Mengenal Tuhan adalah tujuan, adalah sesuatu yang kita mau capai. Inilah telos, inilah yang kita harapkan terjadi pada kita. Kenal Tuhan dalam kesempurnaan, makin kenal Dia. Kalau kita tidak melihat ini sebagai tujuan, kita sulit menikmati apa pun yang terjadi dalam hidup. Tetapi Tuhan berkehendak untuk diriNya dikenal, dan inilah bahagia terbesar manusia. Sehingga di dalam senang kita makin kenal Tuhan, di dalam sulit kita makin kenal Tuhan, di dalam hikmat kita makin kenal Tuhan, di dalam kesadaran akan kebodohan kita makin kenal Tuhan. Di dalam apa pun Tuhan membimbing kita untuk semakin mengenal Dia. Mari kita bersama-sama mengerti hal ini, bersama-sama menanggapinya dengan penuh sukacita dan di dalam Tuhan sukacita senantiasa diberikan. Kita tidak mengerti mengapa Paulus mengatakan “bersukacitalah senantiasa”, di dalam Surat Filipi, padahal dia berada dalam penjara dan orang-orang menyadari kesulitan dan penderitaan yang dia sedang alami. Hidup Kristen adalah hidup bersukacita. Sukacita tidak mungkin diambil di dalam setiap keadaan, mari pahami ini, mari nikmati ini. Tuhan mengajak kita untuk mengalami sukacita di dalam Dia, mari kita belajar untuk menikmatinya. Sangat sulit di dalam keadaan yang susah, tapi jika Saudara mampu mendapatkan pengertian bahwa Tuhan adalah yang ingin dikenal oleh Saudara, apa pun yang terjadi kita harus semakin dekat dengan Tuhan. Maka kita melihat tidak ada apa pun yang akan menghalangi kita di dalam pertumbuhan iman kita. Kiranya ini boleh menjadi landasan untuk kita hidup penuh sukacita dan berharap terus kepada Tuhan.
Roma 10: 4-8, ayat yang ke-5 mengatakan bahwa Hukum taurat berkata orang yang melakukannya akan hidup karenanya. Dan ayat 6 mengatakan “tetapi kebenaran karena iman berkata demikian”. Ini seperti dua hal yang bertentangan, tapi kalau kita lihat dalam ayat ke-6, 7, 8, semua ini kutipan dari Taurat. Jadi kita tidak bisa mengatakan bahwa Paulus sedang mengatakan “Taurat itu tidak tepat, tapi Injil itulah yang kamu harus dengar. Iman lebih penting dari pada menjalankan Taurat”, bukan itu. Tapi Paulus sedang membagikan 2 pendekatan terhadap Taurat. Karena baik yang dia katakan dalam ayat ke-5 “orang yang melakukannya akan hidup karenanya”, maupun di ayat yang ke-6, 7 dan 8, semua adalah dari Taurat. Perkataan “yang melakukan akan hidup” itu dari Taurat, yang mengatakan “Tuhan memberikan firman dari sorga sehingga kamu tidak perlu ke sorga dulu untuk mendapatkannya. Kamu tidak perlu terjun dulu ke dunia orang mati, baru mendapatkan hikmat. Tapi Tuhan sudah memberikan di tengah-tengah kamu”, ini pun dari Taurat. Maka tidak mungkin Paulus sedang mengatakan “jangan mengikuti Taurat, tapi ikuti iman”, tapi memakai kutipan juga dari Taurat. Itu sebabnya kita mesti mengerti bahwa di dalam teologi Paulus, Paulus sedang menekankan pentingnya memahami 2 pendekatan dari memahami Taurat. Pendekatan pertama adalah apa yang dikatakan di ayat ke-5, “Musa menulis tentang kebenaran Hukum Taurat, orang yang melakukannya akan hidup karenanya”, apakah ini salah? Tidak, siapa yang menjalankan firman akan hidup. Kita seringkali berbicara tentang kalimat ini dengan pengertian yang lain, yang Paulus maksudkan. Yang kita pikir dalam pikiran kita adalah Tuhan berkata “ada Taurat, kalau kamu jalankan setiap kebenarannya, maka kamu akan dapat keselamatan. Dan keselamatan itu ketika kamu mati, kamu akan ke