Di dalam Perjanjian Lama ada satu hal yang menjadi pergumulan orang Israel ketika mereka dibuang ke Babel, pergumulan apakah Tuhan berkenan atas mereka atau tidak. Apakah Tuhan mencintai mereka atau tidak. Ini bukan urusan satu orang di hadapan Tuhan, ini adalah urusan seluruh umat. Di dalam pengertian orang-orang Perjanjian Lama, menjadi bahagia itu tidak bisa dilakukan sendiri. Hanya orang kacau pikirannya dan gangguan pada kesehatan jiwanya yang akan berpikir dia bisa senang sendiri. Saudara tidak mungkin bersukacita di saat orang lain mengalami dukacita. Kalau Saudara berada di dalam keluarga, Saudara tidak mungkin bersukacita sendiri. Sukacita adalah tema komunal. Tidak ada orang bisa bersukacita kecuali di dalam kelompok yang bersukacita. Kalau orang gila bisa tertawa sendiri dan orang berpikir dia orang gila, tidak ada alasan untuk tertawa, tidak ada orang lain yang tertawa, tapi dia tertawa sendiri. Sukacita itu adalah tindakan komunal, tertawa juga tindakan komunal. Misalnya ada orang mengatakan “aku menerima sukacita dari Tuhan, hidupku penuh dengan sukacita”, orang akan tanya “kamu bersukacita bersama siapa? Kalau tidak ada berarti kamu gila”, orang bersukacita di dalam komunitas. Jika Israel sedang dibuang ke Babel dan keadaan mereka buruk, tidak ada Bait Suci, imam, raja, mereka ditaklukan oleh Babel, maka mustahil ada sukacita. Kalau ada orang mengatakan “aku orang Yahudi, satu-satunya sedang mengalami sukacita karena mendapatkan gaji tambahan”, satu orang di tengah komunitas yang berduka, tidak mungkin. Dia tidak mungkin bisa bersukacita, dia mengatakan “karena aku sukses sendiri, tapi kelompok Israel sedang berada dalam bahaya, saya menolak untuk bersukacita”. Di dalam Kitab Yesaya 24 dikatakan ketika Tuhan membuang Israel, pada waktu itu pengantin pun akan sungkan bersukacita. Dikatakan pesta pernikahan akan penuh dengan tangis dan ratap, bukan sukacita. Orang yang menikah dengan sedih akan datang dan mengatakan “di dalam kondisi seperti ini, kami mau membentuk keluarga, kami tidak akan mengalami kesenangan. Sebelum Tuhan memulihkan Israel, tidak ada kesenangan yang kami bisa nikmati”, harap ini menjadi bagian dalam perenungan kita. Di dalam zaman kita sekarang, orang-orang sangat egois, mereka berpikir “kalau satu orang mengalami kesenangan sendiri, itu cukup. Saya dapat uang, saya hidup senang-senang sendiri, tidak perlu ada orang lain, itu cukup”. Zaman modern ini zaman yang aneh, ini zaman yang berani berpikir pernikahan itu merugikan karena harus berbagi hidup dengan orang lain. Orang kalau merasa kehadiran orang lain itu merepotkan, sulit bagi orang ini bersukacita. Tidak tahukah Saudara kalau keadaan zaman ini yang penuh dengan kondisi yang menyebabkan depresi? Ternyata salah satu sumbangsih depresi adalah ketersendirian, minimnya komunitas dan komunikasi, orang yang menutup diri, tidak mau punya teman, sangat mungkin tertekan. Kalau Saudara mengatakan “berelasi itu menyebalkan, repot sekali berelasi dengan orang”. Jauh lebih repot kalau Saudara hidup sendiri, karena Tuhan tidak mendesain manusia untuk hidup sendirian. Tidak ada sukacita yang bukan komunal. Maka ketika Israel dibuang, seluruh bangsa meratap, tidak ada lagi yang mengatakan “ayo kita pesta”. Hanya orang yang rohaninya kacau, tidak peduli Tuhan, itu yang akan senang, yang lainnya