Kita melanjutkan pembahasan pasal 9 dan di dalam ayat-ayat yang kita baca ada penjelasan dari Paulus mengenai alasan Tuhan menyatakan belas kasihanNya kepada orang yang tidak layak. Ini menjadi pengertian yang harus kita terima di dalam doktrin predestinasi ini. Tuhan menyelamatkan orang-orang yang tidak layak diselamatkan. Kebenaran yang Tuhan berikan kepada orang yang tidak benar dan juga keselamatan yang Tuhan berikan kepada pemberontak, ini inti dari doktrin predestinasi. Jadi kalau ada yang mengatakan doktrin predestinasi membuat orang melihat Tuhan sebagai Allah yang kejam, yang tidak berperasaan, yang memilih sebagian untuk selamat dan sebagian dibiarkan binasa, itu cara berpikir yang salah. Seringkali kita menerima Kitab Suci dan memasukkannya ke dalam pengertian yang kita sudah susun sendiri. Kerangka kita berpikir ada kerangka yang ngotot kita pertahankan dan apapun yang Alkitab katakan dimasukkan ke dalam cara berpikir kita itu. Cara berpikir kita begitu banyak salah, kita pikir apa yang logis tetapi sebenarnya jauh dari apa yang konsisten. Kita pikir cara berpikir dengan sistem seperti ini yang paling benar, tapi kalau kita mau terapkan itu ke Tuhan, baru kita tahu cara berpikir kita banyak salah. Maka Alkitab mengoreksi bukan cuma dengan memberikan kita informasi, seringkali kita cuma tangkap informasi dari khotbah. Saudara mendengar khotbah untuk diubah cara berpikir, sehingga kalau masih sama, kita belum benar-benar bertobat. Salah satu yang paling Paulus tekankan di Roma 12 adalah kita ini memiliki cara berpikir yang diubah. Berubahlah oleh pembaharuan cara berpikir. LAI terjemahkan “berubahlah oleh pembaharuan budi”. tetapi sebenarnya ditekankan adalah pembaruan cara pikir. Cara pikir kita banyak salah. Banyak orang tafsirkan “kalau begitu tidak perlu banyak pikir. Iman Kristen bukan tentang pikiran”, salah. Pikiran kita banyak salah maka pikiran kita perlu dikoreksi. Seringkali kita menerima pengertian dari Kitab Suci lalu kita kerangkakan di dalam kerangka yang sudah terbiasa miliki, sehingga kita mengatakan kalau di satu sisi Tuhan menetapkan segala sesuatu maka di sisi lain yang harus diterima sebagai kesimpulan logis adalah Tuhan tidak pernah peduli keadaan sejarah. Dia cuma mengaturnya dan Dia membiarkan semua berjalan sesuai dengan yang Dia atur. Itu menyebabkan Tuhan menjadi kejam dalam pikiran manusia. Karena Dia sudah atur semua dan semua tergantung pada apa yang Dia sudah tetapkan. Tidak ada lagi kebebasan, tidak ada lagi tanggung jawab, tidak ada lagi kemungkinan untuk manusia bebas dari penghukuman Tuhan karena Tuhan sudah tetapkan manusia berada di dalam keadaan yang Dia sudah atur. Tapi ada beberapa kesalahan dari pikiran ini, yang pertama adalah kita tidak bisa identikkan pengaturan Tuhan dengan cara kita mengatur. Saudara bisa mengatur dan Saudara bisa berpikir tentang pengaturan, tapi Saudara tidak bisa letakkan itu ke Tuhan. Tuhan adalah Allah yang mengatur segala sesuatu, itu benar, tapi segala sesuatu berjalan dengan sangat dihargai oleh Tuhan. Ini sesuatu yang seperti kontradiksi dalam pemikiran logis kita, tapi saudara harus ketahui pikiran logis kita tidak bisa diterapkan kepada Allah yang melampaui segala sesuatu. Itu sebabnya yang Tuhan nyatakan harus kita terima secara logis tetapi kita tidak bisa pastikan bahwa ada koneksi yang jelas dalam pikiran kita, antara satu pemikiran dan pemikiran lain tetap akan ada sesuatu yang harus kita serahkan kepada pribadi Allah. Dan itu tidak bisa kita kontradiksikan dan juga kita tidak bisa harmoniskan. Maka di satu sisi Alkitab memperkenalkan Allah atur segala sesuatu, di sisi lain Alkitab memperkenalkan Allah peduli segala sesuatu yang terjadi didalam pengaturanNya. Tuhan adalah Allah yang mengeraskan dan merubahkan hati. Tetapi kerasnya hati dan berubahnya hati itu akan membuat Tuhan emosiNya terkait kepada apa yang terjadi. Orang yang keras hati akan membangkitkan murka Tuhan dan orang yang hatinya kembali ke Tuhan akan menyukakan hati