Efesus adalah surat yang sangat indah, di dalamnya nyata berapa besar cinta kasih yang Tuhan berikan kepada kita. Orang percaya tidak bisa dibandingkan dengan orang-orang lain. Kadang-kadang ketika kita memahami doktrin pilihan, kita dengan salah melihat sorotan tentang orang-orang yang tidak dipilih, ini sesuatu yang membuat kita gagal menikmati keindahan doktrin pilihan. Doktrin pilihan bukan mengajarkan tentang bagaimana kita makin mencurigai Tuhan, “mengapa Tuhan cuma pilih sebagian, mengapa tidak pilih lebih banyak orang, mengapa tidak semua dipilih, mengapa ada orang-orang yang diluputkan dari keselamatan, mengapa Tuhan tidak mengizinkan ada orang-orang yang mendapatkan keselamatan dari seluruh dunia? Mengapa ada yang binasa, mengapa ada yang tidak percaya”, ini semua adalah tuduhan-tuduhan yang tidak adil karena kita tidak bisa menimpakan kepada Tuhan kesalahan kita sekalian. Ketika kita sudah cemar, ketika kita hidup di dalam kehendak kita, ketika kita serong, ketika kita abaikan Tuhan, kita tidak berhak menerima berkat Tuhan. Tetapi Tuhan memutuskan untuk memperpanjang hidup manusia bahkan memperpanjang tradisi dan sejarah dari kemanusiaan. Tuhan tidak cut manusia ketika manusia pertama jatuh dalam dosa. Dia mengizinkan adanya keturunan demi keturunan yang akhirnya memenuhi bumi. Dan Tuhan bukan tidak memperhatikan orang-orang ini, Tuhan memberikan mereka tanah, Tuhan memberikan mereka pemeliharaan yang mirip dengan apa yang ditemukan di Taman Eden, tanaman yang menghasilkan buah yang melimpah, dan keindahan dari alam, keindahan dari sungai, keindahan dari batu permata yang ada di dalam dunia ini, di dalam bumi, semua Tuhan berikan di seluruh bumi. Sehingga ketika manusia tinggal di bumi, manusia bisa menikmati kelimpahan tersebut meskipun sebenarnya manusia tidak layak untuk hidup di dalam tempat suci yaitu ciptaan Tuhan ini. Tuhan menciptakan bumi sebagai tempat suciNya. Tetapi ketika manusia melanggar, manusia tidak punya hak untuk tinggal di tempat ini, manusia tidak berhak untuk mendiami tanah yang Tuhan berkati dengan kesuburan. Tetapi manusia tetap menerima kesuburan, tetap menerima berkat, inilah yang disebut dengan anugerah umum yang Tuhan berikan, anugerah yang Tuhan berikan dengan sama. Tetapi jangan lupa karena dunia ini sudah ditinggalkan oleh kehadiran Tuhan. Tuhan tetap topang, Tuhan tetap hadir, tapi Tuhan tidak lagi menyatakan kehadiranNya secara intim. Sehingga di dalam pengertian yang tepat, kita juga harus lihat bahwa dunia ini ditinggalkan oleh Tuhan. Tuhan tidak lagi tinggal di dunia ini seperti Dia mendiami tempat suciNya. Maka di tengah-tengah dunia pun banyak kesulitan, banyak kekacauan, banyak kerusakan, kuasa kegelapan masuk, kuasa dosa meneror dan menghancurkan hidup manusia. Kuasa kematian membuat kita seperti tidak ada pengharapan, dan kuasa gelap, kuasa kacau, kuasa dosa, kuasa jahat, kuasa kematian itu merusak hidup kita. Tanpa topangan Tuhan kuasa-kuasa ini akan dominan dan menghancurkan kita semua. Tapi Tuhan mengatakan “Aku tidak akan membiarkan kuasa kegelapan merajalela. Aku akan tahan kejahatan”, sehingga anugerah umum Tuhan memampukan kita untuk menikmati hidup di dunia ini. Tanpa anugerah umum Tuhan semua manusia akan sangat jahat, akan saling membunuh satu dengan yang lain. Tapi karena anugerah umum Tuhan menahan, Tuhan memberikan pemerintah yang meskipun kejam dan bengis tapi bisa menghakimi rakyat yang berlaku sewenang-wenang. Maka kekacauan di dalam rakyat ditangani dengan adanya pemerintahan, kekacauan di dalam alam ditangani dengan adanya topangan Tuhan dalam alam. Alam yang bisa rusak, yang bisa bertindak dengan cara yang mematikan manusia adalah juga alam yang memberikan hasilnya untuk dinikmati oleh manusia. Jadi Tuhan begitu baik, masih menopang orang-orang yang ada di