Mengasihi Kristus dengan mengasihi Gereja-Nya

(Roma 1: 11-17)
Di ayat 11 dan selanjutnya Paulus menyatakan ekspresi kerinduan kepada jemaat yang belum pernah dia lihat. Sesuatu yang sangat sulit kita mengerti. Paulus sedang membagikan pengertian ini yaitu bahwa siapa mengenal Injil Tuhan, dia akan menyadari bahwa Injil adalah berita kabar baik yang mendamaikan seseorang atau sekelompok orang dengan Tuhan dan mendamaikan kelompok orang itu satu sama lain. Injil adalah berita pendamaian. Dan pendamaian ini pertama-tama antara saya dan Tuhan, tidak ada orang bisa hidup damai kalau dia dan Tuhan masih belum damai. Saya tidak bisa melupakan khotbah Pdt. Billy waktu pertama kali saya mendengarkan beliau, dia mengatakan banyak orang punya problem dengan Tuhan tapi ekspresinya itu kelihatan keluar. Problem dengan sesama atau siapa pun juga, problem utamanya bukan itu, problem utama dia dengan Tuhan. Kalau problem utama belum dibereskan, sulit bagi dia untuk membereskan yang lain. Ini yang ingin saya bagikan, cuplikan itu untuk membuat kita mengerti Roma 1, Paulus mengatakan bahwa “berita Injil itu mendamaikan saya dan Tuhan, Tuhan dan saya damai”. Tidak ada lagi permusuhan. Dan permusuhan itu baik dari saya kepada Tuhan, kita ini pembenci-pembenci Tuhan tanpa kita sadari, maupun Tuhan kepada kita karena kita sudah membenci Dia terlebih dahulu. Kita menolak Dia dan menginginkan untuk lepas dan bebas dari Dia. Yang harus kita ketahui adalah antara kita dan Tuhan sudah ada perjanjian lebih dulu. Dan perjanjian ini adalah perjanjian yang diikat oleh persekutuan dengan sang kepala yaitu Adam. Jadi Saudara sudah ada dalam perjanjian sebelum kita lahir. Jangan berpikir bahwa segala perjanjian yang kita lakukan itu hanya ketika kita hidup, sudah lahir, dan kita yang ikat perjanjian itu sendiri. Dari sebelum kita, sudah ada deal, sudah ada perjanjian yang sudah ditetapkan sebelum kita. Kalau hal-hal seperti ini bisa kita pahami, mengapa kita tidak mau terima kalau ternyata ada perjanjian yang bukan kita yang buat, tapi pendahulu kita, nenek moyang kita di dalam Alkitab, yang sudah dibuat dengan Tuhan. Dan waktu kita gagal jalankan perjanjian itu, pada waktu itu Tuhan akan marah. Saudara mengatakan “mengapa Tuhan marah? saya tidak pernah janji dengan Tuhan”, Tuhan akan mengatakan “nenek moyangmu sudah janji, Israel sudah janji, Adam sudah janji”, “itu kan mereka, bukan saya”, tidak bisa, Saudara sudah terikat itu ketika Saudara lahir. Inilah konsep perjanjian yang harus kita tahu, jadi relasi antara Saudara dan Tuhan tidak netral, melainkan sudah ada perjanjian sebelumnya. Saudara sudah dituntut untuk setia kepada Tuhan, bahkan sebelum Saudara lahir aturan itu sudah ada. Dan Saudara tidak bisa seenaknya mengubah aturan apa pun yang sudah baku ditetapkan dengan sangat kuat di dalam tradisi-tradisi kita sebelumnya.

Jadi perjanjian ini sudah diberikan, semua orang terikat perjanjian dengan Allah. John Calvin bahkan mengatakan perjanjian ini adalah perjanjian antara ciptaan dan Sang Pencipta. Perjanjian ini sudah dilakukan, Tuhan berjanji akan menjadi Allah yang membawa ciptaan kepada kesempurnaan, Tuhan berjanji akan hadir di tengah-tengah manusia, Tuhan berjanji akan menyatakan belas kasihan, kasih karunia serta penyertaanNya, asal manusia setia dan taat kepada Dia. Janji Tuhan itu bersyarat. Saudara kalau dengar perkataan janji Tuhan tak bersyarat, cinta Tuhan tak bersyarat, itu tidak Alkitabiah. Alkitab menyatakan ada syarat perjanjian, baik kepada Tuhan maupun kepada kita. Tidak ada orang di dalam pernikahan yang akan biasa saja, atau akan mengizinkan pasangannya dekat dengan orang lain, yang menjadi ancaman bagi pernikahan itu. Kalau ini kita mengerti, mengapa kita tidak mengerti Tuhan yang marah? Tuhan mau kita setia kepadaNya dan Dia berhak menginginkan itu. Maka waktu kita tidak setia, Dia marah. Dia marah karena Dia adalah Allah yang mengasihi. Karena Dia adalah kasih adanya, maka Dia harus marah. Mengapa Dia harus marah? Karena kasih itu selalu dalam perjanjian. Lawan kata dari kasih itu bukan marah, kasih lawannya adalah tidak peduli “kamu mau jauh dari aku? Tidak apa-apa. kamu mau sembah berhala? Silahkan saja. Aku memaklumi kelemahanmu, lakukanlah apa pun yang kamu mau”, itu bukan Tuhan. Tuhan mau kita setia dengan perjanjian, Tuhan mau kita melakukan dengan tepat apa yang Dia mau demi kebahagiaan kita dan demi kesenanganNya. Jadi ada perjanjian yang Tuhan sudah berikan dan manusia tetap gagal menjalankannya, akhirnya karena perjanjian dengan Tuhan rusak, semua yang kita jalankan yang harusnya ada di dalam Tuhan menjadi rusak. Rusak relasi dengan Tuhan, relasi yang rusak ini akan memengaruhi banyak hal, akan memengaruhi cara Saudara menilai diri. Richard Pratt pernah menulis buku yang berjudul Designed for Dignity, dia mengatakan pernah membaca satu koran di sebuah hotel yang terjadi bunuh diri di tingkat atas, sedangkan di bawahnya ada orang-orang new age sedang mengadakan pertemuan. Menarik sekali, orang-orang new age itu kumpul dan mengatakan “aku adalah allah, aku adalah allah”, di tingkat atas ada seorang yang sudah putus asa dengan hidupnya mengatakan “aku tidak berguna, aku tidak berguna”, lalu dia ambil senjata dan bunuh diri. Richard Pratt mengatakan inilah contoh orang yang sudah jauh dari Tuhan, yang satu mengatakan dirinya tidak berguna sama sekali, yang lain merasa dirinya adalah allah. Kita akan menjadi salah mengukur diri, kita akan mengukur diri kita terlalu tinggi atau kita akan hancurkan diri kita seperti orang yang tidak punya nilai sama sekali. Dua-duanya terjadi karena kita tidak datang kepada Tuhan. Ada problem besar waktu kita tidak datang kepada Tuhan, ada problem besar kalau perjanjian kita dengan Tuhan kita jalani dengan sembarangan, ini problem utama. Banyak orang berusaha mengatasi segala problem yang kelihatan di luar tanpa sadar problem yang utamanya itu adalah relasi perjanjian yang rusak dengan Tuhan. Jadi yang salah dengan kita adalah kita salah berelasi dengan Tuhan. Kita salah berelasi dengan Dia, kita salah mengikuti Dia, salah menerima kebaikan dan kebenaranNya, salah mengekspresikan ucapan syukur kita kepada Dia, akhirnya semuanya rusak. Seperti yang saya kutip dari Pdt. Billy, banyak orang punya problem dengan Tuhan maka semua bagian menjadi diri. Menilai diri jadi kacau, ketenangan diri tidak ada, damai sejahtera tidak ada, segalanya tidak ada. Dan kita selalu berpikir problemnya ada di sekitar kita, problemnya tetangga, problemnya orang tua, problemnya anak. Tapi problemnya yang paling besar adalah “saya dibuang oleh Tuhan, saya tidak di dalam Tuhan, saya tidak kenal Tuhan, saya tidak mencintai Dia, saya tidak siap mengosongkan diri untuk Tuhan, saya tidak siap mengabaikan diri untuk kemuliaan Tuhan”, itu problem besar. Maka Paulus mengatakan puji Tuhan ada Injil, Injil itu mendamaikan saya dengan Tuhan. Tuhan mau mengampuni saya lewat kematian AnakNya. Sang Anak Tunggal Allah dipaku di kayu salib supaya saya dan Saudara didamaikan dengan Allah, Dialah Pendamai yang sudah dinubuatkan melalui korban persembahan di Bait Allah. Dialah Pendamai yang sudah dinubuatkan ketika Kitab Keluaran menyatakan Israel yang keluar dari Mesir oleh karena ada darah domba dan kambing yang dioleskan di ambang pintu rumah. Jadi Kristus sudah dinubuatkan sebagai pemberi perdamaian. Dan sebagai pemberi perdamaian Kristus adalah Kristus yang akan menyatakan bagi kita cara untuk damai dengan Tuhan melalui diriNya. Di dalam Kristus oleh karena kasih Kristus dan karena persekutuan dengan Kristus, Saudara diterima oleh Bapa. Alkitab mengatakan Bapa menerima Saudara seperti Bapa menerima Kristus oleh karena kita ada di dalam Dia, ini berita sukacitanya. Paulus mengatakan “oleh karena berita sukacita ini, aku mau datang kepadamu”.

Mengapa berita sukacita yang membereskan dia dengan Tuhan membuat dia ingin datang ke Roma? Karena dia mengatakan “saya rindu melihat buah di tengah-tengah jemaat Tuhan”. Buah apa? Buah orang-orang Kristen yang dia bisa temui. Perbaikan relasi dengan Tuhan membuat Paulus ingin mendapatkan persekutuan dengan gereja Tuhan. Itu yang kita lihat di pasal 1 ini. Paulus mengatakan di dalam ayat 11 “sebab aku ingin melihat kamu untuk memberikan karunia rohani kepadamu guna menguatkan kamu”. Paulus belum pernah bertemu dengan orang Roma, dan dia mengatakan “saya rindu kepadamu”? Hal yang aneh kalau kita tafsirkan ini tidak berdasarkan Injil. Karena di dalam Kristus, dia satu dengan gereja Tuhan di manapun. Semua orang yang percaya kepada Kristus adalah kekasihnya, di dalam iman, adalah saudara-saudara seiman yang dia kasihi.

Aplikasi dari Injil dalam Surat Roma selalu ada 2. Pertama, aplikasi Injil akan membereskan diriku di hadapan Tuhan dan yang kedua akan membereskan diriku di hadapan sesamaku. Saya dan Tuhan beres oleh karena Kristus. Saya di depan sesama juga beres oleh karena Kristus. Dan inilah yang Paulus sedang nyatakan di bagian pertama ini, “saya rindu datang kepadamu hai orang Roma, saya rindu untuk menikmati persekutuan di tengah-tengah kamu”. Ayat 12 “supaya aku ada di antara kamu dan turut terhibur oleh iman kita bersama, baik oleh imanmu maupun oleh imanku”. Paulus menikmati persekutuan di gereja Tuhan. Dia rindu datang ke Roma sama seperti dia rindu untuk datang ke gereja manapun, di tengah-tengah orang bukan Yahudi. “Saya ingin menikmati di tengah-tengah kamu, supaya saya boleh menikmati persekutuan dengan kamu”. Ini bukan berarti Paulus ke Roma untuk makan buah, maksudnya menikmati buah adalah dia ingin menikmati pekerjaan Tuhan yang Tuhan lakukan di tengah-tengah jemaat Kristen meskipun bukan dia yang mengamati dan saksikan. Cara Tuhan bekerja di dalam gereja itu begitu indah. Sehingga ketika Saudara menikmati berada di dalam gereja Tuhan, Saudara sebenarnya sedang menikmati Tuhan, Saudara sebenarnya sedang menikmati berapa besar Dia menyatakan pekerjaanNya di tengah-tengah kita. Dan pekerjaan ini adalah pekerjaan yang membangun komunitas baru. Injil Tuhan membuat komunitas baru menjadi indah. Maka kita mesti memikirkan ini baik-baik, apakah saya bisa menikmati Tuhan melalui cara menikmati ada di tengah-tengah jemaat Tuhan? Ini poin penting yang mesti kita gumulkan sama-sama. Paulus mengatakan “saya ingin ada di antara kamu, saya ingin terhibur oleh kamu”. Waktu Paulus mengatakan “saya beriman kepada Kristus, saya rindu untuk hadir di tengah-tengah kamu”, iman kepada Kristus mempengaruhi cara orang bergereja. Inilah poin saya pada hari ini, iman sejati kepada Injil mempengaruhi cara orang bergereja. Ini jadi pertimbangan untuk menilai apakah gereja kita sudah ada di track yang benar atau tidak, ada di jalur yang tepat atau tidak. Maka Paulus mengatakan di ayat 12 “saya mau terhibur di tengah kamu, turut terhibur oleh iman kita bersama”. Orang Roma terhibur oleh iman Paulus, Paulus terhibur oleh iman jemaat di Roma. Lalu ayat 13 “Saudara-saudara, aku mau, supaya kamu mengetahui, bahwa aku telah sering berniat untuk datang kepadamu–tetapi hingga kini selalu aku terhalang–agar di tengah-tengahmu aku menemukan buah, seperti juga di tengah-tengah bangsa bukan Yahudi yang lain”. Ini jadi kalimat yang perlu kita perjuangan supaya ada di dalam gereja kita. Yaitu saya rindu melihat buah di tengah-tengah kamu, saya rindu melihat perubahan, saya mau lihat bagaimana orang bertumbuh di dalam Tuhan, saya mau lihat bagaimana ada perubahan sejati, bagaimana tadinya begitu dingin kepada Tuhan sekarang menjadi hangat, tadinya begitu penuh dengan hawa nafsu, sekarang penuh dengan keindahan penahanan diri, tadinya penuh dengan kemalasan sekarang penuh ketekunan untuk bekerja bagi Tuhan. Dan hal-hal seperti ini hanya mungkin dinikmati di dalam gereja Tuhan. Jadi saya ingin kita merenungkan hal ini bersama-sama sebagai poin yang pertama yang mau dibagikan lewat pembahasan kita hari ini. Paulus mengatakan “saya merindukan jemaat di Roma, saya mau berada di tengah-tengah kamu dan menikmati kehadiranmu dimana saya berada di tengah-tengah kamu”. Apakah ini kita miliki ketika kita bergereja? Ada kerinduan kepada Tuhan? “ada”, ada kerinduan kepada sesama jemaat? “tidak, saya datang ke gereja, kemudian saya mendapat saat-saat yang menyulitkan. Saya lebih suka cepat-cepat pulang dari gereja ini, kemudian melakukan kegiatan saya sehari-hari”. Berarti kita masih mempunyai pengertian Injil yang masih separuh. Dan separuh itu sama dengan nol, karena Tuhan menebus manusia untuk mendirikan gerejaNya. Itu yang dikatakan Alkitab berkali-kali. Petrus mengatakan “Engkaulah Mesias yang datang dari Allah”, dan Tuhan Yesus mengatakan “kamu mengatakan sesuatu dari Tuhan. Dari batu karang ini (yaitu pengakuan kepada Kristus) Aku akan mendirikan gerejaKu”. Di bagian akhir Injil Matius, Tuhan Yesus mengatakan “Aku mau kamu pergi ke semua bangsa, baptis mereka, jadikan mereka murid”. Jadi Tuhan mau seluruh bangsa menjadi milikNya. Lalu di dalam bagian lain, misalnya di dalam Yohanes, Tuhan Yesus mengatakan “supaya mereka satu, sama seperti engkau dan Aku satu. Supaya mereka di dalam kita dan kita di dalam mereka”. Ada kesatuan dari orang-orang yang ditebus. Dan kesatuan ini bukan hanya secara status, bukan hanya kesatuan karena kumpul sama-sama, karena punya waktu beribadah yang sama lalu ketemu di gereja. Kalau kita renungkan bagian ini, baru kita tahu cara kita bergereja itu terlalu dingin, terlalu kering, terlalu dangkal, terlalu mengabaikan aspek komunal dari Injil.

Komunitas itu penting. Kristus mendirikan tubuhNya di bumi ini. Gereja disebut tubuh. Gereja bukan semacam anggota Kristus, kita bukan semacam pengikut Kristus yang punya persekutuan, kita adalah tubuhNya. Dan di dalam Efesus, Paulus mengatakan tidak ada orang mengabaikan tubuhnya melainkan merawatnya dan mengasihinya, memberikan hal yang diperlukan. Dia akan merawat tubuhnya, dia akan membuat tubuhnya dalam keadaan baik. Ini kedekatan relasi atas gereja Tuhan dan Kristus. Kita adalah tubuhNya, kita adalah anggota tubuhNya. Dan berapa penting bagi kita untuk mengakui orang lain sebagai bagian dari tubuh Kristus, itu menandakan kerohanian kita. Seberapa besar kita mengakui sesama kita menjadi milik Kristus, itu menjadi tanda kedewasaan rohani di dalam Injil Tuhan. Ini yang Paulus mau tekankan kepada kita masing-masing. Dan coba pikirkan apakah saya lakukan ini ataukah saya menikmati itu ketika saya berada di dalam gereja Tuhan? Apakah saya mempunyai kerinduan bersama-sama tubuh Kristus menjadi terhibur oleh iman mereka, sama seperti saya sudah menjadi hiburan untuk iman mereka? Kita sering melihat gereja sebagai 2 kelompok. Kelompok pengkhotbah dan kelompok jemaat. Jadi coba kita lihat gereja Tuhan sebagai tubuh Kristus, sebagai cara Tuhan memberikan perhatian kepada dunia, memberikan kesungguhan untuk membimbing dan memberikan perhatian yang dibagikan kepada seluruh komunitas tubuh Kristus.

Ada beberapa aspek yang perlu kita pikirkan, yang pertama aspek kesatuan. Gereja Tuhan harus memunyai sense kesatuan. Dan kesatuan ini bukan hanya sekedar satu di dalam organisasi, satu di dalam nama atau satu di dalam kelompok. “Kamu kelompok mana? Kelompok GRII? Kamu jemaat mana?”, bukan seperti itu. Tapi ada sense “orang ini dikasihi oleh Tuhan, saya pun mengasihi dia. Orang ini ditebus oleh Kristus, saya pun mengasihi dia. Orang ini dimiliki oleh Kristus, saya pun mengasihi dia”. Kalau Saudara memunyai sense ini, Saudara akan bergumul dengan diri Saudara yang lama. Diri yang lama sangat membenci orang-orang yang tidak cocok dengan diri, sangat menyukai orang-orang yang cocok dengan diri. Tapi diri yang baru akan melihat Tuhan sebagai pribadi yang menjadi standar bagi saya untuk mengasihi atau tidak kepada orang lain. Kalau orang ini sudah dimiliki Tuhan, maka saya akan sangat menikmati Tuhan melalui kehadirannya. Kalau orang ini sudah diselamatkan dan ditebus Tuhan, maka saya akan menikmati kehadirannya, menikmati pertumbuhan rohaninya, menikmati cara Tuhan bekerja lewat orang ini. Jadi pengertian ini mesti kita gumulkan baik-baik, karena kita memunyai natur yang sangat egois, kita adalah makhluk sosial yang anti sosial. Pascal pernah mengatakan kita adalah makhluk yang perlu komunitas sekaligus membenci komunitas. Ini namanya paradoks, satu sisi kita perlu orang lain tapi di sisi lain kita juga benci orang lain, satu sisi kalau kita tidak berkomunitas sangat sulit, kalau kita berkomunitas juga sulit. Lebih pilih sendiri atau bersama-sama? Kalau sama orang ada kesulitannya, kalau sendiri juga ada kesulitannya. Akhirnya kesimpulannya adalah kita memerlukan orang lain karena kita tidak bisa sendiri. Mengapa kamu berkomunitas? Karena perlu, mengapa perlu? Karena tidak bisa sendiri. Jadi orang lain hanya sebatas alat untuk membantu saya mendapatkan apa yang saya inginkan karena saya begitu terbatas dan tidak sanggup. Ketidak-sanggupan saya membuat saya perlu berkomunitas. Tapi di dalam Surat Roma kita diberikan pengertian lain bahwa Injil sekaligus yang memaparkan kita kepada Tuhan dan sekaligus membawa kita ke dalam cara pandang yang baru waktu melihat komunitas yang namanya gereja. Siapakah gereja bagi kita? Gereja itu bukan kumpulan orang-orang yang sama iman dengan kita, gereja adalah tubuh Kristus. Saudara akan dilatih untuk memberikan kasih kepada Tuhan dan iman kepada Tuhan melalui tindakan Saudara kepada orang-orang yang sudah ditebus oleh Dia. Tentu ini bergerak lebih jauh dari pada yang dibahas Paulus di pasal 1 ini, namun saya pikir ini sangat penting untuk memperkaya kita membaca Roma 1. Yaitu kalau Saudara dan saya ingin mengasihi Kristus, Kristus tidak jauh dari kita, Kristus begitu dekat dengan kita. Ada banyak contoh di dalam Alkitab dimana kehadiran Kristus itu nyata dan banyak orang ingin sekali mengerti kehadiran Kristus di dalam keadaan yang membuat kita sadar bahwa kita dan Kristus tidak jauh. “Saya dekat dengan Kristus, Kristus senantiasa menyatakan diri di tengah-tengah saya”. Tapi cara Yesus menyatakan diri di dalam Injil itu sangat unik. Saudara pernah dengar tentang penghakiman akhir, ketika Yesus mengatakan “Aku taruh satu kelompok binatang di sisi kiri yaitu domba, dan kambing di sisi kanan”, apa bedanya dari 2 kelompok ini? Yang satu benar memperlakukan Yesus, satu lagi perlakukan Yesus dengan salah. Yang perlakukan salah itu telah melakukan apa? “Yaitu ketika Aku lapar, haus, ketika Aku dipenjara, mereka tidak melakukan apa-apa untuk Aku”, langsung orang-orang itu tanya “kapan saya dapat kesempatan untuk menolong Engkau ya Tuhan?”. Pernahkah kita membayangkan hal ini, Yesus perlu kita tolong. Kapan Yesus perlu kita tolong? Yesus itu Sang Penolong. Tapi Tuhan emmberikan satu pengertian yang menakutkan sekaligus menyegarkan bahwa Dia senantiasa hadir, dan waktu Dia hadir tidak ada yang peduli lagi. Waktu Dia inkarnasi tidak ada yang peduli, waktu Dia menyatakan diri lewat gereja juga tidak ada yang peduli. Maka di sini kita mendapatkan pengertian yang sangat menegur kita. Saya berharap khotbah ini menjangkau hati Saudara. Saya benar-benar ingin berbicara masuk ke dalam hati Saudara dan saya tidak tahu bagaimana caranya, saya tidak tahu bagaimana mengungkapkan untuk Saudara mengerti pentingnya hidup di dalam komunitas Tuhan. Kadang-kadang khotbah itu pekerjaan yang frustasi, karena sambil Saudara khotbah sambil merasakan derajat hati yang terbakar di atas mimbar dengan pendengar begitu berbeda. Di atas mimbar begitu semangat menyampaikan sesuatu, tapi yang di bawah begitu dingin di dalam menangkapnya, sebagian menangkap sambil tidur. Gereja Tuhan benar-benar perlu diperbaiki. Saudara dan saya belum jadi gereja di GRII Bandung ini karena berapa banyak dari kita yang benar-benar memiliki hati menikmati kehadiran Kristus lewat menikmati sesama. Andaikan ini terjadi, maka apa yang disampaikan Paulus bisa kita mengerti. Baru kita bisa mengerti apa yang Paulus katakan dalam Roma 1 “saya rindu bertemu kamu di Roma”. Apa yang membuat Paulus didorong oleh kerinduan yang besar? Dia tidak kenal siapa pun di Roma, dia tidak mengatakan “di Roma ada temanku, dan saya akrab dengan mereka”. Paulus rindu untuk melihat Kristus di Roma. Dia ingin melihat bagaimana Kristus mengubah banyak orang dan bagaimana Kristus mengubah dia melalui kehadiranNya di tengah-tengah gereja Tuhan. Cara Tuhan menyatakan diri begitu berlimpah sehingga kita perlu menyelidiki apa yang Alkitab katakan tentang kehadiran Tuhan. Di dalam Kitab Keluaran, Tuhan hadir lewat malaikat Tuhan yang memimpin dalam tiang awan dan tiang api. Di dalam Kitab Yesaya, Tuhan hadir di BaitNya dengan cara yang sangat mulia, dengan malaikat terbang untuk memuji namaNya. Di dalam Kitab Daud, Tuhan hadir di dalam penyertaanNya kepada Daud setiap saat. Daud menikmati penyertaan Tuhan yang memberikan kemenangan kepadanya. Daud mengatakan “saya menikmati kemenangan. Saya menikmati penyertaan Tuhan dalam kemenangan itu”. Waktu Daud menghantam Goliat dan Goliat mati, Daud merasa “Tuhan sedang pimpin saya saat itu”. Tapi apakah Tuhan menyatakan cara Yesaya saja atau cara Keluaran saja atau cara Daud saja? Tidak. Waktu kita mereduksi cara Tuhan menyertai, kita akan gagal menikmati penyertaan Tuhan. Misalnya, Daud memunyai cara menikmati pernyertaan Tuhan yang unik, dia menikmati Tuhan yang menyertai melalui kemenangan-kemenangan perangnya. Tapi di padang gurun, sebelum dia mengalami kemenangan perang, dia mengalami Tuhan menyertai dengan meluputkan dia dari Saul, ini cara Tuhan menyertainya. Tapi apakah cara yang sama dialami oleh Kristus? Waktu Saudara membaca kehidupan Kristus, ada cara penyertaan Tuhan yang beda total dengan sebelumnya. Tuhan menyertai Kristus dengan cara yang melampaui kebiasaan, sehingga ada orang pernah berkomentar “kalau benar Kristus adalah cara penyertaan Tuhan bagi dunia ini, maka Tuhan kita adalah Tuhan yang sadis, yang kejam dan Tuhan yang penuh dengan segala kejahatan”, ini serangan yang pernah diberikan kepada Kekristenan. Siapa Tuhan orang Kristen? Allah di sorga. Siapa AnakNya? Yesus Kristus. Mengapa AnakNya dipaku di kayu salib? Untuk memuaskan murka Tuhan. “Kalau begitu Tuhanmu sadis”, ini kritik yang diberikan orang modern kepada orang Kristen. “Tuhan yang sadis, Tuhan yang haus darah, Tuhan yang menginginkan kematian, itu Tuhan yang kamu sembah, Tuhan yang kejam, Tuhan yang sadis”. Kalau Saudara dapat kalimat begini, jawabnya bagaimana? “Tuhan tidak kejam, Dia penuh kasih”, “apa yang terjadi di salib?”, yang terjadi di salib adalah Anak Allah menjadi manusia dan dibantai di situ. Ini Tuhan yang kejam. Tapi ada satu jawaban yang indah dari teologi Kristen bahwa di salib itu adalah cara Tuhan menerima kita. Salib itu bukan lambang kekejaman, salib adalah lambang penerimaan Tuhan. Tuhan menerima kita, mengundang kita untuk berada bersama Dia lewat salib. Jadi banyak sekali sisi kalau Saudara sorot dari satu, Saudara bisa sorot dari yang lain, ini keunikan teologi Kristen. Kalau Saudara mendapatkan serangan dari satu sisi, Saudara akan tahu ada sisi lain yang Alkitab bahas untuk membungkam serangan itu. Ada yang mengatakan “salib begitu kejam”, tapi orang Kristen mengatakan “justru di tengah-tengah itu ada penyertaan Tuhan yang begitu indah untuk kita semua”. Maka ketika Yesus dipaku di kayu salib, pada waktu itu kita tidak melihat Tuhan itu kejam, pada waktu itu kita melihat undangan Tuhan menarik kita untuk menjadi milik Dia. Ada undangan Tuhan yang mengatakan “mari menjadi milikKu”. Dan bagaimana Tuhan mengundang kita?
Tuhan mengundang kita untuk menikmati kehadiranNya di dalam kita. Tuhan mengundang kita dengan cara masuk ke dalam kita. Ini teologi Kristen, ini pengertian Injil. Injil tidak pernah dimengerti oleh agama mana pun, karena agama lain tidak mengerti Tuhan yang mau mengundang kita untuk Dia hadir di tengah-tengah kita. Mengapa dia mengundang kita? Karena sebelumnya kita tidak pernah mau mengundangNya. Setelah dia tinggal bersama kita, ingat Wahyu 3, “lihat Aku berdiri di depan pintu. Aku berdiri dan mengetok, jika kamu buka pintu, Aku akan makan bersama kamu”, Tuhan menjadi tuan rumah waktu Dia masuk, itu pengertian yang unik. Apakah Saudara yang mengundang Dia? Tidak, Tuhan yang ketok, setelah itu Saudara buka pintu, kemudian Tuhan mengatakan “Aku akan undang kamu makan di hatimu”. Siapa yang mengundang? Saya atau Tuhan? Tuhan. Tapi inikan hati kita? Sekarang Tuhan yang take over. Waktu Saudara mengundang Tuhan Yesus hadir, waktu itu Tuhan mengambil alih hati Saudara dan Dia menjadi tuan rumah. Dia menjadi tuan rumah dan mengatakan “mari makan bersama”. Harap gambaran ini bisa Saudara pahami, gambaran ini indah sekali. Mengapa Tuhan mau hidup bersama saya? Karena Dia mau undang saya untuk hidup bersama Dia. Dan gambaran ini adalah gambaran mengenai cara Tuhan masuk ke dalam hidup kita. Cara Tuhan masuk ke dalam hidup kita adalah Dia yang undang kita supaya Dia menjadi tuan rumah di dalam hidup kita. Ini yang Tuhan sedang lakukan. Dia menjadi tuan rumah di gerejaNya, Saudara tidak undang Dia ke sini untuk nanti dijadikan tamu. Dia datang untuk take over semuanya. Bagaimana cara Dia menjamu kita dalam hidup kita? Dengan cara mengizinkan kita untuk menikmati Dia yang mau hidup di tengah-tengah kita. Cara Tuhan menebus manusia adalah dengan menjadi manusia. Cara Roh Kudus menyatakan kehadiran Kristus di tengah kita adalah dengan membuat kehadiranNya menjadi begitu nyata lewat kehadiran orang-orang lain di tengah-tengah kita. Dan inilah fungsi gereja. Kalau ditanya “mengapa Tuhan harus mati di kayu salib?”, Yohanes menjawab “supaya gereja Tuhan lahir”. Mengapa mesti ada gereja? Karena orang-orang yang menjadi bagian dari gereja perlu Kristus. “Kalau kami perlu Kristus, minta Dia datang”, “Dia sudah menyatakan tubuhNya”, “siapa tubuhNya?”, kita semua tubuhnya. Saudara melihat orang-orang di sekeliling Saudara, inilah Kristus. Saudara kaget “Kristus seperti ini?”, iya, Kristus menyatakan diri lewat tubuhNya. Mengapa Dia menyatakan diri lewat tubuhNya? Karena Dia mau menjadi bagian dari hidup Saudara, dengan cara mengundang Saudara untuk menikmati Dia melayani Saudara. Bagaimana Dia melayani Saudara? Dengan jemaat ini. Bagaimana caranya? Bisa dengan hal positif, sesama jemaat menguatkan, bisa dengan hal negatif yaitu sesama jemaat menguji kesabaran Saudara. Paulus sangat senang dengan jemaat Roma, tapi Paulus sangat tersinggung dengan jemaat Korintus. Dia sangat marah dengan jemaat Korintus, tapi Paulus tidak pernah mengatakan di dalam suratnya “kepada Korintus, mantan jemaat. Yang sudah aku buang”, dia mengatakan “kamu tetap pernyataan Kristus bagi saya yang sedang melatih dan mendidik saya untuk menjadi milik Dia selama-lamanya”. Jadi Saudara bisa menikmati Kristus dengan hadir di gereja. Bukan hanya dengan mendengar firman, tapi seluruh bagian dari kehidupan berjemaat, itu adalah pernyataan Kristus. Tapi berapa lama kita menjadi orang Kristen, kita menolak ini. Kita menolak untuk menjadikan tubuh Kristus bagian yang sangat dekat dengan kita. Akhirnya kita bawa prinsip berkawan di dunia untuk dimasukan dalam mode hidup gereja kita. Dan banyak hal prinsip berkawan yang tidak nyambung di gereja. Karena gereja adalah tentang Kristus dan kehadiranNya. Dan Tuhan menyatakan kehadiranNya lewat orang-orangNya. Maka mari coba nikmati kehadiran Kristus melalui jemaat, melalui Kekristenan yang ada di sekitar kita, melalui komunitas yang ada ini. Komunitas yang ada bagusnya, ada menyebalkannya, ada menguji kesabarannya, ada yang kita menguji kesabarannya. Dan Saudara akan menyaksikan bahwa Kristus sedang menyatakan diri. Inilah pernyataan diri Kristus. Maka siapa yang merindukan Kristus tidak mungkin tidak merindukan jemaatNya. Siapa ingin melayani Kristus tidak mungkin tidak melayani jemaatNya. Dan itulah sebabnya setting dari kebaktian kita adalah seperti ini, selalu akan ada orang yang menyambut Saudara. Apakah Saudara merasa perlu ada penyambut? Perlu ada usher? Perlu, karena ini menunjukan ada saling melayani di dalam gereja. Saya melayani Saudara memberikan firman, ada orang-orang yang melayani Saudara untuk mendapatkan tempat duduk, dan pelayan itu adalah pelayan yang membentuk Saudara untuk tidak egois, tidak memikirkan diri. Saudara akan menemukan interaksi-interaksi yang kadang-kadang menyulitkan, indah dan inilah tubuh Kristus. Kalau kita hanya melihat satu sisi, kita akan melihat hal-hal baik dari gereja Tuhan sebagai cara Yesus hadir. Yesus harus hadir dengan cara menghibur, menguatkan, memberi saya pertumbuhan, maka Saudara akan menikmati kumpulan KTB yang menguatkan Saudara, teman-teman yang saling mendoakan, teman-teman yang rohaninya tinggi-tinggi. Saudara menikmati kehadiran orang-orang ini, dan mengatakan “itu baru gereja”. Itu salah. Roma tidak seperti itu, Korintus tidak seperti itu, Galatia tidak seperti itu. Paulus mengatakan “hai kamu Galatia, bodoh”, tidak mungkin Paulus ngomong bodoh sambil senang. Dia sangat terganggu dengan keadaan jemaat Galatia, dia sangat marah dengan jemaat Korintus. Tapi dia tidak pernah tidak mengakui mereka sebagai tubuh Kristus. Maka kehadiran Kristus begitu unik, Dia pakai orang-orang lemah di sekitar kita untuk membuat kita mengalami kehadiran Kristus, menikmati pertumbuhan orang-orang ini. Lihat orang yang tadinya begitu jahat, sekarang menjadi lumayan baik, ada perubahan. Dan Saudara menyadari tidak ada tempat selain gereja Tuhan di mana kita bisa menikmati Kristus.

Dan Paulus mengatakan di bagian selanjutnya, dia berhutang baik kepada orang Yunani maupun orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar maupun kepada tidak terpelajar. Yunani maupun bukan orang Yunani, ini sangat unik, karena di dalam Jemaat Roma ada orang Yahudi dan Yunani. Namun dia mengatakan “saya berhutang baik kepada orang Yunani maupun orang bukan Yunani”, ini pembedaan apa? Ini adalah istilah yang dipakai oleh orang di Roma untuk menjelaskan mana yang berbudaya dan yang tidak. Mana orang-orang sopan dan mana orang-orang liar, ini pembedaannya. Dan Paulus mengatakan “saya berhutang kepada orang-orang sopan, saya berhutang kepada orang-orang liar”. Maksud dia adalah dia ingin mendatangi gereja Tuhan dan menikmati persekutuan dengan orang-orang sopan maupun orang liar, dengan para Yunani yang terpelajar maupun kelompok barbar yang tidak terpelajar. Barbar itu ada cerita uniknya, barbar adalah cara orang Yunani untuk menghina bahasa orang lain. Bagi mereka orang lain itu seperti seekor burung yang sedang bersiul, orang lain itu cuma twitter bagi mereka. Waktu mereka mengucapkan bahasa yang tidak saya mengerti, saya mulai merasa terganggu. Itu yang dikatakan oleh orang Yunani, orang lain itu cuma barbar, seperti burung yang berkicau, yang tidak mengerti bahasanya apa. Dan orang Yunani punya kesombongan cuma budaya mereka yang tinggi, budaya lain rendah semua. Maka Paulus sedang mengatakan gereja itu tidak mengenal pemisahan budaya tinggi dan budaya rendah, gereja tidak mengenal mana orang terpelajar dan tidak, gereja tidak mengenal mana masyarakat agung dan kecil, semua adalah bagian cara Kristus menyatakan diri. Dan kalau Saudara mengatakan “saya sulit melihat Kristus di gereja ini”, maka Paulus akan mengatakan “sama, orang Farisi pun susah melihat Kristus di dalam Kristus”, orang Farisi tidak bisa melihat Yesus di dalam diri Yesus. “Kamu Mesias, masa seperti ini Mesias. Kami tidak mau terima”. Tapi saya menjadi orang yang gagal mengenal Kristus di dalam gerejaNya. Mari kita bergumul untuk menikmati kehadiran Kristus bukan dengan kehadiran yang sepertinya begitu spektakuler. Apakah Saudara mau menikmati pengalaman Kristus? Yesus mengatakan “kalau kamu mau menjadi muridKu, kamu harus pikul salib”, ini namanya mengikuti Kristus. Mengikuti Kristus berarti mengalami pengalamanNya. Dan pengalaman Kristus, selain Dia hidup bagi Tuhan, Dia berkorban di kayu salib dan satu pengalaman Dia yang lain yaitu Dia mau menerima kita semua. Saudara mau mengalami pengalaman Kristus menerima Jimmy Pardede? Kalau mau, terimalah saya, Saudara akan mengalami penerimaan Kristus menerima saya. Saudara mau mengalami penerimaan Kristus menerima Pak Elfan? Saudara terima dia, Saudara akan mengalami penerimaan Kristus menerima Pak Elfan. Dan Saudara akan sadari waktu terima saya, misalnya, “ternyata Pak Jimmy cukup menyebalkan”. Waktu Saudara merasa “ini orang menyusahkan saya, saya tidak cocok dengan dia”, langsung Saudara pikir “Yesus terima dia, tapi mengapa saya sulit menerima dia? Saya diizinkan Tuhan mengalami pengalaman Tuhan menerima orang ini”. Maka semakin orang itu melawan atau orang itu menjalankan hidup yang menyebalkan Saudara, secara aneh dan unik Saudara akan mengalami cinta kasih Tuhan. Ini gereja Tuhan, Saudara mengalami pengalaman mulia lewat salib, Saudara mengalami pengalaman kasih lewat relasi yang sulit, dan inilah tujuan gereja. Maka Paulus mengatakan “saya ingin sekali menikmati buah Kristen di tengah-tengah kamu”. Buah Kristennya apa? Yaitu saya boleh mengalami tubuh Kristus, boleh mengalami kehadiran orang-orang yang Tuhan sudah terima. Saya sangat rindu Saudara dan saya belajar untuk menerima orang satu dengan yang lain untuk mengalami kehidupan gereja Tuhan yang penuh kelimpahan ini. Kelimpahan dengan cara yang menakjubkan, yang lain dengan yang dunia pahami. Kelimpahan dengan menerima satu sama lain. Belajar menjadi berkat satu dengan yang lain, belajar hidup menjadi komunitas yang sangat mencerminkan Kristus. Dan belajar untuk mengalami pergumulan Kristus untuk mengalami penerimaan yang Dia berikan kepada Saudara dan saya. Setiap kali kita mengingat orang, langsung ingat Kristus. Tiap lihat orang di gereja Tuhan, ingat Tuhan sudah mati bagi dia. Gereja adalah tubuh Kristus, mari belajar menerima, mari belajar mengasihi. Kristus menyerahkan nyawanya karena cintaNya kepada mereka, Saudara tidak boleh membenci gereja Tuhan, tidak boleh membenci jemaat, tidak boleh mempunyai kehidupan yang begitu egois sehingga kita mengabaikan kehidupan dari gereja Tuhan. Harap kita menikmati kehadiran Tuhan lewat gerejaNya.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Injil membuat orang menginginkan Kristus

(Roma 1: 1-15)
Di dalam ayat-ayat yang kita baca ditekankan kembali tentang persekutuan di dalam Injil. Injil tidak hanya membuat orang menjadi milik Tuhan, lalu relasi dengan Tuhannya dipulihkan kemudian dia mendapatkan janji hidup kekal di sorga selama-lamanya. Kalau hanya itu pengharapan orang Kristen, maka orang Kristen tidak beda dengan orang-orang lain. Kalau Saudara dan saya hanya berharap untuk masuk sorga, Saudara dan saya sama egoisnya dengan orang-orang beragama lain. Kalau Saudara dan saya merindukan tempat namanya sorga lebih besar dari pada merindukan penerimaan dan kasih Tuhan dan kehadiranNya, maka Saudara dan saya tidak lebih baik dari pada orang-orang atheis sekalipun. Itu sebabnya ada khotbah yang sangat keras dari Paris Reidhead. Di dalam khotbah itu dikatakan kita hanya orang pragmatis, orang hedonis, orang yang ingin kesenangan-kesenangan dari apa yang didapatkan oleh tempat kita. Mengapa menikah? Ingin mendapatkan kesenangan dari pernikahan. Mengapa punya anak? Ingin mendapatkan kesenangan dari memunyai anak. Mengapa bertetangga? Ingin mendapatkan kesenangan dari tetangga. Lalu kalau semua itu tidak cukup, kita menyadari bahwa kita memerlukan sesuatu yang lebih. Kita menyadari bahwa kita tidak bisa tinggal di dunia ini karena dunia ini menawarkan sesuatu yang tidak bisa memuaskan kita. Lalu kita memunyai bayangan tentang sorga, apa itu sorga? Kita terima semua budaya, semua konsep, semua agama dan pengertiannya tentang sorga. Lalu kita menerima fakta bahwa sorga adalah tempat yang indah, sorga adalah tempat yang lebih memuaskan kita dari pada dunia ini. Maka dunia ini kita tinggalkan bukan karena kita ingin Tuhan, kita ingin tinggalkan dunia ini karena kita sudah putus asa dan muak dengan dunia ini, dan berharap sorga bisa memberikan kesenangan yang lain bagi kita. Paris Reidhead mengatakan ini tidak bisa ditoleransi kalau ada dalam Kekristenan. Kekristenan bukan agama cari sorga, Kekristenan adalah agama yang mencari Tuhan, atau lebih baik lagi Tuhan mencari kita untuk kita memunyai keinginan mencari Tuhan. Kekristenan adalah agama relasional kasih. Kasih dengan person, kasih dengan pribadi, bukan kasih dengan tempat yang abstrak. Jadi sebelum kita melihat keindahan Tuhan lebih indah dari bumi, lebih indah dari langit, lebih indah dari sorga, kita belum Kristen. Tidak ada orang Kristen yang sungguh-sungguh Kristen yang tidak ingin Tuhan. Itu sebabnya waktu saya mendengarkan khotbah Paris Reidhead, saya sadar betapa jauhnya Kekristenan dari Tuhan. Berapa jauhnya konsep teologi yang mungkin kita miliki sebelum dikoreksi oleh Alkitab, membuat kita jauh dari Tuhan. Berapa jauhnya metode kita memberitakan Injil, membuat orang jauh dari Tuhan. Saudara datang ke gereja lalu Saudara pulang setelah dengar firman, kondisi tidak berubah, tapi hati Saudara yang diubahkan. Kondisi tidak berubah, namun sikap Saudara terhadap kondisi itu yang diubahkan. Jangan percaya khotbah yang mengatakan “setelah kamu mendengatkan khotbah, kondisimu akan berubah”, belum tentu. Saudara sakit, datang ke sini, pulang tetap sakit. Saudara miskin, datang ke sini, pulang tetap miskin. Saudara ada problem, datang ke sini, pulang tetap ada problem. Karena bukan itu yang Tuhan janjikan, Tuhan tidak mengatakan “jika engkau mendengarkan firmanKu, Aku akan muluskan jalanmu ke depan”. Kadang ada kemulusan, kadang ada kekacauan, kadang ada hal yang indah, kadang ada hal yang sangat mudah, kadang ada hal yang sangat susah. Tapi bukan itu isunya.

