Lanjutan dari Roma 10 ini adalah gabungan dari kutipan beberapa bagian, kita bisa melihat kutipan pertama yang Paulus ambil dari Yesaya 53. Ini adalah bagian yang menceritakan tentang sang hamba Tuhan yang menderita dan sulit percaya hamba itu akan menderita. Di dalam tradisi Yahudi ditafsirkan hamba itu adalah orang Israel di pembuangan, ini sangat terkenal karena dipopulerkan seorang filsuf bernama Levinas. Dan tafsiran Yesaya 53 sedang berbicara tentang orang Israel yang menderita itu sangat sulit dikaitkan dengan tafsiran yang lebih teliti karena Yesaya 53 itu dibuka dengan mengatakan “siapa yang percaya kepada pemberitaan kami?”. Jadi ini adalah berita yang sulit dipercaya, tidak bisa diterima bahkan oleh orang Israel. Lalu tafsiran yang kedua mengatakan hamba yang menderita itu adalah Yesaya sendiri. Dan ini juga sangat sulit dipahami, sangat sulit diterima, karena kita tahu di dalam penulisan nubuat dari Yesaya, Yesaya tidak melibatkan dirinya terlalu banyak kecuali dalam bagian ketika dia dipanggil Tuhan atau dalam bagian ketika dia mendapatkan kesulitan karena ternyata beritanya melampaui apa yang dia ketahui. Ini yang bisa kita lihat dari kehidupan Yesaya. Ada kisah sukses juga, Yesaya adalah seorang yang menubuatkan tentang takluknya Asyur, Asyur dengan 80.000 ternyata ditaklukkan oleh Tuhan. Ini menjadi sesuatu yang menjadi bagian dari kehidupan Yesaya dan agak sulit memahami dia bicara tentang dirinya yang menderita. Dan kalau pun orang mengatakan bukankah diakhir hidup zaman Raja Manasye, Yesaya menderita? Kalau kita tafsirkan kesitu, tetap kita tidak bisa memahami mengapa berita ini sulit diterima. Lalu mengapa Paulus mengutipnya sebagai sesuatu yang mengaitkan kita kepada Injil, kepada salib? Jadi Yesaya 53 ini sedang berbicara tentang penderitaan sang hamba, hamba yang menderita. Dan berita tentang hamba yang menderita ini ternyata tidak bisa diterima, ini adalah keluhan Yesaya suatu saat berita ini akan dipamerkan kepada orang Israel dan orang Israel tidak mempercayainya. Paulus merasa penolakan orang Yahudi terhadap berita Injil adalah penggenapan dari Yesaya 53, terutama di dalam bagian ketika dikatakan “siapa yang akan percaya kepada pemberitaan kami?”. Jadi di dalam kutipan pertama Paulus mengutip Yesaya mengenai kesulitan orang Israel menerima Injil. Lalu apakah kesulitan ini karena kurangnya orang yang bicara? Mungkin yang bicara itu kurang gencar. Ayat 18 adalah kutipan kedua, kutipan kedua ini diambil dari Mazmur 19, Mazmur yang sangat terkenal tentang suara Tuhan lewat alam. Dikatakan dari kutipan ini “suara mereka sampai ke seluruh dunia dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi”. Ini adalah kutipan yang membuat kita mengerti konteksnya Mazmur 19. Di dalam Mazmur 19 dikatakan Allah itu menyatakan diri dengan cara yang sangat spektakuler, seluruh keindahan alam sebenarnya adalah panggilan Tuhan untuk manusia menikmati Allah. Jadi tidak ada orang yang akan luput dari panggilan ini. Kalau ada yang mengatakan “sepertinya firman Tuhan belum sampai ke kami, kami orang yang tinggal di tempat terpencil”. Maka Mazmur 19 akan mengatakan “tempat terpencil apakah yang seumur hidupnya tidak pernah melihat matahari terbit?”, tidak ada, jadi suara ini sampai ke ujung bumi. Tidak ada tempat yang tidak dapat Wahyu Tuhan secara umum di dalam alam. Di Roma 10:19, ada kutipan dari Kitab Ulangan 32: 21, di dalam kutipan ini pun Paulus memaksudkan untuk kita memahami Musa itu sedang menyatakan pesan