(Lukas 2: 21-32)
Ketika Yesus genap 8 hari, Dia disunat. Dan dikatakan ketika ibunya sudah menjalani waktu cemar, maka Yesus diserahkan kemudian mereka mempersembahkan burung merpati dan burung tekukur. Semua prinsip-prinsip ini adalah yang Tuhan nyatakan dengan ketat di dalam Perjanjian Lama. Tuhan mau Israel ikut dalam kebiasaan yang mengarahkan mereka untuk mempunyai 2 hal. Pertama, mereka harus punya identitas sebagai anak Tuhan. Identitas ini akan muncul di dalam ibadah kepada Tuhan dan tindakan-tindakan upacara keimaman mereka. Lalu hal kedua yang Tuhan juga nyatakan adalah bahwa kehidupan yang kudus dan taat kepada Tuhan menjadi tanda ketaatan kepada Tuhan. Ini merupakan sesuatu yang Tuhan tuntut dulu dan Tuhan tuntut juga sekarang. Tuhan tidak pernah ubah tuntutuanNya dalam hal ini. Kita mesti punya tanda sebagai orang Kristen sejati. Kita mesti punya ciri yang Tuhan mau ada. Maka Tuhan melatih orang Israel untuk mempunyai cara-cara ibadah yang spesifik dan penuh dengan makna. Mengapa begitu banyak tindakan-tindakan yang sulit dimengerti tapi mereka praktekan? Karena mereka sedang hidup di masa penantian, mereka menanti kapan Yesus datang, kapan Sang Mesias itu datang, kapan Kerajaan Allah datang. Inilah hal yang membuat orang dapat waktu mereka membaca Perjanjian Lama, Tuhan memanggil umatNya untuk mendirikan baginya suatu Kerjaan yang Kekal. Tuhan memanggil Anak Daud untuk menjadi Raja atas Kerajaan in. Tuhan mempersiapkan satu umat untuk masuk boleh menjadi bagian dari Kerajaan yang Tuhan sedang nyatakan ini. Maka orang Israel mesti dilatih, mereka mesti dibimbing dan mereka mesti dituntun untuk menjalani setiap hal yang mempunyai makna penebusan bagi mereka. Maka Tuhan meminta kepada Abraham dan keturunannya “engkau mesti mempunyai tanda ini, yaitu hendaklah setiap laki-laki di rumahmu disunat dan setiap anak yang akan lahir nanti disunat pada hari ke-8”. Kita tidak mengerti makna sunat kalau kita tidak melihat penggenapannya di dalam surat Paulus dalam Galatia. Di dalam Surat Galatia, Paulus mengatakan bahwa kita sudah masuk dalam umat yang bersunat karena tubuh kita yang lama sudah dilepas, sudah dibuang, sudah disingkirkan dan sekarang kita mempunyai tubuh yang baru. Berarti makna sunat adalah dilepasnya tubuh yang lama lalu mengenakan tubuh yang baru, ini baru genap setelah kita berada di dalam Kristus. Maka selama penantian sebelum Kristus datang, umat Tuhan dituntun dengan ketat, dengan penuh kasih dan dengan berbagai tata cara yang penuh makna. Makna itu hanya bisa kita mengerti kalau dikaitkan dengan Kristus. Ini sesuatu yang harus lihat, Perjanjian Lama kalau tidak kita kaitkan dengan Kristus, semuanya penuh dengan kisah kegagalan, semuanya penuh dengan kisah pemberontakan, semuanya penuh dengan pernyataan kalah, gagal, rusak, memberontak dan akhirnya dibuang oleh Tuhan. Kitab yang diawali dengan kalimat bagus sekali, kata-kata indah dari Tuhan “sungguh amat baik” ternyata harus diakhiri dengan Israel dibuang. Yehuda dibuang, Samaria hancur, Yerusalem sudah tidak lagi menjadi sebuah kota. Jadi umat Tuhan dipanggil dengan pengharapan besar, tetapi kemudian mengalami kehancuran. Tetapi dalam Maleakhi dikatakan “Aku akan perbaiki, Aku akan mengirim seorang utusan, Aku akan mempersiapkan jalan bagi kedatangan Sang Raja. Jadi Perjanjian Lama ditutup dengan pengharapan adanya Sang Raja yang akan datang. Jadi pengharapan untuk kerjaan dipulihkan tetap ada, pengharapan supaya ada seorang raja itu datang dan mendirikan kerajaannya, itu tetap ada. Maka Israel dibimbing sebagai sebuah bangsa untuk menyatakan pengharapan ini sekaligus sebagai pernyataan “kamu yang gagal tidak mungkin berhasil menjalani fungsi sebagai umat Tuhan kalau Sang Raja itu belum datang”. Perjanjian Lama menunjukkan kegagalan dan pengharapan. Perjanjian Baru menunjukan kegenapan di dalam pengharapan. Tapi inilah keanehan orang Yahudi, “kami lakukan ini”, tapi Kristus sudah datang, “pokoknya kami lakukan ini karena disuruh”. Inilah satu sifat ketaatan yang luar biasa, tapi sayang lupa otoritas. Nurut, tapi ketika yang lebih berotoritas datang tidak mau nurut, memberontak kepada yang seharusnya tidak boleh diberontak dan taat kepada yang seharusnya tidak perlu ditaati. Saudara hati-hati dalam melihat otoritas dan hati-hati waktu Saudara menjadi otoritas.
