(Lukas 3: 21-22)
Dalam ayat ke-21 digambarkan tentang Yesus yang dibaptis bersama-sama orang yang perlu pertobatan. Dan di dalam ayat ke-22, ditulis pengertian tentang Tritunggal. Ini adalah 2 pengertian yang sulit, mengapa Yesus yang sempurna dan yang kudus memerlukan pembaptisan dengan orang-orang yang perlu dipertobatkan. Lalu mengapa dalam ayat ke-22 gambaran tentang Tritunggal disampaikan Lukas dengan cara yang berbeda dengan Matius dan Markus. Di dalam ayat ke-21 dikatakan Yesus dibaptis bersama-sama dengan orang lain yang juga memerlukan pembaptisan bagi mereka. Yohanes Pembaptis berkhotbah dan orang yang mendengarkan khotbah Yohanes, mereka memberikan diri untuk dibaptis. Ketika Yohanes memperoleh murid, dibaptis oleh Yohanes, dan ketika murid-murid banyak yang dibaptis, orang-orang Farisi datang, lalu mereka bertanya “mengapa engkau membaptis?”. Pertanyaan orang Farisi bukanlah pertanyaan “mengapa engkau melakukan tindakan ini?”. Mereka sudah tahu apa itu baptisan, mereka sudah sangat familiar, mereka sudah biasa dengan praktek baptisan. Maka praktek baptisan yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis bukan hal yang baru. Ini bukanlah suatu temuan dari Yohanes Pembaptis. Dia membaptis dengan air, dan orang Farisi tahu ada baptisan dengan air. Maka yang mereka tanya adalah “apa makna baptisanmu? Mengapa engkau membaptis? Apakah engkau berhak melakukan ini? Apakah engkau punya otoritas yang diberikan oleh pemimpin agama untuk lakukan ini? Atau engkau melakukan ini seenaknya sendiri dan tidak pada jalur yang seharusnya?”. Jadi mereka mempertanyakan motivasi dan otoritas yang dimiliki oleh Yohanes Pembaptis di dalam melakukan pembaptisan. Dalam Perjanjian Lama baptisan dilakukan sebagai simbol pembersihan, jadi di dalam Alkitab digambarkan ketika para imam akan memulai pelayanan, mereka akan dibasuh. Pembasuhan inilah yang menggambarkan keadaan Israel yang tidak layak. Jadi jangankan rakyat biasa, pemimpin agama pun tidak boleh mendekat ke tempat yang suci, pemimpin agama pun tidak layak berada di kemah pertemuan, tidak layak di mezbah Tuhan.
Jadi siapa yang dipanggil untuk melayani Tuhan di tempat yang suci mesti dibasuh. Selain dengan air, di dalam Alkitab dikatakan pembersihan dengan pembasuhan pun dilakukan dengan darah, dicipratkan atau disiramkan darah. Ini untuk semua peralatan mau pun untuk rakyat diberikan percikan darah untuk tanda penebusan dosa. Ini merupakan praktek yang dilakukan sejak Taurat untuk menunjukan bahwa orang Israel tidak layak untuk datang ke hadapan Tuhan, para imam terlalu kotor untuk bisa menghadap Tuhan. Maka Kitab Taurat sudah sangat jelas menunjukan posisi manusia yang sudah jatuh terlalu jauh dari Tuhan, Tuhan itu terlalu suci, Tuhan terlalu mulia, Tuhan terlalu agung sehingga kita tidak mungkin dekat dengan Dia. Maka Yohanes berkata “saya membaptis dengan air, saya pakai ini untuk pertobatan. Tapi nanti akan datang yang lebih berkuasa dari saya, Dia akan datang membaptis dengan Roh Kudus dan api”. Demikian baptisan mengalami beberapa perubahan. Di dalam Perjanjian Lama baptisan adalah tanda disucikannya seseorang untuk jabatan imam, menandakan dia yang tidak layak sekarang boleh dilayakan. Yohanes Pembaptis memberikan makna baru yaitu baptis bukan hanya untuk imam, tapi untuk semua orang Israel yang mau dimurnikan imannya dengan pertobatan sejati. Lalu orang-orang banyak datang, di tengah-tengah mereka ada Yesus. Yesus tidak peduli kalau diriNya dianggap sama berdosa dengan orang berdosa lainnya. Dia tidak peduli image-Nya, Dia tidak peduli bagaimana tanggapan orang tentang Dia selama orang-orang mau kembali kepada Tuhan. Inilah kebesaran Kristus, Dia yang tinggi rela direndahkan. Sedangkan manusia berdosa yang rendah maunya ditinggikan. Iblis yang sudah punya kemuliaan sebagai malaikat, tetap merasa kemuliaannya kurang, tetap mau besar lagi. Iblis mau lebih tinggi dari yang seharusnya, orang berdosa sama mau lebih dari yang seharusnya. Tetapi Kristus, Dia lebih dari yang kita kenal, tapi Dia rela dianggap rendah. Maka Alkitab mengatakan Kristus yang tinggi merendahkan diri, manusia yang rendah maunya meninggikan diri. Kita ini hidup dalam masyarakat yang penuh dengan keinginan menonjolkan diri “aku mau tonjolkan kepintaranku, kehebatanku, kekayaanku” pokoknya semua ditunjukkan, bahkan ditunjukkan lebih dari aslinya. Ini penyakit dalam zaman sekarang ini, semua pamer sesuatu membuat orang salah mengerti, dikira ini orang pintar tapi dia sibuk menuturkan kepintaran, aslinya tidak sepintar itu. Kristus yang penuh rela dianggap kosong. Kita yang aslinya kosong, maunya dianggap penuh.