Isu yang Tuhan mau bagikan kepada kita adalah kita sedang terhilang di dalam hati. Hati kita menginginkan terlalu banyak berhala. John Calvin sendiri mengatakan hati kita ini pabrik berhala, semua potensi untuk kita jadikan berhala, semua berkat. Tuhan memberi uang, tiba-tiba uang jadi berhala kita. Tuhan memberi kekasih, tiba-tiba kekasih jadi berhala kita. Tuhan memberi relasi, tiba-tiba relasi jadi berhala kita. Tuhan memberikan kuliah, tiba-tiba kuliah jadi berhala kita. Tuhan memberi kerja, tiba-tiba kerja jadi berhala kita. Tuhan memberi keluarga, tiba-tiba keluarga menjadi berhala kita. Tuhan memberi anak, tiba-tiba anak jadi berhala kita. Tuhan memberi papa mama, tiba-tiba papa mama jadi berhala kita. Untuk menguduskan hati kita dari berhala inilah Tuhan mengatakan “jika engkau cinta anak lebih dari cinta Aku, engkau tidak layak untuk Aku. Jika engkau cinta uangmu lebih dari cinta Aku, engkau tidak layak untuk Aku. Jika engkau cinta papa dan mamamu lebih dari Aku, engkau tidak layak untuk Aku”, kalimat ini harus kita anggap serius. Lepaskan diri dari berhala-berhala ini. Saya tidak mengatakan Saudara harus benci keluarga, tolak ini tolak itu, bukan seperti itu, tapi kalau Saudara tidak pernah peduli apa yang Tuhan kerjakan, hanya pedulikan lingkup ini keluarga, uang, harta, pendidikan dan lain-lain, jangan memberikan satu alasan, cover up lalu mengatakan “saya tidak mau menjadi papa yang tidak bertanggung jawab, saya tidak mau menjadi anak yang tidak bertanggung jawab, saya tidak mau menjadi mahasiswa yang tidak bertanggung jawab”, sambil mengabaikan Tuhan. Saudara dan saya harus tahu di mana kita sudah memperilah sesuatu dan jujur kepada Tuhan apa sebenarnya yang sedang kita kerjakan. Apakah kita sedang mengerjakan sambil membalikan badan kita terhadap Tuhan? Kalau kita kerjakan semua yang kita kerjakan sambil membalikan badan terhadap Tuhan, maka bagi saya itu adalah kekejian yang besar sekali. Injil diberitakan untuk menawarkan sesuatu yang indah. Sesuatu yang indah, sehingga Saudara rela untuk tangkap ini. Karena Saudara tahu di dalam berita Injil ini segala sesuatu yang Tuhan inginkan untuk saya lakukan akan terjadi pada saya. Segala sesuatu yang Tuhan inginkan saya menjadi, saya akan menjadi itu. Segala sesuatu yang Tuhan rancang dan kehendaki, itu akan tergenapi lewat Injil. Maka Injil adalah tawaran “maukah kita berbagian di dalam pemulihan yang Tuhan kerjakan?”. “Hei orang Israel, Tuhan sedang mengerjakan pemulihan, maukah kamu? Kalau kamu mau kamu akan dipimpin oleh Raja yang mati di kayu salib”, dan mereka tolak Raja ini karena salib. Salib menjadi batu sandungan bagi mereka. “Hei orang Yunani, maukah kamu datang kepada Injil? Karena Injil ini akan memulihkan bangsamu juga hai orang Yunani”, “kami mau. Siapa yang harus kami ikuti?”, “Raja yang tersalib” ,”kami tidak mau itu, karena itu kebodohan bagi kami. Salib itu kebodohan”. Orang Yahudi tersandung batu sandungan yang namanya salib, orang Yunani tersandung karena kebodohan namanya salib. Mereka tidak cukup berani untuk menjadi bodoh demi Kristus. Mereka tidak cukup berani untuk jatuh demi Kristus. Ini yang Paulus sedang nyatakan “saya bersukacita ada orang di Roma atau jemaat di Roma yang percaya Kristus, karena Injil yang aku percaya ini adalah sesuatu yang begitu penting, menyatakan cara Tuhan mengubah segala sesuatu menjadi sesuai dengan kehendakNya”. Injil adalah kunci untuk masuk ke dalam ciptaan baru. Injil adalah cara untuk mengerti bagaimana Tuhan menjadikan seluruh pemerintahan tunduk kepada Kristus. Injil adalah pesan tentang kasih karunia Tuhan yang mau menarik manusia untuk kembali sembah Dia dengan bebas. Segala sesuatu yang tercatat di dalam Kitab Nabi itu digenapi oleh Injil, demikian kata Paulus. Paulus mengatakan Injil telah dijanjikan sebelumnya dalam perantara nabi-nabi dalam Kitab Suci. Nabi bicara soal Injil. Di mana ada nabi yang berbicara “kalau kamu percaya kamu akan masuk sorga”? Nabi Yesaya pernah mengatakan itu? Nabi Yeremia pernah mengatakan itu? Tidak, Yesaya dan Yeremia mengatakan Tuhan berjanji akan pulihkan Israel dan Tuhan berjanji akan memulihkan bangsa-bangsa lain. Cara Tuhan memulihkan Israel dan bangsa-bangsa lain adalah dengan penghakiman. Tapi ketika Kristus datang, Dia tanggung penghakiman itu bagi umatNya. Ini berita yang indah itu, Tuhan berhenti menghakimi kamu karena sudah selesai dihakimi lewat Kristus, kepalamu. Tapi maukan engkau menjadikan Kristus kepalamu? Maukah kamu menjadikan Dia Rajamu? Karena kalau engkau memper-Tuhan Dia, maka Dia adalah milikmu selamanya. Kata Tuhan dan Juru Selamat, keduanya berkait dengan erat. Ada pengertian Juru Selamat di dalam kata Tuhan dan ada unsur Tuhan di kata Juru Selamat, menurut Perjanjian Lama. Perjanjian Lama tidak pernah memisahkan antara Tuhan dan Juru Selamat. Waktu Israel sedang dibuang ke Babel sebagian, sebagian lagi masih berdiam di Yerusalem sambil ketakutan “kalau tentara Babel datang lagi kami akan hancur. Bagaimana caranya kami luput dari kehancuran dan kematian?”. Waktu itu di Yerusalem ada seorang nabi namanya Yeremia, dia mengatakan “tetap tinggal di Yerusalem, kalau Kerajaan Babel datang, kamu ikut mereka dibuang”. Mereka tidak setuju “bagaimana bisa kami ikut dibuang? Kami tidak mau begini”, tapi akhirnya orang Babel datang dan mereka melarikan diri. Yeremia berkhotbah lagi ketika orang Israel melarikan diri, “jangan lari, kembali ke Yerusalem”, orang Israel mengatakan “mana bisa kami kembali ke Yerusalem. Yerusalem sudah dihancurkan”. Apa yang Tuhan firmankan lewat Yeremia selalu bentur dengan keinginan seluruh rakyat. Bukan hanya seluruh rakyat, Yeremia mengatakan “keluargaku pun bentur dengan firman Tuhan. Saudara bisa melihat betapa uniknya kisah Alkitab itu seringkali berulang dalam sejarah. Dulu problemnya adalah Israel di padang gurun mau kembali ke Mesir, sekarang terjadi hal yang mirip, mereka diancam oleh Babel dan mereka mau kembali ke Mesir. Yeremia dengan tegas mengatakan “jangan ada Juru Selamat selain Tuhan. Mesir bukan Juru Selamatmu. Hanya Allah Juru Selamat. Dan tidak boleh ada apa pun atau siapa pun di bawah kolong langit ini yang kita katakan “karena namamu kami selamat”. Di dalam Kisah Para Rasul 4, Petrus mengatakan “di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia”, ini mengagetkan sekali, “yang olehnya kita bisa diselamatkan selain nama Yesus Kristus”. Berarti Yesus adalah manusia, seperti yang dikatakan dalam Kisah Para Rasul 4, namun Dia adalah Juru Selamat yang adalah Allah. Bagi orang Yahudi Juru Selamat itu Allah, tidak boleh yang lain, sehingga di dalam kata Juru Selamat ada rasa ingin menaklukan diri, ingin tunduk. Karena kita akan berdiri di hadapan Allah Sang Juru Selamat itu. Dan di dalam pengenalan akan Allah, Allah berfirman “Akulah Sang Juru Selamat”. Maka title Tuhan dan title Juru Selamat ini sangat erat berkait dan harus dikenakan pada Allah sendiri. Allah Bapa adalah Tuhan dan Juru Selamat, Roh Kudus adalah Tuhan dan Juru Selamat, Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat, Allah Tritunggal adalah Tuhan dan Juru Selamat. Pengertian ini harus kita pahami dengan doktrin yang baik dan benar yang sudah digumulkan oleh gereja. Tiga pribadi satu Allah, ketiganya adalah Tuhan dan Juru Selamat. Saudara bisa melihat Paulus ketika memberitakan Injil selalu memakai konsep Tritunggal. Dia tidak pernah melupakan satu pribadi pun waktu menjelaskan tentang Injil. Saudara bisa baca di ayat 2 “Injil itu telah dijanjikanNya sebelumnya dengan perantara nabi-nabiNya dalam kitab-kitab suci”, ayat 3 “tentang AnakNya (pribadi kedua, Anak Bapa pribadi pertama) yang menurut daging diperanakan dari keturunan Daud dan menurut Roh Kekudusan (pribadi ketiga) dinyatakan oleh kebangkitanNya (pribadi kedua) dari antara orang mati bahwa Ia adalah Anak (pribadi kedua) Allah (pribadi pertama) yang berkuasa, Yesus Kristus (pribadi kedua)”. Saudara boleh baca dari Surat Roma sampai bagian akhir dari Surat Paulus yaitu Filemon, Saudara akan menemukan dia tidak pernah menjelaskan Injil tanpa kaitkan dengan Allah Tritunggal. Siapa Tuhan dan Juru Selamatmu? Bapa, Yesus dan Roh Kudus, ketiganya adalah Juru Selamatku. Siapa yang datang menjadi manusia? Yesus, bukan Bapa, bukan Roh Kudus. Siapa yang mati di kayu salib? Yesus, bukan Bapa, bukan Roh Kudus. Siapa yang menyatukan kita dengan Kristus? Roh Kudus, bukan Bapa, bukan Kristus. Siapa yang akan menjadi segalanya di dalam segala sesuatu? Bapa di dalam Kristus melalui Roh Kudus. Kalau kita mempelajari Tritunggal, masih banyak hal yang perlu digali. Kita pikir karena ada Konsili Nicea Konstantinopel di tahun 381 atau Konsili Nicea 325, kita sudah mengerti formula Tritunggal yang lengkap, kita baca Agustinus kita sudah mengerti. Tapi masih banyak hal belum disentuh, misalnya formula dari Paulus, mengapa dia mengatakan “di dalam AnakNya menurut daging dan menurut Roh Kekudusan”? Paulus selalu menjelaskan Tritunggal di dalam Injil dengan formula yang berbeda-beda. Jadi doktrin Tritunggal masih terbuka untuk diselidiki. Siapa yang tertarik, silahkan, tapi jangan pernah meninggalkan konsep dari Konsili Nicea Konstantinopel, kalau Saudara tinggalkan konsep itu berarti bidat. Saudar bukan jenius tapi bidat. Kalau Saudara menemukan “saya sudah menemukan konsep Tritunggal yang belum pernah ditemukan manusia sebelumnya”, itu berarti Saudara 100% bidat.

Paulus menjelaskan Allah Tritunggal adalah Juru Selamatmu, tidak ada yang bisa engkau andalkan selain Tuhan. Tuhan adalah satu-satunya yang kita andalkan untuk mengerjakan apa yang Dia mau. Bukan yang kita andalkan untuk mengerjakan apa yang kita mau. Kalau Saudara mengandalkan Tuhan untuk mengerjakan apa yang kita mau, Saudara tidak mengerti konsep Tuhan, tapi Saudara sudah salah mengerti apa itu Juru Selamat. Apa itu Juru Selamat? Kalau juru mudi itu yang pegang kemudi, juru minum adalah juru yang tuang minuman, juru rawat adalah juru yang merawat. Apa itu juru? Juru adalah yang ahli disuruh-suruh. Ini konsep dari mana? Apa itu Juru Selamat? Ahli yang bisa menyelamatkan saya dan yang saya suruh-suruh. Kita mengatakan “Engkaulah Juru Selamatku. Ketika saya kesulitan, Engkau menolong. Ketika saya ada problem, Engkau akan menolong”. Tapi kita tidak pernah peduli apa yang Dia inginkan untuk kerjakan sehingga Dia menyatakan diriNya sebagai Juru Selamat. Kita diselamatkan dari apa menuju apa? Dia menyelamatkan kita untuk memperbaiki apa, itu harus kita ketahui. Mengapa Tuhan sangat concern dengan bumi ini, mengapa Tuhan sangat concern dengan KerajaanNya, mengapa Dia mau pulihkan ciptaanNya, mengapa Dia mau menebus kita, mengapa Dia mau menjadikan kita manusia baru, itu harus kita ketahui. Karena kalau tidak, kita mungkin akan mengaku percaya kepada Yesus, tapi kita tetap belum diselamatkan. Mengapa kita belum diselamatkan? Karena kita tetap minta Dia untuk menjadi pembantu untuk atur hidup kita, untuk pimpin kita, untuk bimbing kita, untuk mengerti bagaimana kita punya pergumulan dan apa yang menjadi kehendak kita, lalu Dia penuhi semua untuk kita mendapatkan apa yang kita mau. Bukan ini caranya berelasi dengan Kristus. Orang pada zaman awal dalam Perjanjian Baru tidak pernah menganggap Kristus sebagai Pribadi yang lebih rendah dari raja segala raja. Dia adalah Tuan atas sorga dan bumi, Dia adalah Raja yang memerintah atas segala sesuatu. Dia ada di sebelah kanan Allah, diserahkan seluruh tahta. Dan bagaimana bersikap terhadap orang dengan kedudukan seperti ini? Saudara harus pikir sendiri. Bagaimana saya berdoa dalam nama orang yang punya kedudukan setinggi ini, bagaimana saya harus bersikap di hadapan Dia. Lalu kita juga melihat Dia adalah korban, Dia adalah orang yang memecahkan DiriNya bagi umat, maka bagaimana kita bersyukur itu adalah sesuatu yang harus kita cari. Kita mesti jalankan ucapan syukur yang luar biasa karena Dia adalah Juru Selamat kita. Dan kita mesti jalankan ketaatan total, berjuang di situ. Karena kita tahu Dia adalah Tuan atas segala tuan, Raja atas segala raja. Waktu seseorang mulai pikir tentang diri, pikir tentang keenakan, kenikmatan, lalu mengabaikan standar kekudusan, mengabaikan firman, pada waktu itu setan berhasil. Dia tidak menunjukan diri sebagai musuh karena dia tahu dia kalah, tapi dia menunjukan diri sebagai teman dan di situ kekuatannya. Di satu sisi Alkitab mengatakan setan sudah dihancurkan oleh Kristus, di sisi lain Petrus mengatakan “hati-hati dia seperti singa yang mengintai. Dia akan gigit lehermu dan banting engkau ke tanah menjadikan engkau miliknya selama-lamanya”. Jangan dengarkan godaan setan, mari kembali ke berita Injil.

Berita Injil menekankan kehidupan yang meneladani Kristus. Siapakah Kristus? Dia adalah yang senantiasa mengosongkan diri demi yang lain. Ini tema yang begitu penting, tapi begitu dianggap sepele oleh banyak orang. “Saya tahu Dia mengosongkan diri, terima kasih. Dia sudah kosongkan diri bagi saya, terima kasih”. Tapi Saudara dan saya mungkin lupa bahwa Yesus melakukan itu untuk menunjukan ini cara hidup sebagai manusia. Tidak ada cara lain, cara hidup sebagai manusia adalah hidup bagi Tuhan dengan biaya apa pun, dengan pengorbanan apa pun. Hidup bagi Tuhan adalah satu-satunya jalan dan tidak ada jalan lain, dan itu yang Yesus nyatakan. Sambil kita mengatakan “terima kasih Tuhan untuk pengorbananMu”, sambil kita mengatakan “saya ingin menjalankan apa yang Engkau sudah jalankan. Karena apa yang Engkau jalankan adalah satu-satunya cara untuk menjadi manusia”. Injil itu kaya sekali, bukan sekedar “kamu statusnya sudah selamat, kamu sudah mengatakan iya di dalam KKR. Sekali selamat tetap selamat”. Saya yakin sekali selamat tetap selamat, tapi selamat tidak se-simple perkataan mulut, selamat itu akan masuk lewat telinga, Injil itu akan masuk lewat telinga, masuk ke dalam hati, kemudian akan masuk ke dalam masyarakat, itu Injil. Bisa tidak Injil mampet di salah satu tempat? Tidak, kalau dia mampet berarti dia belum pernah masuk. Maka Saudara cepat-cepat selidiki diri. Kalau Injil tidak pernah masuk dalam hati lalu mengalir keluar dalam hidup, dia belum pernah sungguh-sungguh masuk. Berdoa minta belas kasihan sama Tuhan, “Tuhan, saya sudah Kristen belum? Saya sudah menjadi milikMu belum? Mengapa saya tidak peduli dengan dosa? Mengapa saya peka terhadap dosa orang lain, tapi terlalu buta lihat diri sendiri”. Saya tidak mengatakan orang yang di dalam Kristus adalah orang yang belum pernah jatuh dalam dosa. Seringkali ada orang yang datang ke saya sambil menangis mengatakan “mengapa hidup saya seperti ini”, saya tahu dia sudah diselamatkan. Kalau sudah diselamatkan mengapa berdosa terus? Dia berdosa, tapi menangis. Dia berdosa tapi merasa hidupnya sulit, dia berdosa dan dia tidak ingin begini terus. Tapi ada orang-orang yang tidak sadar kalau dirinya berdosa. Tidak sadar kalau dirinya melakukan kejahatan yang memuakan hati Tuhan, tidak sadar kalau dia melakukan tindakan yang membuat Tuhan murka dan menghukum. Orang yang sadar dosa itu tandanya sudah diselamatkan. Injil akan masuk dalam hati dan ada perubahan yang pelan-pelan terjadi. Sebelum bertobat, saya melihat salib sebagai batu sandungan, kebodohan, hinaan akan keluar dari saya untuk salib. Tapi setelah saya melihat salib, saya menyadari Tuhan memilih untuk bertemu saya di tempat yang paling rendah yaitu salib. Mengapa Tuhan mau ketemu di salib, bukankah itu kebodohan? Karena saya orang bodoh. Di mana lagi ketemu orang bodoh kalau bukan di salib? Bukankah ini batu sandungan? Ini membuat orang terjatuh kemuliaannya. Setelah saya terjatuh dalam dosa, kemuliaan saya sudah jatuh dalam jurang kenistaan yang paling dalam. Kalau Tuhan mau bertemu saya di tempat yang paling dalam ini, pasti salib tempatnya. Maka salib adalah tempat saya dan Saudara berada, bukan Yesus. Lalu mengapa Dia ada di situ? Karena Dia mau bertemu kita. Dia ingin berelasi dengan kita dan caranya adalah datang ke situ. Roh Kudus adalah Pribadi yang banyak diberitakan dalam Perjanjian Lama, tapi selalu diberitakan dengan pekerjaan yang separuh selesai. Saudara lihat di bagian mana pun pekerjaan Roh Kudus separuh selesai, bukan tuntas selesai. Roh Kudus bekerja dalam ciptaan, Roh Kudus bekerja dari hari pertama sampai keenam, Roh Kudus bekerja lewat manusia untuk menangani seluruh ciptaan, tapi itu gagal, manusia jatuh dalam dosa. Sehingga pekerjaan Roh Kudus untuk mencipta, baru separuh jalan sudah berhenti. Lalu pekerjaan Roh Kudus atas pemimpin-pemimpin Israel baru separuh jalan sudah berhenti. Coba lihat siapa yang dipenuhi Roh Kudus, Saudara bisa mengatakan Yosua dipenuhi Roh Kudus, dan ada kalimat dari Kitab Yosua sendiri “Tuhan berfirman kepada Yosua, Yosua kamu sudah tua dan tanah ini belum semua selesai”. Pekerjaan Roh Kudus seperti belum tuntas. Lalu Roh Kudus memenuhi orang-orang di dalam Kitab Hakim-hakim dengan cara yang bahkan belum separuh selesai, bisa dibilang ¼ selesai, mungkin 1/10 selesai. Roh Kudus penuhi Simson dan Simson punya begitu banyak kekuatan, tapi juga banyak keanehan sebagai hakim. Saya yakin ketika Saudara baca kisah Simson, Saudara cenderung enggan memberi nama anak laki-lakimu Simson. Simson tidak bisa menahan hawa nafsunya, dia hanya pedulikan diri, sepertinya Roh Kudus tidak kerjakan dengan tuntas. Lalu di dalam kitab nabi-nabi ada penglihatan tentang pekerjaan tuntas itu tapi tidak real, mimpi tapi tidak nyata. Bayangkan berapa perasaan Yeremia dan Yehezkiel atau Yesaya melihat penglihatan dari Roh Kudus. Roh Kudus memberikan penglihatan yang tidak real. Penglihatan yang indah tapi tidak pernah terjadi. Yehezkiel melihat ada tulang-belulang yang hidup lagi, tapi dia tidak melihat itu terjadi dengan real di tengah-tengah Israel. Nabi-nabi melihat nubuat tapi tidak ada realita. Tapi Paulus mengatakan nabi-nabi sudah berbicara tenang ini dan sekarang Roh Kudus sudah bekerja secara penuh. Roh Kudus bekerja lewat Kristus dengan sempurna. Maka Saudara akan menyaksikan pekerjaan Roh Kudus disempurnakan justru karena Yesus. Dan ini yang Paulus katakan sebagai berita Injil, apa yang dilihat para nabi digenapi oleh Yesus. Roh Kudus bekerja dengan selimpah-limpahnya justru di zaman ini, bukan di zaman dulu. Dan itu terjadi karena Tuhan membuka jalan untuk pekerjaanNya dituntaskan, inilah berita Injil. Tuhan sedang mengatakan “ini saatnya Aku perbaiki semua”. Waktu zaman Israel Tuhan mengatakan “nanti Aku akan perbaiki, suatu saat akan terjadi. Akan ada Anak lahir, akan ada suara di padang gurung”, selalu pakai kata akan. Maka kalau Saudara baca Perjanjian Lama, Saudara akan menjadi orang yang terus menantikan “akan” ini. Tetapi ketika Saudara menyadari Kristus sudah datang, Saudara sambil menantikan akan kedatangan Dia yang kedua, juga sambil mengatakan “sekarang”. Ada already, ada kekinian, ada sekarang yang jauh lebih besar di dalam Kristus dibandingkan dengan zaman Perjanjian Lama. Ini yang harus kita nikmati. Saudara harus tahu ada sesuatu yang Tuhan mau berikan sekarang, maka hidup orang Kristen penuh dengan sukacita. Maka kalau Saudara mau menikmati Kekristenan, Saudara harus mengerti kelimpahan pekerjaan Roh Kudus. Dan sekali lagi setan menipu kita dengan menyamar masuk dan memberikan kepada kita kelimpahan roh kudus versi lain. Selalu ada versi kw terhadap sesuatu yang indah. Ada satu pengarang yang mengatakan semua karya yang indah pasti ada bajakannya, kalau engkau belum dibajak, engkau belum menghasilkan karya indah. Iblis itu sangat akurat, dia tahu apa yang paling kuat dari Kekristenan dan dia tiru dengan membuat copy dari itu. Apa yang paling kuat dari Kekristenan? Paulus mengatakan lewat Roh Kekudusan, Injil Tuhan sempurna. Roh Kudus adalah yang menyempurnakan Injil dalam hidupmu. Kalau begitu membuat roh kudus kw, yang beratnya mirip, semuanya mirip, lalu ketika orang lihat dia tidak bisa membedakan dengan Roh Kudus yang asli. Alkitab sudah memberikan peringatan, di dalam kebenaran firman selalu akan ada kaca untuk melihat, akan selalu ada cara untuk melihat mana roh kudus palsu dan mana Roh Kudus asli. Paulus sedang mengatakan Roh Kudus adalah Roh yang memberikan kebangkitan Kristus. Roh Kudus adalah Roh yang membangkitkan Kristus, lalu Roh Kudus adalah Roh yang membangkitkan kita di dalam Kristus. Tapi Saudara harus tahu pekerjaan Roh Kudus membangkitkan Kristus adalah setelah pekerjaan Roh Kudus menuntun Kristus ke salib. Roh Kudus adalah Roh yang memberikan kebangkitan setelah sebelumnya mengosongkan diri orang yang Dia penuhi. Saudara dan saya dipenuhi Roh Kudus, harus semakin tidak lihat diri, harus semakin tidak selfish, harus semakin tidak egois. Kalau masih ego, Roh Kudus tidak ada, kalau masih pikir diri, Roh Kudus tidak ada. Mulai rela untuk menjadi berkat, Roh Kudus bekerja di situ, mulai rela sangkal diri, di situ Roh Kudus hadir. Mulai rela tinggikan Kristus, apa pun harganya, di situ Roh Kudus hadir. Mengapa ada orang rela memberikan banyak uang untuk pekerjaan Tuhan? Rela mati-matian mengerjakan pekerjaan Tuhan? Karena Roh Kudus yang gerakan. Tapi selama kita belum punya kerelaan itu, belum ada pekerjaan Roh Kudus membangkitkan, Roh Kudus akan membangkitkan gerejaNya dengan cara pengorbanan orang-orang di dalam gereja. Di sini Paulus mengingatkan bahwa Roh Kekudusan itulah yang menyatakan Injil yang sejati, “Dia datang di tengah-tengah kamu dan saya untuk memberikan kebangkitan”. Apakah kita berbagian di dalam kebangkitan Kristus? Sudahkan kebangkitan Kristus lebih indah dari pada segala pengharapan yang kita inginkan? Pernahkah kita merenung “Kristus yang telah bangkit itu adalah yang paling besar memberikan saya kekuatan dan kesenangan”? Saya punya banyak sekali hobi, tapi saya menyadari setelah saya kenal Kristus, tidak ada satu dari hobi itu yang saya tidak rela buang untuk kenal Dia. Tidak ada yang lebih indah dari pada Kristus, tidak ada yang lebih menyenangkan dari pada memikirkan Dia yang bangkit, tidak ada yang bisa mengambil hati saya lebih dari pada Dia. Tidak mungkin saya habiskan banyak waktu untuk hal lain di luar Kristus, karena tidak ada yang menyenangkan seperti Dia. Paulus mengatakan itu Roh Kudus yang kerjakan, karena Kristus begitu indah kamu rela kosongkan diri. Karena kalau kamu kosong, Dia akan masuk. Kamu rela kosongkan diri karena kamu tahu keindahan Kristus akan menggantikan semua kesenanganmu. Ini yang dimaksud dengan kebangkitan Kristus, Roh Kekudusan menyatakan bahwa Dia adalah Anak Daud. Mengapa Anak Daud berkaitan dengan kebangkitan Kristus? Karena pada zaman Daud ada hati untuk Tuhan. Daud bukan orang yang membuat Israel menjadi kaya, Salomo yang melakukannya. Daud juga bukan orang yang memperbesar Israel sampai daerah terbesar, Salomo dan Alexander Janeus daerahnya lebih besar dari pada Daud. Daud menjadi penting karena Tuhan berkata dari awal “inilah adalah orang yang kepadanya hatiKu ada di situ”. Daud memiliki Tuhan di dalam dirinya dan dia berikan hatinya kepada Tuhan. Maka kalau Saudara mendengar Anak Daud, Saudara punya konsep lain dengan orang Israel. Orang Israel kalau dengar Anak Daud, langsung ingat Daud yang menang perang, Daud yang hantam semua musuhnya, Daud yang matikan sebagian yang dia mau dan biarkan hidup sebagian yang dia mau. Daud yang tidak pernah kalah perang sekali pun, Daud yang tidak pernah gagal melawan siapa pun. Goliat dia bunuh, semua dikalahkan, tidak ada musuhnya yang sanggup berdiri di hadapan Daud. Tapi waktu Paulus membagikan tentang Anak Daud, dia membagikan tentang orang yang diperkenan oleh Tuhan, yang mazmurNya menggerakan orang untuk mencintai Tuhan, yang seruan doaNya benar-benar memberikan kekuatan kepada orang yang berpegang kepada Tuhan. Hidup imanNya benar-benar menjadi teladan bagi manusia sepanjang zaman, inilah Anak Daud yang lebih sempurna dari Daud dalam hal ini. Maka Saudara tidak melihat Yesus mengalahkan siapa pun waktu di dunia, Dia tidak hantam musuhNya, Dia tidak memegang pedang. Petrus pegang pedang, Yesus bilang “sarungkan”. Petrus pegang pedang itu sudah gemetar, cuma kena telinga. Saya yakin tidak ada orang akan sengaja kenakan telinga orang, Petrus mau bunuh orang tapi karena gemetar cuma kena telinganya. Tuhan mengatakan “sudahlah, tidak perlu pakai kekerasan”, Yesus bukan Anak Daud yang mengikuti Daud dalam membunuh musuh. Tapi Dia adalah The Man after God’s own heart, Dia adalah yang diperkenan oleh Tuhan karena kehidupan yang Dia serahkan untuk Tuhan, inilah Injil.

Mana kelengkapan dari Injil yang kita sering lihat di dalam pemberitaan Injil kita mungkin, kalau kita bandingkan dengan Roma? Saudara langsung sadar Injil kita terlalu sempit, Injil kita terlalu dangkal, Injil kita terlalu egois. Injil kita selalu terlepas dengan kehidupan sehari-hari, Injil kita tidak punya makna untuk menghidupkan orang, Injil yang kita beritakan mungkin cuma tawaran palsu ke sorga yang tidak mengubah karakter sama sekali. Tapi waktu kita baca hanya ayat pertama-tama dari Roma, Saudara langsung dapat pengertian tentang dalamnya berita Injil kalau dikaitkan dengan seluruh Kitab Suci, baru kita sadar Paulus tidak main-main di sini, itu sebabnya dia tinggalkan semua untuk memberitakan Injil. Karena dia tahu di dalam berita Injil ada bahagia, ada kesenangan, ada perbaikan masyarakat, ada pengosongan diri, ada relasi dengan Tuhan, ada kerinduan bertemu Tuhan, ada cinta kepada Tuhan, ada dicintai oleh Tuhan, di dalam Injil ada itu semua. Maka Paulus mengatakan “saya rindu datang kepadamu untuk mengkhotbahkan Injil. Saya berhutang kepada kamu, saya berhutang kepada orang Yahudi, kepada orang Yunani”. Kalimat itu adalah kalimat imam yang indah sekali. Paulus mengatakan “saya berhutang kepada orang Yahudi, saya berhutang kepada orang Yunani”, kita seringkali berpikir ini sebagai hutang Injil yang harus dituntaskan dengan cepat Injili orang. Tapi Paulus sedang mengambil posisi imam, orang Yahudi dan Yunani memberontak melawan Tuhan lalu Paulus mengatakan “saya yang berhutang, saya berhutang maka saya akan datang kepada mereka dan mengatakan Tuhan sudah mau terima kamu kembali”. Hutang yang Paulus miliki terhadap orang Yahudi dan Yunani adalah dia mengatakan “biar saya yang tanggung apa yang kamu lakukan lewat apa yang akan saya beritakan kepada kamu”. Ini indahnya luar biasa, Paulus mengambil kesalahan Yahudi dan Yunani lalu memberikan kepada mereka apa yang akan menjadi solusi dari kesalahan mereka itu, ini namanya berhutang. Saudara ingat kata berhutang di surat Filemon, ketika budak dari Filemon bertemu dengan Paulus, Paulus injili dia, dia menjadi Kristen, lalu Paulus menyuruhnya pulang kepada Filemon. Lalu dia mengatakan kepada Filemon, “terimalah dia seperti kamu menerima aku, kalau dia pernah merugikan kamu, tanggungkan itu kepadaku, aku yang hutang kepadamu”. Ini hal yang luar biasa indah, Paulus mengatakan “saya yang berhutang, karena saya yang ambil keadaan memberontakmu. Tapi saya tidak tanggung ini, Injil yang tanggung, Kristus yang tanggung. Maka saya kembali menginjili kamu (orang Yahudi dan Yunani) karena saya adalah orang yang akan ambil kesalahanmu dan akan bagikan apa yang kamu perlukan untuk kamu bebas dari kesalahanmu yaitu berita Injil”. Ini perasaan berhutang yang lebih genuine, Paulus tidak pernah akan hancur pelayanannya karena orang Yahudi atau Yunani menolak dia. Karena dia melihat terus penolakan demi penolakan yang didapatkan adalah sesuatu yang harus dia tanggung. Dia berhutang untuk menanggung itu, dia berhutang penolakan, dia berhutang segala hal yang akan diselesaikan di kayu salib. Apa pun yang akan beres di kayu salib, dia siap tanggung. Setiap kali saya dengar kalimat ini, luar biasa mengharukan, kita jauh sekali dengan perasaan hati seperti itu. Kita sulit mengatakan “biar saya tanggung”, kita ingin ada pembalasan segera, kita selalu ingin ada restribusi, kita selalu ingin ada keadilan segera, instant justice. Injil bukan tentang instant justice. Instant justice adalah orang berdosa mati saat itu juga. Tapi Injil adalah kesabaran menanti orang berubah dengan menanggung segala kesulitan karena ketidak-berubahan orang di dalam diri. Ini berat bukan main. Maka Paulus sedang mencerminkan Kristus ketika mengatakan “aku berhutang kepada orang Yahudi dan Yunani”, dia sedang mengatakan “kalau kamu pernah melakukan hal yang buruk, tidak ada instant justice dari Tuhan. Segala kesulitanmu akan aku tanggung”. Berarti Paulus mengatakan “saya akan berkhotbah tentang Injil kepada orang Yunani, kalau kamu tolak, saya akan tanggung penolakanmu. Saya akan sabar kepadamu, menunjukan kesabaran Tuhan kepadamu. Saya beritakan Injil kepadamu, kamu mungkin akan menampar saya, mungkin akan memenjarakan saya. Bahkan mungkin kamu akan mengadili saya untuk mematikan saya. Tapi saya akan tanggungkan semua itu di dalam panggilan saya sebagai rasul”. Apakah ada orang seperti ini? Tuhan Yesus memerintahkan suami untuk mencintai istri seperti Kristus mengasihi jemaat, dan Paulus menjadi contoh. Bisakah kita tanggung kesalahan orang lain, tanggung ketidak-beresan yang terjadi di dalam kelaurga? Hai para kepala, bisa tanggung kesalahan istri? Atau Saudara instant justice? Kalau istri salah harus digampar saat itu juga. Tidak ada instant justice di dalam Injil, instant justice memerlukan pembalasan murka bukan Injil. Injil adalah saat dimana Tuhan tanggung justice itu dan jadikan DiriNya korban. Paulus mengatakan “inilah Injil. Kamu tolak Injil, saya jadikan diri saya korban supaya kamu terima Injil”. Ini jiwa penginjilan yang begitu indah, tidak ada orang yang berani pergi kemana pun memberitakan Injil kalau dia tidak siap tanggung penolakan dari orang-orang itu. “Penolakan yang kamu alami akan saya tanggung dengan penuh kerelaan”, ini yang Paulus katakan, “aku berhutang kepada kamu, kepada orang Yunani”, itu berarti waktu Paulus memberitakan “apa pun tindakan yang kamu berikan kepada saya, saya siap terima dengan sabar karena saya berhutang kepada kamu”. Kalimat indah yang Paulus nyatakan di bagian akhir dari bagian kita hari ini menekankan limpahnya berita Injil membuat sang penginjil itu pun punya kekuatan untuk menjalankan hal yang demikian sulit. Penginjil punya kekuatan untuk mengampuni, punya kekuatan untuk memaklumi, punya kekuatan untuk menampung orang di dalam hati. Dan Paulus tawarkan ini kepada para penatua, para penginjil di bawah dia. Paulus mengatakan kepada orang-orang yang diangkat “apa yang kamu lihat ada padaku, perbuatlah itu juga”. Mari jadi dewasa secara rohani. Dan dewasa secara rohani artinya siap untuk menjadikan diri berhutang oleh karena kesalahan orang lain, siap untuk tanggung akibat dari ketidak-dewasaan yang lain. Saya harap kita semua belajar menjadi dewasa dengan cara seperti ini dan kiranya Tuhan memberkati kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Surat Roma adalah surat Injil

(Roma 1: 1-7)
Surat Roma adalah tentang Injil. Seluruh surat dari pasal 1-16 adalah tentang Injil Kristus. Kalau Saudara mengetahui surat ini sebagai surat yang dalam, surat yang penuh dengan doktrin yang berat dan penting, dan surat yang penuh dengan ajaran-ajaran Kristen yang dasar. Maka Saudara harus tahu satu hal bahwa Injil tidak bisa lepas dari ajaran-ajaran yang dalam itu, dari prinsip Kristen dan juga dari doktrin-doktrin yang begitu penting untuk diketahui. Injil tidak boleh direduksi. Injil bukan sekedar kamu percaya masuk sorga, Injil bukan sekedar Yesus mati dan bangkit saja. Tapi Injil adalah makna mengapa Yesus bangkit, makna mengapa Dia naik ke sorga, makna sebelumnya mengapa Dia dimatikan di atas kayu salib demi orang berdosa. Jadi Injil memunyai konten cerita yang panjang di dalamnya, yang dirangkum lewat kehadiran Kristus, kematianNya dan kebangkitanNya. Sehingga Surat Roma dari pasal 1-16, kita sedang belajar tentang Injil. Yang harus kita tahu adalah Roma bukan mengandung Injil, tapi Roma adalah berita tentang Inijl. Sebenarnya ini juga sangat penting untuk kita ketahui waktu kita baca Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. 4 Kitab ini disebut sebagai Kitab Injil, berarti Injil adalah yang diceritakan oleh Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Inijl tidak simple tapi begitu banyak hal yang dibagikan Kitab Suci yang harus kita mengerti. Maka tidak ada orang menjadi Kristen dan bertumbuh tanpa mengenal Kitab Suci dengan pelajaran yang intens. Belajar Kitab Suci bukan pilihan, belajar Kitab Suci adalah mandat untuk mengenal Tuhan.