Maka waktu Yesus datang ke dalam dunia, Yesus mengetahui Dia mempunyai tradisi yang harus Dia ikuti, tetapi Dia datang bukan hanya untuk ikut tradisi melainkan juga untuk menggenapi dan memberikan pengharapan yang baru kepada umat Israel. Kristus datang dan ketika Kristus datang, Dia dituntut oleh Tuhan untuk mengikuti semua prisnisp, tetapi perbedaannya dengan orang lain adalah Dia harus memberikan kegenapan di dalam apa yang Dia sedang lakukan. Maka Dia lahir ditengah-tengah papa dan mama, kedua orang tua yang meskipun papanya bukan secara biologis, tetpai Tuhan di dalam kedaulatanNya memakai Maria dan Yusuf untuk menjadi orang tua yang saleh, mendidik anakny abaik-baik, lalu menyerahakan Anaknya kepada Tuhan. Orang tuaNya langsung memberikan Anaknya kepada Tuhan dengan semua prinsip yang dituntut oleh Tuhan kepada seluruh orang Israel. Tuhan kalau menuntut satu umat, Tuhan mau seluruh umat mengerti apa yang sedang Dia tuntut. Saudara kalau menjadi orang tua, Saudara tidak mengerti tuntutan Tuhan kepada Saudara sebagai orang tua, Saudara celaka besar. Orang yang tidak tahu apa yang harus dikerjakan dalam cara Tuhan, orang itu sedang tersesat dalam hidup. Maka Tuhan memberikan kepada Yusuf dan Maria langsung mereka tahu hari kedelapan harus sunat. Mengapa sunat? anakku adalah bagian dari umat Tuhan, meskipun Dia menjadi bagian untuk menggenapi seluruh apa yang Tuhannyatakan di dalam Perjanjian Lama, tetapi Dia adalah bagian dari umat Tuhan. Inilah keunikan dari Kristus, Dia mempunyai kedaulatan mutlak tetapi Dia juga mempunyai kebergantungan mutlak kepada Bapa di sorga. Dia mempunyai segala kuasa, tetapi rela menyerahkan Dirinya di tangan manusia fana. Waktu mamaNya gendong, seperti seorang ibu sedang menggendong bayi kecil yang tidak punya kekuatan apa-apa. Yesus memberikan diriNya untuk bergantung kepada yang lain, meskipun DiriNya sendiri adalah Sang Allah, Pribadi Kedua, yang dikatakan Kolose, yang memegang segala ada yang ada dengan Firman yang penuh dengan kekuasaan. Kristus menopang semua dengan Firman yang penuh kekuasaan, tetapi Dia sendiri rela menjadi bayi yang kecil yang ditopang oleh orang lain. Inilah yangoleh Jonathan Edwards disebut sebagai conjuction of diverse excellencies, maksudnya adalah Kristus mempunyai satu perbedaan yang sangat bersifat paradoks. Di satu sisi Dia yang paling mulia, di sisi lain Dialah yang paling rela dihina. Di satu sisi Dia menopang segala keberadaan dengan Firman, di sisi lain Dia rela ditopang oelh kedua orang tua dunia. Maka orang tua ini mengetahui tuntutan Tuhan, umat perjanjian mesti sunat, “anaku adalah juga umat perjanjian, aku serahkan untuk disunat”.