tidak mengalami kesenangan. Di dalam Kitab Daniel, Saudara tidak melihat Daniel membuat pesta karena diangkat menjadi orang nomor 2 di Babel. “Daniel diangkat menjadi orang nomor 2, puji Tuhan, mari kita membuat perayaan”, tidak, mereka mengatakan “dikala umat Tuhan dibuang, kami akan bersedih, bersama dengan seluruh umat yang lain”. Setiap orang Israel yang saleh ketika dibuang, mereka mengharapkan pemulihan, bukan mengharapkan diri jadi baik. Mereka harapkan Tuhan segera pulihkan, “kembalikan kami ke Tanah Perjanjian, bangkitkan kembali Bait Suci, naikkan kembali keturunan Daud di takhtaMu ya Tuhan, baru kami bisa bersukacita”. Sebelum Tuhan menyatakan pemulihan itu, tidak ada sukacita di dalam. Keadaannya kelam dan keadaannya penuh dengan pergumulan. Lalu apa yang mereka harapkan? Cuma satu hal utama, mereka ingin Tuhan sendiri menyatakan “ini adalah umat yang Kukasihi”. Kita tidak mengerti hal ini, kita tidak mengerti berapa besarnya bagi Israel untuk mendapatkan perkenanan Tuhan. Orang Israel ingin ini lebih dari apa pun. Kalau mereka ditanya, tentu saja yang saleh bukan yang kafir, “apa yang kamu inginkan, apa yang paling kamu harapkan dari Tuhan?”, mereka akan mengatakan “yang kami harapkan Tuhan sendiri hadir dan mengatakan ke seluruh dunia kami adalah umat Tuhan, Dia mencintai kami, dan hidup kami diperkenan Dia”. Ini sesuatu yang Israel miliki. Tidak peduli Babel mau perkenan, mereka jadi kaya, apa pun yang terjadi pada mereka, yang mereka tanya adalah satu hal, “Tuhan, akankah engkau menyatakan kembali kasihMu dan menerima serta memperkenan kembali kami?”. Ini kerinduan mereka. Dan Tuhan berfirman di dalam kitab nabi-nabi “ini akan terjadi”. Bayangkan berapa besar sukacita orang membaca Kitab Yeremia, ketika Tuhan mengatakan “Aku akan mencintai engkau kembali. Aku akan pamerkan engkau, lalu seluruh bangsa akan melihat salehnya engkau karena di dalam hatimu engkau sudah punya kemampuan untuk cinta Tuhan dan menyenangkan Tuhan”, bayangkan berapa indahnya kalimat ini. Israel berharap dan nabi-nabi mengatakan ini akan terjadi, kamu ingin dicintai oleh Tuhan? Tuhan akan kembali mencintaimu. Kamu ingin diperkenan lagi oleh Tuhan? Itu akan terjadi. Maka penghiburan akhirnya diperoleh lewat kitab para nabi.
Tapi yang menjadi pertanyaan, kalau Tuhan baru akan lakukan nanti, di generasi akhir zaman, bagaimana dengan generasi sebelumnya? Bagaimana dengan Yesaya, Yeremia, Daniel, orang-orang saleh yang hidup di dalam zaman sebelum Tuhan menyatakan bahwa Israel diperkenan oleh Tuhan, bagaimana dengan mereka? Ini yang ditanyakan oleh mereka, sulit mendapatkan jawaban. Abraham dapat janji Tuhan, tapi janji Tuhan itu tidak dia lihat terjadi, dia sudah mati terlebih dahulu. Maka di dalam Perjanjian Lama kita temukan janji Tuhan yang begitu indah ternyata lebih jauh dari hidup manusia. Waktu hidup kita terlalu singkat dan janji Tuhan baru akan terjadi di akhir ini, ini yang menjadi pergumulan di Perjanjian Lama. Kalau begitu apa nikmatnya menjadi orang saleh sebelum zaman akhir? Karena sebelum janji Tuhan digenapi, mereka sudah mati. Bayangkan berapa sedihnya hati Daniel ketika menghitung “ternyata waktu 70 tahun Tuhan membuang kami sudah selesai. Kami sudah akan dipulihkan”. Tapi tiba-tiba Tuhan memerintahkan malaikat Gabriel datang dengan pesan yang berat sekali, Tuhan