waktu Yohanes panggil “mari, siapa yang mau bertobat, silahkan datang”, ditengah-tengah mereka Yesus pun datang. Ketika Yohanes baptis satu-satu, Yesus pun antri untuk dibaptis oleh Yohanes. Dan ketika Yohanes sampai kepada Yesus, dia kaget “bukankah Engkau yang dijanjikan itu? Bukankah Engkau Sang Mesias itu? Bukankah Engkau yang ditunjuk oleh Allah Bapa menjadi Raja untuk memperbaiki bangsa ini?”. Maka di dalam bagian lain Injil, saya gabungkan dari Matius, Markus, Lukas dan Yohanes kisah ini, bagian lain mengatakan Yohanes langsung berkata “aku yang harusnya dibaptis oleh Engkau. Maka sekarang tolong, Aku akan tundukkan diri, Engkau yang tumpangkan tangan dan baptis aku”, tapi Yesus mengatakan “jangan. Biarlah apa yang Allah mau kita kerjakan, boleh digenapi pada saat ini”. Yesus mau dibaptis karena Dia mau mengidentikan diri sebagai Imam yang memulai pekerjaan dan menjadi sama dengan orang-orang yang akan Dia tebus. Inilah kasih yang sejati, kasih yang rela merendahkan diri, kasih yang rela mengosongkan diri, kasih yang rela diri menjadi tidak ada demi diri orang lain menjadi ada. Yesus dengan aktif merendahkan diri, demikian dikotbahkan Pdt. Stephen Tong, Yesus yang dengan aktif merendahkan diri, akhirnya Allah aktif meninggikan Dia. Manusia yang aktif meninggikan, akhirnya Allah aktif merendahkan orang itu. Inilah prinsip yang harus kita pelajari, Yesus datang menyamakan diri dengan semua orang berdoa, Dia mengidentikan diriNya dengan orang berdosa, meskipun diriNya tidak mempunyai dosa sama sekali. Maka Dia datang kepada Yohanes Pembaptis dan dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Waktu Yohanes mau membaptis, dia gemetar, dia ambil air lalu mulai gemetar “Engkau kan Sang Mesias, aku hidup hanya untuk mengumumkan kedatanganMu. Dan sekarang Engkau sekarang sudah datang, mana boleh aku membaptis Engkau?”, tapi Yesus mengatakan “lakukan supaya kita menggenapi apa yang Allah mau”, akhirnya Yesus pun dibaptis. Sekarang pertanyaanya, kalau Yohanes yang membaptis dan Yesus yang dibaptis, kira-kira orang-orang akan melihat siapa lebih mulia? Orang akan melihat orang yang membaptis itu lebih mulia, yang dibaptis itu lebih rendah kedudukannya. Tetapi Allah tidak ingin Yesus disalahmengerti, itu sebabnya di ayat 22, Allah menyatakan di dalam beberapa cara untuk meninggikan Kristus. Cara pertama, dalam Injil Yohanes, dikatakan Yohanes Pembaptis langsung umumkan “inilah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia”, Yohanes langsung menyatakan. Dia tidak mau orang salah mengerti, dia tidak mau orang merendahkan Kristus dan meninggikan dia . Dia langsung mengatakan “ini yang aku khotbahkan, ini yang aku maksudkan waktu aku berbicara kepadamu, inilah Dia Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia”. Dia langsung mengumukan supaya orang melihat kepada Yesus bukan kepada dia. Lalu cara kedua, Allah sendiri berbicara dari sorga lalu menyatakan dengan sangat jelas, “ini Anak yang Aku kasihi, kepadaNyalah Aku berkenan”. Ketiga, Allah mengijinkan Roh Kudus turun atas Kristus, ini menunjukan bahwa pengurapan air tidak pantas untuk Yesus Kristus. Bahkan pengurapan minyak dari imam kepada raja pun tidak layak, terlalu hina untuk dikenakan kepada kepala Kristus. Maka Roh Kudus lah yang turun, dan pengurapan Roh Kudus pada diriNya sendiri ada pada Kristus. Inilah pengurapan satu-satunya yang boleh hinggap di kepala Kristus.