yang sangat penting, sangat membagikan orang Israel menjadi dua, siapa yang percaya dan siapa tidak, tapi dalam bentuk pujian, puisi. Jadi Ulangan bagian terakhir pasal yang ke-32 itu bicara tentang lagu Musa, nyanyian Musa, pujian yang merangkumkan pesan dia orang-orang Israel akan berbahagia kalau mendengar firman. Tapi mereka akan sangat kasihan keadaannya jika mereka menolak Tuhan. Itu sebabnya di Ulangan 32 itu ada semacam pernyataan tentang berkat dan kutuk, tapi dipujikan atau dijadikan semacam puisi oleh Musa. Dikatakan orang-orang yang akan berdosa, masa depan, kalau Israel setia mereka akan dapat berkat. Tetapi orang-orang akan berdosa itu, dosa utamanya adalah mereka akan membangkitkan murka Tuhan, cemburu Tuhan. Maka Tuhan akan bangkitkan cemburu mereka, itu kalimat yang sangat unik kalau Israel berdosa Tuhan akan bangkitkan cemburu mereka. Ini sesuatu yang sulit dimengerti apa maksudnya membangkitkan cemburunya Israel? Paulus menafsirkan disini membangkitkan bemburunya itu berarti Tuhan memanggil bangsa-bangsa lain. Sesuatu yang unik, tafsiran Paulus ini yang akan kita coba bahas pada hari ini, tafsiran-tafsiran ini. Di bagian terakhir pasal 10:21, Paulus mengutip diambil dari Yesaya. Paulus adalah seorang yang sangat dipengaruhi oleh Kitab Yesaya. Dan di dalam pasal yang ke-65 di sini ada peringatan Tuhan, Ia murka kepada bangsa yang sudah mendapatkan berkat begitu besar. Jadi kalau kita perhatikan-kutipan kutipan yang diambil Paulus adalah kutipan-kutipan yang mengarahkan kita pembacanya untuk menyadari Israel itu tidak kekurangan cinta Tuhan. Tuhan tolak mereka, itu bukan sesuatu yang tidak adil. Tuhan tidak mungkin menolak yang sebenarnya tidak layak atau tidak seharusnya ditolak. Jadi Paulus mau menekankan, ini argumen yang indah sekali kalau kita lihat dari pasal 8, Paulus menekankan tentang konsep pilihan “kamu sudah dipilih oleh Tuhan dan karena itu ada berkat yang bahagia”. Pasal 9 lebih ketat lagi dia menjelaskan tentang doktrin pilihan. Dan pasal 10 dia menekankan tentang keadilan Tuhan, Tuhan bukan tanpa pernyataan, Tuhan bukan tanpa panggilan. Dari situ di dalam pengertian dari Teologi Reformed kita mengetahui ada panggilan yang efektif yaitu kepada kaum pilihan dan ada panggilan yang Tuhan nyatakan tapi tidak efektif karena dinyatakan kepada semua yang bukan pilihan. Tapi di dalam pasal ke-10 dari ayat-ayat yang kita baca tadi, tidak berarti panggilan Tuhan itu tidak serius. Jadi Saudara harus mengerti panggilan Tuhan kepada orang pilihan adalah panggilan yang penuh bahagia karena dinyatakan dengan anugerah yang melampaui anugerah yang Tuhan berikan secara umum. Tapi anugerah umum ini bukan anugerah rendah. Jadi kita tidak bisa menganggap panggilan Tuhan kepada kaum pilihan adalah panggilan biasa, tetapi wahyu umum Tuhan adalah panggilan rendah, itu salah. Panggilan Tuhan di dalam wahyu umum atau di dalam panggilan yang Tuhan nyatakan kepada semua, termasuk orang-orang yang bukan pilihan, itu adalah panggilan yang sangat besar, sangat mulia dan sangat kuat. Tetapi kebejatan manusia lebih kuat, maksudnya kebejatan manusia yang mengarahkan mereka untuk lari dari Tuhan itu lebih kuat lagi. Lebih kuat dari Wahyu Tuhan? Bukan. Lebih kuat dari semua panggilan yang Tuhan nyatakan, tetapi tidak mungkin lebih kuat dari panggilan khusus Tuhan. Itu sebabnya panggilan khusus Tuhan menang atas orang-orang yang sebenarnya hatinya sama kerasnya dengan orang-orang lain. Jadi Saudara bisa melihat kemenangan Tuhan itu dinyatakan kepada orang-orang pilihan. Merekalah yang akhirnya kembali kepada Tuhan.