Ini sudah dinyatakan dari awal, Paulus menyatakan, “dari Paulus yang dikhususkan untuk memberitakan Injil”. Dan dia mengatakan “saya ingin datang ke Roma untuk bicara sendiri tentang Injil kepada kamu. Saya sungguh ingin ke Roma tapi terus terhalang”, Paulus belum sempat ke Roma. Maka dia tulis surat “saya tulis surat kepadamu karena saya belum sempat datang, kalau saya datang, saya akan bicarakan Injil kepada kamu. Kalau saya belum sempat datang, saya akan tulis tulisan ini untuk menjelaskan kamu tentang Injil”. Banyak orang merangkum Injil dan itu bukan hal yang salah, merangkum Injil melalui peristiwa Yesus mati dan bangkit, itu baik. Tapi memberikan penjelasan mengapa Dia mati dan bangkit, itu adalah sesuatu yang penting untuk kita pelajari. Maka di dalam ayat-ayat awal dikatakan “aku adalah Paulus, hamba Yesus Kristus, dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah”. Dia dikhususkan untuk memberitakan Injil, membuat orang mengenal berita Injil. Berita Injil bukan berita yang jelek, karena ini berita bahagia. Berita Injil artinya berita sukacita, ada kabar baik yang mau diberitakan. Apa baiknya kabar yang diberitakan Paulus? Di dalam sudur pandang dari Perjanjian Lama, kabar baik yang mau diberitakan adalah tentang Raja yang ditunggu-tunggu, “kita sudah lama menunggu Raja ini dan sekarang Dia sudah datang”, ini yang Paulus mau beritakan. Maka dia mengatakan “dari Paulus, hamba Kristus Yesus”, ini hamba, pengertiannya sangat penting untuk kita pahami. Dia sedang mengatakan “saya ini adalah orang yang diikat untuk menjadi pelayan Yesus Kristus”. Dia bukan orang bebas, dia adalah orang yang menyerahkan diri untuk diikat dan mengikuti Yesus Kristus. Dia tidak punya opsi, dia tidak bisa mengatakan “saya tidak mau yang ini, saya mau yang itu. Saya tidak mau mengerjakan ini, saya mau mengerjakan itu”, dia adalah hamba yang sudah diikat oleh Kristus. Di dalam bagian yang lain dari suratnya, dia mengatakan “aku adalah hamba, namun aku juga bebas”. Ini membingungkan, jadi Paulus itu hamba atau orang bebas? Paulus mengatakan “saya bebas, tapi saya juga hamba”. Kalau orang Reformed, sudah tidak aneh mengenal argumen ini, all ready and not yet. Maka ini bebas dan hamba, ini namanya paradoks. Ini bagian yang kita mengerti dari Israel, semua orang Yahudi akan kembali ke peristiwa Israel keluar dari Mesir untuk mengerti bebas namun menjadi bebas. Apa yang Tuhan lakukan kepada Israel? Tuhan bebaskan Israel, keluar dari Mesir. Mereka bukan lagi budak di Mesir, mereka adalah orang bebas. Tapi setelah mereka bebas, mereka diikat oleh Tuhan di dalam perjanjian di Gunung Sinai supaya mereka melayani Tuhan selama-lamanya. Sudah bebas, sekarang disuruh menjadi budak lagi, mana mau? Namun satu hal yang harus kita ketahui, bahwa kita diciptakan menurut gambar Allah yang mau tidak mau harus tunduk dan melayani Allah sebagai pemilik gambar yang ada pada kita ini. Jadi kita adalah gambar Allah dan Tuhan adalah tuan kita,. Kita terikat dengan Dia oleh karena kita adalah ciptaanNya. Di dalam Institutio, John Calvin mengatakan “saudara dan saya yang diciptakan oleh Tuhan adalah orang-orang yang seharusnya melayani Tuhan sebagai ciptaan melayani Penciptanya”. Satu-satunya cara kita tidak melayani Tuhan adalah kita mengklaim bahwa kita bukan ciptaan. Tapi tidak ada satu pun dari kita yang bisa melakukan itu. Sebagai ciptaan dia perlu tunduk kepada Allah yang sudah menciptakan dia. Ini prinsip yang semua orang tahu, tapi mengherankan ini prinsip yang paling longgar Tuhan kenakan di dunia ini. Saudara bisa melawan Tuhan hari ini dan Saudara bisa lakukan itu dengan bebas. Saudara bisa memutuskan melakukan hal yang berdosa dan menyakiti hati Tuhan dan itu Saudara bisa lakukan seolah dengan bebas. Tuhan adalah Allah yang sangat menghargai kebebasan yang diberikan kepada gambarNya. GambarNya diberikan kebebasan begitu besar dengan satu tujuan supaya gambar Allah ini, yaitu Saudara dan saya, manusia yang diciptakan mau sujud kepadaNya dengan sepenuh hati. Mau datang kepadaNya dengan kerelaan dan kasih. Mau datang kepada Dia dengan satu hati untuk mengasihi dan untuk taat kepada Dia. Mengasihi dan menaati Tuhan hanya mungkin dilakukan dalam kebebasan. Hanya orang bebas bisa menentukan apa yang dia lakukan dan karena manusia bebas, karena anugerah Tuhan, dia boleh menjadi hamba Tuhan yang mengerjakan pelayanan itu dengan kelimpahan. Tuhan menjanjikan hidup yang limpah, Saudara bisa mendengar ini dari perkataan Tuhan Yesus. Yesus memberikan hidup yang limpah, bukan hanya hidup saja. Tuhan tidak memberikan hanya hidup saja, Yesus tidak memberikan kehidupan yang cuma berjalan begitu saja. Menjadi orang Kristen adalah hidup yang mengerti apa itu hidup dengan kelimpahan. Kita tidak tahu seberapa besar kita rugi karena kita tidak kenal Tuhan. Tuhan itu asing bagi kita, tidak tidak kenal siapa Yesus, kita tidak kenal apa yang Dia lakukan, kita tidak mengenal Allah Tritunggal yang sudah menyelamatkan kita dan itu bukan kerugian saya, itu kerugianmu. Maka Tuhan membebaskan kita, lalu ketika kita mengatakan “Saya rela tunduk, saya rela datang, saya rela memperhamba diri kepada Tuhan”, Tuhan akan tanya “kamu yakin? Kamu bebas, boleh pergi kalau tidak mau, tidak harus datang”. Lalu orang Israel tetap mengatakan “tidak, kami tetap akan menyembah Engkau”, baru mereka mengerti kebebasan di dalam kerelaan untuk memperhambakan diri. Yosua pernah mengatakan kepada orang Israel “saya dan keluarga akan ikut Tuhan, tapi kalian terserah. Kamu mau menyembah dewa-dewa orang Kanaan yang baru kami taklukan? Atau ada pilihan yang lebih baik lagi, kamu pulan ke Mesopotamia, daerah asal Abraham. Kamu pergi ke Mesopotamia dan menyembah berhala di sana”, ini sindiran Yosua, mereka dari Mesir ke padang gurun sampai ke Tanah Kanaan, kalau diteruskan lagi sampai ke utara lalu ke daerah timur, maka mereka akan sampai ke Mesopotamia. Ini adalah tempat yang budayanya maju sekali dan dewa-dewanya sangat banyak. Maka Yosua mengatakan “kalau kamu mau menyembah dewa di Kanaan, silahkan. Tapi kuil-kuilnya sudah hancur, dewa-dewanya tidak ada, imam-imamnya sudah kita bunuh dan bangsanya sudah tidak ada, mau menyembah dewa pecundang ya silahkan. Tapi kalau kamu tidak mau dewa pecundang, masih ada opsi lain. Pergi ke Mesopotamia dan sembah dewa-dewa di sana, maukah kamu? Tapi aku dan keluargaku, kamu mau menyembah Tuhan”, orang Israel mengatakan “kami mau menyembah Tuhan, kami pilih sembah Tuhan”. Yosua mengatakan “kamu tidak sanggup menyembah Tuhan, karena meskipun kamu dengan rela datang kepada Tuhan, kamu tidak tentu akan punya ketekunan untuk ikut Dia”. Begitu banyak orang berkomitmen ikut Tuhan di awal, tapi kemudian berjatuhan di tengah dan akhir, tidak ada ketekunan untuk ikut Tuhan. Saudara doakan orang yang dibaptis dan sidi supaya ada ketekunan mengikut Tuhan dan iman mereka bertumbuh terus. Tuhan memberikan kebebasan supaya orang-orang yang sudah dibebaskan mengerti betapa indahnya kerelaan untuk tunduk itu. Tidak ada yang memaksa mereka dan mereka rela datang, tidak ada yang memaksa mereka dan mereka melayani Tuhan, tidak ada yang memaksa mereka dan mereka mau menjadi umat yang tunduk kepada Tuhan selama-lamanya. Inilah yang dimaksudkan Tuhan memberikan kebebasan, lalu orang-orang bebas ini rela tunduk kepada Tuhan. Inilah yang Paulus miliki dalam pikirannya. Paulus itu adalah orang yang sangat PL pikirannya. Dia baca Alkitab terus dan yang dia baca pasti Perjanjian Lama. Paulus adalah orang yang terus mau kenal Tuhan dengan memberikan dirinya, menceburkan dirinya dalam Perjanjian Lama, terus baca sampai dia dipenuhi oleh Perjanjian Lama. Sehingga apa pun yang dia kemukakan adalah sesuatu yang akan dipengaruhi oleh Perjanjian Lama. Kalau kita mau memahami Paulus, kita harus rajin-rajin ingat Perjanjian Lama. Paulus mengatakan “saya adalah hamba Kristus Yesus”, hamba adalah orang bebas yang sekarang rela memperhamba diri kepada Tuhan. Orang bebas yang sekarang sudah tinggalkan semua belenggu yang lama, tetapi juga melepas belenggu kebebasan untuk kembali menjadi milik Tuhan. Di dalam Keluaran 20-21 dikatakan kalau ada budak yang sudah melayani 6 tahun, tahun ke-7 dia harus dibebaskan. Tuannya harus membebaskan dia “kamu sekarang bebas, silahkan hidup sebagai orang bebas, kamu bukan lagi budak saya”. Lalu budak itu mengatakan “tuan, saya mencintai engkau, saya mengasihi engkau. Saya tidak mau ke tempat lain, saya ingin menjadi budakmu saja terus”. Apa yang harus dilakukan tuannya? Tuannya mengatakan “bawa dia di hadapan imam, lalu tusuk telinganya”, itu sebagai tanda “saya budak dengan pilihan”, budak by choice. Apakah bisa berkarier yang lain? bisa. “bodoh kamu, masa mau jadi budak, apa gunanya?”, “saya ingin menjadi budak karena itu adalah pernyataan kasih saya”. Dan ini yang Paulus sedang katakan “saya budak karena rela”. Lalu budak apa? Budak yang dipanggil menjadi rasul, ini agung sekali. Rasul punya otoritas yang besar, tapi Paulus mengatakan “saya menjadi budak yang diangkat menjadi rasul. Saya rela melayani Tuhan, dan itulah yang menjadi inti identitas saya”. Kerasulan Paulus adalah kerasulan yang harus dinyatakan demi berita yang dia sampaikan itu dipercaya banyak orang. Namun kerelaan sebagai hamba ini yang ditekankan sebagai identitas, “saya hamba Kristus Yesus, dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah”. Paulus mengatakan “tugas saya adalah saya harus memberitakan Injil, saya tidak punya pilihan lain, saya harus menyatakan Injil Tuhan, saya harus membuat orang lain kenal Injil”. Bagaimana cara membuat orang lain kenal Injil? Dengan cara menyatakan apa yang Kitab Suci ajarkan tentang Yesus. Ini yang bagi Paulus satu berita penting tentang apa itu Injil. Injil adalah mengenalkan Yesus kepada banyak orang.

Dikatakan di ayat selanjutnya, Injil yang dia kabarkan ini, sudah dijanjikan dengan perantaraan nabi-nabinya dalam Kitab Suci. Injil ini sudah dijanjikan, sudah diberikan sebagai pengertian lewat firman. Jadi Injil bukan penemuan Paulus, Injil bukan dinyatakan setelah Yesus. Injil sudah dinyatakan dari Perjanjian Lama, namun digenapi waktu Yesus datang. Injil yang Paulus beritakan adalah Injil yang sudah diberitakan oleh nabi-nabi dalam Kitab Suci. Apa yang dikatakan nabi-nabi? Untuk memahami Paulus kita harus mengerti dulu istilah yang dipakai pada abad pertama. Saudara harus mengerti istilah pada zamannya, baru bisa mengerti. Waktu Paulus mengatakan Injil ini sudah dijanjikan dengan pengantara para nabi. Apa arti Injil lewat para nabi? Ada pengertian yang umum pada zaman Paulus di dalam gereja Tuhan pada waktu itu. Artinya adalah para nabi sudah menubuatkan periode dimana Tuhan mengampuni bangsa Israel, itulah Injil. Jadi para nabi sedang bicara ketika Israel dibuang dan waktu Israel ada dalam pembuangan, Tuhan mengatakan “Aku akan panggil engkau kembali. Aku akan panggil Israel kembali, Aku akan pulihkan engkau”, inilah Injilnya. “Tuhan, bagaimana Engkau akan memulihkan?”, “Aku akan kirim Raja yaitu Anak Daud. Anak Daud akan Aku kirim dan kerajaanmu akan beres”. Untuk mengerti Injil berarti kita harus punya imajinasi, bayangkan. Waktu baca Alkitab harus sering membayangkan. Maka orang yang penuh imajinasi akan membayangkan Alkitab. Orang dengan imajinasi miskin akan belajar punya imajinasi karena baca Alkitab. Apa yang bisa kita pahami di sini? Coba bayangkan, Saudara tinggal di negara yang namanya Israel, ini negara yang Tuhan begitu banyak memberikan janji. Tuhan menjanjikan kepada Israel tanah yang berlimpah susu dan madunya”. Begitu banyak susu dan madunya, begitu banyak pohon yang menghasilkan buah, kemudian hasil tanah, semuanya ada. Tuhan berjanji “kamu tidak mungkin kelaparan, bahkan kamu tidak mungkin normal, kamu pasti akan kelimpahan”. Tuhan tidak memberikan yang pas-pasan untuk Israel. Tuhan menjanjikan Israel akan kelebihan buah, kelebihan kesuburan, kelebihan tanah, kelebihan uang dan lain-lain. Dan yang membuat Israel semakin bangga adalah Tuhan menyatakan diri sebagai Tuhan dari bangsa ini. “Bangsa lain punya dewa tidak seperti kami punya Allah”. Lalu Tuhan menyatakan bahwa seluruh bumi akan Tuhan pulihkan lewat bangsa ini. Ini bangsa besar sekali, bangsa ini boleh sombong karena janji-janji Tuhan ini. Dan bayangkan kalau Saudara jadi orang Israel di abad 10 atau 9, waktu Israel dipimpin oleh Daud, Saudara mengatakan “inilah zaman keemasan kami, kamilah bangsa paling hebat dan Tuhan berkati kami”. Tibalah saat ketika itu semua tinggal mimpi, Tuhan begitu marah dan habisi bangsa ini. Mereka tidak punya tempat, tidak punya rumah, tidak punya tempat ibadah, tidak punya kota, tidak punya raja, mereka tidak punya apa-apa, mereka ada di pembuangan. Hanya bisa mengingat masa lalu yang jaya. Kadang-kadang saya ngeri kalau Pak Stephen Tong mengatakan “gerakan ini tidak boleh jadi monumen, gerakan harus gerak”. Israel sekarang sudah dibuang dan mereka tidak punya apa pun yang mulia. Tapi ada janji Tuhan. Mereka hanya memegang janji, hanya itu yang menguatkan mereka. Mereka tidak punya apa-apa, tapi mereka ingat Tuhan akan pulihkan mereka, dan itulah penghiburannya. Kalau Saudara mendapatkan penderitaan lalu ingat perkataan Tuhan “jangan khawatir, sebentar lagi semua akan beres”, maka itulah momen yang Saudara tunggu-tunggu. Itu yang dilakukan oleh orang Israel, mereka menunggu mana Anak Daud, itu yang mereka tunggu. Mereka mau disiksa seperti apa pun, mereka punya kekuatan karena mereka tahu Anak Daud akan datang. Sangat kasihan kalau sampai sekarang mereka mengharapkan hal yang sama. Mereka menghadapi Nazi dan Hitler lalu mereka mengatakan “kami tunggu Anak Daud datang untuk mengalahkan musuh-musuh kami”. Anak Daud sudah datang, tapi mereka tidak sadar. Anak Daud datang itulah penharapannya. Dan Paulus membawakan berita itu. Di dalam ayat 3, “tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud”, mengapa Paulus mesti mengatakan ini? Dia diperanakan dari keturunan Daud karena itulah pengharapan sukacita yang diberitakan oleh para nabi. Nabi-nabi mengatakan “Anak Daud akan datang, jangan khawatir hai Israel, kamu sekarang ditindas, kamu sekarang disiksa, jangan khawatir karena Anak Daud akan datang”, ini yang menjadi pengharapan mereka. “Anak Daud kapan Engkau datang? Segeralah datang dan pulihkan kami”. Dan Paulus mengatakan “ini berita sukacitany Dia sudah datang. Hai orang-orang Israel kembalilah kepada Tuhan. Hai Israel datanglah kepada Tuhan”. Ini berita sukacita yang Paulus mau bagikan. Dia adalah Anak Daud yang dijanjikan oleh Tuhan. Dan ayat selanjutnya mengatakan “dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita”. Dia adalah Anak Allah yang berkuasa karena dibangkitkan oleh Allah. Kebangkitan Yesus adalah tanda bahwa Dia adalah Anak Allah yang berkuasa itu. Paulus sedang menekankan bahwa kita mengharapkan berita Injil karena nabi-nabi sudah bicara dulu. Saudara Kristus. Para nabi sudah bicara Anak Daud sudah datang dan itu yang kita harapkan terjadi. Sehingga waktu Yesus datang, Paulus akan memproklamirkan “ini yang sudah kamu nanti-nantikan, sambutlah Dia”. Berita Injil perlu konteks untuk dibagikan. Orang mengharapkan Juruselamat karena mereka berada dalam kesulitan, kesulitan pembuangan.

Dalam Yesaya 24 dan seterusnya, pembuangan itu dibagi dalam beberapa bagian yang sangat cocok untuk zaman kita sekarang. Di dalam pasal 24, Yesaya mengatakan pembuangan itu sama dengan kekosongan. Orang Israel yang dibuang merasa hidupnya kosong dan tidak berarti, tidak ada Bait Suci, tidak ada ibadah, tidak ada hak apa pun yang mereka hargai ada di dalam hidup. Kita sebagai manusia selalu punya sesuatu yang kita hargai. Dan kalau sesuatu yang lain kita miliki itu hilang, kita tetap tidak merasa kosong. Tapi kalau sesuatu yang paling kita hargai itu hilang, baru kita merasa kosong. Ada orang yang akan merasa kosong kalau pasangannya meninggal. Ada orang yang akan merasa kosong kalau bisnisnya hilang. Ada orang akan merasa kosong kalau ini dan itu, dan perasaan kosong itulah yang digambarkan oleh Yesaya 24. Di pembuangan itu seperti orang yang hilang pengharapan. Jadi Saudara bisa ambil pengertian itu untuk hidup kita sekarang. Banyak orang sebenarnya hidup dalam keadaan kosong karena tidak punya apa pun untuk dipegang. Semua yang berharga yang kita pegang ternyata tidak berharga. Dan baru waktu itu kita akan merasa kehilangan makna. Kehilangan makna adalah derita lebih besar dari pada kehilangan harta. Banyak orang kaya bunuh diri karena merasa hartanya tidak bisa memberikan makna apa pun. Di dalam keadaan kehilangan makna ini orang menderita dan akhirnya menantikan kapan bisa pemulihan terjadi, “saya mau hidup saya berubah, bagaimana bisa berubah”. Lalu Yesaya 24 mengatakan hal yang kedua, bahwa pembuangan itu juga identik dengan perasaan kematian sebentar lagi datang. Ini perasaan yang sangat menakutkan, ketika Saudara diburu oleh kematian. Waktu orang diburu dengan ketakutan, dia akan sangat tidak nyaman. Bayangkan kalau yang memburu Saudara adalah kematian. Kematian itu adalah sesuatu yang akan menangkap Saudara cepat atau lambat. Dan ini menakutkan. Orang Israel di pembuangan seperti cuma menunggu mati. Mereka merasa kehilangan harapan akan hidup dan mereka mengatakan “kita tinggal tunggu mati saja”. Sangat kosong hidup seperti ini, hidup seperti menunggu mati, tidak ada harapan. Lalu yang ketiga, Yesaya 24 mengatakan pembuangan itu seperti kehilangan kedaulatan di dalam komunitas. Tidak ada raja, tidak ada pemimpin, tidak ada apa pun, semua yang kita putuskan keputusannya tergantung orang luar. Kita tidak berdaulat atas diri kita sendiri, kita cuma kaum jajahan. Israel tidak memunyai kenikmatan untuk bangsanya sendiri, mereka hidup di dalam keadaan yang sangat kosong, tidak ada pemimpin, tidak ada kedautalan. Lalu hal yang terakhir dikatakan oleh Yesaya 24, bahwa pembuangan itu adalah seperti Tuhan memalingkan wajah dan menunjukan kebencian kepada Saudara. Ini yang paling menakutkan. Tuhan sudah muak, Dia palingkan wajahNya dan mengatakan “cukup, Aku tidak tahan lagi sama kamu, Aku singkirkan kamu, silahkan hidup sesukamu. Aku sudah muak kepadamu”. Yesaya 24 mengatakan ini kematian yang lebih mengerikan dari pada kematian sebelumnya, ini kekosongan yang lebih mengerikan dari pada kekosongan apa pun yang pernah dialami Israel. Ini ketakutan yang paling besar dibandingkan dengan ketakutan apa pun yang pernah dialami Israel. Bagaimana perasaan Saudara ketika Tuhan yang Mahakuasa mengatakan “Aku membencimu”, Dia tidak harus lemparkan neraka kepada kita, Dia palingkan wajahNya itu sudah cukup untuk membuat kita tidak mau hidup lagi.

Israel kehilangan begitu banyak hal ketika Tuhan mengatakan “Aku sudah muak dan Aku palingkan wajahKu dari kamu, Aku tidak mau melihat kamu lagi”. hal ini menakutkan sekali, terutama bagi orang saleh seperti para nabi. “Tuhan, sudah sedemikian marahkah Engkau? Adakah cara kami untuk meredakan marahMu? Kami para nabi mau berdoa, bolehkah kami berdoa? Dan Kitab Suci dalam Kitab Yeremia, Tuhan mengatakan “jangan doa lagi, Aku sudah sangat benci bangsa itu”. Israel belajar dengan cara yang paling keras, bahwa mereka terlalu rusak, terlalu bebal, terlalu keras hati, sehingga Tuhanp un merasa cukup untuk beranugerah dan berbelas kasihan kepada mereka. Tuhan tidak punya kewajiban untuk selalu kasihan sama kita, akan ada titik dimana Dia mengatakan “Aku tidak mau kamu lagi”. Dan ketika itu terjadi, kita tidak punya apa-apa lagi, Tuhan sudah tinggalkan kita dan kita habis. Ini yang dialami Israel, Tuhan sudah palingkan wajah. Terus bagaimana cara mempalingkan lagi Tuhan ke sini? Tidak ada lagi caranya. Saya ingat ketika anak saya lebih kecil dari sekarang, ketika kami marah kepadanya, hal yang paling dia inginkan adalah dia ingin kita baik lagi sama dia. “Ayo papa, ayo mama, senyum lagi dong”, ketika kami sedang marah, “jangan marah terus, sekarang boleh dong senyum lagi, saya ingin kalian baik lagi sama saya”. Tapi Israel sudah begitu jahat sehingga Tuhan tidak lagi berniat untuk baik lagi sama mereka dalam waktu dekat. Dan kadang-kadang kita tidak sadar, kita pikir Tuhan itu the all-powerful dan juga the all-passionate dan lain-lain, Dia adalah yang mempunyai kesabaran paling besar, Dia adalah Allah yang tidak mudah marah, itu benar. Tapi ada titik di mana Dia mengatakan “murkaKu tidak tertahankan lagi dan Aku akan tinggalkan kamu”. Jangan mencobai Tuhan, jangan membuat Dia marah kepada kita. Jangan hidup dengan keraskan hati terus, terus lemparkan hal-hal yang membuat Tuhan marah. Tuhan memang sabar, tapi Tuhan akan kembali mengatakan “kamu sudah keterlaluan, sehingga Aku harus buang kamu”. Mau tidak kita ada di titik itu? Kalau kita tidak mau ada di titik itu, berhenti keterlaluan kepada Tuhan. Jangan terus berdosa. Jangan terus abaikan perintahNya, Dia menyuruh kita untuk mengasihi tapi kita membenci, Dia suruh menyatakan belas kasihan tapi kita marah-marah terus, Dia menyuruh kita jujur tapi kita bohong terus. Dia menyuruh kita punya kejujuran di dalam bisnis dan di dalam pekerjaan kita tapi kita terus menipu orang. Dia menuruh menjadi berkat tapi kita terus mau mengambil berkat dari orang lain. Sampai kapan kita menguji kesabaran Tuhan? Israel akhirnya dibuang. Tuhan sudah teruji kesabaranNya dan akhirnya Tuhan mengatakan “cukup, Aku akan buang kamu”. Dan di dalam pembuangan, Tuhan masih mau ampuni dan panggil. Inilah berita sukacitanya, ketika Israel sudah kapok, di dalam kitab nabi dikatakan “di mana lagi kamu mau dipukul hai Israel, semua badanmu sudah bengkak karena Aku hajar, mau dimana lagi yang dihajar?”. Tapi ada saat dimana Tuhan mengatakan “baiklah, Aku akan ampuni kamu, Aku akan pulihkan kamu”, itulah Injil.

Injil adalah ketika Tuhan tidak marah lagi dan mau memanggil kita kembali. Dan ini yang diberitakan Paulus “kamu tahu tidak? Tuhan tidak marah lagi”. Mengapa Tuhan bisa tidak marah lagi? Karena ada Juruselamat yang tanggung murka dari Tuhan untuk Dia terima di dalam diriNya di atas kayu salib. Inilah berita Injil, Tuhan tidak marah lagi, mari datang kepada Dia. Itu yang Paulus katakan, bahwa oleh kebangkitanNya di antara orang mati, Dialah Anak Allah yang berkuasa Yesus Kristus. Ayat 5 “dengan perantaraanNya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa supaya mereka percaya dan taat kepada namaNya”. Paulus tidak hanya mengatakan kepada Israel “hei Israel, ini Juruselamatmu, kamu diampuni. Tadinya kamu dibuang, sekarang kamu dipanggil kembali”. Paulus mengatakan “bukan hanya orang Israel, saya juga diperintahkan Tuhan untuk menuntun bangsa-bangsa lain”. Bagaimana caranya? Mesias Israel bagi bangsa lain? ini susah. Tuhan membuang Israel, lalu Tuhan mengatakan “baiklah, Aku ampuni kamu”, sekarang Paulus mau membawa ini kepada bangsa lain, bagaimana caranya? Ini yang Paulus lakukan di Surat Roma, “kamu tahu tidak? nabi-nabi berbicara tentang pembuangan, bukan hanya pembuangan Israel, tapi juga pembuangan bangsa-bangsa lain. Seluruh bangsa sedang dibuang oleh Tuhan karena dosa”. Maka Paulus adalah seorang teolog yang membagikan Injil orang Yahudi untuk dimengerti oleh bangsa-bangsa lain, ini indah sekali. Paulus mengatakan bangsa-bangsa akan dituntut untuk mengenal Tuhan karena semua bangsa sama seperti Israel sudah dibuang oleh Tuhan. Sekarang Paulus mengatakan “kamu adalah orang yang diberkati. Karena Injil saya beritakan kepadamu dan kamu dipanggil untuk menjadi milik Kristus”. Paulus mengatakan di ayat 6 “kamu juga termasuk di antara mereka, kamu yang telah dipanggil menjadi milik Kristus”. Saya mau mengatakan hal yang sama kepada Saudara, Saudara bukan jemaat Roma tapi Saudara sama dengan jemaat Roma, sama-sama bukan orang Yahudi yang perlu kenal Juruselamatnya orang Yahudi. Dan saya mengatakan kepada Saudara, kamu pun termasuk di antara mereka yang sudah dipanggil menjadi milik Kristus.

Biarlah kita mengingat Injil dengan benar, Saudara sudah menjadi milik Kristus, Saudara sudah dimiliki oleh Dia, Saudara harus belajar untuk mempersembahkan hidup dengan rela kepada Dia. “Saya bebas, dosa sudah ditaklukan, maut sudah ditaklukan, Tuhan sudah tidak murka lagi, semua sudah dilepaskan dari saya, puji Tuhan. Sekarang saya mau menjadi hambaMu, saya mau tundukan diri menjadi milikMu karena kerelaan saya, bukan karena paksaan”. Mari kita menerima Injil dengan satu perasaan hati yang rela untuk hidup bagi Tuhan. Mari terima belas kasihan Tuhan dengan sepenuh-penuhnya untuk hidup dalam kekudusanNya dan hidup untuk memuliakan Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati Saudara dan saya. Dan biarlah Injil yang Paulus bagikan dalam Surat Roma membuat kita semakin mengerti dan semakin kita hargai di dalam ayat-ayat selanjutnya. Saya terus doakan Saudara menjadi orang Kristen yang semakin mengerti kelimpahan berkat Tuhan, makin mampu hidup berkemenangan di dalam Tuhan, dan makin mampun untuk mematikan diri yang lama dan menyatakan hidup bagi Kristus, lalu menyatakan hidup di dalam Kristus.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Iman yang mewariskan

(Ibrani 11: 1-3)
Saudara, Ibrani adalah bagian yang sangat indah dari Kitab Suci, menggambarkan bagaimana orang-orang yang ikut Tuhan menikmati Tuhan dan itulah iman. Iman berarti kita menikmati apa yang Tuhan tawarkan. Iman berarti kita menikmati janji yang belum genap karena Firman Tuhan adalah sejelas sesuatu yang bisa kita pegang. Dan Saudara sekalian, Ibrani 11 bukan tulisan yang indah, tidak diakhiri dengan bagus. Di awal-awal ada bagian yang bagus: orang beriman dapat tanah, orang beriman dapat ini orang beriman dapat itu. Tapi setelah itu sudah mulai ada switch. Orang beriman ternyata menderita, orang beriman ternyata sulit, orang beriman ternyata mengalami segala macam hal yang membuat mereka seperti orang asing di bumi ini. Dan ini yang membukakan mata kita ternyata Abraham dan orang-orang lain yang beriman adalah orang yang asing bagi dunia ini. Mereka tidak sama dengan orang-orang lain yang menyembah berhala. Mereka menjalani hidup dengan cara yang beda dengan orang-orang lain. Mereka mengharapkan sesuatu yang tidak sama dengan apa yang diharapkan orang-orang di dunia. Maka Saudara, Ibrani 11 menjadi bagian yang sangat indah yang perlu kita pahami, tapi kita tidak boleh pahami Ibrani 11 dengan cara melepaskan ini dari seluruh pembahasan Ibrani tentang umat Tuhan. Surat Ibrani berusaha memperkenalkan Yesus sebagai imam. Dia adalah Imam yang pimpin umatNya untuk mewarisi tradisi menjadi umat Tuhan. Karena itu, surat Ibrani adalah surat yang menekankan betapa pentingnya Kristus yang tidak punya silsilah imamat, yang melampaui silsilah dari imam. Ini bagian pertama yang saya mau Saudara ketahui. Ibrani sangat bersifat doktrinal tapi juga sangat bersifat aplikatif. Hal kedua yang saya mau kita tahu sama-sama dari surat Ibrani adalah bahwa surat ini memberikan pengajaran tentang betapa pentingnya intervensi Tuhan di dalam tradisi manusia. Israel punya tradisi imamat, tapi Tuhan intervensi dengan kirim imam yang lain. “Oh, kalua begitu Yesus keluar dari tradisi?”. Yesus di satu sisi lain dari imam, tapi di sisi yang lain Yesus ada tradisinya. Maksudnya bagaimana? Bagi orang Israel, imam itu bersifat keturunan. Tidak ada orang bisa jadi imam kalau dia bukan keturunan imam. Maka Saudara jangan samakan imam pada zaman Israel dengan pendeta pada zaman ini. Surat Ibrani mengingatkan, di dalam Mazmur dan di dalam kitab Kejadian, Mesias adalah imam yang berasal dari jalur Melkisedek. Melkisedek lain dengan imam-imam orang Yahudi. Melkisedek bukanlah keturunan Lewi. Lewi belum ada kok. Melkisedek ada pada zaman Abraham dan pada waktu itu Abraham memberikan perpuluhan kepada Melkisedek. Abraham memberikan perpuluhan sebelum ada keturunan, sebelum ada Lewi. Orang Lewi belum ada kok. Tapi Saudara sekalian, Abraham memberikan persembahan kepada Melkisedek. Berarti Melkisedek itu imamnya Abraham. Sedangkan Lewi adalah anaknya, cucunya, keturunannya Abraham. Berarti Lewi bukan satu-satunya garis keturunan yang boleh menjadi imam, karena ada satu garis keturunan lain Namanya Melkisedek. Tapi kalau orang tanya, “Melkisedek keturunan siapa? Mana garis keturunannya?”. Surat Ibrani mengatakan tidak ada. Papanya siapa? Tidak ada. Mamanya siapa? Tidak ada. Dia tidak berbapa tidak beribu. Dia tidak berbapa tidak beribu bagaimana bisa ada? Tapi Saudara jangan lupa Ibrani mengatakan Melkisedek tidak punya papa tidak punya mama di dalam posisi imam, bukan sebagai manusia. Surat Ibrani tidak pernah mengatakan ini Melkisedek tidak punya papa tidak punya mama. Ini bagian dicatat di Ibrani Saudara pasti tahu bagian ini. Ibrani mengatakan Yesus adalah Imam Besar menurut Melkisedek. Siapa Melkisedek? Ia adalah imam yang kepada dia Abraham memberikan perpuluhan. Keturunan siapa Melkisedek? Surat Ibrani mengatakan Melkisedek tidak punya papa tidak punya mama. Dia dijadikan sama dengan Anak Allah tidak berbapa tidak beribu, dalam keimaman. Maka Saudara sekalian, Ibrani sedang mengatakan Yesus itu Imam tapi tidak pakai jalur umum. Dia pakai jalur yang khusus, jalur yang merupakan intervensi Tuhan ke dalam sejarah. Maka disini kita belajar tentang satu hal: intervensi Tuhan dalam sejarah versus kebudayaan yang diwarisi. Kita semua dibentuk oleh tradisi dan kebudayaan yang diwariskan turun-temurun. Saudara dan saya belajar segala sesuatu dari budaya. Tidak ada satupun dari kita yang mengembangkan cara hidup dari nol lalu kembangkan semuanya sendiri, tidak. Kita akan dapatkan segala kebiasaan dari hidup lewat tradisi dan budaya yang kita miliki. Tuhan tidak mau manusia membentuk diri hanya di dalam satu generasi saja. Manusia perlu tradisi, manusia perlu sejarah, manusia perlu dibentuk oleh kelompok yang ada sebelum dia. Maka sangat penting bagi kita untuk bercokol dalam satu kebudayaan. Itu sebabnya kalau Anda adalah orang dari suku manapun, akan dituntut kamu mengerti sedikit dong tentang nenek moyangmu. Ini yang sering juga didengung-dengungkan kepada saya. Nama siapa? Pardede. Nomor berapa? Hah? Kalau tidak tahu cari tahu. Hal-hal seperti ini kita harus pelajari. Demikian juga di dalam kekristenan, dan ini belum tentu negatif. Saudara mesti pelajari kita ini agama apa? Kristen. Kristen yang mana? Reformed. Apa itu reformed? Reformed itu yang masuk ke dalam tradisinya Calvinis, Lutheran, dan Agustinian. Siapa itu Agustinus, Luther, dan Calvin? Mereka adalah tokoh-tokoh teologi yang penting. Agustinus di abad 5, kemudian Luther dan Calvin di abad 16 dan lain-lain. Apa yang mereka ajarkan? Mereka mengajarkan ini. Apa cuma ini ajarannya? Tidak, ada banyak. Apakah hanya mereka yang kita pegang? Tidak juga, setelah Calvin ada orang ini, orang ini, orang ini. Kalau begitu kita hidup di dalam tradisi ya? Iya, kita hidup di dalam tradisi. Dan ini yang dipahami oleh orang Israel. Maka Saudara kita sudah membahas surat Ibrani adalah surat yang menegaskan dengan sangat doktrin dan juga aplikasi.

Yang kedua surat Ibrani adalah surat yang sangat menekankan tentang Allah yang break tradisi. Tuhan masuk ke dalam tradisi dan memutuskan tradisi. Tapi untuk mengerti ini Saudara juga harus mengerti pentingnya tradisi. Kalau tradisi dianggap hina dan tidak penting, maka Tuhan masuk ke dalam sejarah menjadi tidak penting. Karena kalau Tuhan masuk dalam sejarah, maka Tuhan hanya melakukan satu hal yang juga dilakukan oleh semua orang yaitu masuk ke dalam budaya dan hancurkan. Kalau sejarah menganggap tradisi itu penting, barulah intervensi Tuhan menjadi sesuatu yang signifikan. Ini poin kedua yang saya ingin kita tahu dulu sama-sama. Jadi Tuhan mengajarkan bahwa Tuhan bukan Tuhan yang Cuma melanjutkan sejarah dan tradisi, tapi Tuhan adalah Tuhan yang memutuskan tradisi dan masuk ke dalam sejarah. Hal yang saya mau kita sama-sama tahu adalah bahwa tradisi Yahudi itu sangat penting berdasarkan keturunan. Bagi orang Yahudi keturunan itu sangat penting. Dan Saudara, mereka dapat ide itu darimana? Dari Alkitab. Tuhan mengatakan kepada Abraham keturunanmu akan melanjutkan janjiKu kepadamu. Jadi Abraham punya anak lalu anaknya akan melanjutkan janji Tuhan kepada Abraham. Yang lanjutkan janji Tuhan kepada Abraham itu bukan orang lain, itu adalah keturunan Abraham. Maka ketika Abraham mengatakan budak saya saja jadi ahli waris, Tuhan mengatakan tidak. Tuhan kok punya hierarki kebudayaan yang Barat banget? Kolonialis, ada kelompok bebas ada kelompok budak. Tuhan ini gawat, masa budak tidak boleh jadi pewaris, padahal Abraham sudah menerobos pikirannya, menerobos kebiasaan. Tapi Saudara Tuhan tidak izinkan budak itu jadi pewaris, bukan karena dia budak. Tuhan tidak izinkan dia jadi ahli waris karena dia bukan anak Abraham. Tuhan sudah menjanjikan anak kamu yang akan mewarisi segala janji Tuhan kepada kamu. Jadi harap Saudara bisa ikuti ini, meski sangat sulit tapi kalau Saudara bisa pahami Saudara akan mengerti surat Ibrani dengan cara yang sangat indah. Banyak hal yang sulit di Alkitab, ini dikatakan oleh surat Petrus, maka kita harus latih cara kita mendengar. Kalau kita biasa menangkap tema-tema sulit, lalu memahaminya, kita akan bahagia sekali, karena memang banyak hal yang sulit di Alkitab. Maka keturunan itu penting, silsilah itu penting, identitas yang diwariskan itu penting. Jadi Abraham adalah kepala dari perjanjian, lalu keturunannya akan mendapatkan warisan janji itu. Tapi Tuhan tidak mau hanya anak yang dapat, Tuhan mau anak pilihan. Sudah anak, dipersempit jadi pilihan. Abraham punya anak lebih dari satu, ada banyak, ada anak-anak dari Ketura dan lain-lain. Abraham punya banyak anak tapi hanya Ishak yang dianggap sebagai anak perjanjian. Setelah itu, Ishak juga punya dua anak dan yang mendapatkan perjanjian adalah Yakub. Alkitab mengatakan ketika Esau dan Yakub masih di dalam rahim ibunya, mereka sudah bertolak-tolakan. Ini kakak adik yang paling suka ribut, dari perut sudah berantem. Itu sebabnya Ribka menjadi sangat tersiksa dengan keadaan ini. Bukan Cuma tersiksa karena perutnya sakit, tapi dia tahu ini adalah tanda bahwa anaknya bisa saling membunuh pada waktu besar. Lalu dari Yakub keluarlah bangsa pilihan ini, bangsa yang sangat Tuhan cintai. Dan Tuhan mengasihi bangsa ini dengan satu niat, yaitu meneruskan janji Tuhan kepada Abraham untuk diterima oleh Israel. Jadi, bagi orang Israel sangat penting untuk mengerti keturunan. Kamu keturunan siapa? Abraham. Kenapa itu penting? Karena saya mewarisi janji Tuhan dari Abraham. Sehingga hanya orang Israel yang tradisi bangsanya layak untuk dipelihara dan dilestarikan dengan kelayakan lebih daripada yang lain. Saya tidak bilang budaya yang lain jelek, banyak budaya bagus dari bangsa lain, tetapi budaya bangsa Israel tidak seagung budaya Israel. Karena waktu Abraham turunkan warisannya kepada Ishak, dia juga mewariskan janji Tuhan. Waktu Ishak mewariskan hidupnya dan hartanya segalanya kepada Yakub, dia juga mewariskan janji Tuhan. Waktu Israel akhirnya terbentuk dari keturunan Yakub, maka Israel menjadi bangsa yang mewarisi janji Tuhan. Kalau tidak termasuk, tidak bisa menjadi pewaris. Siapa yang termasuk dari bangsa Israel, dia adalah ahli waris itu. Jadi, keturunan dan warisan adalah cara Tuhan meletakkan kerajaan Israel di bumi. Ini adalah kerajaan yang mewarisi sesuatu dari pendahulunya. Waris-mewaris bukanlah hal yang asing. Dan ini poin ketiga yang saya mau kita sama-sama mengerti. Tuhan menganggap mewarisi budaya yang agung itu sangat penting. Jadi Saudara dan saya juga harus pikirkan apa yang harus kita wariskan kepada yang lain, dan setiap kali orang memiliki mental mewariskan, orang itu adalah orang yang agung. Orang yang Cuma punya mental menerima warisan, itu orang kerdil luar biasa. Orang yang punya sifat mau mewariskan sesuatu, itu orang yang agung. Orang yang Cuma pikir saya dapat warisan apa itu orang paling kerdil. Maka kalau Saudara jadi Kristen masih terus punya mental terima warisan, Saudara perlu bertobat baik-baik, karena ini bukan cara Tuhan membentuk umat yang baik dan juga yang setia kepada Tuhan. Abraham pikir nanti keturunanku akan dapat sesuatu, maka dia rela kerja keras. Dia rela tinggal di tanah seperti orang asing, tinggal di kemah padahal Tuhan janjikan tanah akan menjadi milik keturunan. Yang dia pikir nanti keturunan akan dapat dan ini adalah orang yang agung. Sama seperti Saudara juga harus punya jiwa mewariskan, bukan jiwa menerima warisan. Bagaimana punya jiwa mewariskan sesuatu? Selalu pikir masa depan, selalu pikir generasi selanjutnya, itu yang baik. Harap Saudara tangkap hal ini. Kalau tidak, Saudara hanya jadi orang kerdil, Cuma pikir besok saya dapat apa, nanti lusa dapat apa, nanti deal bisnis akan beres di sini, nanti usaha saya akan dapat keuntungan di sini, terus pikir generasi saya, tidak pikir yang saya kerjakan akan berguna nanti, dan itu bukan hal yang baik. Kalau orang pikir Cuma untuk masa sekarang, atau Cuma pikir untuk masa berikut, hanya di dalam kemungkinan saya dapat berkat atau sesuatu, saya adalah orang yang kerdil. Mesti pikir orang nanti akan dapat berkat dengan cara apa, dan Saudara ini adalah cara untuk memikirkan orang lain akan dapat warisan, ini adalah cara yang perlu bijaksana. Perlu memikirkan hal yang penting, bagaimana pada zaman saya ada sesuatu yang stabil yang bisa diwariskan ke zaman yang nanti. Jiwa mewariskan itu sangat penting. Tuhan mendidik Abraham untuk berpikir setelah kamu mati akan ada apa, setelah ini akan ada apa, nanti yang berikut akan dapat berkat apa, dan Abraham rela mengerjakan sesuatu di titik awal, dan orang yang mengerjakan di titik awal jarang mendapatkan yang bisa dia nikmati nanti. Saudara, Pak Stephen Tong melakukan penginjilan begitu besar dan berhasil, kenapa? Salah satunya karena sebelumnya pernah ada John Sung dan Andrew Gie. Kenapa dua orang ini penting? Karena mereka pelopornya. Kenapa misionaris seperti Hudson Taylor begitu populer? Karena sebelumnya ada Robert Morrison. Robert Morrison dapat sukses apa? Tidak ada, Cuma beberapa orang bertobat seumur hidup dia melayani. Cuma mungkin tiga atau empat orang bertobat. Tapi dia sudah memberikan dasar bahasa, menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Mandarin dalam beberapa dialek. Dia kerja mati-matian supaya orang lain dapat menikmati hasil warisannya dia, sehingga penginjilan menjadi makin besar. Pada zaman Pak Stephen Tong, ada sesuatu yang boleh dituai meskipun belum semua, yang dari dulu sudah mulai ditabur. Saudara, sama juga dengan gerakan ini. Kita bisa melihat ada Gedung yang indah, ada concert hall, dan ada kestabilan di dalam segala hal. Dulu tidak begitu. Pak Stephen Tong pernah mengatakan dia pernah bikin satu KKR di satu tempat tidak ada panitia tidak ada apa. Orang yang atur kebaktian tidak mau atur bidang selain dia. Saya bidangnya Gedung, saya bidangnya kebaktian, sudah selesai sampai di situ, tidak ada yang peduli berapa banyak orang nanti yang akan datang. Akhirnya dia bawa brosur sendiri satu-satu cari orang untuk datang ke KKRnya sendiri. Saudara, itu zaman masih merintis, sangat sulit, dan mungkin masih banyak hal yang Pak Tong tidak akan nikmati, tapi Saudara dan saya, atau mungkin bukan kita, tapi generasi selanjutnya. Kira-kira kita rela tidak kerja keras mati-matian, korbankan begitu banyak tapi yang nikmati generasi nanti. Kalau kita tidak rela, kita bukan orang Kristen yang baik. Karena semua orang Kristen yang baik belajar dari tokoh iman ini. Abraham rela hidup di kemah, rela hidup dengan cara kosong supaya nanti ada bangsa pilihan Tuhan. Musa hidup di padang gurun tidak ikut menikmati tanah perjanjian. Kita terlalu sembarangan dalam hidup karena kita tidak pernah pikir orang lain dan generasi selanjutnya. Maka ini poin yang ketiga. Tuhan sedang tekankan dalam kesaksian iman ini: mereka semua adalah orang-orang yang rela kosongkan diri demi generasi berikut. Dan kalau Saudara membaca di bagian makin akhir, Saudara akan merasa terharu. Pengorbanannya makin lama makin besar. Sebagian orang meninggalkan tanah airnya untuk generasi berikut. Sebagian orang meninggalkan kenyamanannya untuk generasi berikut. Yang berikutnya makin mengharukan. Sebagian orang rela dipukul, rela disiksa, rela tidak punya rumah, rela menderita, rela dianiaya, ada yang dilempar batu, ada yang dibiarkan mati, ada yang dibunuh, ada yang mendapat begitu banyak aniaya, mereka tidak pernah mengeluh. Dunia tidak layak bagi mereka, tapi mereka lakukan itu demi sesuatu yang besar, yaitu demi kita mendapat sesuatu yang penting. Saudara, orang-orang Kristen tidak mewariskan Kekristenan dengan gampang. Doktrin Tritunggal misalnya, ini diwariskan dengan darah. Orang memperdebatkan doktrin Tritunggal pada abad yang ke-4 dengan resiko dipotong lehernya. Kamu percaya Tritunggal akan dipenggal. Banyak orang yang mengorbankan diri karena pada waktu itu Kerajaan Roma, rajanya, sangat beraliran Arian, anti Tritunggal. Lalu doktrin ini diperdebatkan. Debat pun ada resiko mati, dan orang tetap lakukan itu supaya generasi berikut tidak dikacaukan dengan ajaran yang kacau. Maka mari kita pikirkan hal ini. Gerakan Reform Injili harus berkati Indonesia apapun caranya, bagaimanapun biaya dan pengorbanan yang diberikan. Kita harus berkati bangsa ini meskipun sekarang kita belum lihat. Suatu saat, mungkin kita sudah mati, anak kita juga mungkin sudah mati, tapi cucu dari cucu kita akan menikmati pekerjaan kita. Itu yang kita harap. Jangan bikin pekerjaan yang Cuma akan berlalu begitu saja dan akhirnya hanya berakhir dengan foto. Mari kita pikirkan memberi dampak dan surat Ibrani memberi satu kesaksian iman yang sangat besar. Banyak orang korbankan begitu banyak hal supaya kamu dapat warisan, supaya kamu dapat iman Kristen, supaya kamu dapat Kerajaan yang sedang diperjuangkan itu. Ini poin yang ketiga, lalu saya masuk ke dalam poin yang terakhir. Lalu apa yang dinikmati dari orang-orang yang sudah berkorban ini? Perhatikan baik-baik. Di dalam Ibrani 11 dikatakan, karena iman, semua pakai iman. Karena iman, Abraham meninggalkan. Karena iman, karena iman. Jadi fokusnya adalah generasi berikut tapi motivasinya iman.

