Maka bagaimana mengerti Allah menghakimi? Kita menjadi gentar dan takut Allah akan mengadili. Di tafsiran Mazmur 2, John Calvin mengatakan Allah adalah Gembala yang baik bagi domba-dombaNya. Karena Dia baik kepada domba-dombaNya, Dia akan menghancurkan serigala. Ini indah sekali kalau Saudara pahami. Allah pasti murka terhadap dosa, Allah pasti menghancurkan orang cemar, ini membuat kita memuji Allah sebagai Sang Hakim. Itu sebabnya Paulus mengatakan “jika kamu berkata Allah sudah menetapkan semua, Dia tidak lagi berhak menghakimi, maka engkau salah mengenal Tuhan. Dia adalah Hakim yang menghakimi segala sesuatu”. Pikiran kita diganggu pengertian kalau Tuhan sudah tetapkan mengapa masih menghakimi? Maka kita mesti punya bijaksana mengerti kedaulatan Tuhan terhadap segala sesuatu tidak dimaksudkan membuat kita melihat Tuhan sebagai Allah yang penghakimanNya cuma main-main. Ini serius, membuat kita cemar dan jatuh di dalam kesalahan. Allah menghakimi, itu sebabnya ketetapan Tuhan sebelum sejarah dinyatakan dan pekerjaan Tuhan di dalam sejarah, dua-duanya serius. Karena Saudara tidak mungkin masuk ke dalam pikiran Allah sebelum Allah menciptakan segala sesuatu. Saudara mengatakan sebelum Allah menciptakan segala sesuatu, ini sangat membingungkan. Kalau kita berpikir kita bisa mengerti ini dengan tuntas, kita terlalu sombong karena kita cuma berpikir di dalam kerangka waktu dan tempat yang Tuhan sudah berikan. Kita sulit mengerti apa itu maha hadir, kita sulit mengerti apa itu kekal. Itu sebab di dalam Confession, Agustinus mengatakan memahami Allah Maha hadir, berarti memahami di manapun engkau berada, topangan dan penyertaanNya ada di situ. Ini yang bisa kita pahami, Saudara tidak bisa menarik pengertian tentang kemahahadiran Allah membuat Saudara punya pengertian tentang keberadaan yang tuntas. Saudara mengatakan “aku ingin tahu apa itu kekekalan Allah”, Allah sudah ada sebelum waktu, kata sebelum pun petunjuk waktu, bagaimana menjelaskan ini? Maka banyak aspek dari Tuhan sulit kita pahami, terutama aspek yang Tuhan miliki sebelum Dia menciptakan segala sesuatu. Karena di dalam Kitab Suci, Allah menyatakan diri di dalam penciptaan. Sebelum Allah mencipta, kita tidak tahu apapun tentang Dia, kecuali bahwa Dia ada, bahwa Dia adalah Tritunggal adanya, bahwa Dia menetapkan segala sesuatu sebelum Dia mencipta. Tapi yang lain-lain kita sulit mengerti. Maka penetapan Tuhan sebelum penciptaan adalah apa yang Tuhan akan terapkan di dalam ciptaan. Apa yang Dia sudah siapkan di dalam pikiranNya, inilah yang akan terjadi di dalam seluruh sejarah. Dan apa yang ada dalam pikiran Tuhan, Tuhan ungkapkan kepada kita. Tuhan mengatakan “tahu tidak, Aku sudah tetapkan segala sesuatu”. “Mengapa Tuhan memberi tahu kita? Ini berguna supaya engkau tahu Allah mengatur segalanya demi cinta dan kesetiaanNya kepadamu. Ini membuat kita memuji Tuhan. “Tapi apa lagi sebabnya Engkau memberikan informasi itu?”, Saudara tidak bisa tarik terlalu jauh ke mana-mana. “Kalau Tuhan sudah menetapkan segala sesuatu, sekarang kalau saya pukul orang, berarti Tuhan yang tetapkan. Jadi jangan salahkan saya, itu Tuhan yang menggerakan”, ini sesuatu yang Saudara salah mengerti. Karena kita tidak bisa