Tetapi bagian ini khusus menyoroti tentang mereka yang keras hati. Bagaimana dengan mereka yang keras hati? Apakah mereka boleh lepas dari tanggung jawab atau fokusnya dalam apakah Israel boleh lepas dari tanggung jawab. “Kami kan menolak karena kami tidak pernah dengar berita yang Tuhan mau nyatakan”. Kita akan lihat kutipan-kutipan ini dan kita akan coba bahas argumen Paulus yang terdiri dari empat bagian yang sangat penting bagi kita. Di bagian pertama adalah Paulus sendiri sedang menyatakan ketidakpercayaan orang terhadap berita Injil adalah ketidakpercayaan yang bodoh. Ini pembagian yang penting di dalam kitab hikmat orang Israel, ada orang bijak dan ada orang bodoh, ini pembagian simple. Siapa masuk kategori bijak dan siapa masuk kategori bodoh. Dari banyak argumen atau banyak penjelasan yang diberikan, misalnya di dalam Kitab Amsal, maka orang-orang yang bodoh ini adalah orang-orang yang tidak menanggapi firman. Seperti yang dikatakan Yesaya “siapa yang akan percaya kepada pemberitaan kami?”. Kalau jawabannya tidak ada berarti semua orang Israel adalah orang bodoh. Orang bodoh adalah orang yang tidak menanggapi firman. Dia tidak menerima firman bukan karena firman Tuhan melampaui dia, tapi karena hati dan pikirannya itu tidak klop dengan apa yang Tuhan mau berikan. Cara berpikir adalah sesuatu yang sangat penting, ketika Saudara mendengar sesuatu maka apa yang berkait dengan cara berpikir kita itu akan kita terima dengan baik. Maka kalau Saudara mengatakan “saya ini terlalu bodoh untuk memahami Firman”, Saudara harus tahu Kitab Suci mengatakan firman Tuhan justru diberikan kepada orang yang bodoh. Tetapi bukan bodoh dalam pengertian bodoh tak bisa dididik, karena hikmat dan bodoh dalam pengertian kitab hikmat adalah pembagian antara orang yang punya bijaksana, hikmat dan mempunyai kekerasan hati, itu yang disebut bodoh. Ini bukan bodoh intelektual, ini adalah bodoh hati yang keras, karena tidak mau berubah. Hati yang keras tidak mau berubah itu diwujudkan dalam pikiran yang tidak pernah mau dikoreksi. Bukan cuma tidak mau dikoreksi dosanya, tapi tidak mau dikoreksi cara berpikirnya. Cara berpikir berubah itu susahnya bukan main. James Smith mengatakan untuk merubah cara pikir, kita bukan cuma perlu mendapatkan informasi, tapi kita perlu mempunyai liturgi, kebiasaan yang mendalam, sesuatu yang merubah cara kita hidup dan cara kita untuk menjalankan hidup sehari-hari. Ketika kita mempunyai kebiasaan yang terus berulang ini di dalam liturgi yang baik, maka pelan-pelan worldview Kristen itu akan makin tersusun. Jadi worldview Kristen itu penting, tetapi bukan hanya bersifat informatif. Kita bukan cuma perlu informasi untuk berubah. Kita perlu rutinitas yang berulang untuk merubah cara berpikir kita. Maka di dalam kitab hikmat, orang bodoh adalah orang yang cara berpikirnya keras, yang ngotot di dalam pendirian yang dia pegang dan dia cuma mau dapat informasi yang setuju dengan cara berpikir dia, yang nyambung dengan apa yang dia susun sebagai cara berpikir. Dan orang-orang seperti ini tidak mungkin menanggapi firman karena yang Tuhan nyatakan kepada manusia berbeda dengan apa yang manusia pahami tentang dunia ini dan tentang Tuhan. Itu sebabnya cara berpikir manusia yang perlu dikoreksi inilah yang jadi sorotan di dalam Yesaya 52 sampai 53. Yesaya mengatakan “siapa yang akan percaya kepada pemberitaan kami? Karena kami