Apa yang membedakan antara altruis sejati, orang yang sayang sama orang lain, orang yang rela berkorban demi generasi berikut, dengan orang beriman? Apa beda yang beriman dengan yang tidak? Apa bedanya orang non Kristen berjuang untuk generasi berikut dengan orang Kristen berjuang untuk generasi berikut? Bedanya adalah iman dan Kerajaan Allah. Di dalam Ibrani 11 dijelaskan, bahwa Kerajaan Allah akan dinikmati oleh semua orang yang beriman, karena setiap orang yang kerja akan menikmati finalnya nanti. Saudara dan saya, kalau kita tidak percaya Tuhan, akan kerja dan mati. Setelah itu generasi berikut yang menikmati. Saudara coba pikir. Kita berjuang lalu orang lain yang dapat. Di satu sisi menunjukkan kebesaran kita, tapi di sisi lain juga menunjukkan kekosongan hidup, itu menunjukkan kehampaan. Saudara bisa ceritakan ini ke orang yang belum Kristen misalnya, ini salah satu strategi penginjilan. Bagaimana ngomong penginjilan? Saudara menginjili, Saudara harus punya poin. Saya sangat ingat perkataan dari seorang Namanya Huge Oliphant Old. Dia mengatakan khotbah yang baik dan penginjilan yang baik adalah ada poin yang baik, bukan gaya deliverance-nya. Kalau begitu Kekristenan yang baik harus dipahami dengan cara apa? Dengan cara memberikan ide yang baik, untuk menantang orang dan menyadarkan orang, tanpa Kristus kamu tidak akan pernah bisa kemanapun. Seringkali orang memberitakan Injil dengan asumsi, asumsi penginjilnya bukan asumsi yang diinjili, seringkali kita sebagai penginjil, kita berpikir orang sudah mendapatkan kebahagiaan. Kita sedang menambahkan kebahagiaan yang tidak mungkin mereka dapat. Betul ya? ‘Eh, kamu hidupnya senang?’ ‘Iya’ ‘Kerjaannya baik?’ ‘Iya’ ‘Tapi saya kasih tahu, nanti kalau kamu mati kamu ke neraka. Lebih baik kamu percaya Yesus kamu ke surga,’. Kita asumsikan mereka sudah senang tapi sayangnya mereka ke neraka. Tapi Saudara, Injil lebih dari itu. Ya mereka akan ke neraka kalau mereka tidak percaya Yesus, tapi lebih dari itu. Hidup mereka going nowhere. Hidup mereka kosong dan inilah yang akan lebih menyentuh. Coba pikir baik-baik, Saudara bandingkan, cara memberitakan Injil yang tidak membuat orang gelisah itu tidak akan pernah sukses. Tidak peduli seberapa meyakinkan atau berapa fasih, kalau kita tidak menyampaikan sesuatu yang membuat orang gelisah dengan keadaan dia, tidak mungkin dia mau terima Injil. Kita sering mengatakan kenapa orang tidak mau terima Injil, karena Saudara tidak bikin dia gelisah. Saudara cuma menawarkan kalau mati masuk surga kalau ada Yesus, tapi Saudara tidak pernah bilang kuliah dia percuma, keluarga dia percuma, relasi dia percuma, bisnis dia percuma, semua omong kosong. Kenapa semua itu omong kosong? Karena kalau kamu kerja hanya untuk sekarang, kamu tidak pernah tahu apa itu bahagia. Apa itu bahagia? Bahagia itu kalau kamu pentingkan orang lain. Tapi kalau kamu pentingkan orang lain, maka orang lain akan dapat dan kamu akan kosong, dan kamu akan mati setelah itu. Maka Saudara bisa bagikan, menjadi egois itu kosong, menjadi altruis juga kosong. Ini Namanya kosong-kosong skornya. Terus Injil menawarkan apa? Injil menawarkan kebangkitan. Apa itu kebangkitan? Kebangkitan bukan cuma kebangkitan kita saja, tapi pemulihan seluruh ciptaan. Terus apa kaitannya dengan saya? Kalau kamu percaya Yesus, kamu sedang menabung untuk sesuatu yang akan dinikmati ketika Tuhan memulihkan ciptaan. Maka Saudara semua pekerjaan orang yang percaya Yesus itu ada arah. Kenapa Saudara memperjuangkan keadilan misalnya? Saudara masuk bidang hokum lalu menyatakan perjuangan untuk keadilan, karena Tuhan pakai itu nanti untuk memulihkan bumi. Kenapa Ahok menjadi gubernur mati-matian membela kebenaran? Karena Tuhan akan pakai itu ketika KerajaanNya datang. Semua yang kita kerjakan di dalam Tuhan, ini Agustinus yang ngomong bukan saya, semua yang kita lakukan karena Tuhan kerjakan lewat kita, itu akan Tuhan mahkotai waktu Tuhan datang lagi. Maka ini yang dikatakan surat Ibrani, mereka beriman maka mereka lakukan. Mereka bukan Cuma mau generasi berikut dapat berkat, tapi mereka beriman dan itu sebabnya di dalam Ibrani 11 dikatakan mereka melakukan ini karena mereka mengharapkan tanah air surgawi.

Apa itu tanah air surgawi? Saudara kalau terus berpikir sorga dan bumi berpisah terus, maka Saudara akan tidak tangkap dari ide orang-orang Yahudi. Bagi orang Yahudi, sorga itu akan menerobos masuk ke bumi. Sorga akan hantam bumi suatu saat nanti dengan kedatangan Tuhan. Kapan sorga akan hantam bumi? Ketika Tuhan datang lagi. Waktu Tuhan datang sorga akan turun, itu sebabnya ada tema sorga turun, itu sebabnya kita doakan dalam doa Bapa kami, datanglah KerajaanMu, dan itu doa yang besar sekali, karena kita berharap Kerajaan Allah datang. Sorga datang dan sorga akan hancurkan semua di bumi yang jahat. Tapi Saudara, sorga turun dengan bawa apa? Di dalam kitab Wahyu dikatakan, sorga turun dengan bawa persembahan kita sekarang. Yang Saudara lakukan sekarang dipakai Tuhan untuk nanti Tuhan akan pulihkan bumi. Dan ini tema yang dikatakan dalam Ibrani, mereka mengharapkan Kerajaan Sorga, mereka bukan kerja untuk sia-sia. Maka Saudara bisa pikirkan hal ini, dengan iman Saudara bukan hanya mewariskan sesuatu yang akan dinikmati untuk generasi berikut, dengan iman Saudara suatu saat nanti akan menikmati jerih Lelah Saudara. Kenapa kita kerja memberitakan Injil? Karena kita mau umat pilihan dikumpulkan oleh Tuhan. Sia-sia tidak? Tidak, karena pada waktu umat pilihan dengan utuh dikumpulkan, apa yang kita kerjakan masuk ke situ. Kenapa Saudara dirikan bisnis? Kenapa Saudara kerja di kantor? Kenapa Saudara kerja di pemerintahan? Kenapa Saudara jadi pegawai? Karena Saudara sedang perjuangkan sesuatu yang sampai mati mungkin tidak beres, tapi pada waktu kebangkitan Saudara akan lihat yang saya kerjakan berbagian di situ. Dan ini adalah hal yang menyenangkan sekali. Ini seperti seorang anak kecil yang disuruh oleh orang tuanya, saya ingat cerita Pak Tong waktu dia mau pindahan, anak-anaknya masih kecil. Dia suruh anak-anaknya ikut berbagian pindah-pindahkan barang. Pak Tong kasih barang yang ringan untuk anak-anaknya masih kecil, Pak Tong bawa buku yang berat. Dan pak Tong punya ribuan buku sampai anak-anaknya bingung semua buku harus dipindahkan. Dulu belum ada ebook, pdf, dan lain-lain. Maka mereka angkat satu-satu, lalu anaknya ikut angkat satu. Anaknya Cuma angkat satu buku, setelah itu balik lagi satu buku. Yang lain sudah angkat satu dus. Setelah buku-bukunya terpindah semua, anak-anaknya Pak Tong datang dan lihat, ‘Oh, jadi ya, saya ikut loh disitu. Saya ikut, itu buku kecil saya yang pindahin,’. Sekarang saya mau tanya, Saudara kerja apa di bumi? Saudara ke kantor tiap hari sedang kerja apa? Suatu saat Tuhan akan pakai pekerjaan kantor Saudara untuk pulihkan bumi. Lalu Saudara bisa tidak setelah kebangkitan bisa katakan, ‘Saya ikut loh disitu, kecil memang, tapi saya ikut disitu,’. Kalau enggak, ya sudah Saudara akan bangun dan dibangkitkan dari kematian, lalu Saudara melihat jerami yang terbakar. Mana pekerjaanmu? Ini debu, tidak ada, kosong.

Maka Abraham tidak sia-sia tinggalkan tanahnya, orang-orang Kristen tidak sia-sia berjuang karena mereka tahu yang mereka perjuangkan akan Tuhan pakai untuk dirikan KerajaanNya. Mereka mengharapkan tanah air sorgawi, bukan yang di sini. Yang mereka kerjakan disini akan berdampak nanti. Itulah sebabnya saya terus berpesan Saudara kerja baik-baik, Saudara perhatikan apa yang Saudara kerjakan. Pekerjaanmu harus suci, pekerjaanmu untuk Tuhan, pekerjaanmu akan bangun bumi yang baru, pekerjaanmu akan berbagian untuk mendirikan ciptaan yang baru. Itu sebabnya ketika Saudara mempertimbangkan pekerjaan, jangan Cuma pikir uang. Saudara cari uang, tapi melakukan sesuatu yang tidak ada gunanya, nanti pada waktu kekekalan, ketika Kerajaan Tuhan memulihkan segala sesuatu, Saudara akan menyesal terus-menerus. Sekarang kaya begitu banyak, tapi nanti di dalam kekekalan, meratap. Saudara akan lihat Saudara tidak berbagian di dalam Kerajaan yang baru karena terlalu sibuk cari keuntungan diri. Mari pikir untuk mewariskan sesuatu bagi bangsa ini, karena Tuhan berjanji jika engkau pikirkan masa depan bangsa, jika engkau pikirkan kebahagiaan keturunan yang berikut, maka Tuhan akan pakai pekerjaan Saudara untuk mendirikan KerajaanNya nanti, dan ini yang akan membuat orang berbahagia. Maka saya mau tantang Saudara, apa yang engkau kerjakan setiap hari? Apa yang kau lakukan tiap hari? Untuk Kerajaan Allahkah? Atau untuk hal yang nanti akan dibakar habis dan membuat Saudara meratap di dalam kekekalan. Kiranya Tuhan memimpin kita beriman, melihat mana yang penting, mana yang berarti di dalam seluruh aspek hidup, yang akan Tuhan pulihkan, dan berjuang untuk kebahagiaan orang-orang yang generasi berikut untuk mendapatkan berkat. Kiranya Tuhan memakai Saudara dan saya untuk mendirikan KerajaanNya melalui pekerjaan yang kita kerjakan untuk kebahagiaan dan juga berkat bagi orang lain.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Iman yang percaya Kerajaan Allah tidak goncang

(Habakuk 2: 1-5)
Iman adalah hal yang dimiliki oleh orang-orang di dalam hal Kerajaan. Di dalam Yohanes 3 Yesus mengatakan karena Allah mengasihani dunia ini, Dia mengaruniakan AnakNya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya, yang beriman, tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Ini merupakan kalimat yang ada pada konteks lebih besar yang sedang berbicara tentang Kerajaan. Yesus mengatakan “jika engkau tidak lahir dari atas, engkau tidak akan melihat Kerajaan Allah. Jika engkau tidak dilahirkan kembali, engkau tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Allah”. Jadi tema pembahasan dari Yohanes 3 adalah mengenai Kerajaan. Dan di dalam ayat 16 Yesus mengatakan “siapa beriman, dia tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal”. Ada banyak bagian di dalam Matius dan Markus yang menekankan tentang perlunya ada iman untuk mengerti Kerajaan Allah. Jadi iman bukan cuma sekedar keyakinan kosong, bukan cuma sekedar kepastian yang kita miliki walau tidak ada bukti. Bukan itu iman yang diajarkan oleh Kitab Suci. Kitab Suci mengajarkan bahwa firman berkait dengan iman, iman berkait dengan firman. Apa yang Tuhan firmankan itu diterima dengan sepenuhnya, itulah iman. Dan apa yang Tuhan mau nyatakan waktu Dia mau mendatangkan KerajaanNya, itu juga dipahami dengan iman. Jadi iman sebenarnya adalah respon ketika Tuhan menyatakan firman tentang Kerajaan. Tuhan mendeskripsikan Kerajaan dan Tuhan menyatakan seperti apa Kerajaan itu akan datang dan bagaimana kerajaan itu akan dihidupi oleh orang-orang percaya. Orang yang mendengarkan penjelasan dan juga apa yang Tuhan ajarkan tentang Kerajaan Allah, lalu mereka mau ikut, itulah orang beriman. Jadi beriman bukan hanya sekedar mengakui “saya percaya”, bukan juga hanya pegangan walaupun tidak ada bukti atau kebenaran. Iman selalu berkait dengan kerelaan untuk hidup di dalam Kerajaan Allah. Jadi di bagian awal saya sudah membahas bahwa iman bukan merupakan suatu keyakinan kosong, tapi iman merupakan suatu kerelaan untuk menghidupi hidup dengan cara Kerajaan Allah. Hidup dengan cara Kerajaan Allah hanya mungkin dilakukan kalau kita menghidupi kehidupan kita dengan tunduk kepada firman. Jadi Tuhan menyatakan firmanNya dan kita menyetujui, mengikuti, menjalankan dengan penuh sukacita, itu adalah iman.

Sekarang dipengertian berikutnya, saya akan membahas dari Perjanjian Lama. Habakuk 2: 1-5, di dalam bagian ini saya ingin membahas mengenai iman dikaitkan dengan keadaan hidup di tengah-tengah penghukuman Tuhan. Ini adalah pengertian yang sering dibahas di dalam Kitab Suci yaitu orang hidup dengan tunduk kepada Tuhan namun mengalami keadaan yang penuh sengsara, penderitaan, bahkan pembuangan. Orang-orang yang beriman adalah orang yang mengerti bahwa Kerajaan Allah tidak kacau, rusak dan hancur seperti yang dia alami. Akan ada kerajaan yang baik itu tiba dan menyingkirkan segala yang buruk. Namun sebelum kerajaan itu datang, orang yang beriman mengarahkan hati kepada Tuhan dan tidak menjadi kecewa kepada Dia. Ini poin kedua yang saya bahas, pertama saya sudah mengingatkan bahwa iman berkait dengan firman. Tuhan berfirman apa, saya percaya. Tuhan menyatakan apa, saya mengakuinya sebagai kebenaran. Kalau saya tidak terima firman Tuhan, saya akan menerima semua yang dari tradisi manusia untuk menafsirkan hidup. Jadi saya akan menafsirkan hidup berdasarkan apa yang tradisi saya katakan. Ada banyak hal yang kita jalani dalam hidup. Kita jalani tanpa mempertanyakan mengapa harus menjalani. Saudara akan menjalani hidup seperti umumnya orang-orang menjalani hidup di dalam tradisi yang Saudara sedang jalani. Jadi ada tradisi yang membuat kita menjalani hidup kita tanpa mempertanyakan kenapa. Tradisi manusia semua akan membakukan hal-hal yang terjadi dulu sampai sekarang menjadi kebiasaan hidup yang kita jalani. Manusia memang perlu tradisi, manusia memang tidak bisa lepas dari tradisi. Tapi tradisi tidak bisa menjanjikan masa depan. Itu sebabnya ketika Tuhan mau menyatakan KerajaanNya, KerajaanNya adalah Kerajaan yang dinyatakan dari akhir ke zaman kita, dari titik omega ke zaman kita sekarang. Sedangkan tradisi manusia adalah tradisi yang bergerak dari masa lalu ke sekarang. Bagaimana hidup? Berdasarkan tradisi, ini yang harus terjadi. Tapi Alkitab menggambarkan ini yang Tuhan akan lakukan, maka kamu harus lakukan ini. Waktu Tuhan panggil Abraham, Tuhan tidak mengatakan “Abraham, tradisi Mesopotamia-mu seperti ini, maka kamu harus hidup seperti ini. Jalani hidup yang sama dengan tradisi masa lalumu”. Tapi Tuhan mengatakan “lepas dari tradisimu dan engkau sekarang akan Aku berikan tanah. Keturunanmu akan mewarisi tanah ini”, itu pasti akan terjadi. Abraham belum memunyai keturunan, “anakmu yang kemudian, keturunanmu akan jadi berkat bagi banyak bangsa”, itu pun belum terjadi. Semua ini adalah in the future, semua ini adalah masa depan, belum terjadi. Jadi cara Tuhan membentuk tradisi itu unik sekali, bukan apa yang kita tahu di dalam sejarah, tapi apa yang akan terjadi nanti. Tuhan menjanjikan ada Kerajaan, Tuhan menjanjikan Mesias akan datang, Tuhan menjanjikan pemulihan di langit dan bumi, Tuhan menjanjikan langit dan bumi yang baru. Dari sini orang Kristen membentuk tradisinya, bukan apa yang terjadi di masa lalu, tapi apa yang Tuhan janjikan nanti akan terjadi. Itu sebabnya orang-orang Kristen di Perjanjian Lama adalah orang-orang yang senantiasa menantikan Yesus datang. Tapi repot, kalau memegang kalimat yang menyatakan apa yang akan terjadi nanti, tidak ada bukti yang kelihatan sekarang, karena itu baru nanti. “Nanti semuanya akan baik”, “kapan?”, “nanti”. Untuk terima “nanti” ini perlu iman. Ini bedanya, orang yang tidak beriman maunya sekarang “mana, mengapa belum beres, mengapa kerja seperti ini, mengapa bumi seperti ini?”, itu orang yang tidak beriman. Tapi orang yang mengatakan “nanti akan baik, saya mesti ikut baik-baik di dalam rencana Tuhan”, itu beriman. Ini yang sudah saya bahas.

Sekarang saya lanjutkan di Habakuk 2, yaitu iman adalah kesadaran bahwa Kerajaan Allah tidak akan goncang apa pun yang terjadi di sekitar saya. Kerajaan Allah tidak ikut-ikutan goncang karena saya goncang. Saya goncang, Kerajaan Allah tidak. Saya bisa kacau, Kerajaan Allah tidak. Saya bisa mati, Kerajaan Allah tidak mungkin. Saya bisa ada dalam keadaan sangat sulit, sangat kacau dan sangat penuh penderitaan, Kerajaan Allah tidak akan pernah sulit, kacau dan penuh penderitaan. Ini hal kedua tentang aspek iman. Di sini agak repot, kita bahas poin pertama, poin kedua, yang dengan poin pertama tidak dengar poin kedua, yang dengar poin kedua tidak dengar poin pertama. Meskipun tidak urut kita ketahui, kita dapat menjalani apa yang kita dapat menjadi bagian kita. Tuhan tuntut kita untuk menjalani apa yang Tuhan percayakan, bukan seluruh kebenaran Tuhan nyatakan lalu Saudara bertanggung jawab untuk semuanya. Jadi apa yang Tuhan mau Saudara kerjakan, harus dengan peka Saudara tangkap. Iman berarti saya tahu Kerajaan Allah tidak akan goncang. “Mana mungkin tidak goncang, lihat sekelilingmu goncang”, “sekeliling saya bisa goncang, tapi Kerajaan Allah tidak mungkin goncang seperti ini”. Inilah pengertian yang sedang dibagikan di dalam Kitab Habakuk. Kitab Habakuk sangat terkenal karena pasal 3: 17 “sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan. Sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku”. Anggur, ara dan zaitun tiga jenis pohon ini selalu diulang-ulang dalam Perjanjian Lama. Tentu kita mengerti mengapa ini diulang-ulang karena daerah Mediterania penuh dengan anggur, ara dan zaitun. Tuhan pakai ini menjadi gambaran akhir dimana Kerajaan Tuhan datang. Apa yang terjadi kalau Tuhan pulihkan bumi? Yang akan terjadi adalah kamu akan duduk di bawah pohon anggur dengan tidak digentarkan siapa pun. Kamu akan menikmati hasil anggurmu yang berlimpah. Kamu akan duduk tenang di bawah pohon ara tanpa dikacaukan siapa pun dan apa pun. Kamu akan menikmati hasil sulung dari pohon aramu dan kamu akan menikmati hasil zaitun yang berlimpah. Jadi pohon anggur, ara dan zaitun adalah lambang kesempurnaan kerajaan. Kalau Habakuk mengatakan poin yang Tuhan janjikan justru yang tidak ada, ini berat untuk diucapkan. Sangat sulit bagi Habakuk untuk mengatakan pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, pohon zaitun mengecewakan, karena sambil mengatakan demikian ini sedang mengatakan Kerajaan Allah tidak juga kelihatan. Kerajaan Allah tidak juga mendapatkan bentuknya dalam kehidupan saya sekarang. Jadi mengapa kita harus hidup di dunia yang penuh dengan hiruk-pikuk kekacauan karena dosa ini? Penderitaan di mana-mana, kekacauan di mana-mana, dan bukan saja saya menjadi korban untuk segala dosa ini, saya pun bersumbangsih di dalam kejahatan dan dosa. Mengapa harus lama-lama tinggal di dunia yang rusak dan bobrok seperti ini? Sangat mudah bagi orang-orang untuk meniadakan keindahan ciptaan Tuhan lalu terlalu negatif dengan keadaan yang terjadi oleh karena dosa. Sehingga orang kehilangan pengharapan untuk terjadinya perbaikan di bumi. Dan kehilangan pengharapan ini membuat ajaran dari orang-orang seperti Plato, neo-platonisme, plotinus dan lain-lain, mudah sekali masuk. “Bumi memang sudah rusak, tapi tidak apa-apa, kita tidak akan tinggal di sini lama-lama. Kita akan mendapat tempat yang bahagia selama-lamanya di sana nanti”. Tapi tadi saya sudah mengatakan bahwa ini namanya Tuhan kita adalah Tuhan yang memberikan solusi di tempat dimana tidak ada problem. Yang problem bumi, solusinya di sorga, ini mirip dengan Saudara punya problem di kuliah tapi solusinya di pelayanan. Kalau ini cara pandang kita tentang Tuhan maka kita sedang menghina Dia. Manusia jatuh dalam dosa, maut menjadi akibat dari manusia jatuh dalam dosa. Lalu Tuhan mengatakan “biarkan mati, biarkan hancur, Aku siapkan kamu tempat di sorga”, ini namanya membereskan problem dengan menunjuk ke tempat yang memang tidak ada problem. Di sorga memang tidak ada problem maut, di sorga tidak ada problem yang dialami di bumi. Sorga bukan solusinya, bumi yang diperbarui itulah solusinya. Karena Tuhan kita bukan tuhan yang lari, Tuhan kita adalah Tuhan yang menangani masalah dan hancurkan problem lalu memberikan solusi di tempat yang ada problem. Apa problem manusia? Mati, maka Tuhan berikan kebangkitan. Di seluruh Kitab Suci, Tuhan tidak memberikan sorga sebagai pengharapan, tapi kebangkitan. Baca 1 Korintus 15 dimana Paulus berkali-kali menegaskan tentang kebangkitan, terus bicara kebangkitan. Kalau kamu tidak percaya Yesus bangkit, kamu pun tidak akan bangkit, percuma jadi Kristen kalau tidak ada kebangkitan. Dia tidak mengatakan “percuma jadi Kristen kalau tidak ada sorga”. Jangan salah, saya percaya ada sorga, tapi saya percaya sorga bukan solusi final. Solusi final adalah kebangkitan. Kalau bumi punya problem karena Tuhan tidak hadir di sini, maka solusinya adalah Tuhan bersama manusia, Immanuel. Kalau kematian adalah problem maka kebangkitan adalah solusinya. Kalau dosa adalah problem maka kekudusan adalah solusinya. Kalau pemberontakan kepada Tuhan adalah problem maka penyembahan kepada Tuhan adalah solusinya. Dan ini yang Alkitab secara ketat ajarkan. Itu sebabnya waktu kita bicara tentang hidup di bumi, harus lihat ini sebagai sesuatu yang rusak dan kacau tapi akan Tuhan perbaiki. Kapan Tuhan perbaiki? Belum saatnya, namun Kerajaan Tuhan tidak pernah menjadi goncang dan hancur hanya gara-gara Kerajaan Israel hancur. Pada zaman dulu semua bangsa punya dewanya masing-masing. Dan ketika mereka menyembah dewa-dewa mereka, mereka akan kaitkan dewa mereka dengan kekuatan militer negara mereka. Mesir akan membanggakan kehebatan dewa matahari dengan menunjukan kemampuan mereka menaklukan negara lain. Kalau Mesir sudah mengalahkan Mesopotamia, maka dewa matahari lebih kuat dari pada dewa-dewa Mesopotamia. Tapi kalau orang Mesopotamia bangkit lalu serang balik Mesir dan taklukan Mesir, maka dewa-dewa Mesopotamia lebih kuat dari pada dewa-dewa Mesir. Kalau orang Babel mau menaklukan orang Israel, siapa yang akan menang? Orang Israel sepakat mengatakan “Tuhan akan menang. Tuhan tidak akan biarkan namaNya dipermalukan. Tuhan tidak akan berikan kemuliaanNya kepada yang lain. Dia tidak akan membiarkan namaNya dirusak, Dia pasti akan menang”. Tapi orang-orang tidak sadar, bahwa untuk menghukum Israel, Tuhan rela namanya dicoret, dirusak, direndahkan bahkan dihancurkan. Tuhan kirim Asyur lalu hancurkan Israel Utara. Dan sekarang Tuhan sedang kirim Babel untuk hancurkan Israel Selatan, Yehuda. Tuhan melakukan ini karena murkaNya kepada Israel. “Kalau Tuhan menghukum kami, nanti namaMu bagaimana?”, Tuhan biarkan untuk sementara namaNya seperti dirusak. Ketika Kerajaan Israel dihancurkan, seolah-olah Kerajaan Tuhan ikut goncang bersama hancurnya Kerajaan Israel. Dan ini pemikiran yang salah. Lalu bagaimana kita mengerti ini? Kita harus melihat bahwa Kerajaan Allah tetap stabil di dalam segala keadaan. Bahkan dengan lebih dalam lagi kehendak Tuhan tidak pernah dibatalkan oleh apa pun. Jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga, kehendak Tuhan pasti jadi. Maka apa yang terjadi tidak akan membatalkan kehendak Tuhan. Ini yang Tuhan mau ajarkan kepada orang-orang di bumi juga kepada umatNya. Itu sebabnya banyak cerita atau kisah-kisah seperti Habakuk, kemudian kisah hidup Ayub. Ayub hidupnya menderita padahal dia adalah orang benar. Apakah ini berarti Tuhan sedang goncang, kebenaranNya sedang tidak dinyatakan atau penghakimanNya tidak seadil yang kita pikir? Tidak, karena kekacauan yang dialamo Ayub tidak sama dengan Tuhan gagal memperlakukan manusia dengan adil. Penderitaan Ayub tidak sama dengan Tuhan gagal memelihara umatNya. Kesulitan Ayub tidak berarti Tuhan seenaknya menghukum orang yang benar diberikan upah orang yang salah. Jadi ada banyak sebab akibat yang kita perlu tahu, tapi ada banyak sebab yang tidak langsung kena ke akibat yang bisa dikaitkan, untuk itu kita perlu iman. Karena Saudara sulit mendapatkan penjelasan yang bisa dipahami mengenai hal ini, kecuali fakta Kerajaan Allah tidak terpengaruh dengan apa pun yang terjadi, oleh karena Kerajaan Allah tetap stabil dan kuat. Ini yang menjadi kebingungan dari Habakuk, mengapa Tuhan melakukan ini, mengapa Tuhan tidak membela umatNya, mengapa Tuhan biarkan mereka? Habakuk bergumul, tapi untungnya Habakuk juga memberikan jawaban.

Jawabannya adalah ada dalam kemampuan kita untuk memisahkan antara Kerajaan Alalh dan Tuhan dengan apa yang Dia kerjakan sementara ini. Orang beriman sudah mulai melihat atau dilatih untuk melihat bahwa Kerajaan Allah luasnya lebih besar dari pada kehidupan kita sendiri. Itu sebabnya ketika Ayub mengalami kesulitan, mengapa hidupnya seperti ini, mengapa Tuhan tidak adil, Tuhan mengajak dia untuk melihat langit, mirip dengan Abraham. Lihat langit, langit itu terus jadi solusi. Tuhan mengatakan kepada Ayub “coba lihat langit, siapa yang membentangkan itu? engkau?”, “bukan saya, tapi Tuhan”. Dalam pemikiran orang zaman dulu langit itu seperti satu kubah yang keras sekali, yang Tuhan bentangkan sendiri. Kubah yang benar-benar berat, keras, lebih keras dari pada besi baja dan apa pun, yang bisa bentangkan itu cuma Tuhan. Saudara mungkin bentangkan kemah kain, Tuhan bisa bentangkan plat yang keras yang namanya langit. Lalu setelah Tuhan bentangkan seorang diri, tidak minta bantuan siapa pun, Tuhan juga yang menempelkan bintang, bulan dan benda-benda langit lainnya. Tentu ini worldview-nya orang dulu, bukan cara pandang orang setelah mengerti tata surya. Tuhan yang kerjakan itu seorang diri. Lalu Ayub disuruh jawab “dimanakah engkau waktu Aku melakukan ini? dimanakah engkau waktu Aku membatasi samudra?”, jawaban Ayub “saya tidak ada, saya tidak punya pengetahuan akan hal-hal ini”. Jadi Tuhan mau mengingatkan yang Dia kerjakan bukan cuma sesempit yang kita alami sekarang. Poin ini penting sekali, apakah Tuhan identik dengan pengalaman sekarang? Saya ini orang yang mungkin hidupnya cuma 80 tahun, atau kalau kuat 90, lalu sepanjang hidup saya bisakah saya menilai performa Tuhan melalui kehidupan saya, apakah bisa? Kalau pun Ayub boleh bertanya, Tuhan tidak izinkan Ayub menjadi orang yang cuma menantang Tuhan. Tanya boleh, tapi ketika Tuhan menjawab, terima jawaban dengan rendah hati. Tuhan tidak pernah marah karena Ayub bicara keras waktu dia bertanya kepada Tuhan. Tapi setelah itu dia jawab dan jawaban itu yang menunjukan kualitas iman dari Ayub, karena Ayub mengatakan “sekarang saya akan diam dan duduk dalam debu. Dulu saya cuma dengar kata orang tentang Engkau, tapi sekarang mataku sendiri sudah memandang engkau”, ini namanya orang beriman bertanya. Apakah Tuhan memaksudkan Ayub menjalani hidup hanya dalam tempo yang segitu saja? Tidak, akan ada hal yang Tuhan pulihkan. Ini menjadi tema penting. Dan kita sudah tahu ini, karena ini menjadi pegangan semua orang Kristen, “suatu saat Tuhan akan memperbaiki langit dan bumi”, “amin”. Tuhan akan taklukan kematian karena Kristus bangkit, puji Tuhan. Tuhan akan kalahkan dosa dan maut, puji Tuhan. Tapi tetap sulit bagi kita untuk menjalani hal sebelum itu terjadi. Kita sudah tahu endingnya tapi kita tetap protes di tengah-tengah. Ini yang dikutip oleh Paulus dalam Roma 1, apa itu orang beriman? Orang beriman adalah orang yang bertanya kepada Tuhan lalu menyadari bahwa Tuhan menjawab dengan sangat indah dan baik meskipun tidak tuntas menjawab apa yang dia tanya. Jawaban Tuhan tidak tentu harus menjawab apa yang dia tanya, tapi jawaban Tuhan hampir selalu akan mengubah cara kita bertanya. Pada akhirnya Saudara akan mengubah cara bertanya. Saya akan ambil contoh sedikit untuk pengertian ini, misalnya kalau Saudara masih kecil akan bertanya ke orang tua “kalau matahari tidurnya di mana?”, bagaimana orang tua akan menjawabnya? Kita akan bingung menjawabnya “matahari itu tidak tidur di dalam rumah”, “matahari tidak punya rumah? Kasihan, kalau siang kepanasan”. Saudara tidak akan bisa menjawab ini. Sebenarnya pertanyaannya terlalu kerdil, tapi untuk ukuran anak kecil boleh saja. Saudara mencoba memberi penjelasan, akhirnya pertanyaan anak itu yang berubah, misalnya “pa, berapa lama waktu yang diperlukan Pluto untuk mengitari matahari?”, pertanyaannya tidak lagi matahari tidur dimana. Tuhan hargai pertanyaan yang jujur, tapi jawaban Tuhan kadang-kadang membuat kita berubah tanya. Kalau Saudara bertanya lalu Tuhan tidak jawab persis dengan apa yang Saudara harap, coba cari tahu pertanyaan Saudara perlu dikembangkan di mana. Yesus sering pakai metode ini waktu menjawab pertanyaan murid-murid. Coba nanti baca lagi Injil, Yesus seringkali jawab dengan cara yang membuat murid-murid harus menyusun kembali pertanyaan mereka. Inilah adalah jawaban yang paling hebat di zaman rabinik. Bagi para rabi, rabi paling hebat adalah rabi yang memberikan jawaban yang membuat si penanya sadar pertanyaannya kurang cukup untuk bisa dilontarkan. Itu sebabnya Yesus adalah Rabi yang sangat hebat, karena menurut Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, Yesus sering menjawab pertanyaan dengan cara men-challenge pertanyaan itu. Pak Ivan di retret hamba Tuhan mengatakan bahwa Pdt. Jadi itu seperti ini, begitu Saudara tanya, dia jawab dan Saudara tidak siap untuk jawaban dia. Ini yang jadi dorongan serius dari Tuhan, kamu boleh tanya, tapi kalau dijawab mungkin ada hal-hal yang membuat kamu harus mengubah cara kamu melihat, berpikir, hidup dan cara kamu bertanya. Itu namanya pertumbuhan iman. Iman dipertumbuhkan karena hal itu. Orang benar akan hidup oleh iman, bukan karena pertanyaannya terjawab semua.

Lalu bagaimana mengerti iman? Iman berarti sadar bahwa hidup saya terlalu kecil untuk dijadikan contoh keberhasilan Tuhan. Orang beriman akan sadar dirinya dan kehendak Tuhan itu tidak identik, dirinya dan suksesnya rencana Tuhan itu tidak sama. Sehingga kita tidak bisa membuat kalimat-kalimat yang terlalu berani dengan mengatakan “Tuhan sudah gagal karena saya sudah gagal”. Banyak orang seperti itu “tidak ada Tuhan, karena hidupku menderita”, “kalau hidupmu menderita mengapa bisa jadi tidak ada Tuhan?”, “itu kesimpulan yang bisa saya ambil”. Kalau Saudara dan saya masih berpikir seperti itu, mungkin kita perlu keluar dari kemah kita lalu lihat langit, kemudian bertanya lagi di dalam hati, “siapa yang membuat langit?”, “Tuhan”, “Tuhan membuat langit untuk kamu atau bukan?”, “bukan”, karena banyak benda di langit yang kita belum tahu sampai sekarang, belum ketemu sampai sekarang, bahkan terlalu banyak, dan itu sudah ada diciptakan oleh Tuhan. Aspek kedua dari iman adalah sadar Tuhan memanggil dan memberikan kesempatan untuk orang yang tidak layak itu bertemu Tuhan. Orang yang beriman adalah orang yang sadar Tuhan terima dia, ini dari Martin Luther, penerimaan bahwa saya sudah diterima oleh Tuhan. Mengapa Tuhan mau panggil saya? Justru karena saya rendah. Tuhan mau kejar orang yang rendah untuk diberikan belas kasihan. Tuhan cari orang yang tidak berarti untuk diberikan anugerah. “Kalau begitu siapa saya?”, “orang yang tidak berarti”, “kalau begitu saya tidak mendapatkan kesempatan datang ke Tuhan?”, “justru kamu yang akan dipanggil oleh Tuhan untuk datang kepada Dia”. Orang yang beriman adalah orang yang menyadari Tuhan mau merendahkan diriNya untuk bertemu orang rendah seperti saya. Itu sebabnya banyak orang Israel tidak bisa bertemu Yesus karena mereka tidak melihat dirinya sebagai diri yang kosong dan tidak berarti. Yesus datang ke tempat rendah dan mereka tidak mau datang ke tempat rendah. Tuhan mau bertemu dengan kita di tempat yang paling hina, maka Yesus mati di kayu salib. Mengapa Yesus disalib? Karena Yesaya 53 mengatakan itulah tempat paling rendah, itu tempat dimana manusia harusnya bisa disimbolkan di situ. Salib itu adalah keadaan yang sangat rendah, kalau Saudara membaca catatan sejarahnya, ada peristiwa yang membuat tradisi salib itu sangat mengerikan di abad ke-1. Kalau begitu mengapa Kekristenan mula-mula memakai salib sebagai lambang mereka, bukankah Yesus bangkit, mengapa tidak memakai kebangkitan sebagai simbol, mengapa tidak pakai hal-hal mulia yang Yesus lakukan, mengapa pakai salib? Karena orang Kristen mula-mula sadar Yesus disalib untuk ketemu kita, karena tempat kita yang sangat hina ini hany cocok dilambangkan dengan salib. Hanya orang beriman yang sadar dirinya ada di situ. Itu sebabnya Paulus mengatakan orang beriman itu akan dibenarkan, karena orang beriman sadar dirinya kecil, sadar dirinya tidak berarti, sadar dirinya tidak pernah bisa dibandingkan dengan kemuliaan dan kehebatan Tuhan mengerjakan segala sesuatu.

Lalu hal ketiga adalah kita sadar kalau Kerajaan Allah tidak goncang maka kehidupan di sini yang akan terkonfirmasi sesuai dengan rencana Tuhan karena kedatangan Kerajaan itu akan punya harapan. Ada harapan, karena Kerajaan Allah yang tidak bergoncang itu yang akan menjadi fondasi, itu yang akan memulihkan keadaan goncang di sini. Maka Saudara tidak bisa mengatakan “karena keadaan di sini goncang, saya tidak ada harapan”, ada harapan. Harapan dari Kerajaan Allah yang akan datang itu. Maka orang yang punya iman, lihat kepada kerajaan itu dan mengatakan “ketika kerajaan itu datang semua akan beres, semua akan baik, semua akan pulih sesuai rencana Tuhan”. ini sebenarnya adalah penghiburan besar bagi orang beriman. Orang beriman lihat gedung, bangunan kota besar Allah meskipun orang lain hanya lihat padang gurun. Alkitab mengatakan orang-orang ini pahlawan iman dalam Ibrani 11, mungkin kita tidak perlu bilang mereka pahlawan, mereka adalah orang beriman, tidak ada yang semacam pahlawan iman karena orang beriman itu bukan pahlawan. Orang beriman adalah orang yang normal dan wajar, kalau kata Pdt. Billy. Kita ini yang tidak wajar, kita mengatakan ada spiritual giant, Pdt. Billy mengingatkan tidak ada spiritual giant, yang ada adalah orang biasa, kita ini yang terlalu kecil, maka melihat mereka seperti raksasa. “Orang itu hebat, memunyai kehidupan spiritual yang luar biasa”, tidak ada yang luar biasa, seharusnya semua orang seperti itu. Kita yang terlalu kerdil karena kita gagal seperti itu. Maka demikian juga dengan pengertian ini, orang-orang beriman dalam Ibrani 11 adalah orang-orang yang seharusnya menghidupi kehidupan seperti itu. Menyadari bahwa Kerajaan Tuhan dinyatakan dan tidak ada apa pun yang bisa menggagalkan. Saudara dan saya bisa memunyai kekuatan karena hal ini. Tahu Tuhan akan memulihkan KerajaanNya, tahu Dia akan bereskan semuanya di sini. Tuhan tidak ajak kita untuk lari, Tuhan akan bereskan semuanya di sini. Yang sembarangan hidup, Dia bereskan di sini. Yang mendapatkan kesulitan karena ditekan, Dia akan bereskan juga di sini. Dan di dalam keadaan seperti ini orang akan memunyai kekuatan untuk hidup di sini, bukan mau lari. Banyak orang mengatakan “hidup di bumi sudah begitu kacau, mari kita bunuh diri dan masuk sorga”. Alkitab tidak mengajarkan begitu, Alkitab mengajarkan Dia akan perbaiki di sini. Maka Saudara tidak lari dari sini, Saudara tunggu di sini. Kalau Tuhan janjikan bumi akan diperbaiki, tidak perlu ke Mars. Ketika Tuhan menjanjikan akan memperbaiki semua, kita dengan sangat kuat mengatakan “Tuhan akan memenangkan daerah ini juga, ini daerah Tuhan juga. Tuhan tidak akan melupakan kami, Tuhan tidak akan lupakan perjuangan kami, Tuhan tidak akan lupakan apa yang kami perjuangkan. Tuhan akan mahkotai semua yang baik yang kami usahakan untuk kemuliaan Tuhan”.