memberikan kedaulatan itu tempat yang meniadakan tanggung jawab kita. Kalau kita memahami kedaulatan Tuhan, tapi kalau kita memahami kita singkirkan penghakiman dan keadilan Tuhan, tanggung jawab, kebebasan, kita salah mengerti kedaulatan Allah. Atau sebaliknya, kalau kita memahami tanggung jawab kita, kita memahami kekudusan kita, kita memahami kebebasan kita dengan cara yang menyingkirkan kedaulatan Allah, kita pun salah mengerti kebebasan tanggung jawab dan keadilan dari Tuhan di dalam hidup kita. Ini sesuatu yang perlu pergumulan panjang untuk dipahami. Tetapi cara yang paling gampang adalah menyadari bahwa setiap pengertian yang Tuhan bagikan membuat kita semakin mengagumi Tuhan. Maka kita setiap kali mendapat pengertian mengatakan “terpujilah Tuhan, kita ada di tempat yang tepat”. Jika Saudara mampu berdoksologi, mampu memuji namaNya karena pengertian yang kita dapat, maka kita ada di jalur yang tepat. Tapi bisakah kita langsung mengatakan terpujilah Tuhan tanpa refleksi, bergumul dan berpikir? Tidak. Ayub lama bergumul sebelum akhirnya mengatakan “sekarang mataku sudah melihat Engkau”, itu pernyataan mengagumi Tuhan. Tapi sebelumnya dia terus bertanya “apakah Tuhan adil menimpakan keadaan ini kepada saya? Pertanyaan ini terus dia tanyakan. Dia belum berhenti, dia tidak langsung mengatakan terpujilah Tuhan. Saudara tidak boleh memberikan hukuman dalam bentuk apapun kepada orang lain tanpa memberitahu dia salah apa. Ada orang kalau sudah marah, marah begitu saja, tidak pernah kasih tahu salahnya apa, “pokoknya saya tidak akan ngomong lagi sama dia”. Jadi orang tidak pernah tahu salah dia apa dan kita perlakukan dia dengan tidak adil, dengan memberikan pengumuman tanpa menginformasikan dia salah dimana. Banyak orang jiwanya pengecut, kalau sudah dendam sama orang tidak berani memberi tahu salahnya apa. Ini sesuatu yang tidak beres, di gereja ini tidak boleh ada seperti itu. Saudara punya masalah dengan orang, konfron orang itu, diskusi dengan dia, jangan baik di depan dia, tunjukkan muka suka, tapi di belakang dia langsung bicarakan gosip. Ini tindakan pengecut yang saya tidak mau ada di gereja ini. Jika Saudara ada problem hadapi, berani bicara, berani ngomong dan berani di-counter, ini mesti ada. Ayub tanya “Tuhan, jika Engkau menghukum saya, confront saya, beri tahu saya dosa saya apa”. Lalu teman-teman Ayub langsung bilang “sudahlah, jangan pura-pura. Kamu tahu dosamu apa, jujurlah. Pernahkah kamu mengingat masa lalumu, mungkin ada anak buahmu yang lupa kamu gaji. Pasti kamu ingat, coba koreksi dirimu coba pikir baik-baik”. Ayub langsung mengatakan “tahukah kamu, keadaan anjingku lebih baik dari pegawai banyak orang lain”, kalimat ini bagus sekali. Ayub adalah orang yang memperlakukan anak buahnya dengan sangat baik. Banyak orang, mungkin bahkan orang Kristen, memperlakukan orang lain seperti sampah. Bagaimana mungkin Tuhan tidak menghakimi engkau. Maka lihat baik-baik bagaimana engkau memperlakukan orang lain, itu kunci untuk mendapatkan perkenanan Tuhan. Jika engkau perlakukan orang lain seperti sampah, Tuhan pasti menghakimi engkau. Maka Ayub mengatakan “tidak tahukah kamu penjagaku punya kedudukan lebih baik dari banyak orang lain. Saya bersih, jika saya ada salah Tuhan belum tunjukkan kepada saya. Dan jika Tuhan suruh saya selidiki, saya tidak temukan satupun”. Ini pengakuan sangat berani dan Tuhan setujui apa yang Ayub katakan. Karena Tuhan membela Ayub di depan teman-temannya, Tuhan menyetujui perkataan Ayub. Ayub memang tidak salah. Pertanyaan berikutnya “jika aku tidak salah, mengapa Tuhan timpakan segala pengumuman ini?”