sorga”. Jadi kita melihat hidup ini sebagai serangkaian seleksi, dari lahir sampai kita mati adalah seleksi. Kamu diseleksi untuk masuk ke sorga atau gagal. Jadi seluruh hidup kita lihat sebagai suatu periode ujian, dimana Tuhan akan menaruh nilai “hidupmu baik atau jahat. Kamu lebih banyak lakukan baik atau lakukan jahat”. Tapi memahami hidup seperti itu membuat kita tidak menikmati hidup, karena kita akan menikmati hidup nanti, belum sekarang. Kita tidak melihat hidup sekarang sebagai kehidupan di dalam dirinya adalah kehidupan yang penuh anugerah Tuhan. Kalau kita mengatakan “saya mesti hidup baik-baik supaya nanti saya diterima oleh Tuhan dan saya tidak dibuang”. Tuhan pasti akan membuang orang-orang yang jahat, yang kejam, yang tidak adil, yang tidak pernah bertobat, orang yang tidak pernah kenal Tuhan. Tapi penekanan Paulus bukan itu, bukan pada periode hidup sebagai ujian, sebagai saat dimana Tuhan memberikan nilai kamu lulus atau tidak. Lalu nanti kehidupan sebenarnya baru mulai setelah kita mati. Paulus mau menekankan bahwa kenikmatan mengenal Tuhan itu sudah dimiliki sekarang, sekarang kita sudah mendapatkan Tuhan, bukan nanti tapi sekarang. Itu sebabnya perkataan dari Musa, di ayat ke-5, “orang yang melakukannya akan hidup karenanya” adalah perkataan yang dimengerti dengan salah oleh orang Yahudi, bukan salahnya Musa. Banyak orang Yahudi salah mengerti kalimat ini karena mereka menganggap bahwa kehidupan di dunia adalah semacam syarat yang mesti dijalani dulu supaya nanti kita beroleh Tuhan. Tuhan diperoleh nanti, bukan sekarang. Sekarang adalah periode ujian apakah saya ada di dalam Tuhan atau tidak. Ini pengertian yang Paulus sindir, bahwa orang Yahudi memiliki konsep yang salah. Karena mereka mengatakan “sekarang saya berada dalam kehidupan yang sekarang, saya mesti melakukan dulu kehidupan yang taat Taurat supaya nanti saya bisa dinyatakan berkenan oleh Tuhan”. Paulus tidak setuju dengan penafsiran itu, karena di dalam konteks pelayanan Paulus, ini bisa kita lihat di Kitab Para Rasul, banyak orang Yahudi memakai ini sebagai syarat untuk melihat apakah bangsa lain sudah cukup layak untuk sama dengan mereka atau tidak. Ini aspek teologi yang disebut teologi dari kaum Judaizers. Judaizers ini adalah istilah yang digunakan untuk orang-orang Yahudi yang Kristen yang mensyaratkan orang-orang dari bangsa lain untuk memiliki standar tertentu dulu baru boleh disebut Kristen. Misalnya mereka sudah membuktikan diri setia, tidak sembarangan makan makanan. Kalau mereka makan makanan yang dinajiskan, yang haram, maka mereka belum boleh menjadi Kristen. Kalau mereka tidak disunat, mereka belum boleh menjadi Kristen. Kalau mereka tidak menjalankan Taurat dalam periode pengamatan, maka mereka belum jadi Kristen dulu. Ini syarat yang diberikan oleh orang Yahudi, karena mereka merasa sudah ada di dalam perjanjian, sebab mereka sudah menjalankan Taurat. Jadi mereka melihat Taurat sebagai syarat dan mereka sudah lakukan itu seumur hidup, baru mereka bisa menerima Kristus. Jadi Taurat dulu, baru Kristus. Sehingga Taurat menjadi syarat apakah kamu boleh mendapat penebusan Kristus atau tidak. Kita bicara tentang orang Yahudi yang Kristen, bukan orang Yahudi yang memusuhi Paulus dan mau membunuh dia, karena Paulus mau mengajarkan tentang Sang Mesias. Jadi Paulus berurusan dengan banyak serangan dalam pelayanan dia, dari orang Yahudi yang