu mirip setan. Karena ketika Aku lapar, kamu tidak memberi makan. Ketika Aku haus, kamu tidak memberi minum. Ketika Aku orang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan. Ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian. Ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak mengunjungi Aku. Sekarang tempatmu di neraka”, “kalau kami tahu tolong Engkau bisa membuat kami mendapat kerajaan, dan kalau kami tahu tidak tolong itu akan membuat kami masuk neraka, kami pasti sudah tolong. Tapi Engkau tidak pernah muncul untuk kami tolong”, ini yang mereka katakan, “Engkau kan orang hebat. Tuhan, Engkau Raja dan kami adalah bupati-bupatiMu. Kami orang hebat. Engkau orang hebat, mengapa Engkau tidak menyatakan diri kepada kami?”. Tapi Tuhan mengatakan “Aku sudah menyatakan diri sebagai orang yang paling kecil di antara kamu”. Adakah pemimpin politik yang memerhatikan orang paling kecil? Tidak, semua pemimpin politik tempatnya di neraka kalau mereka tidak peduli rakyat. Kalimat ini untuk pemimpin politik dan orang Kristen, “hei orang Kristen, kamu yang merasa diri hebat, kamu yang merasa sudah dimiliki oleh Tuhan, dimana belas kasihanmu? Kalau kamu tidak punya belas kasihan, kamu bukan milikKu, enyahlah ke neraka”, demikian dikatakan oleh Sang Raja ini. Raja ini tidak mengatakan “Aku tidak kasi kamu pahala”, Dia mengatakan “kamu ke neraka”. “Saya sudah mengenal Engkau”, “tapi kamu tidak punya belas kasihan”. Maka serangan untuk antinomian sangat keras dalam Alkitab. Jangan rasa engkau aman kalau engkau tidak ada perubahan dari hati keras menjadi belas kasihan, dari egois menjadi perhatikan orang lain. Kalau perubahan ini tidak ada, kita bukan milik Yesus. Kalau perubahan ini mulai muncul, baru kita tahu “Yesus adalah Tuhan saya dan saya mau teladani Dia”.

Bagian ini memperingatkan kita supaya tidak menjadi sama dengan para kambing ini. Lalu mereka masih membela diri “kalau kami melihat Engkau, pasti kami tolong”. Tapi Yesus tidak suka dengan gaya mereka yang menekankan pentingnya mereka sehingga Yesus tidak pernah dianggap akan mengidentikan diri dengan orang-orang paling rendah. Yesus mengatakan dengan tegas “waktu Aku kesulitan, kamu tidak menolong”, “kapan Tuhan?”, “yaitu waktu kamu tidak melakukan untuk orang paling kecil di tengah-tengah kamu”. Marilah kita jadi orang Kristen yang menyadari bahaya dari legalis, tapi juga menyadari bahaya dari antinomian. Jangan masuk dalam keadaan aman yang mengatakan “kalau saya milik Tuhan, penghakiman Tuhan tidak akan menyentuh saya”. Penghakiman kaan terlebih dahulu kena kepada yang mengaku percaya tapi palsu. Mari tumbuhkan belas kasihan di dalam hati, mari belajar seperti Kristus, mari belajar untuk melihat bagaimana tindakan saya adalah tindakan untuk bahagia orang lain yang memerlukannya dan nama Tuhan dipermuliakan karenanya. Jangan kejar perbuatan untuk dapat upah, tapi biarlah kita minta kepada Tuhan hati yang penuh belas kasihan yang tulus, yang asli, yang benar-benar mudah tergerak oleh kesulitan sesama. Dan biarlah kita menjadi orang yang tidak tenggelam di dalam kesulitan diri, yang terus-menerus melihat diri sebagai orang yang harus dikasihani, tapi mulai melihat diri sebagai orang yang harus memberi berkat kepada orang lain. Kiranya Tuhan menolong dan memampukan kita. Pada hari ini kita belajar bahwa akhir zaman adalah mengenai belas kasihan dimunculkan. Orang kejam dihancurkan dan orang berbelas-kasihan akan Tuhan munculkan. Kiranya Tuhan memimpin dan memberkati kita menjadi orang-orang yang penuh belas kasihan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Apa yang menghalangi kita menantikan kedatangan Tuhan?