memberitakan penderitaan”. Ada hamba, hamba ini kalau kita lihat dalam tradisi Yesaya adalah Sang Mesias. Yesaya ini yang mengaitkan antara berita mesianik dengan konsep hamba. Ini adalah The Servant King, Mesias itu Raja dam Yesaya menekankan tentang kondisi hamba dari Raja ini. Maka waktu orang Israel baca Yesaya dan memahami Yesaya bicarakan tentang Mesias, tentu sulit dipahami Mesias ini akan menderita. Bayangkan berapa nyambungnya Paulus dengan Yesaya, waktu Paulus bicarakan Injil kepada Baryesus kepada Elimas, dia menolak, ini adalah seorang ahli nujum yang menjadi pelayan di bawah seorang gubernur namanya Sergius Paulus, ini Saudara bisa baca di dalam Kitab Kisah Rasul. Waktu Gubernur Sergius Paulus mendengar tentang pekerjaan Paulus, dia sangat rindu mau dengar Injil. Tapi Elimas ini terus membelokkan Injil. Maka Paulus mengatakan “kamu adalah dari setan. Sampai kapan kamu mau berhenti membelokkan jalan Tuhan yang lurus itu? kamu terus belokan kebenaran”. Akhirnya Elimas dibuat menjadi buta dan Gubernur Sergius Paulus dibuat beriman. Tuhan mau menyatakan orang Romawi percaya Injil dan orang Yahudi, Elimas adalah orang Yahudi menjadi pendistorsi Injil. Dia membelokkan berita Injil. Mengapa sulit bagi orang Yahudi menerima berita Injil? Karena mereka sangat ingin jaya. Ini menjadi cara berpikir orang bebal, “Karena kalau saya mengidentikan diri dengan kondisi lemahnya saya, sulit bagi saya untuk menikmati berita itu”. Dan kalau kita mengingat Mesias dan umatNya itu akan satu, Israel percaya ini Mesias dan Israel akan nasibnya sama, maka penyaliban itu akan buruk, “berarti nasib saya akan sama, saya akan menderita seperti Mesias kah? Saya tidak terima itu”. Cara berpikir ini adalah sesuatu yang sulit diubah. Orang Israel sepakat untuk menolak Injil tanpa kesadaran mereka sepakat untuk menolak Injil. Mereka mendengar berita Injil dan mereka katakan “kami tidak mau terima”. Inilah sebabnya Paulus merasa penting untuk mengutip dari kitab Yesaya, karena penolakan orang Israel adalah penolakan yang sangat tidak baik. Sebab Tuhan adalah Allah yang memberitakan beritaNya dengan cara yang sangat penuh belas kasihan. Jadi ada alasan untuk Israel menolak? Tidak. Apakah mereka kurang mengerti? Tidak mungkin, karena di dalam bagian selanjutnya ayat 17 dikatakan iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh Firman Kristus. Jadi apakah orang Israel wajar tidak percaya? Tidak wajar, orang yang tidak percaya Tuhan berada di dalam penolakan yang keras, bukan karena kurang informasi. Itu sebabnya Paulus mengutip Mazmur 19. Mazmur 19 adalah bagian yang sangat kuat karena menekankan pentingnya memahami Allah adalah Allah yang memanggil orang di dalam kebaikan. Kutipan dari Calvin, Institute buku pertama, bab ke-5 di bagian awal, Calvin menekankan pengenalan akan Allah adalah the final goal of the blessed life, hidup yang diberkati tujuannya itu adalah mengenal Allah. Jadi the final goal of the blessed life adalah mengenal Allah. Sehingga kalau ditanya, Calvin akan jawab ada dua kelompok orang yang pertama itu bahagia yang diberkati, yang kedua adalah yang yang menerima kutuk, yang hidup seperti orang terkutuk. Bedanya apa dua kelompok ini? Yang pertama mendapatkan pengenalan akan Allah, yang kedua menolak pengenalan akan Allah. Calvin berargumen dari kalimat ini, kalau tujuan utama hidup yang diberkati itu adalah mengenal Allah, mungkinkah Allah sengaja sembunyikan diriNya? Karena ini adalah tujuan, ini penting, ini sangat