mengatakan “Engkau akan dikumpulkan bersama dengan nenek moyangmu”, Daniel akan mati. Berati Daniel tidak akan melihat Tuhan memulihkan Israel. Jadi pertanyaannya adalah kalau Tuhan memang akan pulihkan, bagaimana dengan orang yang sudah mati sebelum pemulihan itu terjadi? Mungkin kita tidak terlalu nyambung dengan pengharapan ini karena pikiran kita terlalu banyak dikacaukan oleh kondisi zaman kita yang menginginkan hal-hal remeh dan membuat kita terlatih mengharapkan hal-hal remeh. Banyak orang tidak mengerti apa itu hidup yang agung, cuma tahu apa itu hidup yang senang. Senang sudah menggantikan agung, kenikmatan sementara sudah menggantikan sukacita sejati. Zaman kita adalah zaman dimana segala hal yang indah menjadi manusia dikurangi, direduce, dijadikan sampah dan kita terbiasa menyenangi hal-hal yang dangkal. Tapi Kitab Suci mengarahkan kita kembali untuk punya pengharapan yang paling utama, apa kebutuhan utama menjadi manusia? Silahkan cari jawaban apa pun yang dunia tawarkan, tidak akan ada yang menjawab seakurat Alkitab. Hal yang paling kita perlukan sebagai manusia adalah diperkenan oleh Allah kita. Ketika Allah akhirnya mengatakan “Aku memperkenan hidupmu, engkau adalah umat yang Aku kasihi”, itu yang paling kita perlukan. Orang dunia tidak akan mendengarkan ini, Saudara bicara dengan orang dunia, Saudara akan stress sendiri. Karena Saudara bicara dengan mereka, mereka tidak ingin apa pun yang dalam, mereka cuma ingin hal yang dangkal, mereka cuma ingin seks, uang, jabatan. Penerimaan sejati bukan jabatan, ketenangan dipelihara oleh Tuhan tidak identik dengan uang, cinta kasih tidak identik dengan seks. Sekarang banyak anak muda cuma tahu jatuh cinta lampiaskan hawa nafsu, kalau punya pacar disetubuhi, kalau dekat dengan orang raba dia, itu tindakan gila yang membuat kita terus semakin dangkal kemanusiaannya, hati-hati. Kerohanian sejati di Kitab Suci identik dengan kemanusiaan, ini bukan hal yang terpisah. Orang yang spiritualitasnya terdalam adalah orang yang kemanusiaannya dimunculkan. You are not an animal, jangan cari hal yang mengurangi kemanusiaanmu membuat engkau mirip binatang. Engkau adalah manusia, cari hal yang akan memunculkan kemanusiaanmu. Maka Israel dilatih Tuhan untuk mencari hal paling utama yaitu diperkenan oleh Allah. Tapi pertanyaan tadi masih dilemparkan “Kalau Tuhan memperkenan kami, Israel, nanti belum sekarang, lalu bagaimana dengan kami yang hidup sekarang?”. Satu hal yang Alkitab nyatakan di Perjanjian Baru, yang menjadi perbedaan adalah kebangkitan. Mengapa kita mesti berharap kepada kebangkitan? Karena kebangkitan memastikan orang yang hidup di zaman lampau akan menikmati keadaan final. Zaman akhir akan ditutup oleh keadaan final, dimana semua orang saleh dibangkitkan lalu berbagian menjadi satu umat yang sempurna. Maka kebangkitan itu ada tempatnya di dalam kisah Alkitab. Kalau Saudara mempunyai iman yang dangkal, lalu meremehkan semua pesan Alkitab, saya ingin memberi tahu, engkau akan hidup dengan kosong terus. Jangan mau hidup kosong, saya sudah muak dengan hidup kosong zaman dulu. Saya terus mencari hal-hal yang menyenangkan, tapi tidak mendapatkan apa-apa, hidupnya benar-benar kosong. Kalau Saudara tanya “pak, apakah bapak ingin kembali ke masa muda bapak sebelum mengenal Tuhan?”, sama sekali tidak. Karena saya