Kemudian yang berikut orang tuanya juga tahu bahwa anak sulung mesti ditebus. Karena dulu waktu Israel keluar dari Mesir, Tuhan mengatakan “sekarang Aku minta anak sulungmu. Karena anak sulungmu tidak mati waktu seharusnya anak-anak sulung mati”. Di sini kita baru mengerti di dalam Kitab Keluaran, Tuhan membunuh anak sulung orang Mesir, tapi Tuhan menuntut anak sulung orang Israel yang tidak Dia bunuh sekarang menjadi milikNya. Ini konsep penebusan yang sangat limpah dari Alkitab. Karena itu waktu di dalam Kitab Keluaran dikatakan orang Mesir anak-anak sulungnya semua mati, orang Israel anak sulungnya tidak mati. Apakah ini berarti orang Israel mendapatkan hal yang sewajarnya mereka dapatkan? “anak sulungku memang seharusnya tidak mati, orang Mesir itu yang sedang dihukum”. Tuhan memberikan pengertian langsung dibalik, Tuhan mengatakan “harusnya semuanya dihukum”, Israel bingung “anak sulung kami salah apa?”, “engkau menyembah berhala, orang Mesir menyembah berhala, orang Mesir berdosa, engkaujuga berdosa. Orang Mesir rusak, engkau juga rusak”. Jangan pikir kita lebih baik dari dunia, dunia rusak Saudara juga bisa ikut rusak. Anak sulung Israel juga harus mati, tapi Israel boleh punya anak sulungnya tetap hidup di hadapan Tuhan. Lalu Tuhan mengatakan “karena mereka tetap hidup, mereka milikKu dan harus ditebus”. Lalu kita berpikir “kapan ya dari anak sulung beralih ke Lewi?”, ternyata ini terjadi waktu orang Israel ada di gunung, waktu mereka di kaki gunung, lalu Musa naik ke atas untuk mendapatkan 10 Hukum Taurat. Waktu Musa naik ke atas, di atas dia mendapatkan ajaran dari Tuhan, dia mendapatkan 10 Hukum, tapi dia puluhan hari di atas, tidak turun-turun, yang di bawah mulai gelisah. Lalu Harun mengatakan “jangan takut sebab ada Tuhan yang memimpin kita. Sekarang semua lepas anting, lepas semua perhiasaan emas”. Dikumpulkan semuanya lalu dibuat patung anak lembu emas dan Harun mengatakan “jangan takut, Musa kalau tidak kembali, sudah ada tuhan yang yang membimbing kita, yang menuntun kita keluar dari Tanah Mesir dan menuntun kita ke tanah perjanjian. Maka mereka semua bersorak, merkea melakukan upacara penyembahan kepada Tuhan dengan cara yang sangat memalukan. Alkitab mencatat waktu bangsa lain melihat cara orang Israel menyembah Tuhan mereka, bangsa lain langsung geleng-geleng kepada betapa rusaknya ini. Dia ambil 2 loh batu, dia lemparkan sampai hancur, waktu baca bagian ini saya heran mengapa Tuhan tidak marah kepada Musa? Karena waktu Musa marah, Tuhan juga sedang marah. Tuhan tidak larang Saudara untuk marah, yang menjadi pertanyaan waktu engkau marah, Tuhan sedang marah tidak? Kalau engkau sedang marah untuk sesuatu yang kecil, Tuhan marah sama kamu. Tapi kalau engkau marah dan memang Tuhan sedang marah, itu