Filipi 2: 5-11 demikian firman Tuhan, Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama. Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada dilangit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa.

Kita akan membahas tentang perendahan diri Kristus bagian yang kedua. Tema ini menjadi 4 bagian dan kita sampai kepada bagian kedua yang perlu beberapa kali untuk diekspose karena ini adalah tema penting mengenai pengosongan diri Kristus. Di dalam sejarah teologi pun pembagian pembahasan tentang Kristus yang merendahkan diri adalah pembahasan yang sangat penting untuk kita pahami. Salah satu yang paling penting adalah dari pikiran Martin Luther yang dianggap memberikan cara baru untuk mengenal Tuhan. Cara yang sebenarnya sudah ada di Alkitab tetapi dijelaskan kembali oleh Martin Luther. Banyak yang mengatakan bahwa Luther itu adalah seorang yang membuat penemuan kembali Injil, dia melakukan re-discovery of the Gospel. Injil seperti dipopulerkan kembali. Hal apa yang ditekankan oleh Luther di dalam pengertian Injil? Salah satunya adalah salib. Martin Luther membahas posisinya di dalam Heidelberg Disputation di tahun 1518. Dia memberikan pengertian yang kita kenal sebagai teologia salib. Di dalam disputasi ini dia memberikan pembelaan bahwa apa yang dibahas di dalam 95 tesis. Sebenarnya,  bukan cuma 95 tesis ada dua tulisan lain yang juga dia buat. Di dalam penjelasan tentang 95 tesis dan juga di dalam disputasi dengan skolastisisme dengan teologi skolastik. Ini karya-karya yang ditulis di tahun 1517 yang sangat penting, yang terkenal 95 tesis. Orang-orang mulai mempertanyakan teologi Luther, “Apakah kamu sudah menyimpang dari ajaran yang sejati? Apakah kamu sudah lari dari pengertian yang benar dan menjadi sesat?”

Di Heidelberg ini Luther memberikan penjelasan tentang posisi dia. Luther tidak lari dari tradisi dan yang pasti dia tidak lari dari pengajaran Paulus. Apa yang Paulus ajarkan sudah disalah mengerti oleh banyak pemikir atau banyak pemimpin gereja pada waktu itu. Tuhan tidak sedang pamerkan kemampuan untuk menjadi besar, tapi Tuhan justru pamerkan kemampuan Dia untuk mengosongkan diri, inilah cara yang Luther jelaskan. Kalau kita di dunia cuma tahu Allah yang meninggikan diri, maka Injil menjelaskan tentang Allah yang merendahkan diri. Kalau dunia cuma mengenal Allah sebagai Allah yang mulia, maka Injil memberitakan tentang Allah yang rela menjadi hina. Kalau dunia mengerti Allah sebagai yang paling kuat, maka Injil memberitakan Allah yang rela menjadi lemah. Ini semua tidak mungkin ada dalam pikiran manusia. Manusia tidak mampu berpikir tentang Tuhan dengan cara seperti ini. Itu sebabnya ketika Luther menjelaskan posisinya, dia mengatakan bahwa teolog sejati akan mengerti hal ini karena Alkitab mengatakannya. Pola pikir yang terdapat juga dalam Agustinus, maka ini bukan hal baru, ini bukan teori yang ditemukan oleh Luther.

Dia menjelaskan tentang Tuhan yang mengosongkan diri. Ini yang disebut dengan teologia salib. Sedangkan kalau gereja salah mengerti tentang Tuhan, gereja akan menekankan tentang peninggian diri Tuhan. Mengapa yang ditekankan peninggian diri? Karena gereja juga mau jadi mulia mirip Tuhan, “Tuhan tinggi, kami juga tinggi, Tuhan hebat kami juga mau hebat, Tuhan berkuasa kami juga mau berkuasa, Tuhan bisa kerjakan mujizat kami juga mau kerjakan mujizat.” Tetapi, Luther mengatakan, “Bagaimana dengan Kristus yang tersalib, maukah kamu jadi sama seperti Dia? Maukah kamu melakukan seperti Kristus melakukan apa yang Kristus lakukan? Mengosongkan diri, merendahkan diri. Jika kamu mau mengikuti Kristus dan ikut teladan Dia dengan baik, maka kamu tidak mungkin abaikan salib. Tidak bisa abaikan salib, tidak boleh abaikan salib.” Maka teologi salib adalah salah satu yang paling penting dalam pikiran Luther pada zaman itu.

Orang Kristen ditekankan supaya kembali melihat Kitab Suci dan sadar betapa pentingnya memahami Tuhan dari Alkitab. Kita punya kecenderungan untuk salah mengenal Tuhan. Agama-agama memberikan teori tentang siapa Tuhan, memberikan penjelasan tentang bagaimana Allah itu berada, siapa Dia, apa yang Dia kerjakan dan semua adalah fantasi dari manusia. Manusia ingin jadi besar, maka dia memproyeksikan keinginan itu kepada tokoh bernama ilah atau bernama dewa atau bernama allah atau siapapun. Manusia menciptakan sendiri keilahian, manusia menciptakan sendiri ketuhanan. Apa yang ada pada diri diproyeksikan lalu di magnify (perbesar diri sendiri) dan inilah ketuhanan. Ini merupakan pengertian tentang agama dari seorang bernama Ludwig Feuerbach. Dia menyelidiki esensi psychologist dari agama. Jadi, di dalam pikiran Feuerbach dikatakan bahwa kalau manusia itu punya kerinduan akan yang besar, punya kerinduan akan greatness. Banyak pemikir di dalam sejarah sudah menyadari hal ini salah satunya adalah Blaise Pascal. Pascal mengatakan manusia itu terbatas, tapi manusia mempunyai kapasitas untuk merenungkan yang tidak terbatas. Manusia itu mampu merenungkan yang melampaui batasan yang dialami di dalam dunia. Berarti ada sesuatu yang melampaui dunia yang manusia bisa akses lewat perenungannya. Apakah ini hanya level perenungan saja atau benar-benar ada yang tidak terbatas? Apakah ketika manusia merenungkan tentang kekekalan, tentang ketidakterbatasan, tentang kemahakuasaan, ini semua real atau hanya ada dalam pikiran manusia? Apakah kapasitas manusia untuk merenungkan yang infinite, yang tidak terbatas menandakan bahwa yang tidak terbatas itu nyata? Pascal mengatakan iya. Kemampuan manusia untuk merenungkan yang tidak terbatas sebenarnya adalah tanda bahwa yang tidak terbatas itu benar-benar ada. Dan manusia perlu mempunyai kontak dengan yang tak terbatas itu.

1 of 7 »