Ayat-ayat ini adalah bagian dari ucapan akhir zaman dari Tuhan Yesus. Dan ucapan akhir zaman di Kitab Suci selalu berbentuk nubuat apokaliptik. Dan ini merupakan cara menulis atau genre yang harus ditafsirkan dengan benar. Karena bagian-bagian apokaliptik atau yang berisi nubuat bukan semacam teka-teki untuk ditafsirkan dan dirumuskan secara akurat. Setiap nubuat itu seperti lukisan yang indah, yang memberikan makna yang melampaui kata-kata namun memberikan penjelasan di dalam kerangka utama yang jelas. Kerangka utamanya jelas, tapi detailnya tidak jelas. Hal utamanya jelas tapi aspek-aspek detailnya itu sangat kabur. Inilah yang disebut dengan nubuat apokaliptik. Kitab Wahyu adalah nubuat yang bersifat apokaliptik. Yesaya 24-27 adalah bentuk yang sama, di dalam kata-kata Tuhan Yesus tentang akhir zaman kita temukan ada cara perkataan dan pembahasan yang sama juga. Jadi Yesus sedang menyatakan bahwa diriNya adalah Sang Nabi sejati. Dan sama seperti nabi-nabi besar dalam Perjanjian Lama, di dalam tulisan-tulisan mereka yang sangat banyak itu, ada bagian-bagian penghakiman bagi Yerusalem, demikian juga Yesus menyatakan hal yang sama, ada penghakiman bagi Yerusalem. Yesus sebagai Nabi harus menegur dan bahkan menjatuhkan hukuman bagi Yerusalem yang tidak setia. Sama seperti Yesaya menubuatkan Babel akan datang menghancurkan Yerusalem, Yeremia menyatakan Babel lewat Nebukadnezar menghancurkan Yerusalem. Kemudian Yehezkiel juga menubuatkan hal yang sama bahwa Roh Allah akan pergi, kemuliaan akan meninggalkan Bait Suci bahkan meninggalkan Yerusalem, dan itulah kesudahan Yerusalem karena akan dihancurkan oleh Babel. Kalimat-kalimat ini menjadi pola dalam Kitab Nabi-nabi dan di dalam Perjanjian Baru orang Yahudi mempunyai pengertian bahwa ketika akhir zaman akan terjadi, akan terjadi reenactment of biblical stories, penghidupan kembali, pertunjukan kembali. Akan ada sesuatu yang mirip dengan Perjanjian Lama dinyatakan, sehingga orang akan tahu kesudahannya sudah mendekat. Inilah yang disebut dengan apokaliptik, akan ada penghidupan kembali dari cerita-cerita Perjanjian Lama. Itu sebabnya dikatakan ketika Raja, Mesias itu akan datang, Dia akan didahului oleh Yohanes Pembaptis. Dan Yohanes Pembaptis disebut sebagai Elia yang akan datang. Mengapa dikatakan Elia yang akan datang? Karena ada penghidupan kembali kisah Perjanjian Lama di dalam zaman ketika Tuhan akan pulihkan segala sesuatu. Reformasi, terutama di dalam pemikiran Martin Luther, juga sangat banyak membahas tentang apa itu akhir zaman. Dan mereka tidak mau orang berpikir bahwa akhir zaman hanya melulu tentang kehancuran. John Calvin misalnya, di dalam commentary-nya tentang Injil Yohanes, berkali-kali memberikan penjelasan bahwa akhir zaman adalah tentang pemulihan. Bahkan dia mengatakan bahwa Yohanes adalah seorang yang mempunyai cara berpikir Ibrani Yahudi, meskipun dia menulis memakai bahasa Yunani, tapi kosa kata tertentu dalam bahasa Yunani mesti ditafsirkan dalam Kitab Septuaginta Perjanjian Lama. Misalnya ketika Yohanes mengatakan tentang pengadilan, penghakiman,harus dipahami dengan cara orang Yahudi memahami penghakiman. Dan bagi orang Yahudi penghakiman adalah titik yang sangat penting untuk memunculkan keadaan yang baik. Mengapa Tuhan memberikan air bah? Untuk membersihkan bumi sehingga ada kesempatan manusia hidup lagi. Mengapa Tuhan Yesus harus dihukum? Supaya ada harapan orang-orang yang harusnya mati bisa hidup di dalam Tuhan. Mengapa ada penghakiman Tuhan? Supaya ada harapan akan bumi yang baru. Jadi penghakiman dan juga keadaan judgement yang akhir selalu akan memberikan keadaan yang baik setelahnya. Ini yang ditekankan oleh John Calvin sehingga gambaran Tuhan yang menghakimi hanya menyatakan marahNya Tuhan, itu sebenarnya ditentang baik oleh Luther maupun Calvin.