Hal keempat, iman berarti kita sadar kewajiban, bukan hanya sadar hak. Orang rendah hati bukan selalu tanya “apa yang bisa saya dapat”, tapi orang rendah hati selalu mempertanyakan “apa yang harus saya kerjakan?” Iman tidak pernah pasif, iman akan mendorong diri untuk kerjakan apa yang menjadi tanggung jawab. Orang yang beriman adalah orang yang paling gigih. Kalau Saduara menyadari konsep iman di dalam Alkitab, orang beriman itu adalah orang yang tidak bisa dihentikan oleh apa pun, karenanya imannya. Orang mengatakan “iya, saya peraya, lalu angkat tangan”, orang beriman bukan seperti itu. Orang beriman adalah orang yang didorong oleh imannya, sadar kewajiban. “Saya harus bekerja bagi Tuhan, bagaimana saya bisa santai”. Paulus orang beriman, itu sebabnya dia pergi ke seluruh tempat untuk memberitakan Injil. Ini yang dia contohkan, iman berarti kesadaran bahwa Tuhan yang membenarkan dan saya harus bertanggung jawab kepada Dia.

Ini yang bisa kita lihat dalam pengertian iman, ada 4 hal dan itu sebabnya Habakuk mengatakan bahwa Tuhan memerintahkan dia untuk menulis semua penglihatan dalam loh-loh batu. Penglihatan akan rencana Tuhan yang besar. Tahu tidak, apa yang terjadi pada kamu sekarang cuma bagian kecil dari rencana Tuhan yang besar, kamu harus tanggung ini. Mengapa saya harus tanggung? Karena kamu orang beriman. Orang beriman harus sadar bahwa Kerajaan Allah lebih besar dari pada apa yang kita alami, tapi yang kita alami itu tidak pernah Tuhan buang dari KerajaanNya. Tuhan memakai pengalaman kita untuk mendirikan KerajaanNya. Kesulitan dan penderitaan yang dialami oleh orang-orang percaya dijalani dengan maksud menjadi berkat sehingga Kerajaan Allah bisa dinyatakan. Lalu Kerajaan Tuhan juga dinyatakan dan diterima oleh orang-orang ini dengan kesadaran bahwa mereka tidak layak. Tuhanlah yang mengambil mereka untuk mendapatkan berkat yang begitu limpah, yang Tuhan mau berikan. Dan ini membuat kita menyadari bahwa setiap orang yang mau memperjuangkan kebenaran dan keadilan, dia akan mendapatkan kelegaan dari Tuhan. Siapa yang mau memperjuangkan kekudusan, keadilan, kebenaran Tuhan, dia akan mendapatkan itu. Ketika orang berseru “dimana keadilanMu Tuhan?”, Tuhan mengatakan “Aku akan menyatakannya”. Maka orang yang terus mati-matian memperjuangkan untuk hidup adil, dia akan mendapatkan kelegaan dari janji Tuhan. Dari sini kita bisa mengerti mengapa doa Nabi Habakuk begitu indah dan kuat. Di dalam pasal ke-3, dia mengatakan bahwa Tuhan bekerja dengan sangat limpah. Tuhan bekerja dengan sangat menakutkan. Lalu Tuhan kiranya menghidupkan itu dalam lintasan tahun. Setiap saat, setiap kali saya menjalani hidup, saya menyadari hal ini, ini yang Habakuk minta. Supaya saya tahu Tuhan dan KerajaanNya terlalu besar untuk dinilai oleh papa yang terjadi pada saya sekarang. Lalu saya sadar bahwa Tuhan dan KerajaanNya adalah harapan saya untuk mendapatkan kebaikan yang melampaui hidup. Meskipun pohon ara tidak ada bunganya, pohon anggur tidak ada buahnya, hasil pohon zaitun mengecewakan, itu tidak apa-apa. Karena Kerajaan Tuhan lebih besar dari pada momen ini. Kerajaan Tuhan lebih besar dari pada tahun 2019, lebih besar dari apa yang kita alami sekarang, Kerajaan Tuhan adalah pegangan bagi kita untuk menyadari ada pengharapan. Dan Kerajaan Tuhan adalah alasan mengapa kita berjuang. Maka biarlah kita masuk tahun 2019 dengan kesadaran apa yang terjadi di tahun 2019 tidak bisa mengkutubkan seluruh pekerjaan Tuhan, kita tidak tahu ke depan kita akan berhasil atau tidak, seberapa baik kita melayani Tuhan, seberapa baik kita menjalani hidup. Tapi kita tidak bisa kurung Kerajaan Allah hanya di tahun 2019. Kita tidak tahu berapa besar yang bisa kita nikmati di tahun ini, tapi kita tidak bisa mengurung rencana Tuhan hanya di dalam kesempitan satu tahun ini saja. “Tahun 2019 buruk berarti Kerajaan Tuhan gagal”, tidak. Lalu kita bisa mengerti bahwa Kerajaan Allah akan dinyatakan dan orang-orang yang rendah dan tidak berarti yang akan menikmatinya. Dan kita menyadari ada tanggung jawab “saya perlu masuk ke tahun 2019 dengan satu kesadaran bahwa saya harus memperjuangkan apa yang perlu supaya Kerajaan Tuhan dinyatakan. Saya mesti kerja lebih giat lagi, saya mesti studi lebih baik lagi dan mesti kerja dengan jujur. Saya mesti punya relasi yang lebih baik degan orang-orang, saya mesti jadi berkat”. Mengapa kita harus menjadi berkat? Karena kita harus rendah hati, kita mesti merasa tidak layak dan kita harus kerjakan apa yang perlu untuk Kerajaan Allah dinyatakan, ini orang rendah hati. Bukan dengan kesombongan, pengakuan kehebatan dia akan melakukan sesuatu. Terakhir, di tahun 2019 ini adalah tahun dimana kita menyadari Tuhan pakai orang-orang untuk melakukan sesuatu karena iman, bukan karena apa yang dia mampu kerjakan tapi karena iman. Iman yang menyadari ada Kerajaan Allah yang harus diperjuangkan, iman yang menyadari ada Tuhan yang memunyai kehendak dan kehendakNya adalah baik semata. Maka Saudara akan berjuang bukan terus putar dalam pergumulan yang tidak habis-habis. Semua orang boleh bergumul tapi selalu ada target bergumul dan lewat sampai berapa lama. Kalau kita terus jatuh dalam pergumulan yang sama, akan sangat sulit bagi kita untuk menikmati kehidupan dari perspektif iman seperti yang Tuhan janjikan. Kita perlu pikirkan baik-baik, “saya jatuh dalam dosa”, mari lepas, mari hidup kudus, mari tinggalkan dosa. “Saya terus jatuh dalam keadaan mengasihani diri”, berhenti mengasihani diri. “Saya terus jatuh dalam dosa kepahitan kepada orang”, berhenti benci sama orang. “Saya terus menjadi orang yang licik, terus tipu orang, bertobat dan bayar balik semua orang yang pernah dirugikan. Maka dengan model hidup yang baru dan sadar “saya harus punya hidup yang beres”, baru bisa masuk dalam tahun 2019 sebagai orang yang beriman dan menyadari bahwa Kerajaan Allah dinyatakan bukan lewat hidup tapi lewat kesetiaan Tuhan mau menyatakannya. Saya harap kita tinggalkan 2018 dengan segala hal yang mendukakan Tuhan di belakang, lalu masuk 2019 dengan kesadaran “saya orang beriman, saya tidak bisa hidup seperti orang yang tidak menerima Tuhan, saya tidak bisa hidup sebagai orang yang menolak Kerajaan Tuhan, saya harus menjadi orang yang beriman”. Biarlah tahun ini menjadi tahun pembuktian kita kepada Tuhan bahwa Tuhanlah yang beranugerah dan kita mau setia kepada Tuhan. Kiranya Tuhan menuntun kita masuk ke tahun yang baru dengan penuh kekuatan oleh karena berkat Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Allah Mengingat Umat-Nya

(Yehezkiel 16: 59-63)
Tuhan adalah Tuhan yang mengasihi kita, tapi cinta kasih Tuhan adalah cinta kasih yang memurnikan dan memunculkan setiap kebaikan yang Tuhan siapkan dalam diri manusia. Ini merupakan kasih yang tidak sama dengan kasih mana pun. Karena kasih yang hanya menerima saja itu bukan kasih. Kasih yang tidak ada unsur menerima, itu juga bukan kasih. Tuhan mengasihi maka Tuhan menerima orang berdosa. Tuhan mengasihi maka Tuhan mengubah orang berdosa. Dan inilah yang dinyatakan di dalam Natal. Natal adalah saat dimana janji yang Tuhan berikan kepada manusia, oleh karena cinta kasihNya menjadi genap, penuh dengan bahagia, penuh dengan kesenangan, karena Tuhan adalah Allah yang menyempurnakan janjiNya. Kitab Suci banyak bicara banyak hal tentang janjiNya. Janji Tuhan bukan hanya janji tertulis, yaitu ada perencanaan, lalu ada janji yang diterapkan karena ada tulisan yang ditulis dalam sebuah kertas, bukan itu. Janji Tuhan adalah janji yang diikat oleh firman yang berkuasa. Firman Tuhan bukan hanya sekedar kalimat perkataan, firman Tuhan adalah realita ketika Tuhan mau berdiam bersama manusia. Tahun lalu saya berkhotbah mengenai 8 alasan mengapa Allah menjadi manusia dan satu yang sangat utama dari seluruh alasan itu adalah Allah mau berdiam bersama manusia. Allah mau berdiam bersama dengan manusia untuk apa? Apakah karena Allah membutuhkan manusia? Tidak. Allah bukan perlu manusia, tapi Allah menginginkan manusia. Perlu tidak ada pada diri Allah, Allah tidak perlu apa pun. Tetapi ingin bersama manusia, itu ada pada diri Allah. Kerinduan untuk hidup bersama manusia ada pada Allah. Dan harusnya ada kerinduan dalam diri manusia untuk bersama Allah.

Mari kita membaca Yehezkiel 16: 59-63. Di dalam tulisanannya seorang bernama Eberhard Jungel, dia mengatakan bahwa Allah menyimpan kita di dalam memoriNya. Jungel adalah seorang yang sangat dipengaruhi oleh Barth, banyak aspek baik dari pengajaran Barth maupun dari pengajaran dari Jungel yang kita tidak nyaman untuk terima. Kita tidak setuju, ada sisi dimana Barth seperti mengajarkan kalau Tuhan menyelamatkan semua orang otomatis akan berbagian di dalam keselamatan. Ini adalah tema universalisme, keselamatan adalah milik semua orang, entah dia percaya atau tidak, kita tidak terima ini sebagai ajaran Alkitab. Ada juga ajaran menolak tentang kehidupan setelah kematian, yang seperti muncul dari buku-buku Jungel, ini pun sulit kita terima. Kita mesti belajar tolak semua ajaran jelek tapi menerima semua hal yang membuat kita semakin mengerti Kitab Suci. Satu hal yang dikatakan oleh Jungel adalah Allah simpan kita di dalam memoriNya. Memori dimiliki oleh semua pribadi, baik Allah maupun malaikat, setan dan juga manusia. Manusia punya memori, manusia bisa mengingat. Tapi manusia tidak mungkin mengingat hal yang secara mekanik berulang-ulang terus. Adakah diantara Saudara yang ingat tadi pagi sikat gigi gosok berapa kali? Adakah yang catat itu di buku harian? Saudara juga tidak akan ingat hal-hal yang tidak terlalu berkait dengan pembentukan hidup Saudara, tapi momen-momen penting selalu teringat. Saudara akan ingat momen hidup dengan seorang yang sekarang mungkin sudah tidak ada, Saudara punya memori tentang mereka “dulu saya punya papa, sekarang sudah dipanggil oleh Tuhan. Saya ingat kebaikan papa saya”. Semua yang diingat tentang pribadi adalah hal yang akan sangat kena pada emosi kita. Hal yang menyentuh emosi akan selalu diingat. Saya terus ingat kakek saya, papanya mama saya, dia adalah orang yang punya jiwa berjuang luar biasa sekali. Memori seperti ini yang selalu diingat, memori selalu ada di pikiran kita karena ada relasi. Saudara kan pisahkan mana yang penting dan mana yang tidak, mana yang akan menggugah emosi dan mana yang tidak. Tidak akan ada orang yang ingat hal-hal kecil, kecuali dari hal-hal kecil orang yang kita cintai. Orang yang kita cintai akan masuk dalam memori kita, orang yang jauh relasinya tidak mungkin terkenang atau teringat. Itu sebabnya Tuhan adalah Tuhan yang juga menyatakan memoriNya terhadap umat. Tuhan menjalani relasi dengan kita dan Tuhan menyimpan di dalam memoriNya setiap hal yang Dia alami bersama kita. Bukankah Tuhan maha tahu? Tuhan tahu semua hal, Tuhan tidak mungkin tidak tahu, jadi Dia tidak mungkin simpan memori apa pun, semua akan Dia ingat. Tapi Alkitab mencatat Tuhan mengingat bukan karena Dia maha tahu, Tuhan mengingat karena Dia mengasihi umatNya. Dia ingin ada relasi dengan umatNya dan karena itu kesan dari umatNya di pikiran Tuhan itu jelas sekali. Itu sebabnya Tuhan mengatakan “Aku mengingat kesalahanmu, Aku mengingat pemberontakanmu dan hatiKu sakit”.

Tuhan kita bukan Tuhan berhati batu, Tuhan kita bukan dewa dari kayu dan batu. Saya membaca satu artikel dari seorang ahli Perjanjian Lama, orang ini pernah menulis satu buku Perjanjian Lama, di dalamnya dia menulis ketika engkau menyembah Allah bukan berhala, berhala dari kayu dan batu, dari emas atau perak, itu buatan manusia. Orang ini bernama Eugene Merrill, dia mengatakan bahwa ketika orang mengatakan berhala itu dari batu, dari besi, dari logam ,dari emas, itu berarti mereka tidak punya hati. Berhala tidak punya tempat untuk simpan umatnya di dalam dirinya. Berhala itu dari kayu dan batu, dan karena itu tidak berkesan dan tidak terkesan terhadap umatnya. Sehingga ketika orang menyembah berhala, orang tidak akan punya sentuhan emosional dengan berhalanya. Orang hanya menyembah berhala karena dia punya sentuhan emosional kepada yang lain. Ada orang punya sentuhan emosional kepada emas dan perak, kepada kekayaan, maka dia sembah berhala supaya dia beroleh emas dan perak. Ada orang yang punya sentuhan emosional pada pangkat dan kedudukan, maka dia sembah berhala supaya dia bisa mendapat pangkat dan kedudukan. Ada orang yang ingin mendapat istri atau suami yang dia kasihi dari orang yang dia kagumi, dia ingin menikah dengan orang ini, lalu dia sembah berhala bukan karena ingin punya relasi dengan berhala tapi dia ingin mendapatkan orang, laki-laki atau perempuan yang ingin dia nikahi. Ketika orang menyembah berhala, orang akan dilatih bukan untuk mencintai berhala, tapi untuk mencintai apa pun itu yang bisa diperoleh karena ada berhala. Itu sebabnya kalau kita datang kepada Tuhan hanya untuk minta kaya, minta sehat, minta apa pun tapi tidak peduli Tuhan, kita adalah penyembah-penyembah berhala. Berhala tidak perlu dikasihi karena berhala pun tidak mengasihi kita. Relasi dengan berhala tidak ada memori apa pun karena berhala tidak simpan kita di dalam memorinya. Orang menyembah berhala karena ingin yang lain, maka jadilah orang Kristen yang bukan penyembah berhala. Di dalam Kitab Suci dikatakan Allah simpan umatNya di dalam hatiNya. Allah sakit hati kalau umatNya salah, tapi Allah juga sangat bersukacita kalau umatNya setia kepada Dia. Dan setiap perjalanan antara Allah dan umatNya di dalam sejarah selalu menimbulkan entah luka atau pun kesenangan di dalam hati Tuhan. Itu sebabnya Tuhan mengingatkan kita bahwa Dia bisa mengingat. Dia taruh kita di dalam memoriNya dan Dia bisa disakiti atau pun disenangkan oleh karena hidup yang kita jalani. Tuhan bukan tuhan yang terdiri dari kayu, emas, perak atau besi. Tuhan adalah Tuhan dengan hati. Maka ketika Tuhan memanggil manusia, Tuhan mengatakan “kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu”. Saya tidak mengerti mengapa banyak orang mengaitkan Kekristenan terutama Reformed, dengan teori-teori yang hebat-hebat tapi kurang menyentuh emosi. Saya memberi tahu Saudara saat ini, di dalam Teologi Reformed emosi ditempatkan sangat besar. Martin Luther mengatakan bahwa ketika engkau datang kepada Tuhan, hantaman Tuhan merubah hatimu. Perubahan hati mengubah emosi, gairah dan perasaanmu kepada Tuhan, itu yang Luther katakan. Calvin berbicara tentang Kekristenan dengan sangat penuh emosi, Calvin mengatakan Kekristenan adalah agama hati, religion of the heart. Engkau menjadi Kristen karena hatimu, karena hati yang penuh cinta kepada Tuhan, hati yang kagum kepada Tuhan, dan hati yang penuh dengan cinta kepada sesama, itulah yang menyebabkan orang menjadi Kristen. Teologi Reformed mempunyai tradisi yang sangat menekankan emosi. Tapi pada abad 20 banyak aliran dari Kekristenan yang bukan menekankan emosi tapi mempermainkan emosi. Emosi dipermainkan dengan dimunculkan padahal dia seharusnya tidak muncul. Bisakah seseorang mempermainkan emosi orang lain? Bisa, ada laki-laki yang mungkin sangat jahat, mendekat pada seorang perempuan, memberikan perasaan, perhatian, lalu perasaan perempuan itu naik dengan tinggi sekali. Lalu orang itu mengatakan “kita cuma teman ya’. Ini terutama untuk anak muda, jangan jalani pergaulan dengan cara yang merusak, jalani pergaulan dengan sewajarnya. Jika Saudara menyukai seseorang, konsentrasi kepada seseorang itu dan bangkitkan perasaan Saudara dan dia di dalam tahap yang sama bertumbuhnya. Tapi kalau tidak punya keinginan, jangan terlalu banyak menyebar keagungan diri yang dibuat-buat. Itu namanya mempermainkan perasaan, memunculkan padahal seharusnya tidak muncul. Hal yang sama ketika dalam sebuah kebaktian orang dipaksa muncul emosinya, itu namanya pemaksaan. Kita tidak melakukan itu, kita tidak mengulang-ulang lagu sampai Saudara menangis. Lalu suasana dibuat redup, musik mendayu-dayu, lalu Saudara menangis. Saudara menangis karena diciptakan suasananya dari luar ke dalam secara artifisial. Bisakah perasaan dimunculkan secara artificial? Bisa, obat yang memunculkan perasaan senang itu terdapat di dunia ini. Saudara makan jenis kimia tertentu, otak Saudara memberikan reaksi tertentu, tiba-tiba Saudara merasa senang. Bahkan Saudara minum segelas kopi pun bisa lebih senang dari biasanya, lebih semangat. Tapi itu semangat palsu, semangat yang tidak dimunculkan dari relasi dari Tuhan dan sesama. Maka Reformed menekankan emosi, tapi tidak mempermainkan emosi. Reformed memberi tempat yang utama pada emosi, tapi tidak sembarangan pancing emosi dengan cara yang palsu dan artificial. Kalau tidak mau menangis, mengapa menangis? Kalau menangis, beri tahu alasannya. Reformed bukan ajaran kaku yang hanya doktrin belaka. Kalau Saudara baca mulai Luther, Calvin, sangat menyentuh hati. Commentary Calvin sangat membuat terharu. Saudara baca khotbah Luther bisa membuat marah dan menangis. Ini orang-orang yang sangat menyentuh hati, tapi mereka tidak pernah memanipulasi perasaan Saudara. Sehingga Saudara mengeluarkan perasaan yang tidak semestinya tanpa tahu mengapa. Allah menciptakan kita dengan hati karena Allah mau ada sentuhan relasional antara Allah dan kita. Maka Dia mengatakan di dalam Kitab Ulangan, “kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu”. Di dalam teologi Perjanjian Lama, hati itu adalah seluruh emosi disatukan, disimpulkan dalam satu inti, seluruh emosi Saudara, seluruh hidup, seluruh jiwa dimasukan dalam satu inti, itulah hati. Tuhan sedang mengatakan kasihi Tuhan dengan seluruh kekuatanmu untuk punya perasaan. Jika Saudara mampu mencintai, pakai segenap kekuatanmu untuk mencintai Tuhan dengan cinta yang paling besar, inilah yang ditulis dalam Ulangan.

Mengapa Tuhan menuntut kita untuk memberikan emosi kita sepenuhnya kepada Tuhan? Karena Tuhan melakukan hal yang sama kepada kita. Tapi ada kesulitannya, tiap kali kita berikan hati, selalu hati akan terluka. Waktu kita mempersembahkan hati, hati akan sangat mungkin dihancurkan. Dan yang pertama memberikan hati kepada manusia berdosa adalah Tuhan. Manusia tidak pernah peduli Tuhan. Sebelum Tuhan menebus manusia, manusia simpan hatinya dan berikan hatinya kepada yang lain sehingga hatinya dihancurkan oleh hal-hal yang cemar dan hina. Berapa banyak hati kita dihancurkan oleh hal-hal yang sifatnya duniawi? Ada orang mencintai orang yang tidak kenal Tuhan, akhirnya patah hati. Mengapa hati patah? Karena diberikan kepada yang tidak layak menerima. Ada orang yang memberikan hatinya kepada dunia bisnis sepenuhnya, akhirnya ketika bisnisnya hancur, hatinya ikut hancur dan seperti tidak ada hidup lagi. Mengapa demikian? Karena hati diberikan kepada yang tidak layak menerima. Jangan berikan hati kepada dunia ini. Karena ketika Saudara memberikan hati, hati akan dihancurkan oleh karena ada sifat dosa di dunia ini yang menolak pemberian paling murni sekali pun. Banyak anak gadis salah mencintai laki-laki, mencintai laki-laki yang hanya mau tubuhnya saja, akhirnya jatuh dalam relasi yang rusak sekali. Saya bingung mengapa orang bisa meremehkan hal seperti ini. Pada waktu itu saya sadar, ketika orang mengaku Kristen, menjalankan ibadah, menunjukan perilaku luar yang sepertinya mencintai Tuhan, tapi hati tidak diperbaiki, tinggal tunggu waktu dia jatuh. Apakah kita sudah perbaiki hati? Apakah hati kita tetap berpaut dan terkait dengan hal-hal yang sifatnya duniawi? Apakah hati kita masih berkait dengan dosa, apakah hati kita masih egois, cuma lihat diri terus, apakah hati kita tidak peduli Tuhan? Karena hati yang tidak peduli Tuhan akan dihancurkan dan dilukai oleh dunia ini. Kamu terus memberikan hatimu kepada orang yang akan merusak hatimu, dan sekarang hatimu rusak karena memang kamu berikan kepada orang yang tidak layak”. Berapa lama kita terus memberikan hati kepada orang yang tidak layak terima, kepada dunia yang tidak layak menerima hati kita? Sedangkan Tuhan yang sudah memberi hatiNya terus-menerus diabaikan oleh umatNya. Maka Tuhan sangat marah, Tuhan begitu sakit hatiNya sebab Dia memberi hatiNya kepada kita yang hanya tahu menghancurkan hati Tuhan. Hati Tuhan dihancurkan oleh karena kita palingkan wajah dari Dia. Hati Tuhan dihancurkan karena kita berikan hati kepada yang lain dan bukan kepada Tuhan. Dalam keadaan hati yang hancur, Tuhan tarik anugerahNya. Saudara harus tahu di dalam Alkitab dikatakan sangat berat bagi Tuhan untuk menarik anugerah-Nya. Tuhan menarik diriNya dari Israel setelah tunggu mereka ratusan tahun. Pertama kali mereka jatuh di dalam zaman hakim-hakim, setelah Yosua dan semua orang yang kenal Yosua, mati, Israel menyembah berhala. Ini mungkin terjadi di tahun 1.200 sebelum masehi. 1.200 Sebelum masehi, mereka sudah hancurkan hati Tuhan, tapi Tuhan masih sabar. Mereka hancurkan hati Tuhan di generasi-gererasi di Kitab Hakim-hakim, terus-menerus menghancurkan hati Tuhan. Lalu Tuhan bangkitkan Raja Daud, setelah Daud mati, Israel kembali menghancurkan hati Tuhan. Tapi Tuhan baru hukum mereka di abad ke-6 sebelum masehi. Dari tahun 1.200 sebelum masehi Tuhan sabar, baru tahun 500an sebelum masehi, Tuhan buang Israel ke Babel. Berarti Tuhan tahan diriNya berabad-abad terhadap dosa dan kekejaman yang dilakukan oleh Israel. Setiap kali Israel mengabaikan Tuhan, Tuhan sakit hatiNya. Setiap kali mereka kejam kepada orang lain, Tuhan sakit. Setiap kali mereka menghancurkan orang lain dengan ego dan kekuatan mereka, Tuhan sakit. Tapi Tuhan terus jaga hatiNya, terus jaga kesabaranNya sampai waktunya Dia mengatakan “cukup, Aku akan membuang engkau jauh ke Babel”.

Di dalam pembuangan ke Babel, Tuhan menyatakan “Aku buang engkau karena engkau tidak pernah pedulikan janjiMu kepada Tuhan. Engkau tidak peduli janjimu, engkau tidak peduli seharusnya engkau memberikan hatimu kepada Tuhan”. Dan di dalam pembuangan ini, Tuhan mengatakan “Aku tidak akan sama seperti engkau. Engkau mengkhianati perjanjianmu denganKu maka Aku pun akan melupakan perjanjianKu dengan engkau”, tapi Tuhan melupakan perjanjianNya hanya di dalam waktu yang singkat sekali. Tuhan mengatakan kepada Yehezkiel “Aku akan melupakan perjanjianKu”, masih di dalam zaman Yehezkiel hidup, Tuhan mengatakan “Aku mau ingat kembali perjanjianKu”. Tuhan baru melupakan beberapa tahun yang lalu, mengapa sekarang ingat lagi? Karena belas kasihan Dia begitu besar, maka Tuhan mau mengingat umatNya. Lalu Tuhan mengingat umatNya, Tuhan mengingat dengan memberikan janji yang baru. Tuhan mengatakan “Aku akan panggil engkau kembali dan Aku akan mengingat relasiKu dengan engkau dulu”, ini mengagumkan sekali. Tuhan mengingat senangnya berelasi dengan orang-orang seperti Abraham, Ishak, Yakub, mereka bukan orang yang sempurna tapi mereka mau kembali kepada Tuhan, mereka mau terus memberikan hati kepada Tuhan. Yakub bukan orang yang baik, tapi di dalam kelemahannya dia terus mengingat Tuhan, dia terus mau belajar cinta Tuhan. Saya tidak meremehkan dosa, tapi saya lebih khawatir kepada orang yang hatinya dingin kepada Tuhan dari pada orang yang sedang jatuh dalam dosa. Ada orang-orang yang hatinya begitu dekat dan cinta Tuhan tapi dia tidak sanggup memelihara kekudusan dan dia jatuh, masih ada harapan dari orang itu asalkan dia ingat dia dulu pernah cinta Tuhan. Lagu dari Pak Stephen Tong yang sangat mengharukan bagi saya adalah lagu yang mengatakan “bila kau pernah cinta Yesus, mengapa tak cinta Dia sekarang”, kalau dulu engkau pernah cinta Dia, ada harapan engkau kembali. Tapi kalau dulu hatimu dingin, meskipun engkau hidup baik secara moral, meskipun engkau tidak jatuh dalam dosa apapun tapi hatimu yang dingin itu akan membuat engkau jauh dari Tuhan, jaraknya lebih jauh dari pada orang yang punya kasih kepada Tuhan tapi sementara sedang jatuh dalam dosa. Itu sebabnya berikan hati kepada Tuhan. Tuhan mengingat Yakub, Abraham, Ishak, Musa, mengingat Israel di padang gurun. Sangat heran, selalu Tuhan kembali ke Israel di padang gurun, sedangkan di padang gurun mereka sering berdosa kepada Tuhan, tapi mereka dihajar dan kembali kepada Tuhan. Tuhan tidak ingat manusia karena manusia sempurna, Tuhan ingat manusia karena manusia mau kembali kepada Tuhan, ini yang harus kita tahu. Kalau kita mau mengatakan “Tuhan tuntut saya sempurna”, tidak ada yang bisa sempurna. Israel di padang gurun dihantam Tuhan berkali-kali, tapi mengapa di dalam Kitab Yehezkiel Tuhan mengatakan “dulu di padang gurun engkau adalah perempuan muda yang Kukasihi, dulu engkau di padang gurun tidak punya apa-apa”. Israel di padang gurun bagaikan seorang perempuan muda yang tidak tahu apa-apa, penuh kelemahan, penuh kekurangan, tapi matanya melihat kepada Tuhan dan mengatakan “Tuhan, Engkau pemimpinku. Aku berjalan dengan terseok-seok, tapi aku tetap mengikuti Engkau”. Namun seiring dia bertumbuh dewasa, dia mulai berpaling kepada bangsa-bangsa lain, kepada dewa-dewa palsu. Itu sebabnya Tuhan mengatakan “Aku mengingat ketika engkau di padang gurun, masih begitu kecil, masih begitu muda, namun engkau terus melihat kepada Tuhan dan mau kembali kepada Tuhan”. Setelah Daud jatuh dalam dosa, apa yang menolong dia untuk bangkit? Yang menolong dia bangkit adalah kecintaannya kepada Tuhan yang dulu dia pernah miliki. Waktu cinta Tuhan, dia dekat kepada Tuhan, dia tulis puisi yang penuh dengan kehangatan untuk Tuhan. Waktu dia jatuh dalam dosa, itu terjadi karena dia lupa akan cintanya kepada Tuhan. Ketika disadarkan, dia kembali kepada cintanya yang mula-mula itu. Ini yang Tuhan berikan peringatan kepada Efesus “ingat cintamu yang mula-mula”. Namun kalau kita belum pernah punya cinta kepada Tuhan, mari miliki cinta itu sekarang. Karena tanpa cinta kepada Tuhan mustahil Saudara bisa hidup dekat dengan Tuhan. Alkitab mengatakan Tuhan mengingat umatNya, Tuhan mengingat dulu mereka jatuh bangun mengikuti Tuhan, tapi mereka punya hati untuk mau dibentuk oleh Tuhan. Maka pembentukan diberikan, Tuhan memberikan firman, Tuhan mengajak Musa untuk menjadi wakil Dia membimbing umat ini. Relasi antara Tuhan dan Musa bukan relasi yang mulus terus, relasi antara Musa dan Israel bukan relasi yang mulus terus, relasi yang penuh pergumulan, terkadang kebencian tapi setelah itu pemulihan dan pertobatan. Inilah yang Tuhan ingat, maka Yehezkiel mengatakan Allah ingat jatuh bangunnya Israel dalam berelasi dengan Tuhan dan Tuhan mau pulihkan. Tuhan pulihkan dengan mengingat memori yang indah, remeberance dari umatNya. Alkitab mengatakan Allah mengingat jahatnya Israel itu membangkitkan murka Tuhan, tapi kalau Tuhan mengingat semua hal yang membangkitkan kenangan yang baik dari Israel yang mau kembali bertobat, pada waktu itu Tuhan berencana memperbarui perjanjian.

Di Kitab Suci ada pernyataan yang jelas, Tuhan memperbarui perjanjian karena mengingat umatNya. Memori dengan umatNya membuat Tuhan ingin membuat perjanjian yang disempurnakan. Bagaimana perjanjian itu disempurnakan? Dengan adanya satu tahap relasi yang baru dimana Allah dan umat menjadi tidak berjarak. Ketika Allah dan umat menjadi tidak berjarak, pada waktu itu memori antara Tuhan dan umat menjadi begitu dekat dan akrab. Ketika Israel sudah dibuang, Tuhan justru menjanjikan “Aku akan perbarui perjanjian”. Perjanjian diperbarui dengan cara Tuhan akan kirim AnakNya menjadi manusia. Sekarang perjanjianNya bukan lagi dalam bentuk tulisan, bukan lagi dalam bentuk dua loh batu, tapi dalam bentuk seorang manusia, inkarnasi dari Pribadi kedua dari Tritunggal. Setelah Yesus menjadi manusia, pada waktu itu perjanjian itu dengan sangat indah Tuhan berikan untuk dimiliki umat Tuhan selama-lamanya. Pada waktu Yesus datang, ada pernyataan dari Tuhan bahwa Dia tidak pernah lagi akan lupakan umatNya, tidak pernah lagi Dia akan membuang umatNya, tidak pernah lagi Dia akan habiskan umatNya, tidak pernah lagi murkaNya akan bangkit dan membuat umatNya terbuang selama-lamanya. Tuhan akan berpaling kepada umatNya dengan penuh kasih setia.

Natal adalah hari dimana kita menyadari Tuhan mengingat kita. Tuhan mengingat kita bukan karena kita layak diingat. Tuhan mengingat kita karena Dia tahu siapa kita, Dia tahu kelemahan kita, Dia tahu kita tidak sanggup, Dia tahu kita penuh dengan berbagai macam godaan untuk jatuh, namun sekarang Tuhan mengatakan “Aku tidak akan lupakan engkau lagi”. Mari kita kembali kepada Tuhan, mari lihat janji yang digenapi di dalam pribadi yang menjadi manusia. Ini bagian yang sangat mengharukan bagi saya, saya terus bayangkan apa rasanya melihat bayi Yesus. Yang membuat bayi Yesus begitu indah, begitu mulia bukan karena wajah yang lucu dari bayi ini, semua bayi pasti wajahnya lucu. Tapi Yesus menjadi manusia adalah titik dimana saya boleh merasa aman. Saya tahu Tuhan mengikat janji dengan saya melalui Kristus, sehingga sepasti Kristus hidup menjadi manusia, demikian pastinya perjanjian Tuhan menjadi milik saya. Di dalam Alkitab banyak cara untuk menyatakan perjanjian, janji yang paling remeh adalah janji yang diucapkan menggunakan sendal, ini adalah janji yang diucapkan di Perjanjian Lama. Kalau Saudara punya tanah, lalu Saudara mau menebus tanah kerabat Saudara, maka Saudara harus menebus tanah itu. Tapi menebus tanah berarti juga menebus istri dari kerabat Saudara, kalau dia punya istri. Ketika Saudara sadar “kerabatku sudah mati dan dia punya istri. Kalau saya menikah dengan istrinya, istrinya akan punya anak sulung yang diakui sebagai anak kerabat saya, bukan anak saya”, maka Saudara keberatan “saya tidak mau, nanti warisan saya jadi jatuh ke kerabat saya yang sudah mati itu, maka saya tidak mau menikahi istrinya”. Kalau Saudara tidak mau, Saudara harus duduk di pintu gerbang kota dengan para tua-tua kota, nanti tua-tua kota akan menyuruh istri kerabat Saudara yang Saudara tidak mau nikahi, untuk melepas sepatunya. Setelah itu sepatunya akan diberikan kepada Saudara dan dia akan meludah ke tanah. Ini tandanya Saudara adalah orang yang jahat karena tidak mau ambil kewajiban membangkitkan keturunan bagi kerabat Saudara yang sudah mati. Ini perjanjian pakai sendal, sekarang sudah tidak ada lagi. Ini bentuk perjanjian yang penting tapi tidak sepenting yang lain. Lalu ada bentuk perjanjian yang lain yaitu bentuk perjanjian dengan tanda materai. Setiap keluarga pada zaman dulu akan punya tanda materai, entah itu cincin atau tongkat atau surat atau apa pun itu. Jadi barang yang paling mewah milik seseorang itu bisa menjadi tanda keluarganya. Ketika Saudara membeli barang, tapi Saudara lupa membawa barang atau uang, Saudara mengatakan “rumah saya 5 hari jauhnya dari sini. Kalau saya pulang dulu untuk mengambil uang dan kembali lagi ke sini, mungkin barang daganganmu sudah tidak tahu kemana. Boleh tidak saya ambil sekarang karena saya perlu barang ini, lalu saya bayar nanti?”. Karena tidak boleh seperti itu maka “ya sudah, saya akan pulang dengan membaca barang ini, lalu saya akan bayar 10 hari kemudian, 5 hari untuk pulang dan 5 hari lagi untuk kembali ke sini”, “mana jaminannya?”, “ini cincin keluargaku, bagi kamu ini tidak penting tapi bagi saya ini penting. Pegang dulu cincin ini. Kamu pegang cincin ini setelah itu saya akan kembali ke rumah. Itu namanya perjanjian, Saudara akan berikan tongkat atau cincin atau materai atau apapun yang dimiliki keluarga, simbol keluarga, untuk dipegang oleh si pedagang itu. Perjanjian ini juga termasuk kurang penting. Tapi masuk ke perjanjian ketiga, ini perjanjian hidup dan mati, kalau Saudara mengingat perjanjian sangat serius, maka ada tanda ketiga yaitu binatang dipotong. “Kalau saya mau berjanji dengan orang dan janji ini sangat serius. Misalnya “saya ingin berjanji seumur hidup baik keturunanku maupun keturunanmu tidak akan pernah saling berperang”, maka janji ini akan diabadikan lewat saya persembahan binatang, dia memberikan persembahan binatang, lalu kami bagi dua badannya. Satu sisi sebelah kiri, satu sisi sebelah kanan, lalu kami akan berjalan bersama-sama. Berjalan di tengah-tengah binatang yang sudah terbelah itu sambil mengatakan “kalau salah satu dari kami membatalkan perjanjian, biarlah kami terbelah seperti binatang ini”, ini sadis sekali, kalau berani melanggar akan dibelah. Ini perjanjian jauh lebih serius, perjanjian ini benar-benar hidup dan mati. Ini perjanjian yang sangat serius.

Tapi di dalam Kitab Yeremia, Tuhan mengatakan “Aku akan membuat perjanjian yang lain, yang jauh lebih penting dari ini. Aku akan menulis firmanKu di dalam dagingmu. Aku akan tulis pengenalan akan Tuhan di dalam hatimu”, Tuhan membuat diri kita menjadi perjanjian. Ini membingungkan, mengapa diri kita bisa menjadi perjanjian, kapan Tuhan menulis firman di dalam hati? Kapan Tuhan membuat manusia tidak perlu diajar kenal Tuhan karena di dalam hati sudah kenal Tuhan? Ini terjadi pada waktu inkarnasi, firman Tuhan tertulis di dalam hati Yesus pada waktu inkarnasi, janji Tuhan dan pengenalan Tuhan ada pada tubuh. Maka waktu Yesus persembahkan tubuhNya di kayu salib, pada waktu itu janji Tuhan menjadi genap yaitu Kristus memberi tubuhNya bagi Saudara dan di dalam tubuh Kristus ada tulisan Taurat itu. Di dalam tubuh Kristus ada pengenalan akan Tuhan, di dalam tubuh yang melambangkan hidup, di dalam hidup Yesus ada ketaatan kepada Tuhan. Maka waktu Dia pecahkan diriNya dan bagi diriNya untuk Saudara, Saudara berbagian di dalam kehidupan yang tidak bercacat mengikuti Tuhan. Ini perjanjian paling agung, tidak ada perjanjian lebih agung dari ini. Ini bukan binatang yang dibelah, ini adalah Anak Allah menjadi manusia lalu dipecah di atas kayu salib. Maka ketika Dia menjadi bayi Saudara tahu perjanjian Tuhan menjadi sempurna di sini. Kita sudah menyakit hati Tuhan, tapi Tuhan malah meningkatkan derajat perjanjianNya dengan begitu penuh anugerah bagi kita. Kalau kita tahu Tuhan begitu mencintai kita, mengapa masih tundah hidup bagi Tuhan sampai hari ini? Saudara tidak beriman kepada ilah-ilah palsu atau agama apa pun tidak pernah tahu kasih Tuhan seperti ini. Tidak ada agama yang mencerminkan kasih seperti yang dinyatakan Alkitab. Karena Tuhan menyerahkan Anak TunggalNya kepada kita, pada waktu itu kelahiran bayi ini menjadi tanda perjanjian Tuhan digenapi oleh karena Tuhan mengingat umatNya, Tuhan mencintai Saudara dan saya. Tuhan mengingat kita, mari kita mengingat Tuhan, mari hidup bagi Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Yesus yang Menaati Taurat

(Galatia 4: 1-7)
Galatia 4: 4 yang menuliskan, “tetapi setelah genap waktunya” menunjukkan bahwa waktu ini adalah waktu yang sangat tepat, waktu yang sangat sempurna menurut Tuhan, bahwa kelahiran Kristus di tengah dunia ini bukan suatu waktu yang kebetulan saja, bukan sesuatu yang datang tiba-tiba tapi telah direncanakan oleh Allah Tritunggal. Untuk mengerti kalimat Paulus ini, kita harus melihat Perjanjian Lama karena konteks yang dikatakan “setelah genap waktunya” adalah ada kaitannya dengan apa yang dijanjikan Tuhan di dalam Kejadian 3: 15. Di situ kita bisa melihat gambaran Allah yang begitu berkuasa, ketika narasi Alkitab menjelaskan kepada kita bagaimana Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Dan ada satu prinsip yang bisa kita lihat yaitu Allah sangat berkuasa. Satu gambaran Allah yang begitu agung. Di pasal 1 kita melihat narasi penciptaan yang dilakukan oleh Tuhan mulai hari pertama sampai kelima, kita bisa melihat komentar yang dikatakan oleh Tuhan bahwa ciptaan ini baik. Pasal 1 kita bisa melihat bagaimana kebesaran Tuhan dan Tuhan mengatakan “ini baik” karena apa yang dikatakan oleh firman menjadi kenyataan. Dan di dalam pasal 2 kita mendapati bagaimana ketika Tuhan mengatakan “mari Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita”, Tuhan menciptakan manusia dengan tanganNya. Tuhan menciptakan manusia dan menghembuskan nafas ke dalam hidungnya dan manusia menjadi hidup. Sekali lagi Tuhan berkomentar di dalam pasal 2 “sungguh amat baik”, karena Tuhan menciptakan manusia melalui tanganNya dan menurut gambarNya. Manusia diperwakilkan di tengah-tengah dunia ini dan Tuhan mengatakan “sungguh amat baik”, mewakili Tuhan di bumi. Tapi narasi yang indah ini tidak bisa kita dapatkan di dalam pasal 3. Pasal 3 menuliskan pememberontakan manusia kepada Allah ketika Tuhan melarang Adam dan Hawa memakan buah dari pohon yang ada di tengah-tengah taman itu. Mereka sebagai wakil Tuhan, yang diciptakan serupa gambarNya seharusnya taat kepada Tuhan, seharusnya mereka taat kepada firman yang dikatakan. Tuhan berotoritas untuk mengatakan bahwa “ini yang salah, ini yang benar”. Maka seharusnya mereka berada di otoritasnya Tuhan. Tapi kita bisa melihat ular menggoda mereka dan godaan itu terlalu besar untuk dilihat oleh Hawa, Alkitab menuliskan buah itu beigtu menarik hati dan tawaran yang dikatakan oleh ular itu membuat hati Adam dan Hawa ingin memakan buah itu. Sebelumnya mereka berada di bawah otoritas Tuhan, tetapi ketika melawan otoritas Tuhan, maka secara otomatis mereka berada di bawah otoritas ular. Tuhan mengusir mereka dari Taman Eden dan kita bisa membaca di dalam Kejadian bagaimana Tuhan memastikan bahwa mereka tidak bisa masuk dalam taman itu dengan menempatkan malaikat Tuhan ada di situ di depan gerbang dan memegang pedang api, dan memastikan manusia tidak akan berani masuk lagi. Kalau kita membaca dari Kejadian 1-2, manusia itu diciptakan Tuhan begitu mulia begitu baik, apakah kemudian Tuhan membiarkan manusia jauh dari pada Dia? Ternyata di dalam pasal 3 ketika Tuhan memberikan hukuman kepada Adam, Hawa dan ular, Tuhan mengatakan bahwa suatu saat nanti keturunan dari perempuan ini akan meremukan kepala keturunan si ular ini. Lalu siapa keturunan Perempuan dan keturunan Ular?