menolak Kristus dan juga dari dalam, dari orang-orang Yahudi yang Kristen tapi yang menolak bangsa-bangsa lain berbagian, ini kelompok yang juga keras. Maka mereka harus pergi ke Yerusalem, ada konsili atau pertemuan dimana Kisah Para Rasul 15 ini dicatat, dimana Paulus dan juga orang-orang Yahudi yang menentang dia juga berkumpul, dipimpin oleh Petrus dan juga Yohanes dan Yakobus. Lalu mereka mulai menyatakan klaim “Paulus, engkau tidak boleh membuka pintu kepada umat perjanjian bagi bangsa-bangsa lain untuk masuk dengan murahan seperti itu, tidak boleh. Karena syarat hidup sebagai umat itu berat. Syarat untuk hidup sebagai umat, itu sesuatu yang nenek moyang kita pun gagal lakukan. Nenek moyang kita gagal, mereka dibuang. Sekarang kita sudah lumayan berhasil, kamu jangan bikin murah dengan memperbolehkan bangsa-bangsa lain masuk meskipun mereka belum ditunjuk, belum dinyatakan setia menjalankan Taurat. Tidak boleh begitu, bangsa lain harus diuji dulu apakah mereka sudah seperti kita, belajar setia dulu. Nenek moyang kita pun gagal dan kita mati-matian menaati. Tapi sekarang bangsa lain mengapa dengan enaknya bisa masuk. Mengapa begitu murah standar Injil yang engkau berikan? Tidak bisa begitu. Kalau bisa dipersulit mengapa tidak dipersulit, mengapa harus mudah?”, ini yang mereka pikirkan. Karena mereka berpikiran “kami juga sulit menjadi orang Yahudi. Nenek moyang kami gagal memenuhi Taurat dan mereka dibuang. Nenek moyang kami tidak jalankan Taurat dan mereka dihancurkan oleh Tuhan. Sekarang kita takut dihancurkan, kita hidup mati-matian, kita taat, kita tinggalkan dosa, kita jalani Taurat, kita singkirkan berhala, kita jalani benar-benar hidup yang diperkenan Tuhan, dan Tuhan berikan Mesias. Jadi kita sudah jalani, sekarang Mesias diberikan dan kami bisa terima. Bangsa-bangsa lain belum diuji kesetiaannya, mengapa dengan mudah bisa menerima Kristus?”. Jadi pola pikir mereka adalah teruji dulu dengan Taurat, baru dapat Kristus, baru bisa menikmati keselamatan yang penuh. Jadi ada tiga tahap, jalani Taurat, teruji taat Taurat, dapat Kristus, baru dinyatakan sebagai orang yang diselamatkan. Jadi 3 tahap ini yang banyak orang Yahudi Kristen percayai. Tapi Paulus punya pemikiran yang lain dan Paulus menyatakan argumen yang kuat sekali. Dia mengatakan umat Tuhan dibuang oleh Tuhan bukan karena mereka gagal menjalankan poin-poin Taurat, tapi karena mereka tidak punya iman kepada Tuhan. Ini pengertian yang Paulus miliki dan dia pakai argumen yang kuat sekali. “Sekarang kamu mengatakan orang Yahudi gagal menaati Taurat, maka Tuhan buang. Sekarang saya tanya (ini yang Paulus gunakan di Roma 4) bagaimana dengan Abraham? Abraham tidak ada Taurat, Abraham tidak tahu perintah-perintah yang Tuhan perintahkan, lalu Abraham juga belum disunat waktu Tuhan menyatakan dia benar”, penyunatan Abraham terjadi setelah Ismael lahir. Tetapi Tuhan menyatakan Abraham benar sebelum Ismael lahir. Kalau begitu Abraham benar dalam keadaan belum bersunat, Abraham benar dalam keadaan belum ada Taurat, ini jelas tercatata dalam Kejadian 12-15. “Kalau begitu bagaimana? Abraham dibenarkan karena iman, dan nenek moyangmu dibuang karena tidak beriman”. Jadi Paulus menekankan bukan kepada berhasil menjalankan Taurat tapi kepada iman. Itu sebabnya Paulus seringkali diidentikan dengan rasul iman karena penekanan pengajaran akan iman banyak sekali ada pada Paulus.