. Saudara bayangkan kadang-kadang kita memiliki standar menyalahkan orang lain sangat ketat sehingga Tuhan pun tidak setuju standar kita. Mungkin kita bilang ke Ayub, “Ayub, engkau bicara komplain kepada Tuhan, itu dosa”, nanti Tuhan mengatakan “siapa bilang?”. Apakah Tuhan pernah mengatakan ke Ayub “jangan komplain, jangan berkeluh kesah, jangan meratap kepada Tuhan”, semua itu boleh kita lakukan, Tuhan inginkan kita dengan jujur berdoa kepada Dia. Maka Ayub bertanya “Tuhan, salahku apa? Mengapa aku dihukum? Aku mulai meragukan keadilanMu jika memberikan hukuman kepada orang benar. Orang benar dihancurkan seperti ini, lalu orang fasik dibiarkan, apakah itu adil?”, dan Tuhan menjawab dengan mengatakan “pengaturanKu melampaui yang kamu mengerti”, simpel. Bahasanya sangat indah dan argumennya sangat bagus, tapi intinya Tuhan mau mengatakan “lihat langit, lihat bintang-bintang”, ini saya pernah bagikan beberapa kali bahwa ketika orang Yahudi melihat langit mereka tahu ada yang stabil. Sehingga mereka tahu kalau Tuhan yang mengatur langit dengan stabil, membuktikan stabilNya Dia dengan langit maka sebenarnya bumi pun sedang stabil. Ini yang membuat kita bingung kalau bumi stabil, mengapa ada dosa, mengapa ada kejahatan, mengapa ada kekacauan? Tuhan mengatakan “semua terjadi di dalam rancanganKu untuk menunjukkan Aku adalah Allah”. Ini yang harus kita tahu. Jadi Saudara akan mengagumi Tuhan dengan mengatakan “oh Tuhan, apa yang Engkau tetapkan begitu agung karena Engkau adalah Allah yang rencanaNya tidak akan meleset”. Tapi di sisi lain Saudara juga tahu kalau Dia adalah Allah yang berdaulat maka saya mesti dengan gentar datang kepada Tuhan dan sujud kepada Dia. Kalau Dia mengatur segala sesuatu, siapa saya berani memberontak kepada Dia? Jika bulan, bintang, matahari dan seluruh benda-benda di langit lain, juga seluruh binatang di darat, laut, dan udara, tunduk kepada kehendak Tuhan siapa saya berani melawan Dia”, ini yang menjadi refleksi kedalam. Maka apa yang Tuhan tetapkan di dalam kekekalan Tuhan sampaikan kepada kita, bukan untuk membuat kita mengerti tuntas, tapi untuk membuat kita mengagumi Tuhan. Itu sebabnya jika doktrin belum membuat engkau ingin worship, jika belum membuat engkau ingin sujud, bergumulah lagi. Tuhan mau engkau beribadah kepada Dia dengan hati yang tulus. Jika engkau belum merasa ingin sujud kepada Tuhan, saya sarankan lakukan 2 hal, yang pertama bergumulah terus, yang kedua tetaplah datang ke Tuhan. Di dalam salah satu Mazmur, pemazmur sangat khawatir dengan hatinya. Di dalam Mazmur 73, pemazmur mengatakan “saya ini sudah hampir jatuh, karena saya melihat orang fasik hidupnya baik, dan saya sendiri penuh penderitaan. Mengapa begini? Saya sudah mulai goyah, saya sudah mulai akan mengatakan Tuhan Engkau tidak adil waktu perkataan itu ingin saya