Jadi Allah meninggikan Dia dengan sangat meskipun Kristus tidak menyatakan diri harus ditonjolkan. Ayat 22, Roh Kudus turun dalam bentuk burung merpati, Roh Kudus turun dalam rupa binatang yang dianggap sebagai simbol ketulusan. Di dalam dunia Perjanjian Lama ada 2 binatang, yang pertama merpati dinyatakan sebagai simbol ketulusan, yang kedua adalah ular, itu dinyatakan sebagai perwujudan dari kejahatan. Jadi ada ular di satu sisi dan merpati di sisi lain. Orang-orang zaman dulu percaya kalau ada air yang besar, entah itu danau besar, raksasa, atau pun laut itu di dalamnya ada ular besar yang merupakan perwujudan dari si jahat itu sendiri. Jadi kuasa-kuasa jahat menunjukkan diri sebagai ular besar. Dan di dalam Alkitab, di Kejadian, iblis diidentikan dengan ular, dan di dalam Wahyu dia diindentikan dengan ular tua. Berarti ada binatang yang dipakai sebagai perwujudan menyatakan kelicikan dan kejahatan, ada binatang yang dipakai sebagai simbol ketulusan. Dan merpati adalah simbol ketulusan, simbol kepolosan, simbol jujur, simbol tidak ada maksud tersembunyi. Sedangkan ular adalah sebaliknya, simbol dari segala macam dusta. Roh Kudus turun dalam bentuk merpati, tapi Roh Kudus tidak selalu turun dalam bentuk merpati. Roh Kudus turun bisa dalam bentuk lidah api dan Roh Kudus bisa turun dengan suara yang menggelegar yang menyatakan Firman. Pada bagian ini kita melihat Roh Kudus turun, suara Allah Bapa terdengar, dan Yesus Kristus ada di situ, inilah gambaran Tritunggal yang indah sekali, yang digambarkan Injil Lukas. Dan gambaran ini langsung menghantam banyak ajaran bidat. Salah satunya adalah modalisme, ajaran yang mempercayai Allah itu satu tapi mempunyai 3 perwujudan, 3 mode, ini bukan ajaran Alkitab. Saudara mungkin sering dengar contoh ini, ada pendeta menjelaskan Tritunggal “Tritunggal itu berarti seperti saya, saya kalau di dalam rumah, saya kepala keluarga. Waktu saya setir mobil, saya sopir. Waktu saya di kantor, saya adalah direktur. Maka saya adalah kepala keluarga, saya juga sopir, saya juga direktur. Jadi saya 3 tapi juga 1, ini tritunggal. Satu saya, tapi saya juga adalah kepala keluarga, sopir dan direktur” ini adalah bidat. Banyak pendeta tidak mau baca sejarah gereja, akhirnya khotbah tidak punya pengetahuan apa-apa, malahan jemaat yang mengetahui banyak hal langsung tahu “pendetaku ini ngawur”. Di dalam sejarah gereja ada yang namanya modalisme, ada orang namanya Praxeas yang diserang Tertulian sebagai ajaran bidat. Dia percaya satu Allah itu yang menyatakan diri dalam 3 mode, dan ini bukan ajaran Alkitab. Kalau Allah menyatakan diri dalam 3 mode, bagaimana mungkin dalam gambaran Lukas ini, ketiganya berada sekaligus, ada Allah Bapa yang bersuara dari atas, ada Yesus Kristus yang sedang dibaptis dan ada Roh Kudus yang turun. Ini ketiganya dinyatakan dalam waktu bersamaan. Pada bagian ini ayat 22, Allah Roh Kudus datang mendampingi Kristus, memberikan satu kekuatan pengurapan dan penyertaan di dalam karya keselamatan yang Kristus akan kerjakan.