hebat, hanya yang berprestasi yang bisa dapat. Tuhan bagikan hanya kepada kaum intelektual atau yang pintar atau yang bisa susun teka-teki? Apakah Tuhan sembunyikan diri di dalam riddle, di dalam teka-teki, di dalam kemisteriusan, di dalam keadaan yang tidak bisa dicapai lalu Tuhan berikan sayembara “siapa bisa temukan Aku di mana, kamu akan dapat blessed life, hidup yang diberkati. Silakan manusia berjuang”. Calvin mengatakan tidak, karena Allah itu baik. Jadi apa yang diperlukan oleh manusia untuk mengenal Allah, itu Tuhan berikan, ini kutipan dari Roma pasal pertama. Apa yang diperlukan untuk manusia kenal Allah, diberikan oleh Tuhan dengan limpah. Dari sini Calvin menjadi sadar “kalau begitu Tuhan itu baik”. Jadi kalau Saudara mau bikin kategori baiknya Tuhan itu mengapa, Saudara mesti tahu dulu tujuan hidup itu apa. Kalau Saudara tahu tujuan hidup apa, baru Saudara bisa menilai kira-kira Tuhan baik atau tidak. Jadi manusia jauh dari Tuhan tapi dia akan kembali ke Tuhan. Gerak memutar, menjauh kemudian Tuhan panggil mendekat. Aspek yang sangat penting di dalam buku Summa Theologiae adalah manusia harus punya tujuan untuk kembali ke Tuhan. Kalau ini tujuannya maka etika jadi bisa dipahami secara serius dan benar, kemudian keindahan bisa kita pahami dengan baik, juga tentang kebaikan Tuhan. Kebaikan Tuhan jadi jelas bagi kita kalau kita tahu apa tujuan hidup kita. Salah satu yang mendistorsi, yang menyelewengkan manusia dari hikmat sejati adalah tujuan hidup yang salah. Karena kita punya final goal itu adalah bukan kehidupan yang diberkati dengan pengenalan akan Tuhan. Maka kita terdistorsi, terbelokkan, dan kita mulai menilai kebaikan Tuhan berdasarkan yang Tuhan lakukan kepada kita untuk membuat kita mencapai tujuan yang kita pikir tujuan itu. Ini mirip dengan anak kecil, waktu anak kecil dikasi coklat dan es krim, bagi yang suka coklat dan es krim, mereka akan mengatakan orang yang memberi itu baik. Mengapa baik? Karena the final goal of blessed life bagi anak kecil adalah makan es krim mungkin. Jadi ketika mereka menemukan ada orang yang memberikan kesenangan itu, mereka merasa tujuan hidup dipenuhi “orang-orang ini memberikan kepada saya tujuan hidup”. Tapi tentu kita tidak menyetujui tujuan hidup yang sesimple itu, tujuan hidup bukan itu. Kalau tujuan hidup kita salah, kita juga akan salah menilai kebaikan Tuhan. Di dalam Institutes, Calvin menyadari Tuhan itu baik. Dan dia mulai menuturkan kesadaran dia meskipun dia bukan sedang mengekspresikan “saya menyadari”, dia kurang memakai kata “saya”, pengalaman hidup dia masuk di dalam bukunya. Tapi di dalam buku itu kita sadar Calvin memberitahukan kepada kita satu-satunya cara untuk membuat kita tahu Allah itu baik adalah kita mesti sinkron dulu dengan tujuan hidup yang benar dari Sang Pencipta kita. Mengapa kita dicipta? Banyak orang yang bertanya ini ketika keadaan sedang buruk. Dia mulai mempertanyakan tujuan penciptaan, ini bukan menanyakan apa tujuan hidup, dia sebenarnya sudah tahu tujuan hidupnya, cuma dia rasa tujuan hidupnya dikacaukan oleh Tuhan. “Aku mau mencapai ini tapi Tuhan menjadi pengacaunya”. Banyak orang marah ke Tuhan karena tujuan hidup dia yang dicanangkan sendiri didistorsi oleh Tuhan. Tanpa kita sadar tujuan hidup yang Tuhan sudah terapkan untuk kita, kita distorsi sendiri, kita belokkan tujuan yang harusnya diberikan untuk Tuhan tetapi dibelokkan ke dalam bidang yang kita mau. Lalu kita merasa Tuhan mengganggu kita mencapai tujuan itu.