Berita Penting dari Kebangkitan Kristus

Yesus menampakan diri kepada para murid, dan Dia menunjukan hal yang sangat penting. Dia menunjukan bahwa Dia adalah Kristus yang bangkit secara fisik. Kebangkitan secara fisik ditekankan dalam Kitab Suci. Kitab Suci tidak memberikan ruang untuk kita menafsirkan bahwa kehidupan roh tanpa tubuh itu lebih penting. Itu tidak ada dalam berita Kitab Suci. Kitab Suci tidak mengajarkan setelah kita mati, kita selama-lamanya hidup sebagai roh, harap ini diingat baik-baik. Ajaran platonis, ajaran yunani, dan juga ajaran dari gnostik, ajaran dari kelompok-kelompok neo-platonis sangat mempengaruhi ajaran Kristen dengan ide yang kacau seperti ini. Jadi kalau Saudara berpikir kehidupan kita di dalam kekekalan adalah roh tanpa fisik, Saudara sedang percaya ajaran gnostik, proto-gnostik, atau neo-platonik atau platonik atau pythagorean dan juga ajaran yunani mulai dari Yunani Klasik dan juga Yunani Kuno, tapi bukan dari Kristen. Kekristenan tidak percaya bahwa nasib manusia dan hidup final adalah dalam bentuk roh. Alkitab mengajarkan nasib final atau keadaan sempurna nanti ada di dalam kebangkitan tubuh, bukan roh. Sehingga ketika Saudara mati, roh Saudara pergi ke Tuhan di sorga, itu pun masih penantian. Sorga tempat penantian? Iya. Dan realita final yang sempurna adalah kebangkitan tubuh. Itu sebabnya di dalam 1 Korintus 15, Paulus menegaskan bahwa kebangkitan Kristus adalah yang pertama dari yang banyak, ini yang sulung. Karena Kristus bangkit, kamu pun akan memperoleh kebangkitan. Paulus tidak mengatakan “karena Kristus bangkit kamu akan memperoleh hidup kekal”, karena hidup kekal bisa dipahami dengan cara yang salah. Apa hidup kekal? “hidup kekal itu roh saya kekal selamanya”, bukan. Hidup kekal adalah kebangkitan, maka Paulus mengaitkan hidup kekal dengan kebangkitan. Dan dia mengatakan “sia-sia kamu jadi orang Kristen kalau kamu tidak percaya Yesus bangkit”, dengan kata lain Paulus sedang mengatakan “sia-sia kamu jadi orang Kristen kalau kamu tidak percaya kebangkitan”. Apa itu kebangkitan? Kebangkitan itu dari keadaan mati menjadi bangkit, bukan dari satu mode ke mode lain. Ulat jadi kupu-kupu itu bukan bangkit, karena kupu-kupu tidak dibangkitkan dari ulat, kupu-kupu bermetamorfosis dari ulat. Manusia tidak bermetamorfosis jadi roh. Manusia diberikan tubuh dan akan, bahkan harus mempercayai kebangkitan tubuh. Sehingga perkataan Paulus harus kita pahami dengan benar, yang tidak percaya kebangkitan tubuh meresikokan iman Kristen menjadi sia-sia. Paulus mengatakan “sia-sia iman Kristenmu, sia-sia kami berjuang, sia-sia kamu percaya kepada Yesus, jika kamu tidak percaya Yesus bangkit maka kamu tidak percaya kamu akan bangkit”, dan dengan demikian sia-sialah iman Kristen. Ini berita yang jelas, kalimatnya tidak missleading, kata-kata yang dipakai tidak double meaning. Tapi heran, orang Kristen tidak mengerti waktu membacanya.