dalam dunia ini, masih memberikan kepercayaan untuk hidup, masih memberikan pengaturan untuk dijalani, bahkan masih memberikan hikmat dan pengertian dan hati nurani. Hati nurani adalah bagian dari anugerah umum Tuhan. Hati nurani tidak hanya dimiliki oleh orang Kristen tapi oleh semua orang. Dan ini sebabnya kita bisa melihat ada pikiran-pikiran yang brilian tentang etika, tentang sosial, tentang bagaimana manusia harus hidup dari orang-orang yang tidak Kristen sekalipun. Jangan jadi orang yang kerdil, jangan jadi orang yang cuma perhatikan hal-hal kecil untuk kenikmatan hawa nafsu. Jadilah orang yang rela kehilangan kesenangan hawa nafsu demi mendapatkan keadaan yang lebih baik, stabil dan adil bagi orang lain. Ini merupakan berkat-berkat yang Tuhan berikan, menunjukkan Tuhan mencintai manusia dan memberikan cinta kasihNya secara umum. Tapi meskipun manusia dicintai secara umum, tetap orang yang tidak diselamatkan beda jauh dengan orang yang diselamatkan. Perbedaan ini bukan karena kita lebih baik, bukan karena kita lebih saleh, bukan karena kita lebih suci, bukan karena kita lebih pintar, tapi perbedaan ini adalah karena Tuhan sudah mencintai kita, memutuskan untuk menyelamatkan kita sejak sebelum dunia dijadikan. Ini merupakan kalimat yang sangat indah. Dan di dalam pengertian yang tepat kita membaca ini adalah kalimat tentang ekspresi cinta kasih yang besar. Apa yang membuat Tuhan mencintai kita? Bukan karena kita baik, karena waktu Dia memutuskan untuk mencintai kita, karena Allah mengatakan “dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula”, berarti alasan Tuhan memilih kita adalah cinta kasihNya. Cinta kasih Tuhan rela berikan kepada kita. Sebesar apa cinta kasih itu? Gambaran dari Kitab Suci begitu banyak diberikan untuk memberikan penjelasan sebesar apa cinta kasih Tuhan. Tuhan mencintai kita sehingga apapun yang Dia jadikan tidak ada yang melampaui cinta kasih Tuhan kepada kita, tidak ada yang mengambil posisi kita sebagai ciptaan yang paling dicintai. Tuhan menciptakan banyak hal sebelum Dia menjadikan manusia, tapi tidak satupun yang Dia Jadikan mengubah fakta bahwa Dia memilih kita sebelum dunia dijadikan. Kalau ada dua orang mempunyai relasi kasih satu sama lain, lalu ditanya “sebesar apa engkau mencintai aku?”, di dalam tradisi orang Yahudi, kadang-kadang perbandingan adalah cara untuk menunjukkan cinta kasih. “Berapa besar engkau mencintai aku?”, mereka akan mengatakan “saya mencintai engkau dan membenci yang lain”. Membenci bukan karena ada alasan yang membuat orang lain dibenci. Tapi membenci adalah untuk perbandingan, “dibandingkan dengan cinta kasih yang kuberikan kepadamu, maka yang lain perasaan adalah seperti benci”. Apakah orang ini membenci yang lain? Tidak, tetapi dia mempunyai derajat Cinta kasih yang sangat ekstrem beda, sehingga orang yang dicintai, dicintai dengan cinta sedemikian besar, sedangkan yang lain diberikan keadaan relasional yang jauh berbeda, sehingga memakai kata benci. Ini merupakan satu gambaran yang sangat mengagumkan, Tuhan mencintai kita dan perbandingannya adalah dengan orang-orang lain yang tidak dipilih, dengan malaikat jatuh yang tidak dipilih, bahkan dengan malaikat pilihan pun kita tetap memiliki prioritas di dalam hati Tuhan. Tuhan mencintai manusia sekalipun manusia hanya debu saja. Tuhan mencintai manusia, sekalipun manusia adalah sumber sakit hati Tuhan. Tuhan mencintai manusia, sekalipun manusia adalah sumber kekacauan di dalam bumi yang diciptakan oleh Tuhan. Ini yang harus kita renungkan baik-baik, alasan Tuhan mencintai bukan terdapat pada kita, tapi terdapat pada diri Tuhan. Dan Tuhan menyatakan perbandingan yang sangat ekstrem, manusia dicintai bahkan sebelum dunia dijadikan, orang pilihan maksud saya. Siapa yang jadi orang pilihan akan menyadari bahwa Tuhan