Kita bisa membaca di dalam Alkitab bagaimana Tuhan memilih anak dari pada Sem yaitu Abraham, Tuhan mengatakan “nanti keturunanmu akan menjadi suatu bangsa yang memberkati seluruh bangsa”. Dan kita bisa melihat bagaimana pengharapan itu terus ada dari keturunan Adam, Ishak, Yakub, Yehuda, dan dari Yehuda ada Daud. Di dalam Matius dikatakan Yusuf dari keturunan Daud, dan Yusuf itu adalah papanya Yesus. Di sini kita bisa melihat pengharapan seluruh orang Israel dari Kejadian, mereka terus menantikan datangnya Sang Anak yang dijanjikan itu. Di dalam narasi Daud, Tuhan berkata kepada Daud, nanti akan ada anak dan kerajaannya untuk selama-lamanya. Dan ini menjadi pengharapan di dalam seluruh orang Israel. Ketika kita membaca Galatia, ketika Paulus mengatakan “ketika genap waktunya Allah mengirimkan AnakNya”, ini menceritakan pengharapan orang Israel. Dari pengharapan Kitab Kejadian 3: 15 sampai pengharapan Israel, sampai mereka kembali dari pembuangan. Pengharapan itu selalu ada yaitu kapan Sang Anak yang dijanjikan Tuhan itu akan datang. Paulus mengatakan di sini bahwa ketika genap waktunya. Paulus memakai analogi yang terjadi di masa itu, di dalam ayat 1-2, dia memakai istilah seorang ayah dan seorang anak. Seorang anak yang meskipun memiliki hak warisan dari ayahnya, tapi dia tidak akan bisa mendapatkan itu, dia belum mendapatkan haknya sampai waktu yang ditentukan oleh bapanya.

Hari ini mungkin kita tidak bisa melihat bagaimana perubahan dari seorang anak menjadi dewasa, kita tidak ada ritual seperti itu. Kita bisa melihat seorang remaja kemudian menjadi dewasa, tapi dalam tradisi Yahudi kita bisa melihat bagaimana mereka sangat mementingkan perubahan ini. Biasanya mereka melakukan suatu ritual, kita mengenal istilah anak dari pada Taurat. Dari kecil mereka mempelajari Taurat, menaati Taurat. Dan pada umur 12, mereka dibawa dalam satu ritual di rumah ibadah untuk mereka berjanji kepada Tuhan. Satu waktu dimana anak itu benar-benar mengenal dirinya sudah dewasa, sudah bertanggung jawab. Hari ini kita sulit mengenal tradisi seperti itu karena kita tidak hidup di dalam tradisi sedemikian. Tapi Paulus memakai suatu tradisi yang sangat dekat dengan mereka bahwa anak itu baru menjadi ahli waris ketika waktu yang ditentukan oleh bapanya. Dan Paulus mengatakan pada ayat 4, waktu yang ditentukan oleh bapa adalah waktu ketika Yesus lahir, waktu yang tepat. Kalau kita merenungkan waktu yang tepat itu seperti apa? Saya tidak bisa menjelaskan kepada Saudara waktu yang tepat menurut Tuhan itu seperti apa. Tetapi setidaknya kita bisa melihat secara konteks sejarah apa yang terjadi hari itu, dan kita bisa mengatakan itu waktu yang tepat. Waktu itu adalah waktu Israel baru saja keluar dari perbudakan Babilon, 400 tahun mereka tidak mempunyai nabi, tidak mendapatkan firman secara langsung. Dan selama 400 tahun ada yang kembali ke Palestina, ada yang tetap tinggal di daerah pembuangan. Dan di tengah-tengah masa itu mereka mendirikan sinagoge-sinagoge karena mereka tidak mempunyai Bait Allah. Dan di tengah-tengah itu mereka belajar tentang Taurat Tuhan. Kita bisa membaca di dalam Kitab Ezra bagaimana Ezra mengajarkan Taurat kepada para anak Israel yang kembali dan juga orang-orang yang masih ada dalam pembuangan yang tidak memilih kembali. Selama 400 tahun mereka benar-benar mengharapkan Sang Mesias itu datang. Mereka benar-benar mengharapkan kapan anak yang dijanjikan itu datang. Dan kita bisa melihat mereka belajar Taurat mati-matian dan banyak golongan yang muncul selama 400 tahun itu. Satu hal yang tidak mereka lakukan selama 400 tahun itu adalah mereka tidak menyembah berhala. Mereka tidak berani menyembah berhala, karena mereka tahu ketika Tuhan membuang mereka, satu-satunya alasan adalah karena mereka tidak menyembah kepada Allah. Dan mereka tahu sekarang “kami mau ikut Taurat”, mereka sudah punya pandangan ketika kita mengerjakan Taurat dengan sungguh-sungguh maka Anak Allah yang dijanjikan itu akan datang, Penebus itu akan datang. Dan itu yang bisa kita lihat dalam 400 tahun, mereka berjuang, mereka benar-benar berharap kapan Sang Mesias itu datang. Secara budaya, waktu yang tepat itu bisa kita katakan juga bahwa kejadian ini baru saja ketika Alexander Agung memerintah dan salah satu hal yang dilakukan adalah masalah bahasa. Dia punya pandangan bagaimana Bahasa Yunani itu bisa tersebar di seluruh daerah yang dia jajah. Bahasa sangat penting untuk membuat komunikasi lebih baik, lebih lancar. Hampir seluruh sudut bangsa itu mengerti Bahasa Yunani. Dan nanti kita bisa lihat di dalam pekabaran Injil pada masa awal itu sangat penting ketika para rasul pergi dan mereka bisa mengkhotbahkan firman dalam Bahasa Yunani yang dimengerti oleh orang-orang pada zaman itu. Dan mereka bisa datang ke sinagoge-sinagoge yang telah dipersiapkan oleh orang-orang Yahudi sebelumnya. Kalau kita lihat secara politik, disitu juga terjadi dimana pemerintahan Romawi di dalam masa kemakmuran mereka, masa Pax Romana, ketika mereka membangun jalan-jalan yang begitu baik, yang membuat Kota Roma menjadi pusat, dari seluruh penjuru kota mereka membuat jalan supaya Roma mendapatkan hasil bumi yang baik, ikan-ikan dari Galilea bisa sampai di Roma dengan keadaan masih segar. Dan jalan-jalan yang telah dibangun oleh Roma ini menjadi sangat penting ketika perjalanan para rasul nantinya di dalam pelayanan pengabaran Injil, waktu yang tepat.

Di dalam ayat 4, Paulus mengatakan waktu yang tepat, Tuhan mengutus AnakNya. Di sini ada satu prinsip yang kita bisa lihat bahwa Tuhan mengutus AnakNya dan Yesus dengan rela hati datang mengikuti apa yang diperintahkan oleh Tuhan di dalam waktu yang tepat. Waktu yang tepat Anak Allah itu diutus oleh Bapa. Dia bukan berada di bawa Bapa, tapi Dia merelakan diriNya di dalam kekekalan rencanaNya dinyatakan dalam sejarah. Paulus melanjutkan bahwa Dia “yang lahir dari seorang perempuan”. Ini berarti Paulus mau mengatakan bahwa Yesus itu benar-benar manusia. Banyak tafsiran yang kita bisa baca tentang Yesus lahir dari perempuan. Tapi ketika kita membaca “yang lahir dari perempuan” itu mengingatkan kita pada Kejadian 3:15 tadi, dan mengingatkan juga dalam Yesaya 7:14 ketika Yesaya mengatakan “seorang anak dara itu akan melahirkan seorang anak laki-laki”. Dia yang dijanjikan lahir dari pada seorang perempuan, Dia benar-benar manusia, Dia benar-benar memiliki tubuh, memiliki darah, karena Dia lahir dari Maria. Ini kaitannya nanti dalam teologi Paulus ketika Paulus berbicara tentang keselamatan, dia mengatakan bahwa Yesus sebagai manusia yang sejati dan Allah yang sejati yang mampu memberikan penebusan kepada Saudara dan saya. Ketika Paulus mengatakan Dia lahir dari perempuan, maka satu hal yang kita pelajari yaitu Dia benar-benar manusia, Dia benar-benar lahir dari seorang manusia dan Dia adalah manusia yang memiliki darah dan tubuh. Dilanjutkan di bagian selanjutnya, dan takluk kepada Hukum Taurat. Saya sudah mengatakan bahwa Yusuf adalah keturunan Daud dan dia orang Yahudi. Tentu saja dia mengikuti Taurat Tuhan dari kecil. Dia mempelajari Taurat itu, dia belajar mengerjakan Taurat itu. Dan kita bisa melihat kehidupan Yesus, dari umur 8 Dia disunat mengikuti tradisi Yahudi. Ia dibawa ke bait Allah dan orangtuanya mempersembahkan korban, mengikuti tradisi dari pada Yahudi. Umur 12, kita bisa melihat kisahNya ia ditahbiskan menjadi anak Taurat, Dia mengikuti tradisi-tradisi dan Taurat yang dituliskan. Dia menundukan diriNya. Paulus memakai satu kalimat yang sangat baik, Dia takluk kepada Hukum Taurat, Dia berada di bawah Hukum Taurat, Dia mengerjakan Hukum Taurat sejak Dia kecil karena Dia lahir dari keluarga Yahudi. Tujuannya apa?

Tujuannya adalah supaya Dia menebus mereka yang ada di bawah Hukum Taurat. Di sini bukan hanya berbicara kepada orang Yahudi saja yang mempunyai Hukum Taurat, tapi Paulus juga berbicara kepada semua orang yang berada di bawah perwalian, di bawah perhambaan dosa. Orang-orang Yahudi memiliki Taurat tapi tidak mampu mengerjakan Taurat itu. Mereka berada di bawah Taurat dan mereka berada di bawah kungkungan dosa. Mereka tidak mampu mengerjakan Taurat dengan utuh. Tapi Yesus mampu mengerjakan itu, Dia kerjakan itu dengan sangat sempurna dan itu yang menyebabkan Dia bisa menebus kita. Bagi orang-orang yang bukan orang Yahudi, Paulus mengatakan di Surat Roma bahwa Tuhan memberikan hukum di dalam hati mereka. Di dalam hati mereka ada hukum yang dituliskan oleh Tuhan dan mereka juga tidak bisa mengerjakan hukum yang diberikan oleh Tuhan itu. Mereka juga berada di bawah perhambaan Hukum Taurat. Baik orang Yahudi maupun bukan orang Yahudi sama-sama berada di bawah hukum yang mereka tidak bisa kerjakan. Tapi Yesus tidak, Yesus bisa mengerjakan dengan sangat sempurna, dengan sangat baik, dan dikatakan Dia menebus. Kita sering mengatakan “terima kasih untuk penebusan”, penebusan dalam pengertian ini dikaitkan dengan adopsi, diadopsi menjadi anak. Seorang yang pergi ke pasar untuk membeli seorang budak yang entah dari mana asalnya, kemudian diadopsi menjadi anak, dan menjadi satu keluarga. Kita harus benar-benar merenungkan ini, ketika kita merenungkan Natal, memperingati Natal setiap tahun, banyak sekali pesan Natal yang kita renungkan. Dan salah satunya saya mengajak kita untuk merenungkan ini, ketika kita mengatakan Yesus Kristus turun ke dalam dunia, tujuaannya apa? Supaya kita menjadi anak-anak Tuhan, kita dibeli oleh Tuhan dan diberi legalitas untuk menjadi seorang anak. Dibeli dengan darah Kristus. C.S Lewis satu kali mengatakan Anak Allah turun ke dalam dunia untuk membuat manusia yang berdosa boleh menjadi anak-anak Allah. Anak Allah turun ke dalam dunia untuk memungkin Saudara dan saya untuk menjadi anak-anak Allah. Kita menjadi bagian dari pada keluarga Tuhan. Dan Paulus mengatakan Tuhan memberikan jaminan bahwa kita disebut sebagai anak-anak melalui Roh AnakNya yang dikirimkan kepada kita. Melalui Roh Kudus yang diberikan kepada kita, sehingga kita tidak mempunyai ketakutan ketika berhadapan dengan Tuhan karena Roh dari pada Kristus yang ada pada kita. Kalau kita renungkan setiap hari kita pasti berdoa. Apa yang membuat kita berani datang berdoa kepada Tuhan, apa yang memungkinkan Saudara dan saya berharap Tuhan akan menjawab kita? Apa yang memungkinkan kita berani berharap kepada Tuhan dan mengatakan “Tuhan, dengarlah doa saya”? tidak ada, tapi Roh AnakNya yang diberikan kepada kita. Dan dipanggil kita sebagai anak-anakNya sehingga kita bisa mengatakan kepada Allah itu sebagai Bapa kita. Ada relasi yang begitu dekat ketika Paulus mengatakan kita bisa memanggil Allah sebagai Bapa kita. Dan kita bisa melihat kembali kisah Kejadian, itu ada satu relasi yang intim antara Adam, Hawa dan Tuhan. Tapi dalam Kejadian 3 menjadi tidak ada. Dan ketika Paulus mengatakan kita disebut sebagai anak maka saat itu kita bisa mengingat bahwa relasi yang dulu terputus sekarang tersambung. Ketika kita dianggap sebagai anak, Tuhan menerima kita, Tuhan mengampuni kita. Ini yang perlu kita renungkan, karena setiap minggu kita mungkin sudah belajar di tempat ini bahwa kita sudah ditebus Tuhan. Pertanyaan yang perlu kita renungkan bersama adalah pertanyaan yang pernah dikeluarkan oleh J.I Packer “kamu kalau mau tahu bagaimana seorang Kristen mengerti kehidupan Kristen, tolong tanyakan kepada dia bagaimana dia mengerti posisinya sebagai anak dan Allah sebagai Bapa”. Kita perlu merenungkan itu, saya ini sebagai anak dan Tuhan itu Bapa saya. Begitu dekatnya relasi kita yang memungkin kita bisa dekat, berbicara kepada Dia dan memohon supaya Dia menjawab kita.

Paulus mengatakan bahwa Yesus lahir dan tunduk kepada Hukum Taurat dan menjadikan kita sebagai anak, posisi ini begitu penting sebagai orang Kristen. Status yang penting, dari budak menjadi anak. Perhatikan baik-baik, ketika kita disebut sebagai anak-anak Allah itu melalui Yesus yang lahir ke dunia ini melalui seorang perempuan yang takluk kepada Hukum Taurat. Dia itu Allah, Dia dari sorga turun ke dalam dunia. Tapi Dia dengan rela menundukan diriNya kepada Hukum Taurat. Dia bukan membatalkan Taurat, tapi Dia menggenapkan Taurat itu. Dan kita bisa melihat dari pada seluruh kehidupan Yesus, Dia sangat mementingkan Taurat Tuhan. Di dalam seluruh hidupNya dari Dia lahir sampai bangkit, Dia sangat mementingkan Taurat di dalam kehidupanNya. Pertanyaan bagi kita kalau kita percaya kepada Yesus Kristus yang Anak Allah, yang memungkinkan kita disebut sebagai anak Allah, seberapa kita dekat dengan firman? Seberapa dekat firman itu dengan seluruh kehidupan kita? Mari kita lihat kisah Yesus dari Dia lahir sampai bangkit. Kita bisa membaca di Lukas bagaimana Dia menaati Taurat, Dia disunat di hari ke-8, dari kecil Dia mengikuti Taurat, sampai Dia berumur 12 Dia ditahbiskan menjadi anak Taurat. Dia benar-benar mempelajari Taurat, padahal Dia Tuhan. Dia Tuhan, tapi Dia mempelajari Taurat dan Dia mengikuti Taurat itu dengan sempurna. Itu yang menyebabkan kita bisa ditebus oleh Dia. Kita langsung loncat ke kisah Yesus bangkit, kalau kita membaca dalam Lukas 24:13, disitu kita bisa melihat kisah yang mengharukan. Dua orang murid pergi ke Emaus, mereka sedang berbincang-bincang dengan sangat serius sampai-sampai mereka tidak mengenali ada orang yang masuk diantara mereka. Mereka berbicara dengan sangat serius, mempercakapkan apa yang terjadi di Yerusalem akhir-akhir ini. Kemudian Yesus bertanya kepada mereka, “apa yang kalian perbincangkan?” dan dengan keheranan mereka mengatakan “apakah Engkau satu-satunya orang yang tidak tahu apa yang terjadi?”. Kematian dan kebangkitan Yesus begitu heboh, dua murid ini sedang bergumul berat melihat apa yang terjadi, mereka belum mengerti. Ketika narasi Alkitab mengatakan ada sesuatu di dalam mata mereka yang memungkinkan mereka tidak melihat Yesus. Kalau kita berada di posisi Yesus, apa yang kita lakukan? Murid yang sedang bergumul ini, murid yang sedang pergi ke Emaus dan sedang membicarakan tentang kebangkitan Kristus, apa yang kita lakukan? Mungkin sekali kita yang biasanya sangat narsis, kita mungkin akan melakukan mujizat untuk membuat murid ini percaya. Kita bisa melakukan hal yang besar, mujizat yang besar, dan sekali lagi Yesus baru saja bangkit. Dia bisa melakukan mujizat ketika hidup apalagi setelah Dia bangkit. Dia Allah, Dia melakukan mujizat-mujizat besar untuk membuat mata murid-muridNya bisa melihat Dia bahwa Dia adalah Yesus yang bangkit. Tapi menarik sekali, kalau kita membaca narasi itu, Yesus menceritakan diriNya yang dituliskan oleh Taurat dari Kitab Musa sampai kepada kitab Nabi-nabi. Itu artinya dari seluruh Perjanjian Lama menceritakan tentang Yesus dan sekarang Yesus memberikan waktuNya untuk menceritakan diriNya kepada mereka. Yesus tidak tergoda untuk melakukan mujizat pada saat itu. Kalau kita mungkin menginginkan hal yang besar terjadi. Tapi Yesus menjelaskan tentang diriNya kepada mereka melalui firman dari Taurat sampai Nabi-nabi. Mengapa Yesus tidak tergoda melakuan mujizat untuk membuka mata dari pada murid-muridNya? Mengapa Yesus tidak melakukan hal yang besar? Tapi Yesus mau menjelaskan kepada mereka tentang Taurat. Taurat itu bisa membukakan mata dari pada muridNya, Dia bisa melakukan hal yang besar tapi Dia memilih Taurat.

Dan firman itu menjelaskan kepada murid-muridNya, dari Dia kecil sampai bahkan bangkit, Dia benar-benar mendekatkan diri kepada Taurat dan menjelaskan kepada yang lain tentang diriNya melalui Taurat. Dia tidak melakukan hal yang besar, tapi Taurat. Kalau kita percaya Yesus adalah Tuhan kita yang kemudian turun dalam dunia ini, menebus kita dan menjadikan kita sebagai anak-anakNya, seberapa besar kita mendekatkan diri kepada Taurat? Kalau kita melihat diri, kadang-kadang kita menempatkan diri kita lebih tinggi dari pada Kristus. Kadang-kadang kita menempatkan diri kita lebih tinggi dari pada Juruselamat yang kita rayakan setiap tahun. Kadang-kadang kita melihat diri kita lebih tinggi dari pada Tuhan yang rela turun ke dunia. Yesus, Dia Anak Allah, Dia memberikan kehidupan kepada kita, Dia menyebabkan kita menjadi anak, Dia rela tunduk kepada firman. Kita kadang-kadang bahkan tidak berjuang melakukan firman. Kita bahkan mempelajari firman, kita membaca Alkitab, tapi terkadang kita tidak berjuang mengerjakannnya. Kita sekali lagi mengambil posisi lebih tinggi dari pada Tuhan kita. Hari ini kalau kita mengingat kisah Kristus turun ke dalam dunia, biarlah kita boleh mengingat Dia turun ke dalam dunia dan menyebabkan Saudara dan saya menjadi anak dengan tunduk kepada Taurat, mari kita berjuang. Mari kita berjuang untuk mendekatkan diri kepada firman dan mengikuti Tuhan kita. Dikatakan disitu kita bukan lagi menjadi budak, kita menjadi ahli waris. Kita menjadi ahli waris yang seharusnya mengerjakan Taurat Tuhan, mengerjakan firman Tuhan dengan sukacita. Di dalam beberapa bulan yang lalu ketika saya diuji oleh Pdt. Billy, Pdt. Billy mengatakan seharusnya kita sebagai orang Kristen harus mengerjakan Taurat itu dengan satu kegembiraan yang meluap-luap. Kita anak Tuhan, kita ditebus menjadi anak, seharusnya kita bersukacita, bergembira, kita terdorong untuk mengerjakan Taurat itu. Bukan karena untuk menjadi anak, kita sudah menjadi anak. Seringkali kita mendengarkan hal ini, kita sudah menjadi anak. Tapi pertanyaannya berapa besar kita bergumul memperjuangkan hidup dalam diri kita?
Saya percaya dalam gereja ini, khususnya di dalam Gereja Reformed, kita tidak kekurangan firman. Ada PA, seminar, ibadah setiap minggu, persekutuan ini dan itu, terlalu banyak firman, banyak akses yang bisa kita dapatkan dari buku, majalah, tetapi itu bukan satu jaminan untuk kita mengerjakan Taurat. Pdt. Jimmy mengatakan di dalam Pembinaan Pemuda, kita harus melatih hati kita untuk mencintai firman. Dan lagu yang kita nyanyikan tadi, apa yang bisa kita berikan kepada Tuhan? Aku memberikan hatiku kepada Tuhan. Mari kita belajar mencintai firman, sebab Tuhan terlebih dahulu mencintai kita. Menjadikan kita dari status budak menjadi anak. Status anak yang begitu mulia, yang begitu dekat dengan Bapa, tetapi itu semua menjadi tidak berarti kalau kita tidak belajar mencintai. James Smith dalam bukunya yang berjudul Desiring the Kingdom berargumen bahwa seorang manusia digerakan oleh apa yang dia cintai, bukan hanya dengan yang dimengerti. Memang mengerti, tapi mengerti saja tidak memungkinkan seseorang bisa mengerjakan apa yang dia mengerti. Pengetahuan yang didapatkan seseorang tidak memungkinkan dia mengerjakan semuanya itu, tetapi hatinya, cintanya. Kalau dia benar-benar mencintai firman maka dia akan mengerjakan. Kita juga dalam hidup sehari-hari, kalau kita mencintai sesuatu, kita akan mengejar itu. Kita akan melakukan itu, kita akan berjuang bagaimana mendapatkan itu karena kita benar-benar mencintai. Smith pernah tuliskan bahwa jika kita bertanya kepada seorang ayah “mengapa kamu susah payah, bekerja mati-matian?”, dia mengatakan “karena saya mencintai istri dan anak-anak saya. Saya mencintai mereka dan saya mau bekerja untuk mereka, saya mau menghabiskan diriku untuk mereka. Dan saya berjuang untuk itu”. Pertanyaannya apakah kita benar-benar mencintai Tuhan atau tidak? Kita sudah sangat puas dengan firman dan kita harus merenungkan ketika kita disebut sebagai anak-anak Allah yang ditebus oleh darah Kristus, maka kita harus belajar dari Kristus yang berani dengan rela menundukan diriNya kepada Taurat. Seluruh hidupNya dari awal sampai akhir begitu dekat dengan Taurat dan harusnya kita malu ketika membaca hal ini. Karena kita terlalu banyak mengerti firman, tapi terkadang kita mengabaikan firman itu. Saya mengajak kita semua dengan kerendahan hati di hadapan Tuhan merenungkan kisah Natal dengan melihat bagaimana Kristus telah menundukan diriNya di bawah Taurat untuk membawa kita menjadi anak. Dan biarlah itu mendorong kita untuk mencintai Tuhan, mencintai firman dan mengerjakannya di dalam hidup kita.

How big is your God?

(Lukas 1 : 26 – 38)
Kejadian 1:1-3 “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi”. Sejak awal Allah sudah menyatakan bahwa Dia adalah Allah yang berdaulat. Bagian awal Kejadian ini Allah menciptakan langit dan bumi dan kemudian dari situlah muncul segala macam makhluk, segala macam tumbuhan, tanaman, hewan dan apa pun yang ada di bumi, termasuk kita. Allah adalah Allah yang berdaulat yang mencakup semua hal, kepemilikanNya, cara Dia mengaturnya adalah suatu cara yang secara prerogatif dimiliki oleh Allah. Maka sebenarnya kita tidak bisa mendefinisikan Allah dalam satu kategori tertentu. Dan itu hal yang sering kita kerjakan secara sadar atau pun tidak sadar. Kita seringkali berpikir ini, “kalau Allah mestinya begini. Kalau Allah mestinya baik dan memberi yang baik, karena Allah baik maka memberi yang baik. Allah itu hanya bisa memproduksi yang baik”, maka kalau terjadi sesuatu yang buruk, kadang-kadang orang Kristen berpikir “hal buruk terjadi pada saya, ini pasti guna-guna orang, ini pasti kuasa jahat, setan”. Jarang kita memikirkan “apa salah saya? Saya dosa apa”, karena kita pikir Allah itu memproduksi yang baik, maka Allah tidak boleh menghardik kita, Allah tidak boleh mendisiplin kita. Maka kalau hal buruk menimpa kita, kita langsung berpikir adalah kita di posisi yang baik dan ini kerjaan si setan. Dan kita langsung mengundang orang yang bisa melihat arwah atau hal-hal gaib. Kita sering berpikir Allah pabriknya baik, maka Dia akan memberikan yang baik. Ketika sesuatu terjadi pada kita, kita langsung berpikir “ini pasti bukan dari Allah”, kalau begitu pasti dari lawannya Allah yaitu setan, dan pasti betul dalam sense tertentu setan memang hanya bisa memproduksi kejahatan. Tapi kita jangan lupa, John Calvin pernah mengatakan bahwa hati kita adalah pabrik berhala yang sangat produktif. Maka kita jangan buru-buru menyalahkan setan dulu, tapi mungkin kita perlu berpikir bahwa kalau bisa begini maka jangan-jangan pabrik kita memproduksi kebanyakan, sehingga setiap hari ada berhala baru, dan pastilah kalau terus diproduksi akan terjadi kekacauan besar, itu pasti. Allah tidak perlu diadu, kalau ada Allah dan si jahat, maka Allah akan menengking si jahat, Allah bagaimanapun juga akan mematahkan si jahat. Bahkan Allah bisa memunculkan atau berdaulat penuh atas kejahatan yang bukan Dia produksi dan memunculkan yang baik dari dalamnya. Maka Allah tidak perlu diadu, “coba tunjukan kebaikanMu Tuhan”, maka Tuhan akan seolah-olah tertantang untuk membuktikan kebaikanNya karena kita berdoa seperti itu. Tidak, karena Allah itu bisa memakai apa pun, sejelek apa pun karena Dia mempunyai kuasa penebusan yang begitu besar, sehingga di dalam keburukan yang paling dalam, Dia tetap bisa mengubahnya menjadi kebaikan untuk kemuliaan namaNya. Kita sering mendefinisikan Allah seperti itu.

Definisi kedua, kita mungkin sering berpikir bahwa Allah itu tidak mungkin gagal, Allah itu selalu menang, rencana Allah selalu berhasil. Maka kalau kita berdoa kepada Dia, tidak ada yang mustahil, karena Dia akan selalu bisa. Apa pun tidak ada yang bisa menggagalkan Dia, apa pun tidak bisa menghambat Dia. Kalau kita berdoa kepada Allah maka chance keberhasilan kita akan lebih besar di bandingkan kalau kita tidak berdoa kepada Allah, dibandingkan kalau kita mengandalkan diri sendiri. Kekurangan dari pemikiran itu adalah, salah satu kutipan dari Corrie ten Boom, seorang Jerman yang mengatakan is prayer your steering wheel or your spare tire? Kalau kita ganti kosakatanya is God your steering wheel or your spare tire? Tuhan itu kemudi atau ban cadangan? Meskipun kita berdalih di dalam teologi tiada mustahil bagi Tuhan, kita memperlakukan Tuhan sebagai ban cadangan, bukan kemudi utama. Karena kalau kita menyetir, ban kita kempes, sudah tidak tahu lagi mau kemana, kita hanya bisa berharap kepada Tuhan, karena Dia tidak mungkin gagal, Dia tidak mungkin tidak berhasil, tidak ada yang mustahil. Maka kita keluarkan ban cadangan yang namanya Tuhan, kita ganti dan kita berdoa. Dan kadang-kadang itu bekerja, Tuhan memberikan jalan keluar. Maka itu membuat kita hari demi hari semakin memperlakukan Tuhan sebagai ban cadangan. Kalau mobilnya sudah jalan, ban cadangannya kita ganti dengan ban yang lain, kita jalankan lagi dengan roda filosofi kita, roda falsafah hidup kita, roda policy kita. Nanti sampai macet lagi atau kempes lagi, kita langsung punya ban cadangan yang tidak pernah gagal yaitu Tuhan. Maka kita salah mendefinisi Tuhan di dalam hal ini.

Pikiran ketiga, Tuhan akan memberikan yang positif, Tuhan tidak akan memberikan yang negatif. Hampir mirip dengan yang pertama. Mengapa bisa berpikiran seperti itu? Sebenarnya kita mendefinisikan Tuhan seperti itu karena kita lebih suka positif dari pada suka Tuhan. Kita suka hal positif, maka tidak heran pagi-pagi kita sudah mengirim kata-kata motivasi, boleh menyemangati dengan hal itu. Tapi kalau kita ingin positif dan membuang Tuhan, itu menjadi problem, karena sebenarnya kita tidak butuh Tuhan, kita lebih suka yang positif. Atau kita sebenarnya tidak bisa menerima sesuatu yang negatif, yang menjadi hasil dari rontgen hidup kita. Kalau ada sesuatu negatif terjadi dalam hidup kita, kita tidak bisa terima. Karena kita tidak bisa terima hasil rontgen puluhan tahun hidup kita yang tidak pernah mengikuti Tuhan. Sesuatu bisa terjadi karena sebab akibat, bisa juga tidak, tapi kebanyakan sebab akibat itu berpengaruh cukup besar yaitu mungkin selama ini kita merasa hidup kita baik-baik saja, tapi suatu waktu mengapa kita merasa hancur, kita berpikir “wah, saya tidak bisa terima sesuatu yang negatif, Tuhan tidak mungkin memberikan yang negatif”. Tapi kita lupa, kita menanamnya, kita menabur benihnya, kita menyiraminya, dan begitu tumbuh dan berbuah, kita bingung “pohon dari mana ini?”. Di dalam banyak hal, di dalam relasi atau segala macam, kita tidak sadar sudah menanam semuanya dan ketika waktunya berbuah, kita kaget ini buah dari mana. Dan kita lupa bahwa itu adalah hasil rontgen yang perlu kita aware, bukan kita mengatakan “Tuhan mesti begini”. Di dalam SPIK kemarin Pdt. Ivan mengatakan satu hal yang saya sangat hafal, dia mengatakan “Kristus adalah alfa dan omega, Dia adalah yang awal dan akhir. Maka meskipun hidup kita sekarang kacau balau, itu belum selesai. Kalau kita di dalam Kristus, Dia akan menyelesaikannya dengan kemenangan yang besar”. Ini adalah satu perubahan pikiran, Tuhan itu alfa dan omega, seandainya sampai mati hidup kita tetap dalam kesulitan, itu belum selesai, karena selesainya bukan di matinya hidup kita. Selesainya adalah di dalam selesainya rencana Allah, Sang Omega itu ketika Dia datang. Apakah kita didapati berpaut kepada Allah yang seperti ini atau tidak, itu problemnya. Kita kalau melihat hidup kita sampai sekarang terjadi kekacauan, karena beberapa aspek, pertama kekacauan terjadi karena kita tabur sendiri dan kita tuai sendiri atau karena faktor external, atau faktor apa yang kita belum tahu, kita melihat hidup kita tidak bagus maka jangan berpikir itu adalah kiamat dan akhir dari segala-galanya, bukan itu. Karena ending-nya Saudara tidak bisa mengambil kesimpulan terlalu dini, ini belum selesai. Selesainya adalah kalau Kristus datang kedua kalinya, itu baru selesai. Bahkan kematian kita bukan berarti selesai dari segalanya. Asalkan kita betul-betul berpegang kepada Tuhan, maka kita akan mendapatkan ending yang sesuai dengan yang Tuhan rencanakan.

Maka di dalam Perjanjian Lama, Allah sering digambarkan Allah langit dan bumi, Allah itu tidak ada di dalam area tertentu, Allah itu tidak hanya berada di dalam lokal tertentu. Bahkan Allah mempunyai kedaulatan terhadap yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Di dalam Heidelberg, pertanyaan pertama, apa satu-satunya penghiburanmu di dalam kehidupan dan kematian? Bahkan cakupan areaNya Allah adalah kehidupan dan kematian. Maka ini adalah penghiburan yang besar kalau kita milik Kristus di dalam tubuh dan jiwa, dalam hidup dan mati itu adalah penghiburan saya yang terbesar. Masalahnya kita selama ini mengenal Allah dengan cara definisi apa, itu yang menjadi problem utama. Apakah kita mengenalNya dengan 3 item di atas, Allah itu baik, tidak mungkin gagal, selalu positif, atau kita mau mengenal Dia sebagai Allah yang punya cakupan area yang luar biasa besar? Cakupan area-Nya Tuhan itu luar biasa besar. Karena itu maka pertanyaan ini harus kita renungkan, how big is your God? Saudara dan saya punya Tuhan itu cakupan areanya seberapa, hanya di dalam segi positif, baik, sehat, lalu yang lainnya bukan cakupannya Tuhan? Saudara akan menghidupi kehidupan yang mengerikan karena begitu keadaan menjadi goncang, tidak bagus, kita langsung berada di luar Tuhan, dan itu mengerikan sekali. Tapi cakupan area Tuhan kita, membuat kita mengerti bahkan di dalam kematian, Tuhan punya cakupan area yang tidak bisa dihalangi oleh apa pun. Tidak ada satu rentang waktu yang tidak ada di dalam cakupan areaNya Tuhan. Maka mengenal Allah yang seperti ini bisa membuat Saudara dan saya bertahan di dalam kesulitan, bisa mentantang kembali kesulitan, seperti kata Pdt. Stephen Tong, kalau ada kesulitan tidak hanya ditahan tapi bisa ditantang kembali. Bahkan ketika kita bergantung kepada Kristus, kita punya satu share di dalam kuasa restorasi, dan itu sebenarnya kita patut mengenal Tuhan. How big is your God? Apakah Allah yang kita kenal itu terlalu kecil sehingga kita tidak bisa bersandar kepadaNya dan kita menjadi gamang hidupnya? Atau Allah yang kita kenal itu terlalu sempit sehingga Saudara khawatir banyak hal karena cakupan areaNya terlalu terbatas. Dan itulah problem kita karena kita tidak mengenal Tuhan. Saya mau membawa angle ini di dalam kisah Natal, jadi ini adalah satu cakupan area yang perlu kita mengerti, siapakah Tuhan, how big is your God? Ini bukan kata-kata motivasi seperti “seberapa besar masalahmu datanglah kepada Tuhan yang serba ada”, Tuhan bukan toserba. Tuhan itu Tuhan yang punya cakupan lebih besar dari apa pun juga, bahkan di dalam hal yang kita pikir tidak masuk akal sama sekali.