Tuhan. Bagaimana bisa? Tuhan senang karena hati orang yang berubah karena pekerjaan Dia sendiri bisa? Bisa, karena Alkitab menyatakan demikian. Bagaimana dua hal ini dikaitkan? Ini dikaitkan dalam pribadi Tuhan. Vern Poythress mengatakan Tuhan melatih orang Kristen berpikir dan mengkerangkakan seluruh pikirannya dengan dikaitkan pada pribadi Tuhan. Maka segala pengertian yang kita peroleh dari Tuhan berguna membuat kita memuji Dia. Saudara memuji Tuhan karena segala sesuatu Dia yang atur, di satu sisi. Tapi di sisi lain Saudara juga memuji Tuhan karena Tuhan adalah Allah yang memberikan hatiNya kepada apa yang terjadi di dalam ciptaan. Kalau ada orang yang jahat dan kejam, Dia sangat marah. Kalau orang jahat itu berbalik, Dia sangat sukacita. Siapa membuat orang jahat berbalik dari dosanya? Tuhan. Kalau Tuhan yang bikin, mengapa Dia masih sukacita? Mengapa hatiNya masih senang mengapa dia menghakimi dan memberikan belas kasihan? Ini sesuatu yang Saudara seperti tidak bisa koneksi kan. Tetapi koneksi itu ada di dalam pribadiNya Tuhan. Maka kita tidak bisa mengaitkan semua untuk membuat pikiran kita harmonis, tapi segala sesuatu yang Tuhan nyatakan untuk menaikkan pikiran kita dengan kemuliaan Tuhan. Inilah yang harus kita kejar, memuliakan Tuhan dengan setiap pengertian, meskipun antara satu pengertian dan pengertian lain tidak ada koneksi yang membuat kita menerima seluruh doktrin itu secara harmonis.
Sulit memikirkan Kristus Allah sejati, tapi juga manusia sejati. Bagaimana mengerti ini? Di dalam teologi Kristen ada pengertian membahas secara logis. Tetapi tetap ada misteri tentang bagaimana sifat Ilahi dan juga sifat manusia bisa berada dalam satu pribadi. Ini sesuatu yang tidak bisa kita pahami dengan tuntas, tetapi setiap pengertian baik natur Ilahi maupun natur manusia Kristus, semua pengajaran ini berguna untuk membuat kita semakin mengagumi Tuhan. Ternyata Allah kita mengagumkan karena aspek-aspek pengajaran yang Alkitab bagikan. Ini sebabnya banyak orang sulit menerima doktrin kedaulatan Allah, karena mereka berusaha kerangkakan tapi melibatkan sesuatu yang bukan Tuhan untuk membuat semuanya harmonis. Bagaimana mengerti Allah menetapkan segala sesuatu dan mengerti Allah yang memberikan penghakiman terhadap apa yang terjadi. Dua hal ini tidak bisa terkoneksi, tapi saudara dua ini tidak dimaksudkan dikoneksikan untuk membuat pikiran kita harmonis tanpa pribadi Tuhan. Bagaimana ini dipahami? Doktrin Allah menetapkan segala sesuatu membuat kita memuji Tuhan karena tidak ada apapun yang terjadi yang diluar kehendak Dia. Bahkan rambut jatuh pun ada di dalam ketetapan Dia. Berarti apa pun yang terjadi, sedetail apa pun tidak mungkin di luar ketetapan Tuhan. Pengertian ini dipakai mempertumbuhkan iman karena kita mengagumi aspek ini dari Tuhan. Ternyata Tuhan kita atur segala hal. Maka kita bisa tenang di dalam Dia karena kita tahu semua Dia yang atur. Apapun yang terjadi tidak ada yang di luar pengaturan Dia. Tapi aspek ini tidak boleh dibenturkan, tidak boleh overflow, melampaui bagiannya lalu masuk ke dalam bagian tanggung jawab manusia. Saudara tidak bisa mengatakan “karena Allah menetapkan segala sesuatu, Dia juga menetapkan pertobatanku. Aku tunggu Dia arahkan saya bertobat. Kan ini terserah Dia”. Paulus mengatakan itu menghujat Tuhan karena engkau mengkerangkakan cara berpikir yang berusaha menciptakan ilah dalam bayangan kita, yang harmonis dengan semua pengertian ini. Tapi yang Saudara harus lakukan adalah mengaitkan ini dengan aspek tertentu dari Tuhan yang membuat Saudara kagum kepada Dia. Maka kalau Saudara mengatakan akankah Tuhan menghakimi? Alkitab menjawab “iya”, “kan Tuhan mengatur semua”, Tuhan jelaskan untuk membuat kita tenang di dalam Dia. Bukan untuk membuat kita memanipulasi doktrin demi kecemaran dan keberdosaan. Maka kalau Saudara adalah orang cemar, Saudara manipulasi doktrin untuk pembenaran diri. Itu tidak boleh terjadi, doktrin bukan untuk pembenaran diri. Doktrin untuk menolong kita memuji Tuhan.