Tuhan hargai. Siapa yang perasaannya selaras dengan Tuhan, itu bahagia sekali. Waktu itu seluruh suku berdiri di sisi yang menyembah, hanya orang Lewi yang tetap setia menyembah Tuhan. Maka Tuhan ubah, tidak lagi anak sulung yang melayani, orang Lewi saja. Jadi Saudara jangan pikir Tuhan harus pakai kita, Saudara merasa orang penting, Saudara mengatakan “Tuhan pasti pakai saya”, Tuhan mengatakan “anak sulung Aku singkirkan dan Aku ganti dengan orang Lewi” Tuhan akan bangkitkan orang yang lebih sanggup dan lebih dipakai oleh Tuhan, dari pada orang-orang sombong yang merasa dirinya paling penting di dalam pelayanan. Maka waktu Tuhan melihat orang Lewi tetap setia, pada waktu itu Tuhan mengatakan “orang Lewi akan selamanya melayani Tuhan, di kemah suci, di tempat pertemuan, di tempat ibadah dan di dalam korban pagi, korban petang dan korban-korban salah”. Jadi sekarang orang Lewi diangkat. Kalau begitu anak sulung adalah pilihan yang gagal? Tidak, karena Kristus menggenapi kepada yang sulung, anak sulung akhirnya menjadi imam sejati, tapi bukan semua anak sulung, melainkan Kristus sebagai buah sulung dan kita semua sebagai umat yang sulung, demikian dikatakan Paulus. Maka Paulus mengatakan anak sulung siapa? Kristus, kita siapa? buah sulung penebusan Kristus. Lalu apa yang kita lakukan? menjadi imam seperti panggilan mula-mula dari Tuhan kepada anak sulung yang luput dari maut. Ini kaitan benang merah dari Alkitab yang begitu indah, maka Saudara melihat ini sebagai bukti Allah adalah Allah yang berfirman dari Kejadian sampai Wahyu. Maka waktu Tuhan memanggil anak sulung dan gagal, Kristus menggenapi. Itu sebabnya pada waktu Kristus dibawa ke Bait Suci dan ibuNya mempersembahkan merpati dan tekukur, ini adalah momen dimana Tuhan mengatakan “sekarang Anak Sulung kembali melayani”. Itu sebabnya di dalam Alkitab, Imamat Lewi bukanlah imamat kekal. Waktu Tuhan mengatakan “kekal imamatmu” itu tidak dimaksudkan orang Lewi, tetapi orang-orang yang akan menggantikan orang Lewi yaitu kaum tebusan yang sulung, yaitu gereja. Inilah yang Tuhan inginkan, maka Kristus menjadi yang Sulung untuk menjadi Imam kembali. Maka Maria membawa persembahan burung tekukur dan burung merpati. Apakah anak sulung harus ditebus dengan persembahan ini? tidak, persembahan anak sulung harusnya adalah sapi, kambing, domba, tetapi bagi yang tidak mampu silahkan persembahkan burung merpati dan tekukur. Berarti Yusuf dan Maria golongan miskin karena mereka miskin mereka tidak sanggup untuk beli yang lebih mahal, maka mereka persembahkan seekor burung dan burung tekukur untuk menjadi tebusan bagi Kristus. Apakah ini berarti Kristus berdosa dan perlu ditebus? Tidak, Kristus menebus kembali penggilan terhadap umat sulung untuk menjadi imam di hadapan Allah.