Maka mari kita bawa ini di dalam view Natal, kita buka Lukas 1: 26-38. Peristiwa Natal adalah titik kontak yang penting, titik kontak antara kekekalan dan kesementaraan, titik kontak satu-satunya antara sorga dan dunia. Tapi hari ini saya ingin kita memikirkan satu titik kontak yang lain yaitu antara sesuatu yang regular dan irregular. Saudara kalau ditanya “bagaimana kabarnya?”, “biasa”, regular. Tapi kita berharapnya “bagaimana kabarnya?”, “luar biasa”, tapi saya tidak mau pakai itu. Saya mau pakai istilah yang lebih tepat, regular dan irregular. Kalau irregular itu konotasinya sedikit negatif, irregular tidak beraturan, tidak sesuai dengan yang kita pikir. Hari ini tema yang mau kita pikirkan di bagian ini adalah kalau Allah berkuasa atas apa pun juga, langit dan bumi, hidup dan mati, maka Allah berdaulat juga atas regular dan irregular. Kalau kita pikirkan bagian malaikat mengunjungi Maria maka ada gambaran yang jelas di bacaan kita tentang regular dan irregularity. Hal pertama yang dipakai Lukas dalam hal ini bisa berdampingan adalah kontras. Kalau Saudara memperhatikan di dalam Lukas sebelumnya, dikatakan malaikat bertemu dengan Zakharia dan di dalam Lukas bagian pertama ini dikatakan Zakharia dan Elisabet adalah dua orang yang saleh. Lukas 1: 6 “Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat. Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya”. Sesuatu yang kontras sekali, Zakharia dan Elisabet digambarkan benar di hadapan Allah, hidup menurut segala perintah, tidak bercacat, tapi mandul dan tidak punya anak. Ini suatu kontras yang besar. Kalau sekarang mungkin kita tidak terlalu masalah dengan mandul dan tidak punya anak, karena banyak orang tidak punya anak. Tapi zaman itu tidak mungkin, apalagi dia adalah imam yang kemudian bisa bertugas di Bait Allah, itu gambaran orang yang sangat diberkati oleh Allah. Gambaran orang saleh yang seharusnya mendapatkan balasan yang setimpal, tapi ternyata suatu kontras yang besar, suatu hal yang irregular, Elisabet mandul dan tidak punya anak. Ini adalah suatu hal yang mau dinyatakan di bagian ini. Kemudian kalau Saudara maju lagi, Zakharia dan Maria, kita bisa perbandingkan. Zakharia adalah laki-laki, punya jabatan terhormat, bisa melayani di Bait Allah, termasuk orang yang betul-betul dihormati, imam keturunan Harun dan segala macam. Tapi ketika malaikat datang dan memberikan satu pesan yang besar, responnya adalah kurang bagus. Dan kemudian Zakharia menjadi bisu. Tapi kalau sisi lain, Maria, Maria adalah orang biasa dari Nazaret, perempuan, banyak penafsir mengatakan umurnya masih remaja karena zaman dulu perempuan boleh menikah pada usia belasan tahun. Belasan tahun itu bukan 17, mungkin di antara usia 13-15. Dari kota kecil, tapi dia punya respon yang luar biasa bagus. Suatu yang regular dan irregularity ada di dalam bagian ini. Maka kontras-kontras ini menggambarkan suatu realita, hidup kita akan ada dua aspek ini. Sesuatu yang regular tapi Saudara dan saya juga harus bersiap terhadap sesuatu yang irregular yang terkadang dipakai Tuhan di dalam hidup kita. Maka ini menggambarkan realita, supaya kita bisa menghadapi realita ini kita mesti tahu ada komponen apa saja di dalam hidup ini, kalau tidak Saudara akan terus mendefinisikan Tuhan di dalam satu aspek saja dan kemudian kita selalu menarik Tuhan, membuat hidup kita di dalam aspek ini saja. Kita merasa kalau kita di luar aspek tadi yang baik dan positif, kita merasa Tuhan sedang tidak baik, kita sial, mengapa kita susah sekali di dalam hidup, kita ini kena kutuk apa sehingga ada di dalam bagian yang lain, kita lupa bahwa Tuhan itu punya cakupan yang sangat besar. Oleh karena itu mari kita pikirkan bagian ini di dalam salam yang diberikan oleh malaikat kepada Maria yaitu ayat 28 “salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”, rejoice the favor one The Lord is with you, kemudian Maria terkejut. Bisa saja Maria terkejut karena malaikat mendatangi dia, tapi hal yang lebih mengejutkan adalah bukan malaikatnya, tapi salam itu. “Salam hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau”, berarti ini adalah salam yang Maria tahu di dalam Perjanjian Lama menurut kitab yang dia baca adalah salam yang diberitakan malaikat kepada orang-orang yang diberikan tugas sangat besar dan punya spesific role di dalam sejarah keselamatan. Maka ini adalah salam yang mengagetkan, salam yang tidak mungkin terjadi pada Maria. Dan kemudian ini dikatakan oleh malaikat dan membuat Maria terkejut. Ini adalah suatu hal yang irregular, seharusnya salam itu untuk Zakharia atau imam besar di Bait Allah, tapi Allah memberikan salam yang besar itu justru kepada Maria melalui malaikatNya. Menyertai salam itu dikatakan “bersukacitalah engkau yang dikaruniai oleh Tuhan”. Karena pada zaman itu orang yang diangkat Tuhan untuk menjadi pemimpin membuat satu peran penting dalam sejarah keselamatan, itu bukanlah posisi yang diidam-idamkan, orang-orang akan kabur. Gideon waktu mendengarnya, dia kabur. Jadi itu sebenarnya adalah salam yang menakutkan, maka harus ditambahi dengan “kamu akan bersukacita hai yang dikaruniai oleh Tuhan”. Bersukacita mendahului pekerjaan yang amat berat. Dan inilah sesuatu yang perlu kita pikirkan. Kalau Saudara dan saya dipercaya oleh Tuhan, maka yang kita kejar di belakang itu adalah bukan keuntungan, bukan sesuatu tambahan yang menyenangkan, tapi akan menjalankan suatu tugas yang sangat berat. Dan ini harus diimbangi dengan pengertian kita tidak layak “saya ini orang biasa-biasa saja yang mendapatkan tugas yang luar biasa”. Setelah itu Maria terkejut karena rasanya tidak mungkin kalau dia. Kemudian dia tahu bahwa dia hanya orang biasa yang diberikan anugerah luar biasa. Kalau sekarang terbalik, kita merasa diri kita adalah orang yang luar biasa, padahal mengerjakn tugas yang biasa-biasa saja. Kita sering mendongkrak kebiasaan kita dengan menambahkan sesuatu yang luar biasa. Dan ini berbanding terbalik dengan Maria. Karena kita harus mengerti ketika kita dipakai Tuhan, itu adalah sesuatu anugerah besar. Ketika kita langsung switch dari merasa biasa menjadi merasa luar biasa, itu adalah kecelakaan terbesar. Tugas seperti ini mengerikan, karena berita selanjutnya. Tugasnya adalah via Maria akan melahirkan seorang anak yang adalah puncak penantian orang Israel, Mesias. Bagaimana Maria menanggapinya? Maria masih berpikir dia orang biasa saja, regular. Jawabannya adalah “bagaimana saya melahirkan?”, jawaban yang regular sekali. “Bagaimana saya melahirkan? Saya belum punya suami”, dia tidak berpikir “nanti skenarionya bagaimana? Sesuatu yang spektakuler”, tidak seperti itu. Dia orang regular dan berespon regular saja. Dan kalau kita lihat di dalam Alkitab maka malaikat menjelaskan bahwa “ada sanakmu Elisabet yang pernah mengalami sesuatu yang irregular seperti ini, yaitu mereka sudah tua dan mereka bisa punya anak. Seperti yang Tuhan pernah lakukan kepada Abraham dan Sara”, dan ini yang akan dilakukan lebih irregular lagi kepada Maria yaitu intervensi langsung bahwa Roh Kudus akan menaungi Maria dan Allah akan membuat dia melahirkan Mesias. Ini menjadi kekuatan yang besar, Tuhan memakai pola, ada pengulangan yang Dia kerjakan, tetapi ada kelimpahan yang akan Dia tambahkan. Yaitu kali ini bukan orang tua yang sudah lanjut usianya akan melahirkan, kali ini seorang perawan yang akan melahirkan. Ini adalah puncak pekerjaan Tuhan yang sangat tidak biasa. Kalau via laki-laki dan perempuan itu masih biasa, itu hal umum. Tapi kalau perawan yang melahirkan, ini hal yang besar sekali. Tapi kemudian di tengah kebingungan itu malaikat langsung mengatakan “sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil”. Bahasa yang lebih tepat adalah no word from God will be powerless, tidak ada kata-kata dari Tuhan yang tidak berkuasa. Kalau kita seringkali comot bagian ini dan menjadi ayat hafalan. Kalau kita sudah buntu, kita langsung mengatakan “bagi Allah tidak ada yang mustahil, amin”. Tapi kalau Saudara berada di dalam konteks yang Maria alami, Saudara akan mengatakan bagaimana? “lebih baik buat saya bagi Tuhan mustahil. Kalau saya punya anak, bagaimana menikah dengan Yusuf, orang lain akan mengatakan apa, ini pasti tugas yang besar sekali. Lebih baik bagi Tuhan mustahil, tidak perlu terjadi seperti ini”. Tapi Maria tidak seperti itu, dia tahu ini kemudian akan menjadi tugas yang sangat berat, hidupnya akan berubah total, hidupnya akan menjadi kacau balau. Bisa dibayangkan sekarang saja kalau ada orang yang sudah punya anak tapi belum menikah, akan heboh sekali. Apalagi zaman dulu, orang Yahudi yang begitu ketat dengan kesucian dan perjanjian, ada perawan punya anak, itu akan menjadi rumor yang sangat mengerikan. Tapi coba Saudara bayangkan responnya pertama adalah respon regular “bagaimana saya akan melahirkan?”, “Roh Kudus akan beserta dengan kamu, kamu akan melahirkan aank”. Lalu setelah itu “bagi Allah tidak ada yang mustahil”, respon Maria regular juga, “aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu”, respon yang sangat regular ketika dia berhadapan dengan Allah maka dia tahu dia orang regular yang harus punya posisi regular. Doulos, budak, maka budak itu tahu bahwa perkataan siapa yang terjadi itu adalah perkataan tuannya. Maka malaikat memberikan bagian ini, di dalam Bahasa Indonesia mungkin seperti kalimat motivasi “sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil”. Tapi bagian ini kalau kalimat benarnya adalah “tidak ada kalimatNya Allah yang tidak berkuasa”. Maka dia tahu kalau Allah sudah berkata-kata dan Dia Tuan, maka siapakah dia di hadapan Tuhan. Dia langsung mengambil posisi yang sangat regular terhadap tugas yang irregular. “Saya biasa saja, saya hanya seorang hamba. Hamba yang paling bawah derajatnya. Dan di situ lah saya menerima tugas dari Tuhan”. Coba bayangkan di dalam hidup Maria, seumpama dia punya pertunangan ini umur 14-15, 14 tahun pertama hidupnya adalah hidup yang regular, perempuan dari desa kecil, sudah usia menikah maka dinikahkan oleh orang tuanya, dapat laki-laki satu suku. Kemudian bertunangan selama 1 tahun, setelahnya akan menikah, sangat regular. Tapi kemudian Saudara bayangkan ketika Maria bertemu dengan malaikat, paling tidak selama 33 tahun setengah hidupnya kemudian sangat irregular dan itu tidak pernah berhenti. Karena sejak dia mengandung anak dari Roh Kudus, yang dinaungi oleh Roh Kudus yaitu Kristus, hidupnya sangat tidak regular. Alkitab berkali-kali mencatat ada pedang yang menusuk hatinya dari saat dia mengandung. Saudara bisa baca berkali-kali waktu Maria bertemu dengan Simeon dan Hana, waktu Tuhan Yesus berusia 12 tahun di Bait Allah, waktu Yesus disalib. Pasti banyak pedang menusuk hati Maria, dan Maria menyimpannya di dalam hatinya. Berarti ada satu respon yang tepat yang bisa menahan irregularity dari pekerjaan Tuhan. Kalau kita tidak pernah mengerti Allah yang besar, yang berkuasa, yang berdaulat atas hal yang regular dan irregular, kita akan tidak tahan kalau hidup kita menanggung sesuatu yang irregular. Kita ingin cepat-cepat beres, kita ingin masalah selesai, kita ingin segala problem itu cepat-cepat hilang. Dan kita tidak pernah bertanya “Tuhan, saya ini posisinya apa? saya harus tanggung seberapa besar, saya harus tanggung bagaimana?”, itu tidak pernah ada di dalam kamus kita. Karena Allah kita adalah Allah yang kita definisikan baik, produksi baik, Allah yang tidak pernah gagal, selalu memberikan kepada kita hal yang bagus, Allah yang selalu positif yang tidak pernah memberikan negatif, saja. Kita kurung cakupannya Tuhan hanya dalam bagian-bagian itu. Sehingga ketika sesuatu yang irregular terjadi, kita merasa sangat sengsara karena kita tidak ada pengertian bahwa Allah itu juga yang menopang sesuatu yang irregular dalam hidup kita. Dan ini yang saya mau kita pikirkan karena secara fakta hidup kita terdiri dari komponen ini. Saudara bisa membangun kelaurga yang baik, di tengah jalan bisa terjadi sesuatu yang irregular. Saudara punya anak, lahir baik-baik, bisa terjadi sesuatu yang irregular. Semuanya baik-baik, bisa terjadi gempa, irregular. Saudara bisa mendirikan perusahaan yang Saudara rintis, tiba-tiba krisis ekonomi, irregular. Bagaimana kita bisa menghadapi irregular ini kalau kita tidak pernah tahu Tuhan punya cakupan sebesar itu. Karena itu belajar dari pengalaman, dari Lukas 1 mari kita sama-sama datang kepada Tuhan, berespon di dalam respon yang tepat. “Tuhan, saya ini orang regular. Kalau ada irregular dalam hidup saya, itu adalah suatu anugerah, suatu kesempatan saya mengenal Tuhan di dalam sisi yang lain yang tidak pernah saya pikirkan”. Kalau setiap hari di depan kita ada makanan, kita akan doa makan dengan biasa saja. Bahkan kita bisa komplain kalau menu makanannya itu terus. Tapi kalau di depan kita suatu saat tidak ada makanan, Saudara akan diajar berpikir bahwa selalu ada makanan adalah sesuatu yang saya tidak layak dapat, saya cuma regular person. Lalu jika kita tidak pernah berpikir bahwa itu adalah sesuatu yang Tuhan berikan untuk membentuk kita. Saudara komplain “hari ini tugasnya banyak, kuliah berat”, kita lupa menempatkan diri di hadapan Tuhan, kita lupa kita ini orang regular yang tidak bisa komplain apa-apa. Sebenarnya itu yang Maria sebagai seorang muda yang betul-betul mengenal siapa Tuhannya, “Tuhan saya ini besar, maka Dia bisa bekerja di dalam hal tidak terduga yang dan bahkan yang orang pikir jelek. Dan Tuhan memakai saya”. Mari kita memikirkan hal ini di dalam menghadapi hidup ke depan, karena ke depan ini kita tidak tahu apa yang akan kita hadapi, tapi kita tahu satu hal Tuhan kita tidak dibatasi cakupan areaNya. Dalam hal apa pun Saudara bisa datang kepadaNya dan berkata “You are God of regularity and irregularity, saya percaya Tuhan akan menolong saya menembus dan melewati irregularity. Tapi kalau irregularity ini seumur hidup, sampai saya mati, saya tahu Tuhan menyertai saya seumur hidup sampai saya mati. Karena Dia adalah Tuhan yang menopang”.
Kalau seperti itu maka Saudara akan menikmati keindahan di dalam Tuhan karena Saudara tidak ingin cepat-cepat masalah ini berlalu begitu saja tanpa mengenal Tuhan. Kecelakaan orang Kristen adalah ingin masalah berlalu dan tidak peduli kenal Tuhan seberapa dekat. Sudah sakit, sudah sengsara, tidak kenal Tuhan, komplain terus, Saudara bisa bayangkan hidup seperti itu hidup yang useless. Tapi kalau kita tahu Tuhan adalah Tuhan yang berdaulat atas hal yang biasa, hal yang luar biasa, hal yang tidak biasa, hal yang positif, hal yang negatif, Tuhan berdaulat di dalamnya, maka Tuhan tidak akan meninggalkan. Dan ini adalah hidup yang dijalani oleh Maria. Saudara bisa bayangkan selama 14-15 tahun hidupnya nyaman, puluhan tahun berikutnya paling tidak seumur Tuhan Yesus, 33 tahun setengah, hidupnya tidak nyaman sama sekali. Kita tidak tahu dia mati umur berapa, tapi hidupnya mengalami hal yang tidak nyaman. Setelah Tuhan Yesus mati, bangkit, Maria masuk dalam gereja yang mula-mula, dikejar-kejar. Saudara bisa bayangkan hidup Maria tidak regular lagi sampai dia mati. Dan Alkitab mengatakan di dalam nyanyian Maria “segala keturunan akan menyebut aku berbahagia”, kontras sekali. “Segala keturunan akan menyebut aku berbahagia”, tapi hidupnya menanggung irregularity dari pekerjaan Tuhan. Dan harap kita bisa memikirkan hal ini dan mohon Tuhan menyertai hidup kita dalam keadaan apa pun karena kita tahu Tuhan kita besar. Tolong jawab pertanyaan ini “How big is your God?”.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Siap sedia seperti gadis-gadis yang bijaksana

(Matius 25:1-13)
Pengajaran dari Yesus Kristus mengenai Kerajaan Sorga. Dan ketika dikatakan Kerajaan Sorga, ini sedang berbicara tentang Kerajaan Sorga yang sebentar lagi akan datang. Jadi ini bukan hanya sekedar bicara hal Kerajaan Sorga tapi dengan tegas mengatakan kalau Kerajaan Sorga sudah dekat, sudah mau datang, inilah yang harus kamu ketahui. Dan Yesus membagikan hal Kerajaan Sorga ini dengan perumpamaan, sesuatu yang tidak terlalu umum di dalam tradisi Yahudi. Di dalam tradisi Yahudi, ketika Kerajaan Tuhan sudah dekat, umumnya bahasa yang dipakai adalah bahasa apokaliptik, ini semua adalah jenis tulisan atau genre yang tidak terdapat di dalam tulisan di luar Alkitab. Mengapa harus dibahas secara apokaliptik? Karena di dalam gaya apokaliptik itu ada banyak pengertian simbol yang harus ditafsirkan dengan cara yang unik. Hal seperti ini dimunculkan dalam simbol ini. Namun interpretasinya tidak bisa dikurung hanya dalam satu periode saja. Saudara tidak bisa mengatakan binatang ini adalah Kerajaan Roma saja, atau binatang ini adalah misalnya Kerajaan Komunis. Saudara akan melihat penafsiran ini akan kena kepada setiap zaman, ini keunikan dari apokaliptik. Namun heran di dalam Injil, Yesus memilih untuk menggunakan genre yang berkait dengan perumpamaan. Mengapa Dia memakai perumpamaan, mengapa bukan apokaliptik? Karena di dalam tradisi perumpamaan ada pepatah bijaksana hidup sekarang. Sedangkan di dalam apokaliptik umumnya ada penghiburan untuk sekarang dan gambaran kewaspadaan tentang bahaya yang akan terjadi sekarang. Ini penting untuk kita pahami, genre apokaliptik memberikan penghiburan dan penekanan untuk waspada, sedangkan perumpamaan lebih sering menekankan terhadap tindakan yang harus kamu lakukan. Perumpamaan akan mengatakan sesuatu untuk menyindir kita atau untuk menjelaskan kepada kita apa yang seharusnya kita lakukan. Jadi ini yang Yesus pilih untuk lakukan. Akhir zaman bukan untuk dinanti-nanti dengan cara melihat ke atas. Akhir zaman atau saat Tuhan memulihkan langit dan bumi adalah saat yang kita nanti-nantikan dengan kehidupan rutin setiap hari. Ini inti dari beberapa perumpamaan dalam tulisan Injil. Pada bagian ini ada perumpamaan mengenai 10 orang gadis yang bertugas menyongsong mempelai laki-laki. Ini cerita yang umum di dalam tradisi Yahudi, tapi tidak umum bagi kita. Karena di dalam tradisi kita, cara untuk melakukan pernikahan beda dengan cara orang Yahudi. 10 Orang ini adalah 10 yang diberikan perintah untuk menyongsong ketika mempelai laki-laki dan perempuan yang sudah menikah pulang, tugas mereka adalah melakukan prosesi ketika pengantin ini masuk ke rumah mereka untuk pertama kali. Jadi ini bukan pengantinnya. Ini hal yang unik, para perempuan ini bukan pengantin, padahal di dalam gambaran orang Yahudi, orang Israel atau umat Tuhan akan menjadi pengantinNya Tuhan. Di sini orang Israel diberikan gambaran yang penting bahwa akhir zaman begitu multiperspektif, ada begitu banyak sisi yang bisa disoroti. Ada sisi dimana kita adalah pengantinNya Tuhan, dan Saudara tidak bisa mengatakan “kalau begitu pernikahan di bumi akan dilanjutkan di sana”, bukan seperti itu. PengantinNya Tuhan berarti ada relasi perjanjian yang indah, yang sebagiannya kita bisa alami di dalam pernikahan. Jadi pernikahan yang sejati adalah nanti antara Tuhan dan umatNya. Pernikahan yang kita alami sekarang adalah ekspresi yang merupakan cicipan dari apa yang Tuhan mau kerjakan nanti. Jadi jangan terbalik, pernikahan kita yang utama, lalu nanti relasi Allah dan ciptaanNya agak mirip-mirip dengan pernikahan kita di sini, itu cara melihat yang terbalik. Relasi antara Tuhan dan umatNya itu yang utama, dan relasi pernikahan kita di sini merupakan ekspresi cicipan dari relasi yang indah itu nanti. Maka ada bagian di saat akhir zaman atau ketika Tuhan datang, saya harus klarifikasi sedikit, kalau saya bilang akhir zaman itu agak sulit untuk dimengerti. Karena akhir zaman di dalam konsep Reformed itu adalah ketika Yesus datang pertama dan kedua, semua ini akhir zaman. Dari abad pertama Yesus naik ke sorga, dari saat gereja ada di bumi sampai Yesus datang kembali, itu semua akhir zaman. Kalau Saudara mengerti teologi Reformed, Saudara pasti keberatan setiap kali saya mengatakan “menyongsong akhir zaman”, “pak, kita sudah di akhir zaman”, tapi kalau Saudara kurang keberatan, berarti Saudara mungkin tidak terlalu tahu Reologi Reformed. Di dalam tradisi Reformed, akhir zaman adalah ketika Yesus naik ke sorga dan ketika Dia datang kembali kedua kali nanti, pengertian ini sangat penting. Saudara akan meletakan kehidupan Kristen ada di dalam posisi ini. Kehidupan gereja Tuhan adalah kehidupan yang menantikan kedatangan Tuhan. Di dalam banyak perumpamaan Yesus, sisi inilah yang disoroti. Sisi di mana kita adalah orang-orang yang diberi tugas, dan sekarang Tuhan akan tanya bagaimana tugas itu sudah dijalankan.

Itu sebabnya dikatakan pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama 10 gadis yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong laki-laki. Bagaimana ini kita mengerti? Di dalam tradisi Yahudi, pernikahan itu dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah ketika mereka melakukan pertunangan, ini sama dengan menikah tapi belum boleh tinggal bersama. Sesudah itu akan diadakan upacara mengikatan secara Yahudi. Setelah itu mereka akan adakan pesta. Ini akan ada pesta besar yang pertama. Setelah itu mereka akan pergi ke rumah orang tua mempelai perempuan, ini periode terakhir sebelum nanti mereka pergi ke rumah mempelai laki-laki dan mengadakan pesta terakhir, di situ baru pernikahan selesai. Periode ketika keluarga atau ketika suami istri yang baru menikah ini pergi ke rumah keluarga mempelai perempuan adalah untuk pengaturan ke depan. Misalnya “kami punya harta begini, kami mau berikan anak kami ini, bagaimana pengaturannya? Kalian akan tinggal di mana, uangnya bagaimana?”, ini pengaturan bisa cepat bisa lama. Bisa cuma basa-basi karena semua sudah rapih, semua keluarga sudah deal. Tapi bisa juga sangat lama, mereka bisa debat dulu. Maka ini bagian yang panjang, karena hal yang berkaitan dengan legal, dengan kepemilikan dan lain-lain itu dengan serius dibahas di dalam pernikahan. Bagaimana nanti kalau mereka bertengkar, kalau sampai berpisah rumah mereka akan jadi milik siapa, hal itu akan dibahas di situ, jadi pembahasan bisa sangat panjang. Setelah semuanya beres, maka pengantin ini akan pergi untuk pertama kali setelah menikah, ke rumah yang telah ditentukan untuk mereka tinggali. Ini akan menjadi pesta antara kerabat, teman-teman yang akrab. Dan biasanya sebelum masuk, mereka akan disongsong dengan gadis-gadis yang membawa pelita. Gadis-gadis yang membawa pelita akan menyalakan pelita, kemudian mereka akan berbaris bersama-sama, ada prosesi masuk yang indah, dimana ada pelita yang mendahului, kemudian di belakang mereka ada pengantin berjalan. Mereka masuk ke rumah, mereka akan mengadakan perjamuan atau perayaan terakhir, setelah itu acara pernikahan selesai. 10 Gadis ini adalah orang-orang yang bertugas untuk menjaga, supaya ketika pengantin masuk, ada perayaan memakai terang dari pelita ini. Dalam tradisi Israel, pelita punya makna penting dan rohani, pelita berkait dengan ketetapan Tuhan mau hadir di tengah Israel. Pelita yang harus terus menyala di rumah Tuhan melambangkan ketetapan Tuhan mau senantiasa hadir di tengah Israel. Dan di bagian lain, misalnya Zakharia, pelita itu adalah Roh Kudus yang akan menggenapi pekerjaan Tuhan di bumi. Jadi Tuhan sudah punya perjanjian untuk memperbarui bumi dan Roh Kudus yang akan menjalankan itu. Itu sebabnya di Kitab Zakharia dikatakan “hei Zerubabel, demikian firman Tuhan: ini firmanKu kepadamu, bukan dengan kekuatan, bukan dengan senjata, bukan dengan kuasa, tetapi dengan RohKu Aku akan melakukannya”, dan ini Tuhan katakan setelah Zakharia melihat gambaran ada 7 kaki dian dan 7 pelita yang menyala. Zakharia menanyakan maksudnya dan Tuhan mengatakan hal tadi “dengan RohKu Aku akan membereskan seluruh perjanjianKu. Aku akan mengerjakan pekerjaan dengan tuntas melalui Roh Kudus”. Jadi pengertian pelita sangat penting, itu sebabnya pengantin yang akan masuk ke rumah mesti disongsong dengan pelita karena ini menjadi simbol kehadiran Tuhan dan perjanjianNya akan dinyatakan lewat keluarga yang baru dibentuk. Jadi ini bukan sekedar perayaan, ini adalah prosesi rohani yang harus dijalankan dengan serius. Siapakah gadis-gadis ini? Gadis-gadis ini adalah kenalan atau teman dekat dari pengantin, entah pengantin pria atau wanita, atau pun keluarga mereka. Mereka dipercaya untuk menyongsong dengan membawa pelita. Pekerjaan yang simple, menyalakan pelita kemudian berbaris, lalu masuk, selesai. Dan mereka adalah kelompok yang boleh menikmati pesta terakhir ini bersama dengan pasangan baru yang baru diberkati ini.

Dikatakan di dalam ayat ini, 5 diantaranya bodoh dan 5 diantaranya bijaksana. Ada yang bodoh, ada yang bijaksana. Yang bodoh adalah yang membawa pelita tapi tidak membawa minyak. Ini membingungkan sekali, mengapa membawa pelita tapi tidak membawa minyak? Ini adalah kecelakaan yang bodoh sekali, kalau tugas kelompok ini adalah menyalakan pelita, mereka perlu membawa minyak. Namun 5 orang ini tidak membawa minyak dengan asumsi nanti mereka bisa minta ke yang lain. Sudah ada pengertian yang sangat tidak bertanggung jawab “saya bisa menjalankan tugas saya dengan minta kepada yang lain. Jadi kalau saya tidak membawa minyak, itu bukan masalah, saya masih bisa minta kepada yang lain. Yang lain membawa pelita jadi mereka juga akan membawa minyak, jadi saya bisa menggantungkan diri saya kepada yang lain”, ini pelayan yang tidak baik. Gadis-gadis bijaksana membawa pelita dan membawa minyak dalam buli-buli mereka. Gadis bodoh tidak menyadari minyak yang diperlukan sangat banyak, karena mereka punya asumsi kalau pengantin yang ditunggu segera datang, mereka tidak perlu persediaan minyak, mereka tidak perlu melakukan apa-apa, tinggal menyonsong pengantin, kemudian selesai. Tapi yang bijaksana berpikir “kalau masih lama bagaimana? Seumpama pengantinnya masih lama datang, minyak harus cukup, karena pelita ini harus menyala. Jadi saya harus bawa minyak cadangan. Pelita dinyalakan dan kalau pengantinnya lama datangnya, pelita harus dipelihara menyala, sehingga saya harus membawa cadangan minyak”, ini yang dipikirkan oleh gadis-gadis bijaksana. Ayat 5, “tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur”. Coba kita renungkan baik-baik, dikatakan gadis-gadis ini harus berjaga-jaga, tetapi mereka tertidur. Tidur salah atau tidak? Tidak, gadis-gadis bijaksana juga tertidur, bukan hanya gadis-gadis bodoh yang tertidur. John Piper pernah mengatakan kalimat yang bagus, “ketika Tuhan datang, kamu harus ditemukan bertanggung jawab”, bertanggung jawab artinya pada waktu siang kamu kerja, pada waktu malam kamu tidur. Jadi tidur itu tidak dosa. Kalau Saudara mengaitkan tidur dengan dosa, itu teologi asketik yang tidak ada di Alkitab. Teologi itu tidak realistis, akan menyesatkan, dan itu teologi yang akan meremehkan kebutuhan tubuh. Seolah-olah istirahat bagi tubuh kita adalah sesuatu yang tidak penting. Itu berakar dari pengajaran Platonis, bukan Kristen tapi Plato. Maka pengajaran yang mengatakan tidur itu harus dilawan, tidur itu tidak boleh. Benar tidur harus dilawan kalau dilakukan di kebaktian seperti ini. Dan John Piper mengingatkan mengapa banyak jemaat yang mengantuk pada hari Minggu, karena hari Sabtu jam 10 malam mereka belum tidur, masih sibuk urus ini dan itu. sudah jam 12 malam belum tidur, sudah jam 1 belum tidur, akhirnya datang ke gereja dan tidur, itu yang menjadi masalah. Maka John Piper mengingatkan “kalau Tuhan datang pada waktu engkau harusnya di kantor, engkau sebaiknya ditemukan Dia di kantor. Kalau Tuhan datang pada waktu malam, engkau sebaiknya ditemukan sedang tidur, bukan sedang main games. Tapi tentu tidak bisa memakai alasan ini kalau ada pekerjaan-pekerjaan yang memang membutuhkan itu. Kalau Saudara bekerja di rumah sakit dan ditugaskan di malam hari, Saudara tidak boleh memakai kalimat saya “Pak Jimmy bilang Tuhan akan marah kalau malam-malam saya bangun”, itu pekerjaanmu, kamu harus bangun malam hari, itu salibmu. Tapi kalau Saudara bangun karena sibuk ngobrol sama orang atau sibuk melakukan ini itu yang juga tidak penting, sibuk chatting untuk hal yang tidak penting, Saudara akan ditemukan tidak bertanggung jawab. Maka kalimat ini indah, baik gadis bodoh dan bijaksana tertidur karena sudah malam. Mereka tidak berkewajiban untuk bangun terus, mereka bukan penjaga, mereka akan dibangunkan oleh penjaga kalau pengantinnya sudah datang, mereka tidak perlu terjaga terus. Maka ketika malam hari, mereka tidur dengan nyenyaknya. Problem dari gadis bodoh adalah tidak membawa minyak, bukan tidur. Keindahan dari gadis bijaksana adalah mereka membawa minyak, bukan karena mereka bangun. Ini yang dikatakan di ayat 5, “mempelai tidak datang-datang, mengantuklah mereka semua lalu tertidur”. Dan ayat 6 tidak mengatakan “ini menyedihkan hati Tuhan, mengapa engkau tertidur, lawanlah”. Ayat 6 “waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia!”, maka semua bangun dan membereskan pekerjaannya. Kalimat ini sangat indah, ketika mempelai datang, dia datang sebagai yang akan mengajak pesta. Bagian lain menggambarkan kedatangan Tuhan sebagai Hakim, itu juga benar. Tapi bagian ini mengajarkan kedatangan Tuhan sebagai yang akan mengundang pesta. Siapa yang akan diundang? Saudara dan saya. Mengapa kita boleh diundang? Karena ketika Tuhan datang, Tuhan menemukan kita setia mengerjakan pekerjaan kita. Maka dikatakan ketika mempelai itu datang, semua panik, semua bereskan pelita jangan sampai terlambat. Dan gadis-gadis bodoh melihat pelita mereka mulai kehabisan minyak, dan mereka tidak membawa cadangan, mereka mengatakan kepada gadis-gadis bijaksana “bagi dong”. Kalimat itu identik dengan gadis-gadis bodoh. Saudara yang kebanyakan bilang “bagi dong” bertobatlah. Mengapa bagi? “saya tidak sempat persiapan”. Ini tanda ketidaksiapan, gadis-gadis ini punya tugas mempersiapkan diri, tapi mereka berasumsi pengantin sudah mau datang, mengapa perlu persiapan banyak-banyak? Dan ini merupakan kesalahan fatal di dalam gereja Tuhan, padahal Tuhan sudah peringatkan. Kalau Tuhan akan datang, tinggalkan pekerjaanmu, tinggalkan kuliahmu, tinggalkan semua dan songsonglah Dia. Ini sangat populer beberapa tahun lalu, saya tidak tahu apakah sekarang masih, tapi dulu ketika orang tua saya masih muda, sangat terkenal pengkhotbah yang mengkhotbahkan Tuhan sudah mau datang. Karena itu dia menyuruh semua orang untuk menjual harta, menjual semuanya, berhenti kuliah, songsong Dia. Menyongsong Dia dengan cara melihat ke atas, pergi ke gunung yang tinggi dan menantikan Dia turun. Banyak orang tertipu dengan hal ini, tapi Yesus sudah memperingatkan dengan perumpamaan yang ditemukan berjaga-jaga menantikan kedatangan mempelai adalah yang menganggap serius pekerjaannya. Siapa orang yang menganggap serius pekerjaannya dialah orang yang menyiapkan diri untuk kedatangan Tuhan. Karena begitu Tuhan datang, satu yang akan Dia tanya adalah “bagaimana tugasmu di bumi? Sudah sampai mana engkau bereskan? Apakah engkau bertanggung jawab di dalam tugas ini?”. Maka Saudara harus pikir baik-baik, kalau Saudara adalah orang yang dipanggil untuk sebuah pekerjaan, seberapa serius Saudara mempersiapkan pekerjaan itu. Apakah saya mengerjakan pekerjaan itu dengan penuh tanggung jawab atau sembarangan, apakah saya mengerjakan ini dengan kesadaran Tuhan menyuruh saya atau saya mengerjakannya dengan cara sembarangan? Inilah pengertian kita memahami konsep panggilan dari Martin Luther. Martin Luther mengatakan pekerjaanmu adalah panggilanmu dan panggilanmu adalah pekerjaanmu, engkau harus jalankan pekerjaanmu karena itu panggilanmu. Dalam tradisi Katolik ada pengertian profesi pada pekerjaan. Mengapa seseorang disebut profesional? Karena dia profes, mengaku bahwa apa yang dia kerjakan dikerjakan untuk Tuhan. Profesional tidak hanya berkait dengan dibayar, profesional berarti dia mengerjakan ini sebagai bidang utama dia yang dia kerjakan sepanjang hari untuk diberikan kepada Tuhan. Ada yang pekerjaan utamanya teologi seperti saya, saya akan bersalah kalau saya terlalu banyak mengerjakan hal lain di luar teologi. Saya adalah seorang teolog dan saya adalah seorang pendeta, maka ini tugas saya. Di dalam Kisah Para Rasul dirumuskan pemberitaan firman dan doa adalah tugas para hamba Tuhan. Sehingga waktu seorang hamba Tuhan terus mengerjakan hal lain, dia sedang tidak setia, karena ini pekerjaan yang dipercayakan oleh Tuhan. Tuhan minta orang mengerjakan pekerjaan yang full untuk Tuhan bukan untuk diri, bukan untuk siapa pun. Mari kita renungkan ini baik-baik, ketika Tuhan datang kembali satu aspek yang akan Dia tanya adalah bagaimana engkau mengerjakan pekerjaan utamamu. “Bukan pelayanan di gereja?”, saya harus hati-hati mengatakan ini, pelayanan di gereja sangat penting, namun pekerjaan utama Saudara juga sangat penting. Jadi Tuhan minta kita untuk mengerjakan pekerjaan baik di gereja, seperti yang dikatakan di Kitab Hagai “jangan abaikan rumah Tuhan, mengapa kamu pikirkan pekerjaanmu tapi abaikan tempatKu”, kita tidak boleh mengabaikan pekerjaan Tuhan tetapi Saudara juga harus tahu bukan hanya pelayanan kita di gereja yang Tuhan akan lihat, namun bagaimana kita menyelesaikan tugas kita yang Tuhan berikan kepada kita di dalam kehidupan kita sehari-hari. Inilah pengertian panggilan yang dieratkan dengan kedatangan Tuhan. Kalau Tuhan datang apakah Dia akan menemukan Saudara setia? Saudara sudah kerjakan pekerjaan Saudara dengan baik? Apakah tugas Saudara sebagai guru, dosen, hamba Tuhan, pegawai, pengusaha, atau apa pun itu apakah dikerjakan dengan setia atau tidak? Karena yang sembarangan mengeejakan itu akan Tuhan hakimi juga. Maka di dalam bagian ini ditegaskan bahwa gadis-gadis bodoh hanya menyediakan minyak sedikit, karena Tuhan kan akan datang, “saya abaikan tugas saya karena Tuhan akan segera datang”. Martin Luther mengingatkan tugas kita dan tugas Kristus itu sama. Kristus membeli umatNya dengan cara mati di kayu salib dan apa yang Dia kerjakan adalah apa yang umatNya juga akan kerjakan.

Dan yang Yesus kerjakan adalah hidup di dunia ini untuk menjadi berkat bagi sekelilingNya. Saudara pernah lihat Yesus menyembuhkan orang tanpa bersentuhan dengan Yesus? Tidak ada. Adakah orang yang disembuhkan Yesus dari jauh? Ada, tapi setelah Yesus berbicara dengan orang yang pergi bertemu Yesus. Ada orang yang anaknya demam, dia jalan untuk bertemu Yesus, dia berjalan jauh sekali sampai dia bertemu Yesus, dia mengatakan “Guru, anak saya sakit, tolong sembuhkan dia”, Yesus mengatakan “pulanglah, anakmu hidup”. Di dalam perjalanan pulang, Alkitab mencatat di Injil Yohanes, dia perlu waktu dua kali lebih lama dari pada perjalanan dia bertemu Yesus. Perjalanan dia bertemu Yesus dilakukan dengan cepat karena anaknya mau mati, dia cepat-cepat mau cari Yesus. Begitu sudah bertemu Yesus, Yesus mengatakan “anakmu sudah sembuh, pulanglah”, dia percaya maka berjalan dengan lebih tenang. Dia tahu anaknya sudah sembuh, dia tidak perlu buru-buru untuk pulang, sampai di rumah dia menemukan anaknya sudah sembuh. Tapi anak ini tidak sembuh mendadak, ada dia yang datang bersentuhan dengan Yesus. Yesus tidak pernah sembuhkan orang tanpa bersentuhan dengan orang itu secara relasi, atau bersentuhan dengan orang lain yang bersentuhan dengan orang itu secara relasi. Berarti di dalam kehidupan Yesus di bumi, dia menjadi berkat untuk orang-orang sekelilingNya. Maka waktu Yesus datang ke dunia ini, Dia benar-benar menjadi perwujudan kasih. Dan itu yang Tuhan mau kita lakukan, menjadi perwujudan kasih. Yesus menjadi perwujudan kasih bukan dengan cara sekali Dia datang semua beres, tidak seperti itu. Dia menjadi perwujudan kasih dengan relasi dan bersentuhan dengan orang-orang lain. Saudara tidak diminta Tuhan untuk mengubah dunia ini, tapi Saudara diminta oleh Tuhan untuk bersentuhan dengan orang-orang sekitar yang akan mengalami perubahan karena kehadiran Saudara. Inilah tanggung jawab yang Tuhan berikan. Baik Kristus maupun kita dipanggil untuk pekerjaan yang sama ini. Memberikan perubahan, menyatakan kasih, menyatakan kebenaran, menyatakan pengampunan, menyatakan keadaan yang lebih baik lagi untuk dinikmati oleh orang lain. Ketika Yesus melihat orang buta, dia disembuhkan, melihat orang lumpuh, disembuhkan. Tapi Dia tidak menyembuhkan semua orang lumpuh dan semua orang buta.

Luther katakan melalui pekerjaan kita adalah cara Tuhan memberkati dunia ini. Tuhan memberkati dunia ini lewat apa yang kita kerjakan. Sudahkah Saudara dengan hati nurani yang murni, dengan jujur di hadapan Tuhan mengatakan “Tuhan, saya mengamini khotbah hari ini. memang benar Engkau memanggil saya untuk mengerjakan pekerjaan saya ini supaya orang mendapat berkat”, bisa mengamini ini? Kalau tidak, Saudara adalah orang yang tidak membawa minyak. Karena membawa minyak berarti menjalankan panggilan sesuai kehendak Tuhan dengan bertanggung jawab. Minyak adalah lambang dari pekerjaan Roh Kudus, maka kita mesti dengan jujur mengatakan “Tuhan, saya tahu bahwa apa yang saya kerjakan adalah untuk jadi berkat bagi yang lain”, bisakah kita mengatakan demikian? Kalau bisa, puji Tuhan. Dan saya tidak mau Saudara menyempitkan pekerjaan memberkati itu hanya di dalam aspek yang dianggap rohani, ada banyak aspek lain yang juga penting bagi Tuhan. Di dalam pengertian yang diajarkan Martin Luther kepada gereja adalah makan roti itu sama pentingnya dengan mendengarkan firman. Saudara menyediakan roti bagi orang lain, itu sama pentingnya dengan mendengar firman. Itu sebabnya di dalam Doa Bapa Kami dikatakan “berikanlah kepada kami hari ini roti kami”, itu Doa Bapa Kami. Minta roti kepada Tuhan, makanan yang cukup merupakan bagian dari berkat Tuhan bagi manusia. Kita tidak boleh meremehkan anugerah umum Tuhan, anugerah umum Tuhan itu besar sekali maknanya. Itu adalah pernyataan kasih Tuhan yang begitu dalam kepada manusia. Tuhan memberkati orang jahat, memberkati orang baik dengan pengertian umum ini. Apakah saya diperintahkan oleh Tuhan untuk berbagian di dalam bidang medis atau hukum atau perdagangan atau teologi atau apapun, mari kerjakan itu dengan sebaik mungkin, dengan menyadari Tuhan mau saya mengerjakan ini sebagai utusan dari Kristus untuk mengerjakan pekerjaanNya di bumi. Sudah terlalu lama kita mengabaikan pekerjaan kita sehari-hari sebagai aspek rohani yang harus menjadi berkat bagi orang lain. Tapi hari ini saya mau kita berubah, mari lihat pekerjaan kita sebagai sesuatu serius yang Tuhan tuntut. Karena di dalam bagian selanjutnya Tuhan tidak mengizinkan masuk orang-orang yang tidak bawa minyak itu “kamu tidak mengerjakan pekerjaanmu, enyahlah, Aku tidak mengenal engkau”. Mari kita kembali memikirkan betapa seriusnya hal ini, pekerjaan yang dikerjakan dengan sebaik mungkin demi orang lain, itu begitu penting bagi Tuhan. Di dalam konsep Teologi Reformed, baik mandat budaya maupun mandat Injil adalah sebuah kesatuan, tidak bisa dipisah. Saudara tidak bisa mengatakan ini lebih penting dari yang lain, atau yang satu lebih penting dari yang lain, keduanya tidak mungkin dipisah, keduanya adalah yang Tuhan Yesus kerjakan waktu Dia di bumi ini. Dia memperbaiki banyak hal melalui yang Dia kerjakan.. Dan dia memperbaiki banyak hal melalui mati di kayu salib, sesuai dengan panggilan yang Tuhan berikan kepada Dia. Maka mari pikirkan lagi, kita bawa lampu apa, jenis lampu apa yang Tuhan suruh kita pegang, bagaimana kita harus mengerjakan jadi terang ini, lalu apakah kita sudah menyediakan minyak? Kalau Saudara mengatakan “saya ingin merintis sesuatu yang baru, usaha yang baik, karena negara Indonesia memerlukan ini. Saudara harus memikirkan sesuatu yang akan berlangsung lama. Dan kalau Saudara memikirkan untuk sesuatu yang berlangsung lama, Saudara mungkin akan berpikir “bagaimana kalau Tuhan datang di tengah-tengah? Saya bisa rugi”. Misalkan Saudara mau membuat usaha menumbuhkan lebih banyak sawah di negara ini. Saudara mau menjadi pelopor untuk lebih banyak sawah di negara ini dan Saudara sudah canangkan “saya ingin membuat negara ini menjadi penghasil padi terbesar di dunia, di dalam waktu 20 tahun. Saya akan mulai kerjakan sekarang”. Lalu Saudara mulai pikir-pikir kalau tahun pertama Yesus sudah datang, semuanya akan percuma. Tahun pertama baru beli tanah, tiba-tiba ada bunyi terompet di sorga, lalu Saudara sadar “saya rugi, kalau tahu seperti ini lebih baik melakukan pekerjaan yang cepat saja, penginjilan ke 2 orang, orang itu terima Yesus, saya masuk sorga, selesai. Pekerjaan ini terlalu panjang, saya salah strategi”. Benarkah? Tentu bukan demikian, tapi waktu Tuhan datang, Saudara akan ditemukan setia, karena Saudara siap sedia, sedang mempersiapkan tugas dengan baik. Ini namanya siap sedia menantikan Yesus datang. Siap sedia menantikan Yesus datang adalah merancangkan pekerjaan sebaik mungkin di dalam bidang Saudara untuk menjadi berkat bagi orang lain. Kalau rancangan ini Saudara buat, Saudara akan ditemukan setia oleh Tuhan. Tapi kalau ini tidak pernah dipikirkan, cuma tahu untung, cuma tahu “saya dapat uang, senang”, Saudara tidak pernah pikir bagaimana ini menjadi berkat, bagaimana orang diberkati oleh usaha atau pekerjaan saya, maka kita menjadi orang yang tidak bertanggung jawab, yang tidak membawa minyak itu. Maka seperti yang dikatakan oleh Kitab Zakharia “RohKu (lambang dari minyak dan pelita ini) akan mengerjakan pekerjaan Tuhan di bumi”. Dan di bagian ini ada ilustrasi yang mirip. Gadis-gadis yang memegang pelita itu seperti perwujudan dari Roh Kudus yang menyatakan pekerjaanNya di bumi. Dan ini untuk kita pahami dan kerjakan sama-sama. Apakah Saudara pernah pikir yang Saudara kerjakan penting? Karena dari yang Saudara kerjakan, orang akan mendapatkan bahagia, kesenangan, kesejahteraan dan lain-lain. Kalau iya, perjuangkan ini untuk Tuhan. Kerjakan dengan sebaik mungkin, jangan sembarangan kerja, jangan sembarangan atur uang, jangan sembarangan berstrategi, jangan sembarangan menggunakan apa yang Saudara miliki.