mencintai orang pilihan sebelum dunia dijadikan. Maka semua yang Tuhan kerjakan di bumi, yang Tuhan kerjakan di alam semesta adalah untuk mewujudkan kaum pilihan. Inilah bahasa yang agung, yang Tuhan nyatakan lewat Surat Efesus. Penulis Surat Efesus yaitu Paulus menyadari berapa besar cinta kasih Tuhan karena dia adalah orang yang mulai merenungkan tentang apa itu cinta kepada Tuhan dan sesama. Paulus adalah seorang yang mengambil kesimpulan sangat ekstrem, ketika ditanya tentang Taurat, Paulus mengatakan “di dalam Taurat Kesimpulannya adalah kasihilah sesamamu”, mengasihi manusia adalah kesimpulan dari seluruh ajaran Taurat. Paulus menyoroti kecintaan satu sama lain, relasi, juga kerelaan memberi diri bagi yang lain, ini bagi Paulus adalah sangat krusial bagi hidup manusia. Maka ketika kita belajar untuk berelasi satu dengan yang lain, kita mulai berinteraksi, kita mulai berhubungan, kita mulai menyadari “bahwa saya bisa menemukan orang yang mempunyai kesenangan kepada saya sama besar dengan saya punya kesenangan kepada dia”. Saudara mulai belajar punya kelompok dimana di dalamnya Saudara akrab. Waktu bicara tentang hobi, sama, waktu bicara tentang pandangan hidup, juga sama. Waktu bicara tentang cita-cita ke depan, juga sama. Maka Saudara merasa senang ada orang lain yang sehati sepikir dengan Saudara. Maka relasi yang Saudara miliki mulai diperketat bukan hanya dengan kesetiaan, tapi juga dengan cinta kasih yang makin bertumbuh. Kita diciptakan untuk mencintai. Dan Tuhan menempatkan banyak orang di sekeliling kita supaya kita belajar mencintai. Maka ketika kita berkumpul di dalam gereja, kita mulai belajar untuk cinta satu dengan yang lain. Kita mulai belajar untuk menempatkan bagaimana cinta itu harus diberikan. Karena cinta kasih adalah hal kompleks, tapi memerlukan ekspresi yang tepat. Cinta kasih begitu kompleks tapi memiliki ekspresi yang spesifik. Maka waktu kita berelasi, kita mulai belajar apa itu cinta kasih dan bagaimana mengekspresikannya. Di dalam Bahasa Yunani, agave, di dalam bahasa Ibrani ahafa, ini keduanya memiliki arti yang mirip yaitu bagaimana aku mengekspresikan tindakanku kepada yang lain, itulah cinta kasih. Cinta kasih bukan cuma sekedar perasaan di dalam, cinta kasih adalah tindakan yang aku berikan keluar. Itu sebabnya perintah mencintai itu bukan perintah untuk merubah perasaan. Perintah mencintai adalah perintah untuk mengekspresikan dengan tepat apa itu cinta kasih. Maka di dalam Kitab Suci mengekspresikan cinta kasih harus spesifik. “Apakah engkau mencintai istrimu?”, “iya”, ekspresikan cinta kasih kepada istrimu. “Apakah engkau mencintai guru di sekolah?”, “iya”, ekspresikan cinta kasih dengan cara yang berbeda dengan seorang suami mengekspresikan cinta kasih untuk istrinya. Kalau seorang suami mencintai istri, dia akan berhubungan intim dengan pasangannya, dia akan dekat, dan dia akan mempunyai kaitan baik di dalam emosi maupun fisik. Tapi seorang murid mencintai guru tidak boleh diekspresikan dengan hal yang sama. Maka ada penghormatan, ada perasaan hierarkikal, “dia lebih tinggi dari saya dan saya belajar menghormati dia”. Waktu Saudara bertemu teman ekspresinya pun beda, Saudara bisa mengungkapkan perasaan Saudara dengan kata-kata yang mungkin lebih biasa, lebih normal, lebih sehari-hari, bahkan mungkin cenderung agak sedikit kasar, dibandingkan ketika kita berbicara dengan orang-orang yang lebih tinggi dari kita. Maka seumur hidup kita sebenarnya sedang dilatih untuk mengekspresikan kasih. Bagaimana mencintai? “Begini caranya”. Bagaimana mengasihi? “Beginilah caranya”. Kalau saya mengasihi teman, ini cara mengekspresikan. Aku mencintai orang tua, begini cara mengekspresikan. Aku mencintai guru, begini cara mengekspresikan. Aku mencintai Tuhan, untuk yang ini bagaimana mengekspresikan?
1 of 5 »