sampaikan, saya masih tahan dengan pengertian Allah tidak mungkin tidak adil. Tapi saya tidak mengerti”, maka dia terus ungkapkan ratapan dia, keluhan dia tentang pekerjaan Tuhan yang belum bisa dia pahami. Tapi ada kalimat indah, dia mengatakan “saya ini seperti binatang bodoh, tidak mengerti apa-apa. Tapi saya mau terus datang ke Tuhan”, ini keindahan dari Mazmur. Mazmur disampaikan dengan jujur, dan kadang penuh dengan pertanyaan yang sangat berani ditanyakan, tapi itu ditanyakan kepada Tuhan. Orang-orang ini setia terus datang ke Tuhan. Saudara belum siap untuk sujud karena masih banyak pertanyaan yang belum terjawab, tetap datang kepada Tuhan. Jangan perlakukan Tuhan seperti kita biasa perlakukan orang lain, “kalau saya sudah tidak setuju, saya pergi dari Dia. Saya tidak cocok, saya tinggalkan Dia”, itu tindakan terbodoh yang dilakukan manusia sepanjang sejarah. Ada satu hal yang jelas yaitu di dalam sepanjang sejarah keselamatan manusia selalu melakukan satu kesalah yang sama yaitu di dalam keadaan apa pun manusia meninggalkan Tuhan. Dalam susah meninggalkan Tuhan, dalam senang meninggalkan Tuhan, bukankah ini tindakan bodoh? Kesulitan Tuhan berikan justru untuk membuat kita semakin dekat kepada Dia. Kesenangan Dia berikan justru untuk membuat kita semakin ingin memuji Dia. Ini sebabnya ketika Saudara bergumul, jangan jauh dari Tuhan. Silahkan tanya “mengapa hidup begini?”, tapi tanyalah dengan datang dalam ibadah. Ibadah adalah tempat dimana Saudara menunjukkan bahwa Tuhan adalah segalanya, “saya tidak bisa mendapatkan ketenangan dari pergumulanku kecuali saya datang kepada Tuhan”. Orang yang datang kebaktian fisik adalah orang yang tahu kebutuhannya akan Tuhan, “saya perlu Tuhan sehingga saya tidak mungkin kompromikan kebutuhan saya, saya mesti datang, tanpa Dia saya tidak ada arti apa-apa”. Itu sebabnya jika orang masih merasa dapat hidup tanpa datang ke Tuhan, hati-hati ada sesuatu yang sangat salah dengan kerohanianmu. Engkau perlu Tuhan maka datanglah kepadaNya. Kita punya pertanyaan yang tidak terjawab, datang ke Tuhan. Kita punya pergumulan yang belum beres, datang ke Tuhan. Dan kedua, harap akan ada saat dimana doktrin yang benar membuat Saudara mau sujud kepada Tuhan. Sehingga respon Saudara setelah mengerti pengertian tentang Tuhan, membuat Saudara mengatakan “Tuhan, alangkah indahnya Engkau, alangkah dalamnya rancanganMu, alangkah mulianya Engkau, segala sesuatu adalah dari Tuhan oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Kiranya kemuliaan bagiMu selama-lamanya”. Setelah pengertian kita dapat, kita berdoksologi, memuji Tuhan, sujud menyembah kepada Dia. Itu sebabnya di dalam gereja akan datang orang-orang yang belum siap menyembah, tapi dia tetap datang, itu adalah hal yang baik. Sampai tiba waktunya dimana mulutnya sendiri mengatakan “sungguh Engkau adalah Allah yang mulia”. Atau yang seperti Ayub katakan “dulu saya mendengar tentang Tuhan dari orang lain, sekarang mataku memandang Engkau”, kemuliaan bagi Tuhan dimiliki oleh Ayub. Pernyataan kemuliaan dia miliki karena dia melihat sendiri. Biarpun kita belum mengerti, datang ke Tuhan, dan kita akan semakin dimengertikan. Makin mengerti, makin sujud kepada Tuhan.

« 2 of 4 »