Lalu kesalahan kedua adalah tidak melakukannya untuk Tuhan dan sesama. Apapun yang kita kerjakan dengan sebaik mungkin dan sepandai mungkin, jika bukan untuk sesama, itu sama dengan gadis bodoh ini. Tuhan mengingatkan kalau Tuhan akan datang kembali, Tuhan akan tanya “apakah engkau sudah setia, apakah Aku menemukan engkau mengerjakan pekerjaanmu dengan setia, apakah engkau sudah bertanggung jawab di dalam pekerjaan yang Tuhan percayakan kepadamu?”. Ini satu bagian penting yang harus kita pahami. Dikatakan gadis-gadis bijaksana tidak mau memberikan minyak. Ini jangan disalah-artikan, Saudara mengatakan gadis-gadis bijaksana itu pelit. Apa yang Alkitab nyatakan positif jangan Saudara bilang negatif. Apa yang Alkitab soroti dengan negatif jangan Saudara berikan arti positif. Maka jangan menambahkan penafsiran yang spektakuler dan unik. Jadi ketika gadis bijaksana ini dimintai minyak “bagi dong minyaknya”, gadis bijaksana itu mengatakan “saya punya minyak untuk kerja songsong pengantin bukan untuk menghibur kamu. Saya punya minyak ini untuk Tuhan dan saya kerjakan dengan bertanggung jawab. Saya bukan pelit, saya bukan tidak mau berbagi. Tapi satu ini saya simpan untuk kerjakan untuk Tuhan”. Maka Saudara tidak perlu menjadi orang yang tidak mengerti bagaimana mengatur keuangan. Gagal mengatur keuangan sebenarnya itu juga dosa. Mengatur keuangan hanya demi diri, juga dosa. Kalau Saudara mengatakan “saya punya uang, saya akan memberikan kepada semua orang”, ada orang minta kemudian dikasi, minta kemudian dikasi, minta kemudian dikasi, akhirnya usahanya hancur. Itu salah. Saudara jangan suruh saya berstrategi dalam keuangan bisnis, saya bukan orang yang dipanggil untuk dunia bisnis. Saya dipanggil untuk dunia gereja yang bukan bisnis. Namun saya juga harus punya bijaksana untuk mengatur keuangan gereja bersama dengan pengurus yang lain. Keuangan gereja tidak boleh dipakai sembarangan. Keuangan gereja harus didukung lewat orang-orang yang berkerinduan untuk melayani Tuhan. Itu sebabnya pengelolaan yang bijaksana sangat penting. Strategi untuk bertanggung jawab itu adalah hal yang penting. Jika dunia menuntut keketatan di dalam pekerjaan yang bertanggung jawab dan keuangan yang bertanggung jawab, Tuhan juga menuntut hal yang sama. Mari belajar hal ini, mari belajar melihat pekerjaan kita sebagai panggilan untuk menyongsong kedatangan Tuhan melalui bertanggung jawab di dalam hidup. Maka aspek pengaturan keuangan itu sangat penting sekali. Itu sebabnya kita tidak boleh menganggap bahwa keuangan yang diberikan bisa dengan bebas kita gunakan seenak mungkin, tidak. Semua harus digunakan untuk tanggung jawab kepada Tuhan, menjalankan apa yang Tuhan percayakan untuk kita lakukan. Kalau Saudara mengatakan “saya punya uang sejumlah ini, ini harus saya pikirkan untuk mengembangkan usaha”, itu strategi baik yang harus dipikirkan baik juga. Demikian para gadis bijaksana ini menolak untuk memberikan minyak mereka. Mengapa mereka melakukan itu, apakah tidak punya belas kasihan? Bukan karena itu, tapi karena mereka tahu berstrategi untuk menggenapi pekerjaan mereka. Mereka harus menyongsong pengantin datang, mereka harus menyalakan pelita, mereka tidak boleh sembarangan, maka mereka harus menjaga minyak mereka. Bukan untuk diberikan sembarangan, semua orang boleh ambil asalkan mereka minta, tidak bisa begitu. Maka ketika gadis-gadis bodoh itu minta karena mereka sudah pikir “gadis bijaksana pasti baik, orang bijak kan baik. Yang baik itu biasanya mudah ditipu”, sehingga akan datang dan mengatakan “minta dong”. Gadis bodoh cuma tahu minta-minta, “saya perlu uang, saya minta ya. Saya perlu minyak, saya minta”, tidak pernah pikir bagaimana kesulitan orang lain menyiapkan minyak ini, pokoknya kalau ada orang lain yang punya, akan diminta. Ini adalah sikap yang tidak baik. Saya sangat sedih ketika banyak orang mau masuk ke dalam pelayanan, disuruh untuk mencari uang sendiri. Bagi saya itu tindakan kejam. Saya sangat bersyukur di dalam Gerakan Reformed ini Tuhan memelihara dan memberikan kecukupan. Bagaimana orang bisa menghargai pekerjaan Kristen, kalau pekerjaan Kristen selalu identik dengan minta-minta. Minta ini minta itu, pokoknya kamu ada uang silahkan kasi ke saya, kamu ada sumber kasi ke saya. Kalau kamu punya sumber saya juga perlu. Tapi kita tidak pernah pikir orang itu punya sumber yang harus dia pertanggung-jawabkan kepada Tuhan. Banyak orang mengatakan “GRII Pusat itu banyak uang”, tapi Pak Tong selalu mengingatkan “bukan banyak uang, tapi perlu banyak uang karena perlu kerjakan banyak hal”. Gadis bodoh ini bukan hanya bodoh tapi juga jahat dan tidak peduli kesulitan orang lain, “yang tahu kamu ada, kasi uang dong. Kalau kamu punya uang berikan kepada kami”. Pernahkah kita gereja, waktu mau mengadakan sesuatu kemudian minta uang kepada yang lain? Tidak. Kita kerjakan KKR untuk menjadi berkat bagi kota ini, bukan untuk diri kita. Kita yang tanggung biaya untuk sewa gedung, kita tanggung biaya untuk segalanya. Ada beberapa orang yang bukan dari gereja kita berbagian karena mereka tahu pelayanan Pak Tong. Tapi kita tidak pernah minta, kita tidak datang ke pemilik gedung dan mengatakan “Pak, kami mau sewa gedung, tolong kasi free. Karena kita sama-sama orang Kristen”, kita tidak pernah lakukan itu. Karena kita tahu dia juga harus bertanggung jawab gedungnya kepada Tuhan. Kita harus cari uang, kita harus mencukupkan apa yang kita perlukan untuk kebutuhan ini. Itu sebabnya belajar mencukupkan diri, belajar menjadi berkat, itu panggilan Kristen yang penting. Jangan menjadi orang yang hanya tahu mengandalkan orang lain, “mudah, kalau saya perlu apa, tinggal telepon si ini, tinggal minta si ini. Kalau ada orang yang saya bisa minta, saya bisa amankan keuangan dari dia, itu sudah aman”. Di dalam tradisi percakapan hamba Tuhan yang jahat ada istilah burung gagak. Ini istilah rohani untuk orang yang suka support pendeta, burung gagak, mirip seperti yang dialami Elia. Elia tinggal di tepi Sungai Kerit, yang kasi makan adalah burung gagak. Biasanya orang akan mengatakan “di gerejamu ada berapa ekor burung gagak?”. Saya paling benci dengar orang yang mengatakan seperti ini “di gerejamu ada berapa burung gagak?”, saya mengatakan “di gereja kami tidak ada burung gagak, kami semua elang, kami semua perkasa, bukan gagak”. Burung gagak itu punya konotasi yang negatif, identik dengan burung yang suka mencuri dan juga identik dengan hal-hal negatif, kuasa jahat. Sebenarnya tidak ada kesan agung kalau dibilang seperti burung gagak. Mengapa orang bilang seperti itu? “Karena saya bekerja dan saya juga perlu tambahan uang, saya perlu dekati orang untuk nanti support saya”. Saya dengar cerita kalau di sebuah gereja ada pendeta yang sangat senang hari raya karena dia pasti akan mendapat banyak hadiah dari jemaat dan banyak pemberian. Kalau dekat Natal itu keuangan bertambah, hadiah bertambah, paling senang kalau dekat Natal karena ada semangat Natal dari jemaat, semangat memberi. Tapi pendetanya tidak mau memberi. Hamba Tuhan tidak tahu memberi, hanya tahu minta-minta itu sama dengan gadis yang bodoh. Gadis yang bijaksana tidak mudah dibodoh-bodohi, tidak mudah diberikan muka belas kasihan. Gadis yang bijaksana cuma mengatakan “saya punya tugas. Saya harus kerjakan tugas ini. Maaf ya, ini tugas saya. Kamu silahkan beli saja, cari di tempat lain”. Akhirnya mereka cari di tempat lain, susah mendapatkannya. Setelah dapat, mereka kembali ke tempat pesta dan pintu sudah ditutup, pesta sudah dimulai. Mereka ketok-ketok mengatakan”izinkan kami masuk, kami sudah punya minyak”, orang yang di dalam tanya “untuk apa minyaknya?”, “untuk menyalakan pelita”, “terus untuk apa pelitanya?”, “untuk menyongsong pengantin masuk ke rumah”, “pengantinnya sudah masuk”, apa gunanya pelita ketika pengantin itu sudah masuk ke rumah. Mereka tidak punya alasan untuk diizinkan masuk. Karena orang yang bertugas menyongsong seharusnya berjalan di depan, kalau bertugas menyongsong mengapa berjalan di belakang?

Biarlah kita bertanggung jawab di dalam hidup kita, jangan menjadi orang yang cuma minta-minta, tapi jadi orang yang berstrategi, simpan uang baik-baik, pelihara baik-baik kepercayaan yang Tuhan berikan, tanggung jawab sebaik mungkin dan fokus kepada pekerjaan Tuhan lebih dari pada sekedar mendengar seruan bujuk rayu orang minta-minta uang. Harap perhatikan ini baik-baik, Saudara tidak menjadi orang Kristen yang gagal kalau Saudara berbelas-kasihan namun tidak sembarangan memberi. Tapi kalau Saudara tidak sembarangan memberi bukan karena alasan kikir atau pelit, tapi karena alasan saya punya fokus, uang ini dari Tuhan. Saya kerja keras dan Tuhan berikan uang ini, harus saya pakai untuk kebahagiaan orang banyak. Harus saya pakai untuk menjadi berkat yang lebih secara bertanggung jawab. Dari sini Saudara akan menjadi orang Kristen yang menjalankan hidup sebagai panggilan dan menjalankannya dengan segala keseriusan. Inilah pengertian yang indah sekali dari menantikan kedatangan Tuhan. Yesus mengatakan “mau menantikan kedatangan Tuhan?”, “mau, saya mesti melakukan apa?”, “kerjakan pekerjaanmu sehari-hari dengan bertanggung jawab”. “Apa itu bertanggung jawab?”, kerjakan dengan sebaik mungkin, dengan atur sebaik mungkin, dengan kelola sebaik mungkin, dan kerjakan untuk kebahagiaan orang lain, kerjakan untuk bahagia dari komunitas dan kamu sedang mempersiapkan kedatangan Tuhan. Kiranya ketika Tuhan datang, Tuhan menemukan kita setia di dalam segala panggilan yang Dia perintahkan kepada kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Apakah kita menjadi kering?

(Markus 11: 12-14, 20-26)
Pada bagian ini kita mesti hati-hati melihat apa yang orang Yahudi pahami, bagaimana orang Yahudi melihat ini, adakah ayat dari Perjanjian Lama menolong kita untuk memahami bagian ini? Karena kalau kita ambil pengertian lepas dari Kitab Suci, kita akan mendapat pengertian yang jauh dari maksud Tuhan. Ayat 13 dikatakan “dari jauh Yesus melihat pohon ara yang sudah berdaun, Dia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon ara itu. Tapi waktu Ia tiba di situ Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara”. Saudara melihat tindakan aneh dari Tuhan Yesus? Belum musim buah ara, untuk apa cari buah? Terjemahan yang lebih akurat mengatakan sebab ini adalah musim sulung buah ara. Ini bukan musim buah ara, ini adalah musim sulung buah ara, berarti akan ada satu dua pohon yang akan berbuah lebih dulu dari pohon lain. Sebelum banyak pohon ara lain yang berbuah, akan ada pohon yang keluarkan buah sulung. Ini yang biasanya akan dipersembahkan kepada Tuhan, kalau Saudara punya pertanian atau kebun. Akan ada pohon-pohon yang akan mengeluarkan buah sulung. Yesus menantikan buah sulung, ini musim buah sulung, bukan musim buah. Ini terjemahan yang mungkin akan diperbaiki oleh LAI dalam satu atau dua tahun lagi. Yesus menantikan dapat buah sulung, tapi pohon yang Dia lihat tidak memberikan buah apa pun. Maka kataNya kepada pohon itu “jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya”, dan muridNya pun mendengarnya. Sadis, lapar, tidak dapat makanan langsung memberikan kutuk. Apakah itu yang dimaksud? Ternyata tidak, yang Yesus kerjakan di dalam berita akhir zaman selalu mempunyai pemunculan kisah dari Perjanjian Lama. Ada re-enactment, ada menghidupkan kembali adegan dalam Perjanjian Lama. Jadi ada sesuatu terjadi di Perjanjian Lama yang dimunculkan kembali, itu akan memberikan hint akhir zaman sudah tiba, penghakiman Tuhan sudah dekat, Tuhan sudah mau datang kembali. Banyak hal dari Perjanjian Lama diulang kembali. Maka di dalam bagian ini Yesus sedang menyatakan pengulangan dari peristiwa pohon ara di dalam beberapa kitab di Perjanjian Lama. Yang pertama Saudara bisa lihat di Yeremia 8: 13, ini merupakan ayat yang penting, di ayat itu Tuhan marah, Dia mengatakan “Aku berharap engkau hai Israel menjadi buah sulungKu. Aku harap engkau menjadi pohon ara yang menghasilkan buah sulung. Tapi yang Aku dapati hanya pohon hanya batang dan daun saja. Aku tidak melihat buah di tengah-tengah kamu hai Israel. Engkau adalah pohon araKu tapi engkau tidak memberikan buah sama sekali. Jangankan buah sulung, engkau tidak memberikan hasil sama sekali”, inilah pernyataan Tuhan di dalam Yeremia 8. Di dalam Yeremia 8, Tuhan memberikan teguran kepada Israel “kamu pohon araKu, mana buah araKu?”. Tuhan adalah Tuhan yang memberikan kepada manusia peran di dalam ciptaan. Dan peran itu mulia sekali, manusia adalah gambar Allah. Lalu Tuhan memanggil Israel untuk memberikan peran kepada mereka, dan peran itu mulia sekali karena peran itu adalah sebagai umat Tuhan. Setiap peran yang agung ini akan Tuhan tuntut dengan besar juga. Itu yang Tuhan katakan kepada Israel, “engkau adalah umatKu maka engkau harus berfungsi sebagai umat. Aku memberikan kasihKu kepadamu, Aku memberikan tanah yang subur, Aku memberikan segalanya untuk engkau supaya engkau berfungsi sebagai umat”. Keselamatan diberikan supaya Israel berfungsi, keselamatan diberikan kepada kita supaya kita berfungsi sebagai umat Tuhan. Maka ketika Tuhan tidak melihat buah dari Israel, Tuhan marah dan Tuhan hukum mereka. Tapi jangan berpikir Tuhan itu adalah Allah yang sedikit marah langsung hukum, sedikit emosi langsung murka, sedikit terprovoke langsung menurunkan api dari langit, tidak. Karena Tuhan menyatakan ini dalam Kitab Yeremia, kitab yang ditulis di abad ke-6 sebelum Masehi. Tuhan sudah panggil Israel dari abad ke-13 sebelum Masehi. Dari tahun 1200-an sebelum Masehi, Israel sudah dibentuk menjadi umat dan sampai tahun 500 atau 600-an sebelum Masehi, Tuhan tidak melihat Israel setia. Berarti Tuhan sudah bersabar beratus-ratus tahun dan ketika Dia menanti ratusan tahun tetap tidak ada buah, maka ada saat dimana Tuhan memberikan penghakiman dan mengatakan “sekarang engkau kering dan engkau akan dibuang”, itulah momen ketika Tuhan menyatakan pembuangan ke Babel. Lalu pada bagian lain misalnya Yeremia 24, di situ Tuhan sekali lagi menyatakan “Israel, engkau adalah pohon araKu. Banyak buahmu yang busuk dan sedikit yang baik. Aku akan ambil yang baik dan akan pisahkan yang busuk. Yang baik akan Aku terima, yang busuk Aku buang”. Jadi Tuhan menyatakan di tengah Israel masih ada buah sedikit. Tetapi kebanyakan orang-orang yang di tengah Israel adalah orang-orang yang busuk, pemimpin yang busuk, orang yang tidak setia, orang yang menyembah berhala, orang yang kejam, orang yang kasar, orang yang mencuri dari orang lain, orang yang menindas orang lain. Maka Tuhan mengatakan “busuknya buah Israel membuat Aku mau membuang Israel ke pembuangan di Babel”. Saudara coba search di Alkitab elektronik, kata-kata yang lumayan penting secara teologis, dan buah ara adalah kata yang mempunyai makna simbolik yang sangat penting.

Di dalam Hosea 9: 10, Tuhan mengatakan Israel adalah buah ara yang sulung. Tuhan sangat berharap kepada Israel. Dia melihat bangsa lain kering dan Dia murka kepada mereka. Tapi kemurkaan Tuhan kepada bangsa lain tertutup oleh kesenanganNya kepada Israel. Ini bagian yang penting dari Kitab Hosea, dari semua bangsa-bangsa yang mendukakan hati Tuhan, ada satu yang Tuhan harap memberikan kesenangan kepada Dia. Karena seluruh bumi tidak ditangani dengan benar, Tuhan mau manusia memenuhi bumi dengan keadilan, kebenaran, kesucian dan damai. Tapi manusia hidup dengan cara yang rusak, maka Tuhan sedih hatiNya melihat bumiNya hancur. Kita jangan masuk dalam pemikiran Platonis dari Yunani, bumi biarkan saja hancur yang penting sorga. Bumi hancur karena dosa dan bumi akan diperbaiki karena ada penebusan. Saudara tidak boleh menganggap hidup di bumi itu tidak penting. Hidup di bumi adalah hidup yang Tuhan tuntut. Pak Stephen Tong pernah mengatakan hidup di bumi itu penting, karnea hidupmu di bumi ini akan menentukan nasib kekalmu. Hidup di bumi itu sangat penting, itu sebabnya di dalam retreat Sekolah Minggu ditekankan bahwa panggilan itu penting, anak-anak harus mengenal panggilan dari sejak mereka kecil, sehingga mereka tahu mereka adalah ciptaan Tuhan untuk mengerjakan sesuatu di bumi ini. Kerja sesuatu sesuai panggilan Tuhan. Ketika bangsa-bangsa sudah gagal mengerjakan panggilan mereka, Tuhan masih terhibur ada Israel. Di dalam pengharapan Tuhan dapat penghiburan waktu melihat Israel, justru Tuhan melihat kebobrokan yang lebih parah dari bangsa lain. Tuhan bisa bayangkan berapa hancurnya hati Tuhan. Ini akan Saudara dapat kalau banyak baca dari Yeremia, Yehezkiel, Yesaya, di situ Saudara akan melihat sakit hati Tuhan yang besar. Dan orang tidak akan sakit hati kepada orang yang tidak diharapkan. Tuhan melihat bangsa-bangsa sudah menyeleweng dan Tuhan berpaling kepada Israel, permataNya Tuhan, biji mataNya Tuhan. Tuhan melihat seluruh bangsa berpaling menyembah berhala, dan Tuhan melihat Israel dan Dia berharap akan ada umat yang sujud kepada Dia. Tapi sia-sia Dia menantikan itu. Maka ketika Dia melihat Israel, Dia mengatakan “engkau seharusnya menjadi pohon ara, engkau seharusnya menghasilkan buah sulung, engkau seharusnya menyatakan apa yang aku harap ada padamu. Tapi engkau tidak bisa lakukan itu”. Israel memberontak, Israel jatuh, Israel menyeleweng, Israel mengabaikan Tuhan, Israel menghancurkan hati Tuhan. Kita bisa menghancurkan hati Tuhan, kita bisa merobek hati Tuhan. Tidak seperti orang lain yang Dia tidak pilih dan tidak pedulikan. Setiap orang yang dipanggil menjadi umat bisa menghancurkan hati Tuhan, dan Tuhan bisa marah kepada orang-orang ini. Maka di dalam Kitab Hosea ada banyak gambaran tentang pernikahan, kesetiaan dan pelacuran, ini untuk menunjukan tindakan Israel yang sembarangan mirip dengan tindakan perempuan yang melacurkan diri, menyakitkan hati suaminya. Israel sebagai buah ara, buah sulung sangat jelas di dalam kitab Hosea. Lalu di bagian lain ada Kitab Zakharia 3: 10, ini adalah kitab yang sedikit memberi penghiburan karena Tuhan mengatakan “Aku akan undang engkau, Israel, berada di bawah pohon ara dan makan jamuan bersama-sama”. Di bawah pohon anggur dan di bawah pohon ara akan menikmati jamuan bersama-sama. Ini sangat mirip dengan kisah Zakheus, dia adalah seorang yang memanjat pohon sikamor, mirip dengan pohon ara. Tuhan mengatakan “Zakheus turunlah”, dia menjadi buah sulung, “Aku mau adakan perjamuan di rumahmu”, itu kutipan dari Zakharia 3: 10. Jadi banyak sekali kehidupan Kristus yang merupakan re-enactment, menghidupkan kembali kisah-kisah di dalam Perjanjian Lama. Maka waktu Yesus melihat pohon ara, ini dicatat sebagai peristiwa penting, ini bukan hanya peristiwa Yesus lapar dan tidak mendapat makan. Itu peristiwa kurang penting, Yesus pernah tidak makan selama 40 hari, apa susahnya Dia tunggu 1 hari lagi. Berarti Tuhan sedang menyatakan pesan yang penting sekali. Pesan ini begitu penting sehingga saya sangat berharap Saudara bisa dapat apa yang saya sampaikan ini di dalam keutuhan pesan yang kuat. Seringkali orang mengeluh “saya kalau dengar khotbah sulit mengerti, khotbahnya panjang dan harus diikuti, kalau loss 1 maka loss semua”, saya berharap Saudara benar-benar memberikan konsentrasi untuk mendengarkan rangkaian argumen yang saya berikan. Buah ara adalah Israel, buah ara adalah tanda yang akan menjadi pemulihan Israel, Zakharia 3: 10. Jadi Tuhan memakai simbol buah ara untuk menyatakan pembuangan dan pemulihan. Tuhan Yesus menyatakan kepada pohon ara ini “engkau tidak akan memberi buah, orang tidak akan makan buah dari engkau lagi selama-lamanya”. Itu merupakan pernyataan yang mengaitkan orang kepada Yeremia 8, 24, Hosea 9 dan Zakharia 3, semua berkait. Dan itulah sebabnya peristiwa ini dicatat. Ini sekali lagi bukan mengenai Yesus kurang makan dan ada pohon kurang ajar yang tidak mau memberikan buah. Ini mengenai simbol pembuangan dan pemulihan bagi Israel.

Di bagian selanjutnya dikatakan oleh Tuhan Yesus “jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya”, dan murid-muridNya pun mendengarnya. Kisah di dalam Matius lebih singkat, Markus memanjangkan cerita ini dengan menyelipkan peristiwa Yesus menyucikan Bait Allah. Kita tidak detail membahas ini, tapi peristiwa ini berkait dengan pohon ara yang kering. Orang yang membaca Lukas langsung tahu Tuhan sedang tarik pengertian pohon ara yang kering ini dengan para tokoh Bait Suci. Siapa pohon ara itu? Israel. Siapa mewakili Israel? para pemimpin Bait Suci. Para pemimpin Bait Suci inilah pohon ara yang kering itu. Maka Yesus masuk ke Yerusalem dan Dia melihat orang-orang berjualan di halaman Bait Suci. Halaman Bait Suci adalah milik orang-orang yang dari bangsa-bangsa lain mau menjadi Israel, mau jadi umat Tuhan. Mereka mau disunat, mau mengikuti upacara-upacara dan tata cara agama Israel. Lalu mereka datang ibadah di tempat yang dikhususkan untuk mereka. Tapi pada waktu itu pemimpin-pemimpin Bait Suci mau kerja sama dengan orang untuk memberikan tempat mereka berjualan, dan tempat itu adalah tempat orang kafir yang mau bertobat. Dengan cara ini pemimpin Bait Suci meremehkan bangsa lain yang mau datang. Mereka mengatakan “bangsa lain itu kafir, biarkan neraka untuk mereka. Mereka tidak perlu bertobat, biar Tuhan dan Israel saja yang menjadi komunitas persekutuan yang indah. Biarkan bangsa lain binasa dalam nerakaNya Tuhan”. ini membuat Tuhan Yesus marah, Tuhan Yesus segera menyatakan “ada tertulis rumahKu akan disebut rumah doa bagi segala bangsa. Namun engkau telah menjadikannya sarang penyamun”. Pdt. Eko pernah mempunyai penafsiran yang unik tentang sarang penyamun, dia selidiki istilah itu dalam survei dan studi yang dilakukannya, sarang penyamun adalah tempat dimana orang bisa mengeluarkan segala kekasaran dan segala sifatnya di komunitas itu. Sarang penyamun itu tidak seperti yang kita pikir yaitu kumpulan orang-orang jahat. Yang dimaksudkan adalah ada tempat dimana orang bisa mengekspresikan dirinya sebebas mungkin dan tidak dianggap menjijikan. Sarang penyamun bagi orang Yahudi adalah tempat dimana mereka berkoar-koar menyatakan kemenangan orang Yahudi, padahal itu tidak real, tempat itu adalah Bait Suci. Mereka datang ke Bait Suci dan menyerukan “hidup bagi Israel, Tuhan Allah kita. Tuhan pimpin kita, semua bangsa rebah, semua pemimpin-pemimpin lain hancur. Allah melantik rajanya di gunung yang kudus. Seluruh raja hancur”, begitu keluar Bait Suci, mereka memberi hormat lagi kepada orang Romawi. Maka Tuhan sangat marah kepada mereka, dan imam-imam kepala langsung marah dan berniat untuk mematikan Yesus. Yesus mau dimatikan hanya karena 2 hal, pertama karena Sabat, kedua karena Bait Suci. Semua hal lain offensive tapi tidak seperti 2 hal ini. Alkitab dengan jelas menyatakan alasan Yesus dimatikan. Pertama karena konsep Sabat, yang kedua karena Bait Suci, ini dua hal yang secara time sangat khusus bagi Israel, dan secara space sangat khusus bagi Israel. Yesus melampauai time dan space di dalam pengertian Israel, maka Dia berhak menentukan kapan Sabat, Dia berhak menentukan di mana Bait Allah. Tapi orang Yahudi tidak mau ini diubah. “Kapan Sabat, kami tidak tahu dan Engkau jangan memberi tahu. Tempat Allah dimana, kami tahu, tempat inilah Bait Allah, jangan ubah tempat ini”. Tapi Yesus adalah Raja yang berhak mengubah kapan Sabat dan Dia adalah Raja yang berhak mengubah dimana Bait Suci. Karena offense-Nya Yesus terhadap Sabat dan Bait Suci, mereka mengatakan “kami mau membunuh Engkau”. Tapi setelah itu kisah berlanjut mengenai pohon ara yang kering. Markus menekankan Israel sudah rusak, pemimpin-pemimpinnya bobrok dan selanjutnya di ayat 20 “pagi-pagi setelah Yesus dan murid-muridNya lewat”, kalau sebelumnya dari luar Yerusalem lewat pohon ara ke Yerusalem, sekarang dari Yerusalem mau keluar dan ketemu dengan pohon ara yang sama maka mereka melihat pohon ara itu sudah kering sampapi akar-akarnya. Maka teringatlah Petrus akan apa yang sudah terjadi lalu dia berkata kepada Yesus “Rabi lihatlah pohon ara yang Engkau kutuk itu sudah kering”. Petrus dan murid-murid yang lain mengerti hal ini, mereka mengerti pohon ara, mereka tidak akan sama seperti kita yang kebingungan melihat ini. Murid-murid mengerti dengan benar, “Tuhan, mengapa begini, apakah kita akan dibuang lagi seperti yang dinyatakan dalam Kitab Yeremia? Apakah Tuhan sudah marah kepada kami, sudah sedemikian putus asakah kami, sudah sedemikian hancurkah kami, sudah sedemikian marahkah Engkau? Apakah tidak ada harapan bagi kami?”, ini yang murid-murid khawatirkan. Yesus menjawab “percayalah kepada Allah”, di sini kita bingung kaitannya apa. Penghakiman, Israel dibuang, pohon ara menjadi kering, tiba-tiba keyakinan doa yang sangat bersifat pentakosta karismatik. “Percayalah kepada Allah”, ini ayat yang kita suka sebagai orang Kristen. “Aku berkata kepadamu sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut, asal tidak bimbang hatinya tapi percaya bahwa apa yang dikatakannya akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya”. Mengapa kalimat itu dikaitkan dengan doa, mengapa Yesus mengatakan “kalau kamu berdoa, kamu harus percaya”, percaya itu berarti tidak bimbang, jangan bimbang hatimu. Tapi coba selidiki baik-baik perkataan doa, percaya dan bimbang. Di dalam seluruh Kitab Suci di Perjanjian Baru, mulai dari Matius, Yakobus kemudian bagian lain, kalau ada kaitan doa percaya, doakan dengan sungguh-sungguh selalu akan berkait dengan penghakiman. Yakobus mengatakan “lihat Elia orang biasa, dia berdoa dan penghakiman Tuhan datang, dia berdoa dan penghakiman Tuhan berhenti”, dia orang biasa tapi berdoa penghakiman dan terjadi. Jadi doa yang berkait dengan penghakiman itu yang senantiasa dikaitkan dengan percaya dan dengan yakin dan dengan orang benar. Jadi ini bukan sembarang doa. Saudara berdoa, meskipun tidak belajar tapi Saudara yakin dan percaya akan lulus ujian, “Tuhan, aku percaya padaMu, meskipun aku tidak belajar, aku akan mendapat A”, Tuhan tidak akan mendengar doa seperti ini. Kalau baca Alkitab mesti teliti, jangan kalau ada ayat yang begitu menarik langsung dijadikan ayat emas yang kita tidak tahu ambil dari mana. Itu seperti mengambil bagian dari sebuah mobil, mesinnya Saudara lepas, dan Saudara tidak tahu dari mana. Ketika diminta untuk memasukannya lagi, Saudara tidak tahu dari mana, maka tamatlah mobil Saudara. Kita sering mengambil ayat emas, tapi kita lupa ambil dari mana, ayat itu akan berhenti jadi emas. Berhenti jadi emas karena dia harus bersatu dengan bagian yang lain. Maka coba selidiki baik-baik, ketika Tuhan mengatakan doa orang benar, pembenaran (ini bukan pembenaran versi Martin Luther, dia bicara pembenaran di dalam kasus yang lain) ini doa orang benar yang akan mendatangkan penghakiman. Yakobus mengatakan doa orang benar besar kuasanya. Dan Yakobus mengatakan ini di dalam konteks mendoakan orang yang sakit, olesi dia dengan minyak, minyak tanda pertobatan. Mengapa orang sakit disuruh bertobat? Ini orang sakit karena dihukum Tuhan, penghakiman, ini bukan sembarang orang sakit. Yakobus sedang bicara konteks penghakiman. Maka Saudara tidak bisa pakai konteks Yakobus untuk orang-orang sakit di rumah sakit, kecuali Saudara tahu mereka sakit karena mereka jahat. Yakobus sedang mengatakan jika engkau berkunjung ke orang sakit, olesi dia dengan minyak, doakan dia. Kalau dia bertobat, akan disembuhkan. Kalau ada dosanya, dia akan diampuni. Jadi ini bukan perkunjungan biasa, ini adalah perkunjungan untuk menegur orang yang ada dalam kesusahan, tapi dia adalah orang berdosa. Kalau kita punya musuh, musuh Tuhan, lalu dia sakit, Saudara bisa kunjungi pakai metode Yakobus. Dan ini adalah doa yang menurut Yakobus punya dua kekuatan yang pertama. Saudara kalau orang benar, punya kekuatan untuk membuat penghakiman Tuhan tiba. Yang kedua, Saudara juga punya kekuatan untuk membuat pengampunan Tuhan juga tiba.

Ayat 23 “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya”. Gunung beranjak itu apa? Tadi kita melihat klip dari Palu dan sekitarnya, di dalam keadaan gempa karena pergeseran kulit bumi, akan sangat sering terjadi pergeseran hal yang tadinya tidak terpikir tergeser. Di dalam tradisi timur dekat kuno selalu akan ada gunung yang dipuja sebagai tempat dewa terkuat. “Ada gunung tempat dewa terkuat dan ini adalah gunung kami”, gunung itu selalu dijadikan tempat keramat. Ada gunung-gunung yang dianggap penting, dianggap istimewa, dianggap sebagai kekuatan inti dari dewa paling kuat di bangsa itu. Maka gunung ini tidak boleh bergerak. Tapi orang Israel mengatakan “Tuhanku adalah Tuhan yang akan menggerakan gunung sesukaNya”, itu maksudnya gempa. Bahkan bisa jadi Dia akan gerakan gunung sampai tercampak ke laut. Gunung dan laut itu kekuasaan dua dewa yang beda. Kalau gunung sampai pindah ke laut itu berarti dewa gunung ditelan dewa laut. Dan biasanya orang akan melihat dewa laut itu sebagai dewa yang jahat, dewa gunung itu sebagai yang baik. Kerajaan-kerajaan punya dewa jahatnya di laut. Dewa jahat di laut, dewa utama di gunung, kalau gunung tercampakan ke laut berarti kamu habis. Yang jahat yang menang dan yang baik itu yang hancur. Tapi dalam tradisi Israel, gunung bergerak karena Tuhan, Tuhan tidak punya gunung yang khusus. Tuhan punya gunung yang khusus di Sinai, setelah itu Dia pergi, Tuhan tidak enetap di satu gunung. Dia pindah-pindah ke gunung manapun karena Dia tidak harus diam di gunung. Allah Israel bukan Allah gunung, tapi Dia sendiri adalah gunung. Ini pengertian Israel yang beda dengan yang lain, “Engkaulah Gunung Batuku”, maksudnya tidak ada gunung di bumi yang kami pegang dan kami andalkan sebagai tempatnya Tuhan. Bangsa lain punya gunung keramat, Israel tidak punya. Ketika Israel mengatakan gunung keramat kami adalah Yerusalem karena di situ ada Bait Suci, Yeremia mengatakan Tuhan akan hancurkan Bait Suci, Tuhan tidak harus menetap di situ. Israel punya Allah yang beda dengan allah yang lain. Semua allah lain punya gunung sebagai markas, hanya Allah yang adalah gunung itu sendiri. Allah adalah Gunung Batuku, bukan Allah punya gunung batu. Lalu bagaimana dengan gunung-gunung di bumi? Semua gunung di bumi bisa bergerak, bisa bergoncang. Maka ada perkataan “meskipun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoncang, Tuhan tetap stabil”, karena Tuhan bukan di gunung. Kalau suatau saat Saudara melihat gempa menakutkan dan melihat gunung bisa berpindah, Saudara harus tahu Tuhan tidak di gunung itu, Tuhan yang menggerakan gunung. Ini pengertian yang luar biasa agung. Kalau kita tidak mengerti ini, kita akan bingung “gunung tercampak ke laut? Mengapa ada orang berdoa mencampakan gunung?”, karena kita tidak mengerti latar belakangnya. Di dalam bagian ini, gunung beranjak itu pertanda penghakiman. Saudara bisa melihat di Mazmur 46: 3-4; 29: 6; 97:5; 114:6, dan ini hanya bagian kecil dari banyak lagi pemberitaan tentang gunung yang Tuhan goncangkan. Bahkan ada ayat yang mengatakan Tuhan ubah gunung menjadi air, ini namanya gunung tercampak ke laut. Ini bicara tentang penghakiman. Yang Yesus katakan adalah jika engkau mau berdoa untuk penghakiman itu akan terjadi. Ini kuasa besar sekali. Dan ini mirip dengan yang Yesus katakan di Yohanes, ketika Dia bangkit, Dia berkata kepada para murid “barangsiapa orang kamu tetapkan dosanya ada”, dosanya ada, “barangsiapa orang kamu hapus dosanya”, dosanya dihapus, ini pekerjaan gereja yang sangat besar. Injil adalah berita yang membuat gereja punya kuasa demikian besar untuk menyelamatkan orang lewat pemberitaan dia. Juga punya kekuasaan besar untuk menghakimi orang yang tidak mau datang kepada Tuhan. Maka dalam bagian ini Yesus sedang berbicara tentang penghakiman, sama seperti yang Dia lakukan kepada pohon ara. Dia menghakimi pohon ara dan penghakimannya terjadi. Petrus mengatakan “bisa kering”, Yesus mengatakan “engkau pun akan melakukan hal yang sama. Engkau berdoa untuk penghakiman dan penghakiman itu akan terjadi”. Orang percaya punya kuasa demikian besar. Saudara bisa berdoa dan mengatakan “Tuhan, berapa lama lagi engkau akan biarkan orang fasik berkuasa? Hancurkan mereka”. Wahyu 6 berbicara tentang hal ini, tentang jiwa orang yang sudah dipenggal di bumi. Jiwanya pergi ke sorga dan ada di mezbah Tuhan di sorga, tempat yang sangat dekat dengan tahta Tuhan. Lalu di mezbah itu mereka berseru “berapa lama lagi ya Penguasa Maha Adil, Engkau tidak membalaskan darah kami?”, ini permohonan untuk keadilan. Petrus mengatakan “bagaimana bisa kering?”, Yesus mengatakan “kamu juga harus tahu bahwa kalau kamu percaya dan tidak bimbang, kamu dapat berdoa untuk penghakiman dan itu akan terjadi”.

Tapi apa maksudnya percaya dan tidak bimbang? Percaya itu tidak identik dengan yakin, percaya itu identik dengan kebenaran. Percaya dan tidak bimbang berarti Saudara tahu yang layak dihakimi benar-benar layak dihakimi dan Saudara doakan untuk itu. Bisakah kita doakan untuk orang layak dihukum? Bisa, tapi kita harus yakin dia benar-benar orang yang harus dihukum. Saudara lihat orang yang bersalah, Saudara langsung hantam mereka dengan penghakiman, maka mungkin Saudara belum tentu orang yang percaya dalam pengertian ini, belum tentu orang benar, belum tentu orang yang punya hikmat yang akurat. Hakim yang bijak akan menyatakan keadilan, hakim yang jahat itu akan menyatakan kekacauan. Hakim yang benar akan menghakimi dengan benar. Hakim yang jahat akan menghakimi dengan jahat. Hakim yang terima suap akan menghancurkan keadilan Tuhan. Maka orang benar berkait dengan hakim. Pengadilan yang adil, keputusan yang tepat, pernyataan yang tepat, siapa yang dibenci dan diusir adalah orang yang benar-benar mau dibenci dan diusir oleh Tuhan. Tapi orang yang mau ditarik kembali oleh Tuhan, akan diberikan kesempatan untuk pengampunan. Maka Tuhan Yesus mengingatkan kepada murid-murid, ini murid-murid secara komunal bukan individual, “kamu punya kemampuan untuk menjatuhkan penghakiman bagi orang”. Kalau gereja mengatakan “engkau adalah orang berdosa, tidak boleh ikut perjamuan, kamu dianggap bukan orang percaya”, gereja punya kekuatan untuk menyatakan orang ini belum berada di dalam Kristus. Tapi gereja tidak boleh melakukannya dengan sembarangan. Maka di dalam selanjutnya Yesus mengatakan “karena itu Aku berkata apa yang kamu minta dan doakan (dalam hal kebenaran tadi) percayalah bahwa kamu telah menerimanya maka hal itu akan diberikan kepadamu”. Tapi ayat 25 mengingatkan “tapi kamu harus ampuni orang, kamu harus minta pengampunan, kamu harus punya belas kasihan, dan kemampuan toleransi kepada dosa orang”. Ini indah sekali, “jika kamu berdiri untuk berdoa penghakiman, ampuni dulu sekelilingmu”, jangan sampai Saudara berdoa karena amarah diri bukan karena kesucian Tuhan, tapi karena emosi dan dendam di dalam diri. Orang yang benar adalah orang yang toleransi untuk dirinya dilanggar itu besar sekali. Orang benar punya kuasa doa yang besar, tapi orang benar punya toleransi untuk dirinya dilanggar yang besar. Yesus punya toleransi untuk diriNya dilanggar itu besar sekali. Ada orang yang meludahi Dia, apakah Dia langsung mengatakan “Tuhan, kiranya lemparkan speedfire dari sorga, biar dia hangus”, tidak, Dia diam. Waktu orang menghina Dia di atas kayu salib, mereka mengatakan “turun, baru kami akan percaya”, Dia tidak iseng-iseng turun. Dia punya toleransi untuk diriNya dilanggar itu sangat besar, maka Dia adalah orang yang benar. Dan Dia yang akan menghakimi pada akhirnya nanti. Dia yang menentukan siapa binasa sampai selamanya dan siapa yang bisa diselamatkan. Yesus mengingatkan kepada orang Israel, kalau Tuhan sudah menyatakan “cukup, Aku tidak menemukan buah bagi kamu”, Tuhan berhak untuk menghentikan berkatNya, Tuhan berhak untuk membuat kita menjadi kering, Tuhan berhak untuk memindahkan pekerjaanNya atau mengakhiri sama sekali pekerjaanNya lewat siapa pun itu yang terus tidak menghasilkan buah. Tuhan memanggil Israel “berkali-kali Aku mengulurkan tanganKu kepada bangsa yang terus membantah”, akhirnya Tuhan mengatakan “sudah, sekarang Aku berpaling pada bangsa lain”. Israel benar-benar menjadi pohon ara yang kering. Nubuat Yesus terbukti sampai sekarang. Adakah berkat dari Israel untuk mengenang Yesus Sang Mesias? Tidak ada. Adakah orang Israel yang secara massal menjadi bertobat kemudian menjadi pemberita Injil yang besar? Sampai saat ini belum terlalu terlihat. Meskipun saya mendapat banyak sekali artikel tentang pertobatan yang besar di tengah-tengah Israel, saya tidak tahu seberapa besar itu di dalam kenyataan yang kita bisa lihat. Tapi yang Yesus katakan benar-benar terjadi, Israel benar-benar tidak dipakai oleh Tuhan. Ini juga menjadi peringatan bagi kita, menjelang kedatangan Kristus kedua kalinya, akankah Tuhan mengatakan “engkau pohon ara yang kering”, jangan sampai ditemukan kering oleh Tuhan. Jangan sampai kita gagal memberikan buah sulung.

Di mana Saudara berada, apa yang Saudara kerjakan, coba pikir baik-baik berapa banyak buah yang sudah kita berikan di dalam hidup. Jangan terus melihat kesulitan-kesulitan, perasaan-perasaan dirugikan, protes terus sama Tuhan, “Tuhan mengapa hidupku begini?”. Saudara tidak boleh terikat oleh kesulitan hidup dan akhirnya gagal memberikan buah. Kesulitan membuat kita gagal memberikan buah, itu justru menandakan kita yang kering, dan mungkin kita akan ditinggalkan oleh Tuhan. Berhenti menjadi kering dan mulailah berbuah. Coba lihat berapa banyak kebaikan yang sudah kita kerjakan yang membuat orang mengenal Tuhan? Berapa banyak kesulitan yang harus kita pikul atau sudah kita pikul demi membuat orang mendapat berkat? Berapa banyak kerja yang kita kerjakan untuk memberkati orang lain? Berapa serius kita menjalankan pekerjaan kita di dalam kehidupan sehari-hari untuk menjadi berkat bagi orang banyak? Berapa banyak orang sudah diberkati dengan harta kita, doa kita, pelayanan kita, pekerjaan kita setiap hari, berapa banyak orang menikmati buah? Kalau orang mulai berseru “aku tidak menemukan buah”, maka itu adalah pre-judgement yang benar-benar bahaya. Jika orang sekeliling Saudara mengatakan “saya tidak mendapatkan berkat. Saya tidak merasa kehadiranmu akan memberikan anugerah atau berkat yang limpah”, itu adalah prejudgement, itu merupakan penghakiman awal. Tapi kalau Tuhan sudah bicara, semua sudah berakhir. Sebelum Tuhan mengatakan “engkau kering dan Aku akan meninggalkan engkau”, mari kita bertobat, mari kita hidup dalam cara yang berlimpah untuk memberi buah bagi orang-orang di sekeliling kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)