Titik awal pemulihan Kerajaan Allah

Kita sangat bersyukur karena melihat bagaimana Injil Lukas memberikan kisah mengenai Kristus. Mulai dari awal pelayananNya hingga waktu Dia sudah bangkit. Dan kalau Saudara melihat kisah perjalanan Kristus, selalu ada penyertaan dari crowd, orang banyak. Setiap kali ada orang banyak menyertai pelayanan Kristus sejak awal. Dari awal Dia melayani, Dia sudah memberikan begitu banyak khotbah, tanda-tanda dan begitu banyak hal yang membuat banyak orang tertarik untuk datang kepada Dia. Maka Saudara akan melihat ada sesuatu yang sangat beda, pada waktu Dia memulai pelayananNya, crowd, orang banyak semua ikut. Ketika Dia bangkit dan menyatakan diri, hanya sekelompok kecil orang yang mengenal Dia dengan sangat dekat, yang ikut. Sebelum ada ribuan orang ikut Dia, sesudahnya menurut kesaksian Paulus, paling banyak hanya sekitar 500an. Jadi ada perbedaan yang sangat besar Kristus melayani sebelum mati dan setelah Kristus bangkit. Mengapa hal ini terjadi, mengapa setelah Kristus bangkit Dia menyatakan diri kepada sedikit orang? Tanda Dia menyatakan diri senantiasa berkait dengan satu tema yaitu makan bersama. Lukas mencatat peristiwa makan bersama, Yohanes juga mencatat peristiwa makan bersama. Bahkan Lukas mencatatnya dua kali, Yohanes mencatatnya dalam satu peristiwa, ketika murid-murid sedang memancing ikan dan tidak mendapat, Yesus menyuruh mereka unutk melemparkan jala ke tempat lain. Setelah mereka mendapatkan banyak ikan, mereka baru sadar bahwa yang menyuruh mereka adalah Yesus. Setelah itu Yesus pun mengajak mereka makan bersama dan mengajak bicara personal kepada Petrus. Demikian juga dalam Injil Lukas ada peristiwa makan bersama dengan dua orang, hanya bertiga. Dua orang murid yang mau pergi ke Emaus, lalu mereka dan Yesus makan bersama, tapi mereka belum mengenal Yesus. Yesus berkhotbah kepada mereka dan mata mereka belum terbuka. Yesus menyatakan kebenaran firman kepada mereka dan mata mereka belum terbuka. Namun di ayat yang kita baca hari ini, dikatakan bahwa setelah Yesus memecah-mecahkan roti, baru mata mereka terbuka. Apa yang Injil mau sampaikan, mengapa memecah-mecahkan roti begitu penting?

Tawaran yang lembut dari Injil

Kitab Lukas seringkali menulis Yesus melanjutkan perjalanan, lalu dalam perjalanan kemana, ada perjalanan yang Dia lakukan menuju kepada satu tujuan. Dan tujuan yang Yesus lakukan ketika Dia berjalan, sebelum Dia mati, adalah masuk ke dalam perjamuan bersama para murid. Jadi di Yerusalem, perjamuan malam, ditangkap, diadili, mati dan bangkit. Dan sekarang ketika Yesus menyatakan diri kepada murid-murid yang sedang berjalan ke Emaus, Lukas dengan cara yang sangat indah menuliskan pola itu dirangkum dari ayat-ayat 13-35. Yaitu Yesus berjalan dengan para murid, kemudian berakhir dengan makan bersama. Kita akan bahas berjalan dulu di hari ini, dan 2 minggu dari sekarang kita akan membahas ketika Yesus makan bersama murid. Pola ini menunjukan bahwa Yesus menyatakan diriNya hidup, dan Yesus yang sama dinyatakan sebelum Dia mati adalah Yesus yang sama yang menyatakan diri sekarang. Ini cara Lukas untuk menekankan ada yang sama dari Yesus sebelum Dia mati dengan setelah Dia bangkit, ini adalah Yesus yang sama. Sebelum Dia mati, Lukas menuliskan kehidupanNya dengan cara perjalanan sampai makan malam terakhir, maka di pasal 24 Lukas melukiskan hal yang sama, perjalanan sampai pada makan malam. Tetapi makan malam itu tidak terjadi sampai final, karena Yesus menghilang dari tengah-tengah mereka. Berarti kehadiran Yesus di tengah murid belum menjadi final di Kerajaan Allah. Akan banyak orang dipanggil Tuhan, percaya kepada Dia dan suatu saat akan berkumpul sama-sama, saat ini belum terjadi. Maka Yesus mengatakan “kita akan bersama lagi”, bersama seluruh umat yang akan dipanggil kemudian. Ketelitian seperti ini harus kita miliki waktu kita membaca Kitab Suci, karena Kitab Suci penuh dengan pesan kalau kita teliti membacanya. Maka jangan membaca Alkitab dengan penghargaan hidup lebih besar dari pada pesan dari Alkitab. Seringkali kita begitu mengagumi hidup kita dan pergumulan kita, sehingga kita baca Alkitab demi mendapatkan jawaban untuk pergumulan kita. Itu tidak salah, tapi itu harus menjadi urutan kedua dari cara kita membaca Alkitab. Maka Saudara bisa melihat di sini, di ayat 13-32, digambarkan para murid berjalan dengan Yesus, lalu diakhiri dengan mereka makan bersama Tuhan Yesus. Mengapa pola ini dipakai oleh Lukas? Karena Lukas menggambarkan bagaimana Yesus yang sudah bangkit menyatakan kerajaan itu kepada murid. Yesus sudah bangkit dan Dia harus menyatakan diri kepada para murid. Dan di dalam kisah Lukas, Yesus belum menyatakan diri kepada para murid. Yesus menyatakan diri kepada para murid di dalam catatan Lukas pertama kali adalah di dalam perjalanan menuju Emaus, kepada dua orang murid. Di sini ada keunikan yang luar biasa, Lukas dengan teliti mencatat apa yang Yesus mau sampaikan, bagaimana cara Dia mendeklarasikan kerajaan yang sudah datang karena Dia sudah bangkit. Ternyata cara Dia menyatakan kerajaanNya tidak dengan cara yang penuh kemegahan, tetap tersembunyi.