Ini peristiwa yang sangat penting, waktu orang tua Kristus memberikan korban bagi Dia sebagai persembahan anak sulung, yang sadar ini peristiwa penting hanya 1, seorang bernama Simeon. Di dalam ayat 25 dikatakan “adalah seorang di Yerusalem bernama Simeon, ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel, Roh Kudus ada di atasnya”. Dikatakan Roh Kudus ada di atasnya, Roh Kudus memenuhi dia. Apa tanda orang dipenuhi Roh Kudus? Ayat ini mengatakan orang yang dipenuhi Roh Kudus itu peka lihat Kristus ada di mana. Kristus ada di Bait Suci, dia datang. Kristus, FirmanNya diberitakan di gereja mana, orang yang dipenuhi Roh Kudus akan peka. Waktu Kristus datang dibawa oleh orang tuaNya, orang tuaNya mempersembahkan korban, semua berpikir “ini keluarga miskin yang tidak penting” tapi ada satu dipimpin Roh Kudus, seorang bernama Simeon. Lalu Simoen yang dipimpin oleh Roh Kudus itu mengatakan “sekarang saya melihat Dia yang diurapi oleh Tuhan”, lalu dia minta ijin apakah dia boleh menggendong anak itu. Ini peristiwa yang luar biasa, waktu Simeon menggendong anak itu di tangannya, Simeon mengatakan “Tuhan, sekarang aku sudah boleh mati”. Pada bagian ini kita diingatkan oleh Simeon bahwa hidup manusia itu harus ada 3 aspek paling penting. Aspek yang pertama adalah aspek moral yang benar. Tanpa moral yang benar Saudara tidak mungkin menjadi manusia yang sejati. Aspek yang kedua dikatakan di dalam ayat yang ke-25 “adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon, dia adalah seorang yang benar secara moral dan saleh” ini berarti dia hidup di dalam keadaan cinta Tuhan dan rindu menyembah Tuhan. Ini pengertian yang dalam yang harus kita tahu. Kebenaran dan kesalehan dijadikan satu, dikombinasikan indah dalam kehidupan spiritual seseorang, ini sangat indah luar biasa. Apakah kita orang benar? Punya moral yang baik? Punya tuntutan hidup yang baik di hadapan Tuhan? Punya satu tuntutan yang peka akan standar itu? Kalau aku melewati ini, aku tidak boleh, aku bertahan dalam cara hidup yang benar. Orang yang baik, orang yang benar di hadapan Tuhan adalah orang yang punya standar moral yang peka terhadap tuntutan kebenaran Tuhan. Tapi bukan hanya itu, selain punya tuntutan yang sangat tinggi dan tepat mengenai kehidupan moral, dia juga punya satu semangat menyala-nyala untuk menyembah Tuhan dan membela kekudusan Tuhan, inilah yang disebut dengan kesalehan. Orang saleh adalah orang yang benar-benar mau menyatakan kemuliaan nama Tuhan. membela kekudusan nama Tuhan dan mencintai setiap momen di mana dia boleh hidup bersama dengan Tuhan. Di dalam bagian ini dikatakan Simeon seorang yang benar dan saleh. Benar dan saleh harusnya cukup, oran gyang moralnya baik, dorongan untuk menyembah Tuhan baik, sudah cukup, perlu tambah apa lagi? Tapi bagian ini menambahkan Simeon juga orang yang menantikan penghiburan bagi Israel. Ada hal ketiga, yaitu pengharapan. Kekudusan kita tidak akan bertumbuh makin suci kalau kita tidak punya pengharapan. Ternyata pada bagian ini Simeon mengingatkan kita harus ada yang ketiga, menantikan penghiburan. Manusia kalau tidak punya pengharapan itu manusia yang kasihan sekali. Ada seorang teolog dari Inggris yang bernama Lesslie Newbigin, dia mengatakan manusia tanpa pengharapan adalah manusia yang paling kasihan, karena meskipun dia memiliki segala sesuatu tapi dia tidak memiliki pengharapan, dia adalah manusia ciptaan yang punya potensi sangat besar tetapi yang menikmati segala potensi itu dengan kekosongan. Saudara kalau tidak punya pengharapan tidak akan punya semangat hidup. Saudara punya pengharapan baru Saudara akan melangkah untuk mengharapkan sesuatu. Kalau Saudara keluar dari rumah, Saudara berharap akan tiba di tempat yang lain, kalau tidak Saudara akan berkeliling jalan-jalan seperti orang yang tidak punya tujuan. Orang yang keluar rumah tanpa tahu kemana akan aneh sekali tingkahnya. Maka saya mau tanya apa pengharapan Saudara? Jangan-jangan Saudara kerjakan hari demi hari dengan pengharapan nol, karena Saudara tidak tahu mau mencapai apa di dalam hidup.