Jadi baptisan air memulai pekerjaan Imam Kristus, dan turunnya Roh Kudus memberikan pendampingan, kekuatan dan penyertaan kepada Yesus Kristus. Jadi Roh Kudus datang untuk menyertai Kristus, menguatkan Dia, memberikan kuasa, memberikan firman, memberikan pernyataan, meskipun Kristus sendiri yang berkuasa, yang berkuasa, yang berfirman dan mempunyai kekuasaan ilahi., tetapi tetap Allah Roh Kudus datang menyertai Dia di dalam pelayananNya. Di bagian selanjutnya Allah Bapa mengatakan “Engkau AnakKu yang Kukasihi”, ini merupakan satu dorongan Bapa kepada Anak. Allah Bapa mengatakan kepada Anak “Engkau yang Kukasihi, Engkau yang Aku perkenan, kepadaMu jiwaKu berkenan”, ini merupakan satu dorongan yang diberikan kepada Bapa ketika AnakNya akan memulai pelayanan yang sangat berat. AnakNya akan menjadi Domba di tengah serigala dan akan dicabik-cabik oleh serigala, dan Allah Bapa sudah mengatakan “Aku berkenan kepadaMu, Engkau yang Aku kasihi”. Ketika Allah menyatakan kasih, ini justru satu kalimat penguat untuk AnakNya siap menuju salib. Kita maunya cinta kasih Tuhan, tapi kita tidak siap berjalan menuju salib, itu bukan meneladani Kristus. Kristus mendapat dorongan dari Allah yang menyatakan “Engkau Anak yang Aku kasih”. Inilah relasi yang kita bisa pelajari, kita bisa belajar bahwa di dalam relasi kasih ada pernyataan kasih yang konsisten. Kasih yang sejati selalu disertai dengan pernyataan kasih yang konsisten, ini hal pertama yang kita pelajari dari ayat 22. Saudara mengasihi orang harus selalu ada pernyataan kasih yang konsisten, Saudara otomatis bertindak karena didorong oleh kasih. Saudara melakukan apa pun karena otomatis didorong oleh kasih bukan karena kewajiban, inilah relasi kasih yang sejat. Saudara kalau menikah, lalu pasangan Saudara demam, Saudara enggan menolong, tapi Saudara terpaksa menolong karena ada undang-undang yang mengharuskan, ini bukan kasih. Kalau kita punya relasi kasih, tidak ada pernyataan kasih yang konstan terus-menerus, kita gagal meneladani Tritunggal.
Allah Bapa menyatakan kepada Allah Anak “Engkaulah AnakKu yang Kukasihi, Aku punya delight, Aku punya kesenangan, gairah kasih yang menggebu-gebu, Aku berikan kepadaMu, AnakKu”. Apakah Allah Anak belum tahu waktu Allah Bapa mengatakan “Engkaulah Anak yang Aku kasihi”? Yesus tahu Allah Bapa mengasihi Dia, tapi ini tidak mencegah Allah Bapa menyatakannya. Relasi yang hangat dan dipelihara itu harus ada. Banyak kali kalau orang sudah lama menikah kehilangan hal seperti ini, yang ada hanya keketusan, makin ketus satu sama lain. Saudara makin ketus satu sama lain, Saudara makin jauh dari Tuhan. Allah menciptakan dunia untuk menyatakan kasih dan kemuliaanNya kepada ciptaan. Allah mengirimkan AnakNya yang Tunggal untuk menyatakan kasihNya kepada kita. Allah memelihara hidup kita, memberikan firman, menyatakan Roh Kudus. Memberikan anugerah tiap hari untuk menyatakan bahwa Dia hari demi hari terus menyertai kita. Jadi pernyataan kasih yang terus secara konstan diberikan inilah ciri dari Tritunggal. Maka Allah Bapa menyatakan
“Engkau AnakKu yang Kukasihi”. Kapan terakhir Saudara bilang mengasihi kepada Tuhan? Kalau berdoa biasanya minta kan? Kapan mendoakan orang yang Saudara kasihi, kapan doa hanya untuk menyatakan Saudara mengasihi Tuhan, pernah lakukan ini? Sambil berlutut mengatakan “ya Bapa, aku bersyukur untuk kasihMu, aku mau mengasihiMu, aku sudah mengasihiMu dan aku mau belajar lebih mengasihiMu lagi”, doa ini jarang diucapkan. Maka Allah menyatakan ini dan ini yang bisa kita pelajari, pernyataan yang konstan akan kasih itu terus dibagikan kepada orang yang kita kasihi.