Kesaksian Kebangkitan yang Menebus

Ada begitu banyak hal yang mengagumkan di dalam cara Lukas menuturkan kisah kebangkitan Yesus. Dan cara ini adalah cara yang bisa kita lihat banyak terdapat di Perjanjian Baru. Cara di mana semua pesan yang disampaikan berkoneksi dengan Perjanjian Lama. Yesus sebagai penggenap Perjanjian Lama harus kita pahami dengan tepat, karena kita tidak akan lihat kebesaran Yesus, keagungan Dia dan juga hebat dan mulianya Dia, jika kita tidak menelusuri pergumulan dari Perjanjian Lama terlebih dahulu. Kalau Saudara dan saya tidak lihat bagaimana Perjanjian Lama memutuskan tentang pengharapan Israel, tentang bagaimana Israel berjuang untuk menjadi umat Tuhan, bagaimana mereka gagal dan bagaimana janji Tuhan tetap diberikan, dan bagaimana rencana Tuhan pulihkan itu kita pahami. Maka kita melihat bahwa semua janji yang besar dari Tuhan dan semua pengharapan Israel, semua pergumulan yang mereka kerjakan itu akan mencapai puncak di dalam kematian dan kebangkitan Yesus. Kematian dan kebangkitan Yesus tidak boleh dilekatkan pada cerita yang lain, tidak boleh dilekatkan pada tradisi yang lain, tidak boleh dilekatkan pada worldview yang lain, hanya melalu cerita Perjanjian Lama, tradisi Perjanjian Lama dan worldview yang dibangun oleh Perjanjian Lama saja, kita bisa melihat bahwa Yesus yang mati dan bangkit memuncakan Kerajaan Allah dinyatakan di bumi. Bagian ini sangat indah karena waktu Saudara membaca ada kisah yang seperti mengulangi kembali kisah Kejadian. Ini yang sudah kita lihat ketika membaca tentang penyaliban Yesus.

Kematian Kristus yang Agung

Peristiwa kematian Yesus adalah peristiwa yang sangat agung di dalam sejarah. Tapi peristiwa yang banyak tidak dimengerti. Orang Kristen menganggapnya penting, tetapi tidak semua orang Kristen tahu mengapa kematian Yesus penting. Tidak semua orang Kristen mengerti apa yang Alkitab coba nyatakan di dalam peristiwa kematian Yesus. Seluruh Perjanjian Lama dirangkum dalam bagian ini. Kalau kita belajar mencintai membaca Alkitab, kita akan mendapat banyak sekali kelimpahan dari membaca bagian-bagian yang ada. Saudara tidak bisa menggantikan pembacaan Alkitab dengan belajar satu atau dua doktrin. Kita tidak bisa menggantikan pembacaan Kitab Suci dengan membaca satu dua poin pengakuan iman saja. Kita harus mengenal seluruh kisah Kitab Suci, dari Kejadian sampai Wahyu berkali-kali untuk mendapatkan gambaran seperti ini. Saya sudah membaca dari Kejadian sampai Wahyu sudah puluhan kali, Saudara harus coba lakukan itu. Setiap tahuan harus selesai satu kali baca, tahun depan baca lagi satu kali. Dan saya temukan setelah saya membaca delapan satu sembilan kali bolak-balik, baru saya mendapatkan gambaran yang jelas. Tapi ada orang satu kali baca pun belum, lalu mengatakan “kok saya tidak bisa mengerti Kitab Suci? Mengapa kalau saya dengar khotbah sepertinya limpah sekali, tapi kalau saya baca sendiri, mengapa saya tidak mendapat apa-apa?”. Tapi kalau Saudara membaca seluruhnya, lalu kembali lagi membacanya, ketika sadar pada bagian yang kita tidak mengerti sebelumnya, mulai ada pencerahan mengapa kalimat ini ditulis”. Saya mengalami ini, ini pengalaman pribadi yang juga akan menjadi pengalaman komunal, karena ini pengalaman dari gereja Tuhan, bukan hanya saya. Banyak orang mulai mengalami ada banyak hal menjadi semakin jelas karena keseriusan dalam membaca Kitab Suci.