Maka Newbigin mengatakan manusia yang kasihan adalah manusia yang tanpa pengharapan. Tapi juga sama kasihannya adalah manusia yang pikir dia punya pengharapan tetapi dia tidak tahu bahwa pengharapan itu bukan pengharapan dari Tuhan. Kalau pengharapan itu bukan dari Tuhan bagaimana dia tahu bisa mendapatkan, karena Tuhanlah yang sanggup untuk memberikan janji lalu menggenapi janji itu. Tapi saya tambahkan sedikit, orang juga kasihan kalau berharap pada Tuhan tetapi berharap untuk sesuatu yang Tuhan tidak pernah janjikan. Saudara bisa salah, bisa sangat kecewa sama Tuhan karena pertama Saudara tidak tahu Tuhan sanggup menjalankan janjiNya, Tuhan sudah berjanji, Saudara baca janji Tuhan, Saudara biasa-biasa saja. Betapa penuhnya hati orang yang tahu Tuhan sanggup menjalankan janjiNya. Ketika dia sedang berada di dalam kekurangan lalu Tuhan mengatakan “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau”, ini limpah sekali. Tetapi kalimat ini menjadi nothing kalau Saudara tidak percaya kalimat itu. Saudara tidak percaya Tuhan mau dan sanggup lakukan, Saudara tidak tahu Tuhan sanggup, Saudara tidak percaya Dia mau, maka janji Tuhan cuma lewat begitu saja. kadang-kadang kita baca Alkitab dengan janji yang begitu besar, tapi kita lewati dengan begitu saja, ini kasihan. Saudara tidak bisa minta Tuhan laksanakan janji yang Dia tidak pernah dalam kedaulatanNya ucapkan. Maka hal kedua, saya mengharapkan janji Tuhan pasti kecewa, karena saya minta apa yang tidak pernah Dia janjikan. Hal ketiga yang membuat kecewa terhadap janji Tuhan adalah karena kita berpikir waktu Tuhan menyatakan janjiNya, kita dengan segera akan mendapatkan kegenapanNya. Jadi saya tahu Tuhan berkuasa, saya tahu Tuhan janjiNya seperti apa, persis saya tahu, tapi hal ketiga saya tidak punya kesabaran untuk lihat janji itu jadi. Janji Tuhan yang besar akan dinyatakan dan kita boleh berharap pada janji itu, tetapi Tuhan melatih orang-orang di Perjanjian Lama untuk beriman sekaligus sabar. Berarti beriman itu identik dengan sabar. Di dalam Ibrani 11 bicara tentang pahlawan iman, apa karakteristik dari para pahlawan iman? Karakteristiknya adalah mereka sabar menantikan janji Tuhan dengan kesabaran yang luar biasa. Abraham dapat janji Tuhan pada umut 75, kapan digenapi? Digenapi ketika Kristus mati di kayu salib. Tahu dari mana? Dari Yohanes 8 yang mengatakan “Bapamu di sorga, bapamu Abraham di sorga bersukacita melihat hariKu”. Hari Yesus adalah hari yang Tuhan sudah janjikan, hari waktu Dia dipaku di kayu salib menebus umat manusia. Inilah hari dimana janji anugerah Tuhan akan disebarkan di seluruh dunia akan mulai terjadi. Jadi kalau Kristus tidak mati di kayu salib, janji kepada Abraham tidak akan tersebar ke seluruh dunia. Tapi sekarang Kristus mati di kayu salib, janji kepada Abraham tersebar ke seluruh dunia. Kapan waktunya? waktu Tuhan, bukan waktu Abraham, bukan waktu Musa, buakn waktu Elia, bukan waktu Maleakhi. Maka ketika Tuhan genapi, semua yang pernah mengharapkan janji itu akhirnya bersuka cita, sekarang Tuhan sudah genapi. Kita akan kecewa dengan janji Tuhan kalau kita pikir Tuhan akan kerjakan di dalam waktu kita, padahal belum tentu.