Lalu hal kedua yang bisa kita pelajari Allah Tritunggal mengerjakan keselamatan dengan bekerja bersama-sama. Siapa yang antar Pribadi Tritunggal tidak sempurna? Allah Bapa sempurna, Allah Anak sempurna, Allah Roh Kudus sempurna, tidak ada satu pun dari Pribadi Allah yang perlu yang lain di luar diriNya, semua cukup di dalam diriNya sendiri. Tetapi Allah yang cukup pada diriNya sendiri tetap bekerja bersama-sama, saling support, saling mendorong, saling menguatkan, saling bekerja untuk menyatakan keselamatan bagi manusia. Maka pada bagian ini Allah Anak menjadi manusia, Dia dibaptis oleh Yohanes Pembaptis untuk mengidentikan Dia dengans eluruh Israel dan menjadikan Dia Mesias Juru Selamat mereka. Lalu ketika Dia mulai pelayanan ini, Allah Roh Kudus turun menyatakan penyertaan, memberikan kekuatan, memberikan dorongan kepada Kristus. Kristus yang sempurna tetap ada Allah Roh Kudus yang mendorong, memberikan kekuatan kepada Dia. Lalu Allah Bapa memberikan kalimat-kalimat dorongan yang penuh dengan kasih untuk menguatkan Sang Anak. Allah Bapa mengatakan “Engkau AnakKu, Aku sangat mengasihi Engkau. KepadaMu seluruh hatiKu, seluruh delight-Ku tertuju”, ini perkataan yang akan menguatkan Sang Anak. Itu sebabnya Alkitab mengatakan biasakan mengatakan kalimat yang bisa menjadi berkat bagi orang. Jangan apa-apa mengeluarkan kalimat untuk menghakimi orang, menyindir orang tanpa poin apa pun untuk membangun dia, itu tidak benar. Maka Alkitab mengatakan Allah Tritunggal tetap mengerjakan keselamatan bersama-sama. Allah Anak yang mati di kayu salib, tapi Allah Roh Kudus terus mendampingi memberikan kekuatan, Allah Bapa membuktikan dengan kalimat yang penuh dorongan, yang penuh kasih supaya Allah Anak untuk mengerjakan tugasNya ini. Maka kalau Allah Tritunggal bekerja bersama-sama, manusia harus belajar bekerja bersama-sama. Saudara tidak bisa menjadi orang yang melakukan semua sendiri tanpa orang lain, Saudara perlu orang lain, Saudara perlu persekutuan, Saudara perlu melayani bersama-sama, Saudara perlu tahu bagaimana rasanya ditolong orang dalam melayani Tuhan dan menolong orang lain melayani Tuhan. Ini kalimat hanya bisa dirasakan oleh orang yang sudah kerjakan. Waktu bersama-sama mengerjakan pekerjaan Tuhan, baru tahu perasaan limpahnya seperti apa. Orang datang ke gereja bukan hanya untuk belajar. Saudara kalau ke gereja hanya untuk belajar, ini namanya tempat les. Dan banyak tempat les terkadang lebih hangat dari gereja. Saudara harus belajar bekerja bersama-sama anggota tubuh Kristus, di sini ada keindahan luar biasa. Maka saya minta Saudara boleh inisiatif, tanya ke Sekolah Minggu perlu apa, di sini bisa bantu apa, bisa berbagian apa, supaya kita pun boleh melayani bersama-sama. Jadikan ini persekutuan yang menyatakan relasi Tritunggal di dalam dunia. Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus menyatakan karya bersama-sama saling mendampingi, saling memberikan kekuatan, saling memberikan dorongan. Allah Tritunggal yang tidak memerlukan itu pun karena kesempurnaanNya, tetap mengerjakan segala sesuatu bersama-sama. Mari kita menjadi manusia yang terus dibimbing Tuhan dalam rohani sejati, makin kenal siapa Allah, makin meneladani Allah di dalam hidup.
Hari ini kita belajar beberapa poin, pertama kita belajar dari Kristus yang rela mengosongkan diri, dianggap sama dengan orang berdosa demi memenangkan orang berdosa, meskipun Dia sendiri tidak berdosa. Hal kedua, kita melihat bagaimana Allah Bapa meninggikan Kristus, menyatakan “ini yang Kukasihi”, menyatakan Roh Kudus sebagai pengurapan sejati dan bukan dari air Yohanes Pembaptis, menyatakan yang rela merendahkan diri, ini yang akan ditinggikan. Yang ketiga kita belajar bahwa Allah itu punya kasih yang senantiasa dinyatakan. Kasih yang senantiasa dinyatakan di dalam ciptaan, di dalam penebusan, dan di dalam setiap kalimat yang diberikan. Maka Bapa mengatakan “Engkau ya AnakKu, Engkau Kukasihi, kepadaMu Aku berkenan”. Lalu hal terakhir bahwa Allah Tritunggal di dalam kesempurnaan kekuatanNya, tetap mengerjakan hal bersama-sama, bekerja bersama-sama demi kemuliaanNya dinyatakan.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)