tidak mengerti nikmatnya hidup seperti sekarang. Dulu saya tidak tahu apa enaknya hidup, saya pikir saya bisa menikmati hidup dengan banyak sekali hal yang saya kejar. Kalau saya boleh beberkan semua hal yang pernah saya lakukan, saya akan sharingkan pernah melakukan banyak hal yang membuat saya malu untuk mencari kenikmatan hidup yang semua orang juga cari. Kalau ada orang mengatakan “pak, saya menikmati hidup, saya tidak mau jadi Kristen”, saya mau tanya “apa yang kamu nikmati? Hal apa, tidak rahasia untuk saya, saya tahu apa yang kamu cari, saya alami semua kesenangan yang kamu pikir menyenangkan. Saya di situ”. Saya tidak sembunyikan hal-hal memalukan karena saya tahu semakin menyatakan kejujuran, semakin Saudara mengerti Tuhan penuh cinta kasih mau mengampuni saya. Kalau Tuhan tidak mencintai saya, orang seperti saya tidak mungkin selamat, sangat tidak mungkin. Tapi saya jadi mengerti, semua hal yang semua orang bilang menyenangkan itu sampah. Saya tidak mengatakan begini “Tuhan, saya bersyukur sekarang hidup suci. Kalau ingat hidup dulu, memang nikmat, tapi nanti masuk neraka, untung saya tidak disitu”, saya tidak merasakan itu. Yang saya rasa adalah apa yang saya cari dulu adalah kebodohan, andaikan dulu saya mengerti apa yang saya mengerti sekarang, saya tidak akan jalani hidup seperti itu. Saudara tidak perlu mengancam saya dengan mengatakan “jangan lakukan ini, nanti masuk neraka”, bahkan kalau Saudara mengatakan “lakukan ini, nanti masuk surga”, saya tidak mau masuk surga. Saya mau Tuhan, bukan surganya. Kalau ada Tuhan, yang diperkenan Tuhan itu yang akan saya lakukan. Maka saya mengerti satu hal, firman Tuhan membuat saya mengerti bagaimana menjadi manusia secara nikmat. Ini yang Tuhan mau ajarkan kepada umat, cari hidup diperkenan Tuhan, dimana Tuhan pada akhirnya akan mengatakan “inilah umatKu”, ini yang penting. Di dalam akhir zaman, di penghakiman final ada satu hal yang penting terjadi, Tuhan sedang menyatakan siapa milikNya. Dari semua orang yang Tuhan bangkitkan, Tuhan akan menyatakan “inilah milikKu”, lalu Tuhan akan memamerkan mereka dan itu adalah hal paling indah yang akan Saudara alami, yang pernah Saudara alami dan mungkin Saudara alami. Saya tidak bisa memberikan janji apa pun selain yang Alkitab nyatakan. Inilah kebutuhan kita yang paling utama. Kalau sekarang Saudara membutuhkan diterima orang, dicintai, keyakinan, topangan, pemeliharaan, itu semua cuma percikan dari kebutuhan paling besar, yaitu diperkenan oleh Allah, lalu Allah pamerkan ke seluruh ciptaanNya, seluruh malaikat, bahkan dunia orang mati, termasuk roh jahat dan juga orang-orang binasa akan menyaksikan ini. Akan menyaksikan ketika anak-anak Allah dinyatakan. Dan waktu anak-anak Allah dinyatakan, Allah akan menyatakannya dengan sangat penuh kuasa, “inilah umatKu, untuk merekalah Aku bertindak, Aku menjadikan segala sesuatu, Aku mau hadir, untuk merekalah semua janjiKu”, dan pada waktu itu Saudara akan menyadari inilah tujuan hidup, “this is what life is meant to be, saya harusnya ada di sini, inilah yang saya kejar di dalam hidup, ternyata ini yang menyukakan saya”, ini sukacita terbesar. Dan ini umat Tuhan di Perjanjian Lama sudah sadar “Tuhan, tolong nyatakan bahwa Engkau berkenan kepada kami. Kami sudah dibuang ke Babel, tolong pulihkan. Lalu pamerkan kami milik Engkau”.