Inilah mengenai pengharapan, Saudara harus punya pengharapan untuk mempunyai kerohanian yang makin bertumbuh, berharap kepada Tuhan yang benar, berharap pada janji yang benar, dan berharap pada waktu sesuai dengan kedaulatan Tuhan. Ketika kita mempunyai pengharapan seperti ini, barulah kita tahu bahwa Allah yang memberikan pengharapan itu mau kita bergantung kepada Dia, mau mengikuti Dia, mau supaya kita benar-benar berpaut kepada Dia di dalam kita menantikan janji Tuhan. Ini yang dilakukan Simeon. Maka setelah Simeon melihat “sekarang ya Tuhan, janjiMu yang aku harapkan itu sudah terjadi, sekarang aku boleh meninggalkan dunia ini”. Menurut dia pengharapan itu adalah yang paling besar yang diharapkannya. Sekarang pertanyaannya adalah apa yang Saudara benar-benar ingin capai? Waktu Saudara sudah capai, Saudara mengatakan “sekarang ya Tuhan, aku boleh meninggalkan dunia ini”. Kalau apa yang Saudara ingin capai itu selaras dengan yang secara besar Tuhan mau kerjakan, maka Saudara akan bahagia. Tuhan mau kerjakan KerajaanNya dinyatakan di dunia, lalu Saudara berbagian dalam bagian Saudara, Saudara akan bahagia. Kalau apa yang kita kerjakan selaras dengan apa yang Tuhan sedang kerjakan di dalam sejarah, tidak mungkin kita tidak mendapatkan bahagia yang Tuhan sedang nyatakan itu. Maka biarlah kita belajar menjalankan apa yang Tuhan mau, dan kita tidak mau atur Tuhan untuk menjalankan apa yang kita mau. Kalau Saudara mau ikut Tuhan, berarti kita ikut Dia, Dia pergi kemana, kita ikut. Kalau Saudara ikut orang, Saudara tidak bisa sembarangan perintah orang. Maka waktu Saudara mengikuti rencana Tuhan, Saudara seperti menumpang apa yang Tuhan sedang kerjakan. Kita tidak bisa atur Dia. Biarlah kita melihat bagian hidup kita sebagai bagian kecil yang akan menjalankan seluruh rencana Tuhan yang besar. Apa bagian Simeon? Bagian Simeon sepele, cuma berdoa, berharap Mesias datang. Dan ketika Mesias datang, Simeon mengatakan “sekarang ya Tuhan, yang saya harapkan sudah terjadi, panggilah saya pulang”. Itu sebabnya banyak pekerjaan-pekerjaan kecil yang tidak berarti, nanti di sorga dapat pujian jauh lebih besar dari pada orang-orang yang kerjakan yang besar. Simeon sepertinya memiliki pekerjaan yang kecil, dia berdoa bagi Israel, dia memohon supaya Sang Mesias datang, dia tekun lakukan itu. Waktu Sang Mesias datang, dia mengatakan “tugasku selesai, sekarang aku boleh pulang kembali ke tempat Allahku di sorga”. Harap waktu kita sampai pada saat yang akhir, kita pun mengatakan hal yang sama. Saudara tidak mau saat akhir Saudara mengatakan kalimat-kalimat yang menyedihkan hati “aku belum mau pergi, masih banyak yang belum selesai kukerjakan. Aku menyesal sekali, mengapa aku mencari hal-hal yang kosong dan tidak berarti”, Saudara kalau cari uang lalu tumpuk sebanyak mungkin, nanti akhirnya Saudara akan mengatakan “mengapa hanya uang saja”. Saudara kalau kerjakan banyak hal yang tidak sesuai dengan apa yang Tuhan mau, nanti pada akhirnya Saudara akan mengatakan “waktu sudah terbuang, aku tidak bisa kembali”. Mari kita hidup dengan cara seperti yang diajarkan Simeon, jalani apa yang Tuhan mau dalam target besar pengharapan yang Tuhan berikan, baru kita bisa mengatakan “Tuhan, aku mau berharap ketika Tuhan menyatakan pekerjaan Tuhan, Tuhan menyatakan kegenapan Tuhan, aku akan bersuka cita di situ”. Mari ktia punya pengharapan, pengharapan sama pentingnya dengan kebenaran, sama pentingnya dengan hidup suci. Karena orang yang tanpa pengharapan akan menjalani hidup kering, begitu mudah patah, begitu mudah kehilangan semangat. Mari hidup dengan penuh kelimpahan, mari kita katakan “Tuhan, aku harapkan ini terjadi, dan aku akan kejar. Aku akan belajar bertekun menantikannya terjadi, tapi sambil menanti aku akan kejar apa yang aku boleh berbagian di dalamnya”. Ini membuat gereja Tuhan boleh terus dibawa kepada Tuhan dan gereja Tuhan boleh terus belajar untuk menikmati relasi dengan Tuhan. Maka biarlah kita memiliki pengharapan seperti Simeon dan kita boleh menikmati apa yang Tuhan janjikan dalam hidup kita.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)